Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO

Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO

last updateLast Updated : 2025-04-26
By:  Mommykai22Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
62Chapters
2.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Sejak dulu, Pangeran hanya untuk Putri, bukan Upik Abu." Keberaniannya menjalin hubungan dengan Nero—anak majikannya—membuat Patra harus menanggung akibat yang tidak pernah ia bayangkan. Mereka dipisahkan secara keji oleh ibu Nero. Patra dinodai dan dipaksa pergi dalam luka, membawa rahasia yang menghancurkan hidupnya. Tanpa Patra tahu bahwa Nero yang ditinggalkan tanpa penjelasan akhirnya berbalik membenci semua tentangnya. Hingga saat takdir mempertemukan mereka kembali, Patra pun dihadapkan pada dua pilihan: tetap menyembunyikan kebenaran dan pergi sekali lagi, atau menyerahkan hatinya untuk jatuh cinta lagi pada pria yang pernah menorehkan luka paling dalam di hidupnya.

View More

Chapter 1

Dipisahkan Secara Keji

"Tinggalkan Nero atau ayahmu akan membusuk di penjara!" 

Seorang wanita bengis berkata dengan pandangan yang tajam. Dan wanita itu adalah ibu dari Nero, kekasih Patra. 

Patra pun terus menggeleng dan berlutut di depan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. "Bu, tolong jangan lakukan ini pada ayahku!" 

"Ayahmu itu hanya supir rendahan yang sudah berani membawa lari uang perusahaan yang begitu banyak! Sudah untung aku masih mau membebaskannya!"

"Tapi, Bu ...."

"Tapi apa lagi? Aku sudah berbaik hati memberimu pilihan! Kalau mau ayahmu bebas, maka tinggalkan Nero! Kalau kau masih tidak mau meninggalkan Nero maka sekarang juga aku mau semua uangku kembali!"

Patra tidak pernah menyangka ia akan dihadapkan pada pilihan yang begitu sulit. Ia tidak bisa memilih. Kebebasan ayahnya, atau hubungannya dengan Nero. Keduanya sama pentingnya untuk Patra.

"Mengapa kau diam? Tidak bisa memilih?" bentak ibu Nero lagi. "Kalau begitu kuanggap kau bisa mengembalikan uang itu! Setelah ini, tidak ada lagi kesempatan untukmu!"

Mendengar ancaman itu, kesadaran Patra kembali. Ia dan ayahnya tidak akan pernah sanggup mengganti uang perusahaan sekalipun aset mereka yang tidak seberapa itu dijual semua. 

"Tunggu, Bu!" Pada akhirnya, Patra harus memilih. "Tunggu! Tolong bebaskan ayahku. A-aku ... berjanji akan meninggalkan Nero," janji Patra kala itu. 

Namun nyatanya, Patra mengingkari janjinya. Kala mendengar sang kekasih kritis usai kecelakaan saat hendak menemuinya di taman, Patra tanpa pikir panjang langsung menuju ke rumah sakit.

Langkah wanita itu dihadang oleh orang-orang suruhan ibu Nero. Patra mencoba menerobos, hingga memohon belas kasih. Sayangnya, usahanya gagal total.

Tidak berhenti di situ, ibu Nero juga dengan tega menyuruh seseorang untuk membawa Patra ke dalam hutan yang sepi, dingin, dan mengerikan ini.

PLAK! 

Sebuah tamparan keras menghantam wajah Patra. Pria bengis itu merobek baju Patra, kemudian menahan tangannya agar berhenti memberontak. 

Patra mengerahkan seluruh tenaganya, mencoba bertahan di tengah perlakuan keji ini. "Tolong aku! Lepaskan aku!"

Patra terus merintih, tapi tidak ada yang mendengarnya. Hingga akhirnya, rasa perih karena dirudapaksa harus dirasakan Patra.

Rasa sakit, terluka, tidak berdaya membuat air mata Patra terus mengalir. Terlebih, saat pria bejat itu menuntaskan hasratnya seorang diri, begitu menjijikkan.

Patra ditinggalkan dalam keadaan tubuh polosnya seperti sampah yang tidak berharga.

“ARGHH!!!” Ia berteriak keras sampai suaranya habis, tenggorokannya kering, dan air matanya tidak berhenti mengalir. 

Mahkotanya memang sudah tidak utuh, sebab ia pernah khilaf melakukannya dengan Nero. Namun, kenyataan bahwa ia diperkosa oleh orang suruhan dari ibu kekasihnya benar-benar membuatnya merasa jijik pada dirinya sendiri.

Malam itu, ia berharap hidupnya berakhir, sehingga ia tidak akan lagi melihat matahari esok. 

Mungkin apa yang dikatakan ibu Nero benar. Dirinya hanyalah seorang pembawa sial untuk Nero. Perbedaan status mereka yang begitu jauh, membuat mereka tidak mungkin bersatu.

Nero harus hidup layak, dan tidak boleh menyerahkan segalanya hanya demi wanita seperti dirinya. Wanita miskin, putri dari seorang pencuri, dan kini bertambah label menjadi wanita kotor usai dirudapaksa.

"Sejak dulu, Pangeran hanya untuk Putri, bukan Upik Abu," lirih Patra dengan tangisannya yang meledak di sana. 

*

Dua minggu kemudian, Nero yang dalam keadaan koma akhirnya sadar kembali.

Pria itu membuka matanya perlahan, dan seketika pandangannya menangkap sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Bau obat-obatan begitu menyengat pun terasa kuat di hidungnya. 

"Argh ...." Kepala Nero berdenyut hebat. Untuk sesaat, ia hanya bisa menyesuaikan pandangan, sampai ia melihat ibunya sedang berdiri di sampingnya dengan wajah cemas.

"Nero ... akhirnya kau sadar, Sayang." Ibu Nero menggenggam erat-erat tangan putranya.

Nero pun menoleh, menatap orang-orang yang mengelilingi ranjangnya.

Ada ibunya, ada adik perempuannya, dan ada beberapa orang kerabatnya yang lain, tapi satu orang yang sangat ingin dilihatnya malah tidak ada.

Mulut Nero pun membuka dan menutup berusaha untuk mengatakan sesuatu, tapi suaranya tercekat di tenggorokan.

"Nanti saja bicaranya, Nero! Kau belum kuat, kau butuh istirahat setelah koma selama dua minggu."

Nero membelalak mendengarnya. Ia koma selama dua minggu? 

Nero hanya ingat ia mengalami kecelakaan saat akan pergi bertemu Patra. Setelahnya, ia tidak ingat, tapi kalau sudah dua minggu berlalu, bagaimana dengan Patra yang menunggunya?

Di ingatannya kini hanya ada Patra. Ia sudah berjanji pada wanita itu untuk menjemputnya dan mereka akan hidup bersama dengan bahagia. 

Samar-samar ia mengingat kejadian terakhir malam itu saat ia sedang berlari mencari Patra. Namun, cahaya silau menusuk matanya, yang kemudian ia ketahui adalah sebuah mobil melaju tidak terkendali hingga menghantam tubuhnya.

Tubuh Nero terpental, dan melayang begitu jauh sampai menghantam aspal dengan keras.

Mata pria itu berembun mengingat kejadian terakhir, pertemuannya dengan sang kekasih yang batal.

"P-Patra ...," lirih Nero. Sekujur tubuhnya masih lemas tanpa daya dan satu-satunya yang bisa digerakan hanyalah mulutnya.

Ibunya pun mendekatkan telinganya, dan seketika menegang. Tidak kehabisan akal, wanita itu pun berujar tegas, memberikan ultimatum untuk sang putra. 

"Lupakan wanita itu, dan tidak usah berpikir untuk mencarinya lagi, Nero. Dia sudah pergi!"

**

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rich Mama
keren, keren, keren .... lanjut kakak
2025-04-10 18:11:48
1
user avatar
NACL
wah baru lagi ini siap siap pantengin nunggu update terbaru
2025-04-10 00:54:00
1
user avatar
Anugrah
cerita nya bagus...... semoga semakin seru
2025-04-09 02:12:49
1
user avatar
Marlyn Abigail
Sepertinya seru dan alur ceritanya tidak mudah ditebak seperti cerita2 sebelumnya.
2025-04-06 22:41:41
1
user avatar
Atieckha
Widiiih Udah brojol aja. Selamat buku baru kak
2025-04-04 17:16:13
2
62 Chapters
Dipisahkan Secara Keji
"Tinggalkan Nero atau ayahmu akan membusuk di penjara!" Seorang wanita bengis berkata dengan pandangan yang tajam. Dan wanita itu adalah ibu dari Nero, kekasih Patra. Patra pun terus menggeleng dan berlutut di depan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. "Bu, tolong jangan lakukan ini pada ayahku!" "Ayahmu itu hanya supir rendahan yang sudah berani membawa lari uang perusahaan yang begitu banyak! Sudah untung aku masih mau membebaskannya!""Tapi, Bu ....""Tapi apa lagi? Aku sudah berbaik hati memberimu pilihan! Kalau mau ayahmu bebas, maka tinggalkan Nero! Kalau kau masih tidak mau meninggalkan Nero maka sekarang juga aku mau semua uangku kembali!"Patra tidak pernah menyangka ia akan dihadapkan pada pilihan yang begitu sulit. Ia tidak bisa memilih. Kebebasan ayahnya, atau hubungannya dengan Nero. Keduanya sama pentingnya untuk Patra."Mengapa kau diam? Tidak bisa memilih?" bentak ibu Nero lagi. "Kalau begitu kuanggap kau bisa mengembalikan uang itu! Setelah ini, tidak
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more
Dendam Pria yang Tersakiti
"A-apa maksud Ibu? Patra tidak mungkin pergi, dia tidak mungkin meninggalkan aku!" Nero menolak mentah-mentah perkataan ibunya.Tidak mungkin Patra pergi begitu saja tanpa alasan.Nero tahu wanita itu sangat mencintainya. Selama ini mereka sudah berjuang keras untuk mendapatkan restu sang ibu. Bahkan untuk bertemu pun, mereka harus bertemu secara diam-diam."Aku mau pergi mencari Patra!" Nero berniat menyibak selimut besarnya, tapi untuk bergerak pun ia tidak punya tenaga.Semua orang menahan tubuhnya, tetapi suatu yang aneh terjadi."Mengapa aku tidak bisa bergerak?" Semua anggota tubuh Nero bisa ia rasakan, kecuali kakinya. "Ada apa dengan kakiku? Mengapa kedua kakiku tidak bisa digerakkan?" Wajah Nero mengerut dengan raut kepanikan.Ia bertanya-tanya pada orang-orang yang ada di kamar, mencari jawaban.Ibu Nero hanya bisa terdiam dengan rahang mengeras dan tidak menanggapi Nero lagi hingga tidak lama kemudian, dokter pun menjelaskan kondisi Nero.Mayat hidup.Mungkin dua kata itu a
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more
Bertemu Lagi
Enam tahun kemudian.Hari ini mungkin adalah hari terbaik bagi Patra karena akhirnya ia mulai bekerja juga. Dari puluhan lamaran kerja yang ia sebar, ada 18 perusahaan yang memanggilnya interview, tapi semuanya gagal dan Patra ditolak. Perusahaan ini adalah perusahaan ke-19 tempat ia diinterview dan akhirnya ia diterima. Patra pun berdiri memandang gedung bertingkat di hadapannya itu dengan takjub. Akhirnya, impiannya untuk bekerja di perusahaan besar pun terwujud. Beberapa tahun terakhir adalah tahun-tahun yang sangat berat bagi Patra. Berjuang menyembuhkan diri dari depresi, lalu mengejar beasiswa dan menyelesaikan kuliahnya sebagai lulusan terbaik, tapi hanya bekerja sebagai pegawai toko dengan gaji di bawah UMR, beban kerja berat, dan tanggung jawab yang tidak kunjung berkurang. Namun, semua itu belum seberapa dibandingkan luka enam tahun lalu, kenangan yang selalu menghantuinya.Nero Hadiwijaya.Hanya dengan mengingat namanya, tubuh Patra menegang. Rasa trauma itu seolah mamp
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more
Bukan Kebetulan
"Akhh!" Patra masih memekik kaget saat mendadak Nero menjambak rambutnya. "Mengapa kau begitu takut melihatku, Patra?"Jantung Patra berdebar begitu kencang hingga tubuhnya gemetar saat akhirnya tatapannya bertemu dengan tatapan Nero. Ya, itu Nero. Walaupun wajah tampan itu sudah terlihat makin matang dan dewasa.Walaupun suara itu pun sudah berubah menjadi lebih berat dan dalam.Namun, Patra tidak akan mungkin melupakan pria yang sudah merasuk ke hatinya begitu dalam sekaligus sudah menghancurkan hidupnya sehancur-hancurnya.Pria itu ... alasan dari semua nasib buruk dalam hidup Patra dan pria yang paling tidak ingin ia temui lagi seumur hidupnya. Patra menatap Nero dengan tatapan yang goyah. "K-kau ...," ucap Patra lirih dan menggantung.Dan kegugupan Patra pun membuat Nero tersenyum begitu puas. "Ya, aku! Mengapa mendadak kau gemetar? Seperti melihat hantu saja! Kau pasti tidak menyangka akan bertemu lagi denganku kan? Tapi ya, kita bertemu lagi, Patra Aurora!" Senyuman sinis
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more
Lakukan Tugas Pertamamu
Suara Nero disertai hembusan napas pria itu di belakang telinga Patra alih-alih membuat tubuh Patra meremang malah membuatnya bergidik ketakutan. Jantung Patra berdebar tidak karuan dan Patra benar-benar syok dengan apa yang diucapkan oleh Nero. "Jadi ... kau yang membuatku ditolak di 18 perusahaan sebelumnya?" Suara Patra bergetar, tapi ia tetap berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan, tidak peduli ke mana pun pergerakan Nero saat ini. "Yap! Seperti yang sudah kau dengar tadi, aku yang melakukannya." Tatapan Patra goyah dan air matanya sudah berkumpul di pelupuk matanya saat ini. "Lalu ... apa yang akan terjadi kalau aku melamar kerja di tempat lain lagi dan bukan di Nero Company?""Kau akan tetap berakhir ditolak. Tidak akan ada perusahaan yang menerimamu bekerja selain Nero Company. Hanya aku yang boleh menjadi bosmu. Aku sudah mengaturnya dengan sempurna." Nero mulai melangkah ke depan Patra dan berdiri menghadapnya lagi. Seketika semua rasa simpati yang tadinya Patr
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more
Aku adalah Wanita Kuat
"Bersihkan lantainya dan juga sepatuku! SEKARANG!"Untuk sesaat, Patra hanya terdiam mendengar perintah tegas Nero, seolah mempertimbangkan haruskah ia menurutinya atau tidak. Di hatinya, ia terus mengingatkan dirinya kalau ia bukan Patra yang dulu lagi, Patra yang bisa ditindas dan direndahkan. Walaupun Patra tadi memang menangis, tapi tangisan itu hanyalah ungkapan emosi dan rasa kagetnya mendengar apa yang sudah dilakukan oleh Nero. Ya, Patra menangis bukan karena ia lemah. Patra sudah bukan gadis remaja lagi yang begitu naif dan begitu halu membayangkan cinta yang menggebu.Patra yang sekarang adalah Patra yang sudah sadar hidup itu tidak akan berjalan seindah drama-drama yang sering ia tonton, yang membuatnya menangis semalaman namun terus tersenyum sendiri keesokan harinya. Karena pada kenyataannya hidup itu kejam. Dalam hidup, selalu akan ada pilihan yang harus dipilih, walaupun pilihannya sama-sama tidak menyenangkan. Kesadaran itu juga yang membuat Patra sama sekali tid
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more
Menatapnya dari Kejauhan
"Ceritakan padaku, Patra! Apa CEO-nya galak? Apa dia cerewet? Banyak permintaan? Kau tahu kan biasanya kebanyakan orang kaya begitu ribet? Mereka tidak bisa melihat sebutir debu pun!" Selly terus mengomel saat mereka sudah duduk berdua di kantin perusahaan. Tapi Patra malah tersenyum mendengarnya. Sungguh, di saat seperti ini, mendapat teman seperti Selly benar-benar keberuntungan baginya. "Selly, terima kasih kau sudah sangat mempedulikanku, tapi aku baik-baik saja." Patra menangkup tangan Selly. "Astaga, berterima kasih untuk apa? Kau temanku, Patra! Lagipula baik-baik saja bagaimana? Seharusnya tadi kau menolaknya saja, Patra! Kepintaranmu terlalu berharga kalau hanya untuk menjadi cleaning service di sini. Dasar perusahaan gila! Di mana lagi mereka bisa mendapatkan karyawan sepintar kau, Patra!" Patra tetap tersenyum, namun ia terdiam sejenak. Sebenarnya pekerjaan cleaning servicenya masih bisa ia jalani, ia hanya keberatan bertemu dengan Nero lagi. Tapi Nero sendiri sudah m
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more
Hati yang Kacau
Patra berdiri di depan sebuah rumah sederhana malam itu, rumah kontrakan kecil yang sudah ia tinggali selama dua bulan ini bersama adik laki-lakinya dan ayahnya sejak ia pulang kembali ke kota ini.Sambil memasang senyum terbaiknya, Patra pun merapikan kemeja dan rok span yang ia pakai tadi sewaktu berangkat kerja. "Ya, biarkan seperti ini saja! Mereka tidak perlu tahu apa yang aku kerjakan, yang penting halal dan aku mampu menjalaninya."Senyuman Patra pun makin lebar, sebelum ia masuk ke rumahnya. "Aku pulang!" teriak Patra yang memang sudah biasa ia lakukan agar ayah dan adiknya mengetahui kalau ia sudah pulang. "Eh, Kak Patra sudah pulang, Ayah!" Patrick, adik Patra yang sedang menyiapkan makan malam langsung melongokkan kepalanya ke arah kamar dan berteriak pada ayahnya. "Hmm, makanan apa yang kau siapkan, Patrick? Mengapa baunya harum sekali?" Patra terlihat bersemangat dan langsung menghampiri meja makan yang malam ini begitu penuh dengan makanan. "Eh, cuci tanganmu dulu,
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
Insiden Tidak Terduga
"Aku berangkat dulu, Ayah!" Patra berpamitan pada ayahnya pagi itu, sebelum ia buru-buru berangkat karena takut ketinggalan bus. "Hati-hati, Nak!" sahut Herdi, ayah Patra. Herdi pun menatap Patra yang sudah mulai menjauh dari halaman rumahnya dengan perasaan yang tidak karuan. Andai saja ia tidak sakit-sakitan, mungkin ia yang bekerja keras untuk Patra dan Patrick, bukan membebankan tanggung jawab yang begitu besar pada anaknya itu. Herdi tidak pernah berhenti merasa bersalah karena sudah membawa banyak kesulitan dalam hidup Patra, terutama karena majikannya dulu. Sementara di perusahaan, Nero sudah berdiri di balkon lantai dua. Dari posisi ini, ia bisa melihat ke lobby, reseptionis, sekaligus ke pintu masuk. Dan Juan yang menemani Nero pun terus bertanya-tanya tentang keanehan sikap sahabatnya itu. "Kau datang begitu pagi hanya untuk berdiri di sini sejak tadi, Nero? Sebenarnya apa yang kau lihat? Apa kau mau memeriksa absensi juga? Melihat apakah semua karyawanmu datang tepat
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more
Kau Harus Dihukum
Tiga orang wanita cantik berpenampilan seksi nampak duduk bersama di sebuah meja di sudut kantin karyawan. Dua di antaranya adalah karyawan baru yang juga diterima bekerja bersama Patra, tapi salah satunya adalah karyawan senior di sana. "Hei, itu dia wanita yang kemarin melamar kerja bersama kita kan?" tanya salah satu wanita saat ia melihat Patra duduk bersama Selly. "Ah, benar. Dia membuatku insecure karena katanya dia lulusan terbaik di kampusnya itu. Cih, kupikir dia akan diterima kerja setingkat manager, ternyata hanya cleaning service!" sahut wanita lain mencemooh. Karyawan senior bernama Maya pun langsung memicingkan matanya. "Siapa yang bilang lulusan terbaik bisa jadi manager? Kalau dia berakhir hanya menjadi cleaning service ya berarti memang sampai di sana saja kemampuannya!""Ah, bukan begitu, Bu, tapi kami hanya tidak tahan melihat tampang sok polosnya! Saat dia duduk menunggu bersama kami itu beberapa orang terus bergos
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status