Home / Romansa / Skandal Cinta Pilot Angkuh / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Skandal Cinta Pilot Angkuh: Chapter 1 - Chapter 10

214 Chapters

1. Kesedihan Joya

"Joya," panggil Szasza dengan suara yang bergetar.Joya yang sedang asik membaca langsung mengalihkan pandangannya dari buku yang ada ditangannya, "Kenapa, Sza?""Joy, gue mau ngasih tau lo sesuatu.""Apa? Ada apa sih?" tanya Joya bingung saat melihat wajah sahabatnya itu. Rasa-rasanya Joya tidak sedang dalam masalah apa pun hari ini, kenapa Szasza tampak seperti orang kebingungan.Szasza mulai mengatur napasnya, Szasza tau bila dirinya memberikan informasi ini. Szasza yakin Joya akan histeris atau bahkan ambruk."Kenapa sih?" tanya Joya gemas. Saking gemasnya Joya menutup buku yang sedang dia baca dan berjalan ke arah Szasza."Apaan, kenapa ada apa sih?" tanya Joya bingung."Joy, gue mau ngomong sesuatu.""Iya apa, lo kenapa sih?" tanya Joya bingung."Itu gue—""Sebuah tabrakan beruntun yang terjadi di Tol Jagorawi, telah memakan korban. Sepasang suami istri yang menggunakan mobil mini bus telah meregang nyawanya. Menurut data yang telah kami dapatkan
Read more

2. Hutang

Joya mencampakkan telepon setengah frustasi. Lintah darat berengsek bernama Hasan Basrie meminjamkan uang dengan bunga yang benar-benar mencekik pada almarhum ayahnya.    Dia terduduk dan mencakari berkas yang sejak tadi terhampar. Tak ada hal yang bisa menepis atau setidaknya mengurangi jumlah hutang.   "Berengsek," desis Joya. Keringanan yang diberikan pun tak membawa pengaruh besar. Dia masih perlu lima ratus juta lagi untuk menutupinya. Rumah, apartemen dan mobilnya sudah Joya jual. Besok rencananya Joya sudah harus angkat kaki dari rumah itu. Szasza menyarankan Joya mengekos bersama dengan dirinya di sebuah kostan. Joya bersyukur memiliki sahabat multitalenta seperti Szasza. "Kenapa lo?" tanya Szasza. "Ini gimana, gue masih butuh duit lima ratus juta buat bayar hutang-hutang bokap gue. Gue udah nggak sanggup lagi, dapat duit dari mana lima ratus juta dalam dua minggu?" tanya Joya sambil melempar pulpen dari
Read more

3. Hampir Terenggut

"Hah, maksud Bapak apa?" tanya Joya kaget, pelayanan yang seperti apa yang diharapkan oleh Hasan. Joya yakin pelayanan ini pasti ada hubungannya dengan kegiatan esek-esek. "Kamu jangan pura-pura polos lah." Hasan mendekati badan Joya dan mengelus paha Joya. Seperti tersengat listrik, Joya langsung mendorong tangan Hasan dari pahanya. Rasa jijik langsung Joya rasakan, "Maksudnya apa, yah?" "Astaga jangan pura-pura lugu lah, emang kamu nggak pernah apa?" "Pernah apaan?" tanya Joya berang. "Zaman kaya gini, nggak mungkin kamu masih perawan," ucap Hasan sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Joya. Joya yang kaget sontak mendorong badan Hasan dengan keras, "Saya masih perawan, Pak." "Oh, yah. Coba sini saya cicip," ucap Hasan sambil menyentuh bagian dalam paha Joya. Jari jemari Hasan yang kasar langsung membuat Joya meremang, "Saya bilang lepas." Hasan langsung merasa tertantang dengan penolakan Joya, dengan kasar dice
Read more

4. Jalan Keluar Penuh Kebingungan

Szasza kembali menarik Joya ke dalam pelukannya. Sesaat tadi ia tak tahu harus mengatakan apa. Soal keberuntungan bahwa Joya hanya disentuh saja, atau ungkapan penyesalan karena sekujur tubuh sahabatnya itu sudah dijelajahi pria tua. Dalam hati, ia diam-diam bersyukur. Joya belum sempat dinodai.   "Diminum dulu," Szasza menyodorkan secangkir teh ke tangan Joya. Sahabatnya itu memegang cangkir dengan tangan yang masih sedikit bergetar. “Udah nangisnya?” tanya Szasza sambil memberikan secangkir teh ke tangan Joya. Joya hanya bisa mengambil teh dari tangan Szasza dan mengusap air matanya dengan menggunakan punggung tangannya.  “Udah, gue kaget Sza. Seumur hidup baru tadi, gue kaya gitu,” isak Joya. Szasza hanya bisa menepuk bahu Joya, sahabatnya itu memang wanita baik-baik. Sepengetahuannya, Joya bukan wanita munafik yang tidak suka melakukan hal seperti itu. Tapi, Szasza yakin Joya masih melakukan sekitar wilayah dada. “Udah, u
Read more

5. Teror

Tak aneh kalau toilet mini market yang disinggahi puluhan orang setiap harinya selalu berpenampilan luar biasa, meski setiap hari dibersihkan dengan seksama. Walau sudah sering membersihkan toilet, Joya masih selalu mengernyit tiap berjongkok menyikat lantainya. Tepian WC selalu membuatnya mual.     "Aww!" Kepala Joya tersentak ke belakang. Rambutnya yang diikat tinggi itu ditarik tiba-tiba oleh seseorang.   "Nama lo Joya Dimitra?" tanya pria pelaku yang baru saja menarik rambut Joya.   Sikat yang tadi dipegang Joya, terlepas. Tangannya seketika berpindah memegangi bagian kepalanya yang berdenyut karena tarikan pria itu. "Sakit, Pak. Tolong lepas," teriak Joya keras sambil berusaha mencakar tangan yang sedang menarik rambutnya. Rasa sakit langsung menjalar ke kepala Joya. "Gue tanya sekali lagi, nama lo Joya Dimitra?" "Iya, Nama gue Joya Dimitra," jerit Joya keras sambil berusaha mele
Read more

6. Kenikmatan Pertama

"O--Oya," cicit Joya. Suaranya hilang ditelan ketakutan.    Belum lagi selesai mengatur napasnya. Sepasang bibir, melumat mulutnya membabi buta. Lidah laki-laki itu membelitnya, memaksa dirinya untuk membuka mulutnya dan memberikan aksen tak terbatas pada dirinya agar dapat menjelajah bibir Joya. Joya merasakan tangan lelaki itu mulai meremas payudaranya dengan sangat keras, Joya yakin setelah ini berakhir Joya akan mendapati banyak lebam di sekujur tubuhnya yang sangat sensitif.  Lelaki itu menarik lagi telinga Joya ke bawah, entah kenapa lelaki ini selalu menarik-narik telinga Joya saat menciumnya. Sesaat Joya merasakan lelaki itu mengurai ciumannya. "Sebentar." Joya tersengal-sengal, Joya berjuang untuk bernapas. Ini bukan ciuman pertamanya. Tapi, lelaki yang saat ini sudah membelinya memiliki ciuman termabukkan dan terbaik yang pernah Joya rasakan.  Terdengar kekehan pelan ditelinga Joya. "Kenapa saya harus berh
Read more

7. Hentakkan Demi Hentakkan

Tubuh lelaki itu ambruk menimpa Joya, Joya hanya bisa pasrah mendapati lelaki tersebut menimpanya. Rasa sesak, lengket dan deburan kenikmatan benar-benar Joya rasakan saat ini. Semuanya bersatu menjadi satu, ini adalah pertama kali Joya merasakan semuanya sekaligus. Joya merasakan pergerakkan di atas tubuhnya, lelaki tersebut sepertinya bergerak kesamping Joya. Joya diam pasrah, tubuhnya menggigil bukan main karena suhu udara yang dingin, sedangkan dirinya tidak mengenakan sehelaipun benang di tubuhnya.  “Berapa berat badan kamu?”  “Hah, gimana?” tanya Joya bingung, lelaki sinting itu malah bertanya berapa berat badannya? Buat apa?“Kamu budek? Saya tanya berapa berat badan kamu?” tanya lelaki itu sambil meremas salah satu dada Joya. 
Read more

8. Cuddle and Good Bye

Joya merasakan rasa hangat menyelimutinya. Bukan, bukan selimut hotel yang menghangatkan tubuhnya yang kelelahan atas semua kegiatan yang telah dirinya lakukan. Joya merasakan dada yang bidang dihadapannya, lengan yang kekar dan kaki yang keras juga liat merengkuhnya.  Wangi maskulin dari lelaki itu langsung menggelitik hidungnya, wanginya benar-benar membuat dirinya nyaman. Tanpa sadar Joya menelusupkan wajahnya diatara ceruk leher lelaki itu.  Merasakan pergerakkan dari Joya, lelaki itu mengecup pucuk rambut Joya, terdengar gumanan dari lelaki itu, "Kamu wangi bayi, aku suka Oya." Tubuh Joya meremang saat merasakan jari jemari lelaki itu bergerak di belakang punggungnya. Menggelitiknya, memberikan sensasi yang tidak mampu Joya ungkapkan dengan kata-kata.  "
Read more

9. Time After Time

Delapan tahun kemudian....  Kring ... Kring ... Terdengar suara handphone di atas nakas, tiba-tiba keluar sebuah tangan dari balik selimut. Selimutnya sedikit tersibak, dengan cekatan tangan itu berusaha meraih handphone di atas nakas.  “Mamah,” jerit seseorang dari balik selimut. “Siapa? Mamah siapa?” tanya Szasza bingung sambil bangkit dari tidurnya dan melihat ke sekeliling kamar. “Szasza gue telat,” jerit Joya sambil berlari ke kamar mandi.  “Telat apaan?” tanya Szasza bingung. “Lo telat datang bulan? Emang lo punya pacar atau one night stand sama siapa?” Brang ... Prang ... Terdengar suara barang-barang berjatuha
Read more

10. Fajar Klakson

"Joya, kamu tolong kasih ini semua ke kokpit," pinta Diana sambil menyerahkan sebotol air mineral satu liter, tissue dan plastik sampah."Harus saya?" tanya Joya pada Diana dengan suara memelas. Joya sedang malas berurusan dengan sektor kopilot.Lebih tepatnya Joya sedang tidak mau berurusan dengan seorang Fajar Larsson. Pilot tampan berusia 38 tahun, yang memiliki gelar Captain America-nya maskapai penerbangan mereka. Dari pertama mereka berkenalan hingga detik ini Joya dan Fajar tidak pernah akur. tapi, entah kenapa schedulle mereka selalu sama dan untungnya Fajar tidak pernah menurunkan Joya dengan alasan tidak bisa diajak bekerja sama, padahal Fajar bisa melakukan hal tersebut pada dirinya."Mau siapa lagi?" tanya Diana sambil menatap Joya. "Ada orang lain di sini?"Argh ... rasanya Joya ingin melemparkan kettle yang ada di tangannya kearah Diana, andai Joya tidak ingat siapa Diana mungkin sudah Joya lakukan. "Baik, Mbak."Joya dengan patuh men
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status