Ketika Orion Black berhasil menyelesaikan permainan maut “Infinity Abyss” yang telah menjebaknya selama ratusan tahun, dia mengutarakan permintaannya untuk kembali ke dunia asalnya. Sayangnya, Orion malah berpindah ke sebuah dunia asing yang sama sekali tidak dikenalnya dan pada waktu yang salah pula. Orion menemukan dirinya terbangun di atas tumpukan mayat yang termutilasi di sebuah hutan misterius. Di sana dia melihat pemandangan penuh horor, di mana ada sekelompok manusia serigala yang ingin menjadikannya camilan di tengah malam Orion berpikir dirinya pasti salah posisi ketika mengutarakan permintaannya untuk keluar dari “Infinity Abyss” yang telah menjebaknya. Setelah membereskan kekacauan di tempat itu —mengeliminasi manusia serigala— dan keluar dari sana, Orion yang tiba-tiba mendapatkan ingatannya pun mulai merasa panik. Orion hanya ingin kembali ke dunia asalnya yang damai untuk pensiun dan hidup tenang malah tersesat di sebuah dunia parallel bernama Bintang Biru. Dan yang lebih mencengangkan lagi, Orion melihat banyak monster yang mirip seperti monster di “Infinity Abyss” berkeliaran di dunia itu dan superpower bisa terlihat di mana-mana. Awalnya Orion ingin menghiraukan semua itu dan bertekad menjadi orang biasa yang dilupakan oleh dunia. Sayangnya, keinginan Orion itu tidak lebih dari sebuah mimpi belaka. Karena tanpa sepengetahuannya, Orion malah terseret dalam pusaran konspirasi yang telah berlangsung seratus tahun lalu lamanya dan mengakibatkan dunia menjadi penuh akan bahaya seperti sekarang. Kehancuran Bintang Biru hanya menunggu waktu saja, terutama setelah monster purba dari kerak abyss merangkak masuk ke dunia baru tersebut.
View More“AAAOOOOO…”
Lolongan panjang terdengar di sana. Suaranya melengking dan juga keras, begitu memekakkan telinga serta memecahkan kesunyian di tengah malam. Suara gemerisik dari dahan pohon yang bergoyang ikut terdengar, bau anyir darah yang pekat juga menambah rasa seram dan membuat bulu kuduk siapapun bisa berdiri karena ngeri.
Pemandangan itu mirip seperti pemandangan horor yang mencekam.
“AAHH…. TOLONG…! JANGAN BUNUH DIRIKU…!” Seorang laki-laki yang tubuhnya bersimbah darah memohon untuk tidak dibunuh. Wajah pria itu pucat pasi, darah yang mengucur hebat dari kening membasahi area pipi kanannya. Ia kehilangan banyak darah, akan tetapi karena keinginannya untuk tetap hidup membuat pria itu terus bergerak, menjauh dari bahaya yang ada di depan mata.
Sang pria terus merayap, kaki kanannya yang putus memaksanya untuk bergerak menggunakan kedua tangan. Ia mencoba untuk pergi menjauh, membuat jarak dirinya dengan bahaya yang mengancam itu bertambah jauh. Pergerakan sang pria terbatas, kedua matanya terbelalak lebar, mulutnya yang terbuka dan menutup untuk mendapatkan pasokan oksigen pun kini ikut ternganga.
Seraya merayap mundur dengan kedua sikunya, sang pria beberapa kali menatap ke depan, ke arah monster berambut lebat dan bertubuh tinggi yang tengah membelakangi cahaya rembulan di belakang sana. Monster itu tinggi dan besar —hampir tiga meter tingginya. Kedua telinga besarnya berdiri tegak di atas kepala itu bergerak-gerak sesaat mengamati pergerakan sang pria, lalu mulut di bawah moncong besarnya terbuka lebar, memperlihatkan dua deret gigi bertaring yang sangat mengerikan.
“AAAOOO…!!!” Si manusia serigala menengadahkan kepalanya ke atas. Dia membuka lebar mulutnya, lalu melolong sekeras-kerasnya.
“AAAAOOOOO!!!!”
“AAAOOO…”
“AAAAOOOOO!!!”
Sambutan demi sambutan pun menggelegar di sana. Lolongan dari manusia serigala yang mengarah ke bulan disambut oleh lolongan dari manusia serigala lainnya. Pesta berdarah yang dikuasai oleh kengerian pun dimulai, dan sang pria yang merangkak penuh ketakutan pun menjadi satu-satunya saksi biksu yang masih hidup di tempat itu.
“AAAKKHH!!!” teriak sang pria penuh kesakitan. Ia menurunkan matanya, di sana ia melihat empat cakar besar yang tajam menusuk dadanya dari belakang sampai tembus ke depan. Rasa sakit menghantamnya dengan kekuatan penuh. Kedua matanya terbelalak lebar, dan si pria membawa kedua tangannya yang bergetar untuk menyentuh area luka besar yang ada di dadanya.
Darah segar menyembur hebat dari luka yang menganga di dada. Sang pria juga memuntahkan darah dari mulutnya. Kedua mata pria itu berkunang-kunang sekaligus kabur, dan napas terakhirnya pun menghilang kala cakar tajam yang menusuknya dari belakang ditarik dari tubuhnya. Tidak lama kemudian, manusia serigala yang menyerang pria itu langsung menggigit lehernya, mengoyak daging dan kulit dengan brutal, lalu melahapnya. Begitu rakus. Sangat menakutkan.
BRUK…
Tubuh itu jatuh menghantam tanah karena tidak ada yang menopangnya, tepat di antara mayat-mayat yang termutilasi dan tergeletak di atas tanah hutan. Manusia serigala yang berjumlah lebih dari sepuluh orang pun menikmati aroma darah dan daging besar dari manusia yang mereka bantai. Mereka kembali melolong ke udara, menyerukan kegembiraan karena ‘pesta’ yang terjadi di sana.
“AAAAOOOOO!!!”
Pemandangan seram itu adalah apa yang Orion lihat ketika ia membuka matanya untuk yang pertama kalinya. Dia berdesis, menahan rasa sakit luar biasa yang dirasakannya. Sebelum Orion bisa mengetahui apa yang terjadi di tempat itu, tubuhnya yang sudah terluka parah kini mulai merasakan lemah dan membuatnya hampir melayang serta kehilangan kesadaran.
Mata Orion menggelap, ia ingin pingsan karena tubuhnya yang kehilangan banyak darah. Akan tetapi, instingnya untuk bertahan hidup yang telah terasah oleh marabahaya pun memaksanya untuk tetap terjaga. Dengan bersusah payah Orion bangkit dari posisi tidurannya, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu mengedarkan pandangannya untuk melihat ada di mana dirinya berada sekarang ini.
Pepohonan besar tumbuh tinggi menjulang ke atas, dedaunannya yang tumbuh di dahan pohon-pohon itu sangat rindang, menutupi langit di atas sana sampai membuat Orion kesulitan untuk melihat apakah sekarang ini siang atau malam. Di sana Orion melihat ada banyak tubuh manusia tergeletak di atas lantai hutan sampai area altar tempatnya berada. Warna merah darah menjadi warna dominan dan membentuk genangan yang menyeramkan, aroma darah yang anyir mendominasi area itu.
Pemandangan yang tersaji di depan matanya sangat menyeramkan, mampu membuat bulu kuduk orang yang melihatnya berdiri hebat. Sayangnya, ekspresi Orion tidak berubah sedikit pun ketika ia menemukan dirinya berbaring di antara para mayat yang termutilasi. Dia masih tenang, bahkan keningnya juga tidak berkerut ngeri, serta kedua matanya masih mengisyaratkan kekaleman seperti apa yang tersaji di sana bukanlah hal yang menyeramkan.
Dengan tubuh yang telah mencapai batas karena luka parah yang dideritanya, Orion pun beringsut ke samping, menghindari serangan telak yang berasal dari depan. Setelah itu Orion berguling beberapa kali dan kemudian menggunakan satu lutut untuk bertumpu setelah berhenti. Orion melihat seekor manusia serigala yang berbulu lebat rupanya menyadari kalau dirinya tidak mati, sang manusia serigala yang murka itu pun langsung menyerang Orion dengan mengibaskan cakaran tajam tangannya pada pemuda itu. Beruntung sekali Orion yang memiliki insting tajam bisa menghindar, sehingga dia bisa selamat dari serangan tersebut.
“Wow, kalau aku tidak segera menghindar pastinya aku sudah menjadi daging cincang di tanganmu,” ungkap Orion. Lidahnya berdecak kecil, mencemooh sang manusia serigala yang barusan gagal mengeksekusi dirinya. Meskipun tubuhnya begitu lemah, Orion masih memiliki energi untuk mengatakan hal itu.
Tahu kalau Orion tengah mengolok-olok kegagalannya, si manusia serigala yang tubuhnya diselimuti oleh rambut keabu-abuan itu menggeretakkan gigi-gigi besarnya. Ia menggeram. Seraya bertumpu pada kedua lutut besarnya, si manusia serigala pun melompat tinggi. Dia begitu cepat, dua tangannya dengan kuku-kuku tajam mengarah pada Orion, siap mencabik tubuh pemuda itu tanpa ampun.
Kurang dari satu detik kemudian, si manusia serigala sudah berada di atas Orion, dia akan menerkam tubuh ringkih Orion.
Orion meludahkan darah yang menggumpal dalam mulut. Dia mengambil sebuah belati perak dari ruang kosong yang tak kasat mata. Dengan belati perak di tangan, Orion menghalau serangan tajam manusia serigala yang dilayangkan padanya. Meskipun tubuh Orion jauh lebih kecil bila dibandingkan ukuran si manusia serigala, pemuda itu terlihat tidak kesulitan ketika menahan serangan yang diberikan padanya, terutama dengan tubuhnya yang bisa dikatakan tidak fit karena luka berat yang dimilikinya.
Ketika serangan mereka bertemu, Orion tidak membuang banyak waktu untuk mendorong musuhnya menggunakan belati —mengibaskan si manusia serigala darinya.
Detik berikutnya, Orion bergerak begitu cepat dan cekatan. Ia muncul di belakang tubuh besar si manusia serigala lalu menebas leher monster itu menggunakan belati perak di tangannya. Begitu tebasan itu dilayangkan, tubuh dan kepala manusia serigala terpisah. Darah segar dalam jumlah banyak muncrat ke udara, Orion melompat di udara sebelum mendarat beberapa meter dari manusia serigala yang dibunuhnya.
BUAGH…
Suara tubuh besar yang terjatuh terdengar cukup keras. Suara itu dan juga aroma darah yang pekat di udara menarik perhatian manusia serigala lainnya yang ada di tempat itu.
“Grrrr…. AAAAOOOOO!!!” Manusia serigala terdekat dengan tempat Orion bergegas berlari ke arahnya, ia geram karena melihat anggota klannya terbunuh di tangan ‘binatang berkaki dua’ —manusia— rendahan seperti Orion.
Orion melesat ke belakang, ia menghindari serangan yang dilayangkan bertubi-tubi oleh si manusia serigala kedua. Setelah menghindari serangan untuk kedua kalinya, Orion menendang sisi samping tubuh si manusia serigala. Tendangan yang terlihat lemah namun memiliki kekuatan yang besar itu membuat si manusia serigala terpental sejauh empat meter dari Orion.
Pemuda itu menoleh ke samping. Dua manusia serigala lainnya yang bertubuh besar menyerangnya dari dua arah yang berlawanan secara bersamaan. Orion mengendikkan kedua bahu, lalu sosoknya menghilang dari kepungan dua manusia serigala. Orion melesat ke udara, dengan kecepatan yang tinggi dan sukar untuk dilihat oleh mata telanjang, dengan cepat ia kembali memenggal kepala kedua manusia serigala sebelum mendarat di atas dahan pohon yang besar dan kokoh tidak jauh dari sana.
“Monster di sini tidak terlalu kuat, namun anehnya mereka bisa membunuh banyak orang termasuk pemilik tubuh ini,” gumam Orion. Ia melihat ke bawah, matanya yang begitu tenang sibuk mengawasi pergerakan monster yang ada di bawah sana.
“Apa orang-orang yang tinggal di tempat ini sangat lemah?” tanyanya lagi kepada diri sendiri.
Termasuk tiga manusia serigala yang berhasil ia bunuh tadi, Orion menghitung jumlah monster yang ada di tempat ini tidak lebih dari sepuluh banyaknya. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, ia menggunakan persepsi untuk menyembunyikan keberadaannya agar tidak dideteksi oleh kawanan manusia serigala yang ada di bawah sana.
“Open.”
Begitu kalimat itu meluncur dari mulutnya, sebuah layar dengan garis biru di tepiannya muncul di hadapan Orion. Layar virtual itu memiliki nama “System: Infinity Abyss”. Nama itu tidak terdengar asing bagi pemain Infinity Abyss seperti Orion. Hanya mereka yang terhubung dengan sistemnya lah yang bisa melihat layar masing-masing.
“Sistemku anehnya masih bekerja, padahal aku ingat sebelum meninggalkan Paradis aku sudah menghancurkan otak utama dari sistem ini,” gumam Orion kepada dirinya sendiri.
Mata Orion menelisik apa yang terpasang di layar virtual di depannya. Di sana terdapat empat bagian yang bisa diseleksi, mereka adalah: ruang portabel, sistem mall, sistem trading, dan forum.
Dan di bagian paling bawah layar tertera jumlah poin yang Orion miliki adalah 9999999999+, poin itu sama persis dengan jumlah poin yang Orion miliki ketika dia berada di Paradis. Terutama setelah Orion berhasil keluar sebagai pemenang, ia mendapatkan banyak poin tambahan yang kini terakumulasi menjadi satu dengan poin sebelumnya.
Apabila Orion kembali ke Paradis, ia akan menjadi orang terkaya dalam permainan Infinity Abyss dengan jumlah poin sebanyak itu dalam genggamannya. Dan pemain lainnya tentu akan merasa iri dengannya.
“Ada yang berbeda dari sistem ini. Di sini tidak ada informasi umum dan langsung mengarah pada sistem mall,” gumam Orion lagi. Jarinya mengarah pada ruang portabel, di sana terdapat berbagai macam barang serta senjata yang Orion miliki dan tersimpan rapi pada sistem virtual tersebut.
Lalu Orion mengeklik sistem mall di samping ruang portabel. Dalam sistem mall itu Orion melihat ada berbagai macam barang yang dijual di sana, mulai dari barang sederhana seperti makanan, pakaian, sampai mata uang dari berbagai negara yang belum pernah Orion lihat sebelumnya. Di sistem mall juga menjual barang-barang bernilai tinggi seperti ramuan khusus, batu rune, senjata dalam kelas E sampai legendaris dan mistik, serta masih banyak lagi. Asalkan memiliki poin, mereka bisa membeli barang apapun dalam sistem mall.
Beruntungnya semua harga yang tertera pada barang di sistem mall masih berada dalam rentang harga yang bisa Orion beli menggunakan poin.
Orion mengarahkan jarinya pada sistem trading yang ada di bagian paling bawah. Di area sistem trading Orion tidak melihat apapun di sana, layar virtualnya masih bersih dan kosong.
“AAAAOOOOO!!!!” Lolongan super keras dari kawanan manusia serigala kembali terdengar. Suaranya menyebar ke seluruh penjuru area hutan, memaksa perhatian Orion yang ingin melihat area forum pada layar virtual sistemnya untuk kembali mengarah pada kawanan monster tersebut.
“Mempelajari sistem ini bisa dilakukan nanti. Yang terpenting sekarang adalah mengeliminasi monster di tempat ini.”
Tanpa melihat ke arah layar, jari tangan Orion mengarah pada sistem mall dan ia membeli dua botol ramuan penyembuh seharga dua poin per botolnya. Tubuh yang Orion gunakan bukanlah tubuhnya sendiri, dia tidak melihat ada kemampuan regenerasi cepat dalam tubuh ini, sehingga Orion membutuhkan ramuan penyembuh untuk membuat semua luka di tubuhnya sembuh sebelum ia menghadapi sisa monster yang ada di bawah sana.
“Tsk.”Suara decihan kecil terdengar. Orion mengayunkan pedang dengan aura perak yang menyelimuti area pedangnya. Ia kembali bergerak cepat, baik menyerang dan menghindari serangan pada saat sama. Dalam setiap langkah dan gerakan yang Orion ambil, banyak monster lebah tumbang satu per satu. Teknik berpedangnya terlihat sederhana, tidak memiliki banyak seni, namun sangat kuat dan mematikan lawannya.Teknik berpedang milik Orion merupakan teknik membunuh, bukanlah teknik berpedang untuk memperlihatkan keindahan.“Dia sangat kuat,” ungkap Eliza. Dia terperangah melihat bagaimana Orion menghadapai monster-monster berbahaya itu dengan mudah.Monster yang membunuh banyak rekan mereka terlihat sangat mudah—dan juga tampak lembah— dihadapi oleh Orion, bahkan pembantaian di depan mata itu terjadi satu sisi di mana para monster tampak tidak berdaya menghadapi sabetan pedang milik Orion. Lantai gua semakin dibanjiri oleh darah dan potongan-potongan tubuh monster, beberapa saat juga terdengar led
Bagaimana mungkin orang yang masuk dalam kategori Hunter lemah atau dalam kamus Charles sebagai orang biasa dan tidak mengalami kebangkitan dapat menghadapi monster besar dengan mudah seperti ini?Orion bergerak cepat. Gerakannya menangkis dan menyerang monster lebah mengatakan dia telah terbiasa menghadapi monster, bahkan ekspresinya sendiri tidak menampakkan rasa takut maupun kelelahan. Dia terlihat benar-benar berbeda ketika berhadapan langsung dengan monster berbahaya seperti ini.Dengan mengambil pedang silver dari ruang penyimpanan pribadinya, Orion pun mulai melakukan serangan balik. Dia bergerak cepat, menghilang dan muncul di berbagai sisi. Ayunan pedangnya mematikan, tiga monster telah tumbang karena tebasan pedang berselimut aura miliknya.Merasakan aura dominasi menguar dari sosok Orion, dua monster lebah yang tersisa terlihat gusar. Mereka terlihat ingin kabur, sosok pemuda dengan tangan memegang sebilah pedang di depan mereka tampak seperti predator, di mana kedua monste
Orion menghentikan gerakannya dalam mengayunkan kapak beliung. Dia meletakkan kapak beliung di tangannya ke atas tanah, kemudian Orion menegakkan badan, matanya menatap lurus ke depan di mana jalanan gelap berada di sana. Perasaan aneh menggerogoti hatinya, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres tengah terjadi di depan sana.Orion adalah orang yang memiliki intuisi tajam. Dia mempercayai intuisinya lebih dari apapun, bahkan itu sistem yang dimilikinya sekalipun. Dia selalu selamat dari maut karena mendengarkan intuisi yang dimilikinya. Oleh karena itu, Orion memperhatikan perasaan aneh yang tiba-tiba saja muncul dalam hatinya.Namun, apa itu?“Nak Orion, apa kau lelah?” tanya seorang pria yang tengah bekerja dengan kapak beliungnya di samping Orion.“Tidak, aku hanya mengambil jeda sedikit,” ungkap Orion. Dia tidak jujur ketika memberikan jawaban.“Aku mengerti. Setelah itu kau bekerja lagi, ada banyak kristal mana yang perlu kita ambil.”Orion memberikan anggukan sebagai jawaban. W
Dungeon berdengung. Getaran kecil yang hampir bisa diabaikan terasa dari dalam dungeon yang berbentuk terowongan panjang seperti gua di depan sana. Beberapa orang yang melihat bentuk dungeon yang penuh akan terowongan dan berongga pun saling melemparkan tatapan kepada satu sama lain, mereka penuh dengan rasa penasaran di samping kewaspadaan.“Hati-hati, kita tidak tahu bahaya macam apa yang mengintai di depan sana. Jangan turunkan kewaspadaan kalian!” perintah Mark yang kini berdiri di depan rombongan.Suara tegukan ludah terdengar. Banyak pasang mata awas mengedar ke sekeliling, mengawasi setiap sudut yang ada untuk mencari bahaya yang dapat mereka deteksi. Dungeon dengan pencahayaan suram berbentuk terowongan ini bisa dikatakan sebagai kelas D—kelas rendah yang tidak menarik perhatian, tapi semua itu tidak memungkiri kalau setiap dungeon memiliki karakteristik dan menyimpan bahaya masing-masing.“Benar, kita harus berhati-hati.” Seseorang memberikan pendapat, dan sejujurnya pendapat
Suara itu begitu keras, terdengar menuntut, dan juga penuh emosi yang bernama kemarahan. Orion yang menjadi subyek utama dari si penanya mencoba untuk tidak menghela napas panjang, tetapi ia masih menyempatkan diri untuk menoleh ke arah orang yang dengan tidak sopannya bertanya bagaimana ia masih hidup.Masih hidup? Pertanyaan macam itu?Apabila dia tidak hidup, tentu saja Orion tidak akan berada di sini—berdiri untuk menghadiri pertemuan tim ekspedisi yang siap menjelajahi dungeon di Kota Ventus. Tanpa perlu menjadi seorang jenius untuk mengartikannya, Orion bisa mengatakan kalau si pemilik suara yang bertanya padanya tidak memiliki niatan baik barang sedikit pun padanya. Atau mungkin orang itu adalah musuh dari si pemilik tubuh asli yang tentu saja mengharapkan kematiannya.Pemuda itu memasukkan satu tangan ke saku celana, lalu ia memutar tubuhnya ke samping agar bisa melihat dengan mudah sosok orang yang melontarkan pertanyaan kurang ajar itu padanya tadi. Satu alis terangkat sedik
“Alkemi Untuk Idiot” pantas disebut sebagai benda kelas mistik. Tidak hanya buku tersebut memungkinkan penggunanya mempelajari alkemi dan ramuan dalam waktu singkat—bahkan saat si pengguna yang dimaksud belum pernah mempelajari alkemi sebelumnya. Di dalam buku tersebut juga memuat banyak informasi mengenai semua alkemi dan ramuan yang ada sejak waktu penciptaan dunia.Orion tidak tahu mengapa dewa penciptaan menciptakan buku “Alkemi Untuk Idiot”, namun ia sangat berterima kasih padanya karena telah menciptakan benda yang berguna seperti ini—terlebih lagi, karena sebuah alasan tertentu buku itu berada di sistem mall yang kemudian dibeli oleh Orion. Dari semua pengetahuan yang Orion dapatkan dari buku kelas mistik tersebut, ia juga menemukan sebuah ramuan yang bisa menjadi solusi untuk mengatasi kondisi Mariana saat ini.Ramuan harmonisasi, sebuah ramuan kelas S yang diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang master ramuan beribu-ribu tahun lalu. Ramuan ini memungkinkan tubuh orang ya
Orion menurunkan matanya. Cahaya lampu yang berpendar di atas menciptakan silhuet dan membuat bayangan kecil menyelimuti sebagian wajah Orion, membuat ekspresi yang terpatri di wajah tampan pemuda itu samar-samar dan hampir tidak bisa terlihat.Hening menyelimuti keduanya. Baik Orion maupun Dokter Ryan tidak membuka mulut untuk memecah keheningan di sana, terutama setelah ucapan yang Dokter Ryan lontarkan sebelumnya menjadi penyebab hal ini terjadi.“Ah…” Bibir Orion terbuka sedikit, suara kecil keluar dari mulutnya sebagai balasan kecil.Seraya memiringkan sedikit kepalanya, Orion menatap sosok Dokter Ryan dengan mata yang setengah terbuka. Ekspresinya kalem, emosinya tidak terbaca, dan dia terlihat mirip dengan buku misteri yang tidak bisa ditebak apa jawabannya. Dokter Ryan selaku satu-satunya ‘penonton’ merasakan tangannya gatal, dia ingin menguak tabir misteri yang bernama Orion Black ini.“Aku tidak menyangka kalau kondisi Nenek begitu serius,” ujarnya. Dia mengetuk-ngetukkan jar
Mereka berdua berdiri di depan tirai medis yang menyelubungi sebuah ruangan kecil, ruangan itu adalah tempat di mana nenek Orion saat ini tengah dirawat. Apabila beberapa waktu lalu Dokter Ryan masih memiliki ekspresi penuh senyum —serta memiliki niatan untuk bercanda ketika bertemu dengan Orion, kini ekspresi wajahnya penuh akan keseriusan.Orion yang berdiri di depannya bergeming di tempat. Sepasang mata hijau emerald yang cemerlang milik sang pemuda terlihat datar, tidak ada emosi kecil yang tersirat pada wajah tampan Orion. Dia begitu tenang.Melihat keseriusan sang dokter, Orion bisa menebak kalau kondisi Mariana Black bisa dikatakan sangat serius, dan semua ini berdasarkan analisa seorang pengguna superpower tipe penyembuh dengan kelas B.“Kau lihat nenekmu terlebih dahulu, kemudian kau bisa menemuiku di ruangan depan setelahnya. Aku akan memberitahumu kondisi Mariana yang sebenarnya,” kata Dokter Ryan, dia tidak langsung menjawab permintaan yang Orion berikan padanya beberapa wa
“Apakah lokasinya benar berada di sini?” Seorang pria turun dari mobil yang dikendarainya, hujan deras yang mengguyur tempat itu langsung membuatnya basah kuyup di sekujur tubuh. Namun, tanpa ada kepedulian sedikit pun ia membiarkan air hujan mengguyur tubuhnya seraya mengedarkan mata ke sekeliling.Bangku depan mobil ikut terbuka setelahnya. Lalu, sebuah payung terbuka sebelum seseorang turun dari dalam mobil di bawah perlindungan payung tersebut. Orang yang turun itu merupakan seorang wanita cantik, rambutnya yang merah menyala begitu ikal dan bergelombang. Pakaiannya seksi dan sedikit terbuka, sepatu boot warna hitam memeluk kedua kaki panjangnya, dan ia juga mengenakan kacamata hitam yang membingkai wajahnya untuk menyembunyikan sepasang mata tajam dari luar.“Aku tidak menyukai cuaca suram seperti ini,” keluh sang wanita. Dia berjalan menghampiri pria yang kini dari ujung kaki sampai rambut telah basah kuyup. “Kalau bukan karena laporan monster yang muncul di tempat ini, aku tidak
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments