Dilatih sejak kecil oleh pendekar legendaris Li Xian di pulau terpencil, Zhou Fu tumbuh menjadi sosok yang penuh misteri dengan potensi tak terbatas. Latihannya bukanlah sekadar pendidikan bela diri biasa—ia dipersiapkan untuk menghadapi takdir besar yang telah menantinya. Selama hidup dalam pengasingan dan berlatih dengan sang kakek, Zhou Fu tanpa sadar menyimpan kekuatan yang bahkan ia sendiri belum sepenuhnya memahaminya. Ketika masa berlatihnya belum usai, takdir segera memanggilnya keluar dari pengasingan. Sebuah pertemuan tak terduga dengan putri bangsawan, Nona Shen Yang, memaksanya untuk meninggalkan pulau. Zhou Fu terjun ke dalam petualangan epik yang penuh dengan tantangan, rahasia, dan musuh-musuh yang berbahaya. Dengan ilmu yang belum sepenuhnya sempurna, Zhou Fu harus menjawab panggilan takdirnya. Siapa sebenarnya Zhou Fu? Apa rahasia besar yang menunggunya di akhir perjalanan ini? Hanya waktu yang akan mengungkapkannya.
View MorePROLOG
Apa jadinya jika bumi hanya dijadikan sebagai medan pertempuran bagi sekelompok manusia sakti yang tak bermoral? Hal tersebut terjadi di daratan Benua Timur beribu-ribu tahun yang lalu. Bumi tidak lagi menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Gunung, daratan dan lautan hanya disesaki oleh jasad-jasad manusia yang gagal menyelamatkan diri. Tumbuhan dan binatang menjadi makhluk yang hampir-hampir punah keberadaannya. Kekacauan tersebut setidaknya berhasil mengambil lebih dari separuh populasi manusia di Benua Timur. Penyebab dari semua kejadian tersebut adalah pertempuran tujuh manusia sakti yang sama-sama ingin menjadi nomor satu.
Tujuh manusia sakti adalah tujuh pendekar terhebat di masanya. Para pendekar yang telah mampu melampaui batas kekuatan manusia. Kekuatan mereka bahkan lebih tinggi daripada kekuatan seribu pendekar hebat di masanya. Mereka bukan lagi disebut pendekar, bukan juga disebut dewa, orang-orang menyebutnya sebagai iblis bumi.
Ketika Benua Timur sudah berada di ambang kehancuran, Dewa mengutus tujuh kesatria untuk menghukum para iblis bumi. Pertempuran terbesar sepanjang sejarah pun terjadi. Tujuh kesatria langit nyatanya tak mampu mengalahkan tujuh iblis bumi. Legenda mengatakan, tujuh kesatria langit itu pada akhirnya mengeluarkan jurus yang paling ditakuti oleh mereka sendiri. Jurus tersebut adalah jurus penghancur malapetaka. Bukan hanya bisa mengahcurkan musuh, jurus tersebut sekaligus menghancurkan para kesatria langit yang telah dikirim Dewa.
Kedahsyatan jurus penghancur malapetaka ternyata tak mampu ditampung oleh bumi. Bumi bergejolak, gunung menjadi serupa kapas dan lautan memuntahkan isinya. Seketika, Benua Timur terbelah menjadi tiga daratan besar dan seribu pulau-pulau kecil tak bernama. Tiga daratan baru yang terbentuk masing-masing bernama, Daratan Caihong, Daratan Bingdao, dan yang terakhir adalah daratan Shamo.
Butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk membuat tiga daratan tersebut pulih sebagaimana mestinya. Manusia-manusia yang tersisa, perlahan-lahan kembali bangkit untuk membangun kehidupan. Peradaban baru pun tercipta. Kedamaian menjadi sahabat manusia selama beratus-ratus tahun berikutnya hingga pada suatu hari, seorang petani di daratan Caihong membuat geger semua orang lantaran menjadi pendekar sakti hanya dalam waktu yang sangat singkat.
Kesaktian tersebut, menurut kabar dari mulut ke mulut, dipicu oleh permata roh suci yang ia temukan di suatu tempat. Permata Roh Suci tersebut dipercaya sebagai wujud dari Kesatria Langit yang telah berkorban memusnahkan iblis bumi. Perburuan permata roh suci pun dimulai.
***
Tiga ratus tahun dihitung dari saat pertama kali Permata Roh Suci ditemukan, hiduplah seorang kakek tua bersama cucunya di tengah kedalaman hutan di pulau Konglong. Pulau Konglong adalah satu dari seribu pulau kecil yang merupakan pecahan dari Benua Timur setelah mengalami bencana besar. Manusia di zaman ini tak mengenal Benua Timur, legenda terbelahnya benua tersebut hanya menjadi dongeng dari mulut ke mulut yang diragukan kebenarannya.
“Kakek…. Kakek…,” seorang anak kecil berusia enam tahun sedang berteriak-teriak dari dalam goa. Ia berteriak hampir selama satu jam tetapi sang kakek tidak juga datang padanya. Anak kecil tersebut berulang kali mengusap keringat di keningnya, ia sudah hampir menyerah dengan tugas yang diberikan sang kakek di hari itu.
Jika hari-hari sebelumnya si kakek memintanya untuk berburu rusa, atau sesekali juga singa, kali itu si kakek membebaninya dengan tugas untuk berburu gajah. Tak hanya sembarang gajah, si kakek juga mewajibkan untuk cucunya memilih gajah dengan belalai terpanjang di dalam hutan. Anak kecil tersebut sudah mulai berburu gajah ketika matahari belum terbit dengan sempurna. Saat di mana ia berteriak-teriak memanggil kakeknya, matahari sudah bersiap-siap untuk membenamkan diri. Itu artinya, hari akan berganti malam, dan anak kecil itu bahkan belum sempat sarapan.
Anak kecil tersebut bernama Zhou Fu, ia berteriak bukan karena putus asa akibat gagal menangkap gajah belalai panjang. Ia setidaknya sudah berhasil menggiring gajah buruannya masuk ke dalam perangkap yang ia pasang di goa ketika hari masih siang. Zhou Fu mulai berteriak-teriak memanggil kakeknya karena ia tidak tahu bagaimana caranya membawa buruan sebesar itu ke gubuk yang ia tinggali bersama si kakek.
Jarak dari goa itu ke gubuknya adalah sekitar tiga mil, jarak yang tak jauh jika saja buruannya adalah harimau, atau mungkin buaya. Ketika hendak berangkat memburu gajah, Zhou Fu lupa untuk bertanya pada sang kakek tentang bagaimana caranya mengangkat buruan sebesar itu.
“Kakek… Kemarilah, jika kau bersedia menolongku, aku janji besok akan membawakan dua gajah untukmu!” Zhou Fu kembali berteriak dari dalam goa, suaranya yang cukup kencang membuatnya langsung menutup telinga sebab goa yang ia tempati mendengungkan teriakannya berkali-kali lipat lebih kencang.
“Apa kubilang, kau bahkan belum cukup kuat untuk disebut sebagai anak-anak,” seorang kakek tua berjalan memasuki bibir goa dengan langkah yang cukup santai. Ia mengamati hasil buruan cucunya dengan tanpa rasa kagum sedikit pun, “saat aku seusiamu, aku bahkan bisa melempar induk gajah hingga berpuluh-puluh mil jauhnya!”
Zhou Fu mulai menutup telinga dengan kedua tangannya. Ia selalu kesal jika sang kakek menceritakan kehebatan-kehebatannya di masa kecil.
“Jika kakek sehebat itu semasa kecil, mengapa kita harus bersembunyi di hutan ini sepanjang waktu,” Zhou Fu mendengus kesal, ia selalu ingin untuk berpetualang tempat-tempat lain selain di pulau Konglong, tapi kakeknya selalu berkata jika dunia terlalu kejam dan mereka berdua belum cukup kuat untuk melangkah keluar.
“Ya, jika aku pergi sendiri, kukira aku akan bebas menikmati dunia yang keras. Tapi sial, aku harus merawat bocah kecil yang bahkan tak bisa membawa pulang binatang buruannya,” si kakek menjawab sambil tangannya menggesek-gesekan batu dari dalam goa. Sepertinya ia berniat untuk bermalam di goa tersebut bersama Zhou Fu sambil menikmati kepala gajah belalai panjang.
Jauh di dalam lubuk hatinya, si kakek sebetulnya cukup kagum dengan kemampuan Zhou Fu yang melebihi anak-anak pada usianya. Sayangnya, meski berulangkali ia berharap bisa memuji cucunya itu, ia kembali ingat jika Zhou Fu harus mendapat didikan untuk menjadi lebih kuat dan lebih kuat lagi. Pujian hanya akan menghambat perkembangan. Oleh sebab itu, sehebat apapun pencapaian yang bisa diraih oleh Zhou Fu kecil, si kakek tak pernah sekali pun menganggapnya sebagai sesuatu yang berarti.
Masa lalu yang pahit menjadi alasan utama si kakek membesarkan Zhou Fu dengan didikan yang keras dan kejam. Kenangan buruk yang menimpa Zhou Fu kecil harus ditebus dengan perjuangan yang maksimal. Zhou Fu harus menjadi yang terkuat, jika tidak, bencana di masa lalu akan terulang kembali dan semuanya menjadi sia-sia.
Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena
Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan
Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d
Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc
“Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis
Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun
Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera
Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c
Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments