The Cursed Journey Of Zhura

The Cursed Journey Of Zhura

last updateLast Updated : 2023-04-03
By:  MidnightKalopsia   Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
175Chapters
8.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Zhura tidak pernah menyangka jika rumah misterius yang ia masuki justru membawanya ke dunia asing yang berpenghuni makhluk aneh. Dirinya dijadikan gadis yang akan dikorbankan dalam ritual maut, lalu ia tergabung dalam kelompok gadis suci yang penuh pertarungan hidup dan mati. Terdengar mengerikan, tapi itu adalah upaya yang dilandasi harapan. Baik itu darah atau air mata, harus ada pengorbanan dalam pembebasan dunia dari kutukan yang menyebabkan matinya hati seorang pangeran. Di sisi lain, jalinan benang takdirnya ternyata terikat erat dengan pengeran terkutuk itu yang membuat Zhura harus terhubung dengan rahasia dan konspirasi berbahaya. Lautan api berada di sisi kanan, sementara jurang berada di sisi kirinya, dapatkah dirinya kembali ke dunianya dengan selamat?

View More

Latest chapter

Free Preview

Prolog

Di antara pejaman mata, semua hal terasa menyesakkan. Selain pemandangan yang kosong, tubuhnya yang sedang beristirahat dengan nyaman tiba-tiba terasa dingin. Punggung yang dirinya baringkan kini seakan menempel di lautan es. Bulan November baru datang, tapi tempat tidur miliknya tidak pernah sebeku ini di musim dingin. Mungkin ia terlalu banyak berpikir atau memang ranjang tuanya pun berubah menjadi alas lembek dan berair, seolah-olah kini ia berbaring di tanah becek. "Kenapa sangat dingin?"Gejolak rasa penasaran memaksanya membatalkan tidur lelap untuk membuka mata. Sebelah tangannya mengambil benda yang sangat dingin di bawah kaki. "Salju?" gumamnya tertelan angin. Sekarang ia paham, permukaan lembek yang menjadi alas pembaringan ternyata memang bukan ranjangnya. Entah apakah ini mimpi atau sebenarnya dia sedang berhalusinasi, tapi tempatnya terduduk sekarang adalah dataran salju."Di mana ini?" tanyanya sambil menatap sekeliling.Bulan berwarna jingga kemerahan, langit gelap ter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
175 Chapters

Prolog

Di antara pejaman mata, semua hal terasa menyesakkan. Selain pemandangan yang kosong, tubuhnya yang sedang beristirahat dengan nyaman tiba-tiba terasa dingin. Punggung yang dirinya baringkan kini seakan menempel di lautan es. Bulan November baru datang, tapi tempat tidur miliknya tidak pernah sebeku ini di musim dingin. Mungkin ia terlalu banyak berpikir atau memang ranjang tuanya pun berubah menjadi alas lembek dan berair, seolah-olah kini ia berbaring di tanah becek. "Kenapa sangat dingin?"Gejolak rasa penasaran memaksanya membatalkan tidur lelap untuk membuka mata. Sebelah tangannya mengambil benda yang sangat dingin di bawah kaki. "Salju?" gumamnya tertelan angin. Sekarang ia paham, permukaan lembek yang menjadi alas pembaringan ternyata memang bukan ranjangnya. Entah apakah ini mimpi atau sebenarnya dia sedang berhalusinasi, tapi tempatnya terduduk sekarang adalah dataran salju."Di mana ini?" tanyanya sambil menatap sekeliling.Bulan berwarna jingga kemerahan, langit gelap ter
Read more

Rumah Kayu

Kepingan salju menempel di jendela yang memburam akibat udara dingin. Entah itu bermain atau hanya duduk-duduk santai, angka tujuh derajat celsius tampak tidak mengurangi kebahagiaan anak-anak kecil untuk berada di luar rumah. Gejolak tak tertahan meronta ingin keluar, segera ia tutup hidung dengan tisu saat bersin itu datang. Benar-benar memalukan. Setengah musim baru terlewat, tapi sudah yang kelima kalinya gadis itu demam. Dirinya memang terlahir dengan kondisi yang rentan. Melihat keasyikan anak-anak kecil periang itu, dia merasa jadi butiran nasi kering di pinggiran piring."Kapan kau akan antarkan pesanannya? Hujan salju akan turun, bisa repot kalau terjebak." Seseorang membuka suaranya, memecah lamunan Zhura."Baiklah, aku akan pergi sekarang," ujar gadis itu kemudian memakai mantel, sejujurnya mantel cokelat itu adalah milik ibunya. Selanjutnya ia mengambil kertas dan juga bungkusan roti di atas meja. Kandelir besar yang tergantung di atas bergoyang saat pintu ruangan dibuka.
Read more

Hutan Berkabut Perak

"Mungkin dia pergi lewat pintu belakang?" Wanita tua itu bisa saja keluar lewat pintu belakang rumahnya. Lalu mengenai suara benda roboh tadi, Zhura pasti salah dengar, buktinya saat berkeliling tidak ada benda yang jatuh di lantai."Sial, lebih baik aku pulang saja." Ia masukan kalung belati biru itu dalam saku celana seraya berjanji akan mengembalikannya pada lain kali.Niat untuk pulang menyeruak, dia pun berjalan keluar. Semuanya berjalan lancar dalam beberapa saat bahkan saat Zhura skeptis bisa tidur nyenyak nanti. Rumah di ujung hutan, nenek dengan penampilan aneh, dan semua kejadian ini sungguh tidak biasa. Baru saja dibahas, hal gila pun terjadi. Lantai ruangan berderit. Pijakannya bergetar, Zhura seperti berdiri di antara gempa bumi. Seolah-olah menjawabnya, goncangan kuat datang. Belum sempat ia mencerna apa yang terjadi, tempatnya berdiri sudah merekah bersamaan dengan kayu-kayunya yang jatuh ke bawah."Akh!" Zhura mengangkat sebelah kaki untuk menyelamatkan diri, tapi terl
Read more

Seorang Budak

"Aaakh! Kenapa ada centaurus?!" tanya gadis itu mengambil langkah mundur."Dasar manusia bodoh! Jangan samakan aku dengan mereka! Aku ini satir!" Dia mengikatkan tali ke tangan Zhura. Gadis itu menelan ludahnya menyadari sekawanan makhuk yang sama ternyata berdiri di sekitar. Tangan mereka menahan gadis-gadis lain, seolah baru saja menangkap kumpulan narapidana yang kabur dari sel. Menatap mereka, kandung kemih Zhura mendadak penuh, jadi selama ini dirinya asik berjalan di sekitar makhluk-makhluk aneh ini. Setelah dipikir-pikir, dihantui arwah penasaran jauh lebih baik."Sekarang waktunya kembali ke tempatmu! Sayang sekali kau menjadi budak mereka, padahal gadis sepertimu pasti laku keras di pasar," ungkap satir itu menatapnya dengan tatapan menjijikkan."Kau pikir aku sayuran?" tanya Zhura gemetar.Karena penasaran, dia memberanikan diri menatap bagian bawah satir di depannya. Seluruh jiwa kerohaniannya bergema melihat pemandangan menjijikkan di sana. Polos sekali Zhura yang menghara
Read more

Sillvermist

"Paman, lepaskan aku! Kau salah membawa orang! Aku bukan budak!" seru Zhura kepada satir yang bertugas sebagai kusir."Diamlah!" Dia menyahut, lalu kembali menatap ke depan. "Hei, kau bodoh, ya?!" Zhura menghentakkan kaki beberapa kali pada lantai kereta. Peduli setan pada gadis-gadis di sebelahnya yang terganggu, ia akan berusaha keluar dari kereta buluk ini untuk mencari jalan pulang. Fakta bahwa tempat tujuan kereta ini mungkin adalah akhir riwayatnya membuat Zhura semakin gencar minta dilepaskan. "Paman, dengarkan aku! Aku hanya kebetulan lewat di hutan itu dan tidak ada hubungan apapun dengan mereka. Lihatlah, aku bahkan tidak mengenal siapapun di sini!"Seorang gadis asing yang duduk di sampingnya menyela, "Aku juga tidak mengenal siapa pun di sini."Mata Zhura mengerjap. Ia menutup bibir rapat-rapat menahan umpatan yang membahayakan nama baik. Di dalam kereta kini ada sepuluh gadis yang duduk bersamanya. Mereka adalah gadis-gadis yang ditangkap di hutan berkabut perak tadi. Be
Read more

Petang

"Zhura, sadarlah. Hari sudah malam."Di dalam tidurnya, Zhura merasakan tepukan di bahu seolah pelakunya sedang mencoba membuatnya terbangun. Sejujurnya ia sudah terjaga, tapi dirinya hanya enggan untuk membuka mata. Entah sudah berapa lama Zhura tidak istirahat, tapi tubuhnya benar-benar kelelahan. Diulurkan lengan ke sekitar pembaringan, kernyitan lantas menyusul di kening saat ia tidak menemukan bantal kesayangan."Hei, cepat bangun, Bocah!" teriak sosok lainnya dengan nada marah.Dikibaskan tangannya beberapa kali di udara seraya berkata, "Keluarlah, aku masih mengantuk. Ibu tahu, aku baru bermimpi masuk ke dunia dengan makhluk-makhluk konyol. Di sana aku bertemu dengan paman-paman mesum berkaki kambing yang tidak memakai celana dalam. Memimpikan itu semua membuat tubuhku sangat lelah, rasanya seperti aku baru saja mengikuti kompetisi ninja.""Dia orang gila, ya?" Suara familiar itu terdengar lagi, begitu samar seakan pemiliknya tengah berbisik."Pokoknya aku masih ingin tidur, to
Read more

Rumput Kering

"Aku terjatuh ke dalam lubang yang sangat dalam. Saat tertarik ke bawah kukira aku akan mati, tapi tubuhku justru terbawa ke dunia kalian. Lubang pada rumah kayu itu, mengarahkanku pada hutan tempat kita tertangkap para satir itu. Lalu, aku mencoba berjalan untuk mencari bantuan. Tapi, siapa sangka aku justru dikira bagian dari kalian.""Itu berarti mereka sudah salah tangkap. Dirimu tidak seharusnya berada di sini," kata Inara memperhatikan kalung yang sekarang melingkar di leher Zhura. Lalu, gadis elf itu terlihat menautkan kedua tangannya di depan dada seolah sedang memohon ampun. "Ceritamu sulit untuk dipercaya, tapi aku mengerti. Sejak di hutan, aku sadar auramu terasa berbeda. Aku sempat mengira kau berbohong saat di kereta, ternyata kau memang tidak berasal dari sini. Maafkan aku, Zhura."Udara malam berembus sedikit kencang membuat dinding tenda bergoyang. Tiupannya yang dingin teganya meninggalkan gigil pada tubuh Zhura yang bahkan sudah terbalut mantel. "Aku hanya berharap b
Read more

Pangeran Dengan Hati

"Tidak ada yang tahu nasib mereka. Ada yang percaya mereka sudah mati terbunuh oleh pemilik Naga Biru, penguasa dataran Hidee. Ada juga yang bilang mereka terjebak di sana.""Kenapa gadis suci harus mencari darah pemilik Naga Biru? Apakah sosok itu adalah orang yang mengutuk dunia?""Itu memang yang kami percayai selama ini. Dialah mengutuk dataran Firmest semenjak ribuan tahun. Membuat kita harus selalu mengorbankan nyawa gadis-gadis, sebelum bulan purnama merah yang akan muncul setiap enam belas musim semi," lanjut Inara.Zhura mengalihkan pandangan pada lentera kecil yang berada tak jauh dari tempatnya terduduk. Redup, itu bergoyang tertiup angin dari sela-sela tenda. "Apa yang akan terjadi jika tidak mengobankan para gadis? Dan tidak perlu mencari darah suci pemilik Naga Biru?" "Kutukannya akan datang, dataran Firmest akan tertimpa nasib buruk. Mulai dari kekeringan, pandemi, dan bencana alam. Aku pernah mendengar ceritanya dari ayahku. Saat itu, kelima kerajaan sepakat untuk men
Read more

Permainan Maut

"Seharusnya Putera Mahkota ada di sana juga, tapi aku tidak yakin dia akan datang. Kupikir, dia adalah orang yang tertutup dan jarang keluar. Sebenarnya ada beberapa alasan juga yang menyebabkan ia sebaiknya tidak banyak pergi bertemu orang lain. Kau tahu? Putera Mahkota itu adalah sosok yang aku ceritakan tadi malam. Yang aku dengar, perangainya pun sangat dingin dan tak berperasaan.""Sosok yang kau ceritakan semalam?" Sejujurnya Zhura tidak ingat."Mereka mulai membaca mantra!" Seorang gadis berambut cokelat yang berdiri di baris paling depan tiba-tiba berseru. Zhura lantas mengedarkan pandangan, mengolah situasi. Para gadis dari kalangan biasa terlihat panik, sementara gadis-gadis bangsawan mulai mempersiapkan senjata. Yang Zhura lakukan hanya melongo karena yang ia punya hanya peniti di baju yang kebesaran. Sekarang ia bahkan tidak memegang apapun selain doa-doa yang terus dipanjatkan. Zhura berusaha tenang tapi rasa panik terus menggelayut ketika pria dengan jubah biru gelap mul
Read more

Ritual Pengorbanan

Jadi seperti ini ritual pengorbanan yang mereka lakukan pada gadis-gadis. Entah itu berlari atau pun merangkak di tanah, gadis-gadis yang dipenjara ketakutan itu menangis berlumuran darah. Bahkan saat garis lembut wajah mereka penuh keringat, mereka tetap berjuang keras untuk tetap hidup. Zhura memang bukan bagian dari apapun di sini, tapi melihat berbagai penyiksaan di depannya membuat dirinya merasakan sakit hati."Sudahlah, Zhura!" Inara yang menyadari kehadiran hewan-hewan buas di sekitar mereka lantas menarik Zhura berlari ke arah rumput-rumput tinggi. Banyak tubuh-tubuh gadis yang gugur terkapar di seluruh tempat ini. Mati-matian Zhura mengabaikan itu dan menjaga pandangan yang mengabur agar hanya tertuju pada jalan. "Akh!" Sesuatu yang keras membuatnya tersandung, dan untuk pertama kalinya sejak berlari ia terjatuh.Duduk, Zhura mengusap lutut kanannya yang terasa panas akibat tergores bebatuan kecil. Bersamaan dengan itu, datang guncangan pada tanah yang samar-samar memperdeng
Read more
DMCA.com Protection Status