Legenda Sang Genius Immortal

Legenda Sang Genius Immortal

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-22
Oleh:  BebbyBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat. 4 Ulasan-ulasan
15Bab
65Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Kamu memang Genius tidak berguna, Shin Tian!" Begitulah hinaan yang selalu diterimanya dari ayahnya karena tidak mampu berkultivasi. Hinaan ayahnya ini memicu dirinya menciptakan portal waktu yang digunakannya untuk ke masa lalu dan masa depan untuk memperbaiki kerusakan dantian dan merediannya yang menyebabkan dirinya tak mapu berkultivasi. Tanpa disadari oleh Shin Tian, perjalanan waktunya membawa masalah yang besar bagi semesta tempatnya tinggal. Bahaya apakah itu? Apakah Shin Tian berhasil mewujudkan keinginannya menjadi Immortal yang Genius sekaligus Terhebat?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

01. Keluarga Besar Shin

Kabut tipis masih menggantung di atas tanah saat matahari pagi mulai merangkak naik dari balik perbukitan yang melingkari Kota Xian Jin—sebuah kota kecil yang berdiri tenang namun tegar di bawah kekuasaan Kerajaan Song Selatan. Angin pagi berembus pelan membawa aroma tanah basah dan dedaunan pinus, menyusup ke celah-celah bangunan kayu dan batu bata yang sudah menghitam dimakan waktu.Namun, ketenangan pagi itu hanyalah fatamorgana yang menutupi kenyataan kalau kota ini hidup berdampingan dengan bayang-bayang maut yang mengintai dari arah barat. Di sana, terbentang Lembah Iblis—sebuah wilayah kelam yang menjadi sarang makhluk-makhluk buas dan iblis berkepala dua. Para penduduk kota sudah lama tidak lagi berteriak ketakutan mendengar auman dari lembah tersebut. Mereka memilih beradaptasi, karena rasa takut yang abadi hanya akan membuat mereka lemah.Lembah Iblis sudah menjadi semacam legenda yang merakyat di masyarakat, terutama penduduk Kota Xian Jin. Mereka tidak takut karena merasa ...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Jacinda
Kultivator, Aljemis, Medis Keren banget
2025-04-21 13:58:18
1
user avatar
Dewi Kultivasi
Sukses untuk buku barunya thor... Update rutin ya ...
2025-04-21 13:56:55
1
user avatar
Adelia
Cerita Alkemis memang sangat menarik
2025-04-21 13:54:58
1
user avatar
Zhu Phi
Semangat untuk buku barunya Kak. Bagus ceritanya.
2025-04-21 13:39:37
0
15 Bab
01. Keluarga Besar Shin
Kabut tipis masih menggantung di atas tanah saat matahari pagi mulai merangkak naik dari balik perbukitan yang melingkari Kota Xian Jin—sebuah kota kecil yang berdiri tenang namun tegar di bawah kekuasaan Kerajaan Song Selatan. Angin pagi berembus pelan membawa aroma tanah basah dan dedaunan pinus, menyusup ke celah-celah bangunan kayu dan batu bata yang sudah menghitam dimakan waktu.Namun, ketenangan pagi itu hanyalah fatamorgana yang menutupi kenyataan kalau kota ini hidup berdampingan dengan bayang-bayang maut yang mengintai dari arah barat. Di sana, terbentang Lembah Iblis—sebuah wilayah kelam yang menjadi sarang makhluk-makhluk buas dan iblis berkepala dua. Para penduduk kota sudah lama tidak lagi berteriak ketakutan mendengar auman dari lembah tersebut. Mereka memilih beradaptasi, karena rasa takut yang abadi hanya akan membuat mereka lemah.Lembah Iblis sudah menjadi semacam legenda yang merakyat di masyarakat, terutama penduduk Kota Xian Jin. Mereka tidak takut karena merasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
02. Jenius Tidak Berguna
Langit pagi menyelimuti kediaman Keluarga Besar Shin dengan matahari yang perlahan muncul dari balik awan. Di balik pilar-pilar batu megah, seorang gadis berdiri, angin menggoyangkan helaian rambut hitamnya yang berkilau seperti untaian sutra. Ia adalah Shin Shiang, sosok muda dengan kecantikan yang menenangkan namun sorot matanya tajam—penuh pemikiran. Ia menatap halaman dalam dari kejauhan, menyaksikan seorang pemuda yang melesat lincah melewati koridor panjang. Terdengar riuh langkah kaki, berkejaran dengan suara napas yang terengah-engah."Shin Tian..." gumamnya lirih, hampir tak terdengar, namun dengan nada getir."Sampai kapan kau akan terus seperti ini?" batinnya, suara dalam hatinya penuh kegelisahan yang nyaris menyesakkan dada.Shin Tian, sepupunya, adalah satu-satunya pewaris sah dari Keluarga Besar Shin. Di usianya yang masih belia, dia seharusnya telah menguasai ranah kultivasi seperti para generasi unggulan lainnya. Tapi kenyataannya? Tidak satu pun jalur energi dalam tu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
03. Hinaan Sang Ayah
"Toako, kamu sudah keterlaluan!" suara Tetua Wang meledak di dalam aula utama, menggema di antara pilar-pilar batu yang menjulang seperti penjaga bisu. Matanya yang biasanya tenang kini menyala penuh amarah, urat-urat di lehernya menegang. "Bagaimana mungkin kau mengeluarkan kata-kata seperti itu?! Tian’er masih muda! Masih ada harapan untuknya! Kau tahu sendiri, jika segel-segel dalam tubuhnya berhasil terbuka, siapa tahu nasibnya bisa berubah!"Udara seketika terasa berat. Aroma dupa yang menyala di sudut ruangan mendadak menusuk hidung, seolah turut merasakan ketegangan yang menggantung di udara.Shin Long menyilangkan tangan di dadanya, sorot matanya dingin seperti es yang tak mencair meski di hadapan bara api. Ia melirik Shin Tian dengan tatapan kosong yang bahkan lebih menyakitkan daripada kata-kata yang akan meluncur dari bibirnya.Tidak ada rasa peduli dan rasa hangat dari seorang ayah yang terpancar dari dalam tubuhnya. Bahkan menganggap Shin Tian sekedar murid perguruan Kelu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
04. Segel Kultivasi
Shin Tian berdiri di ambang ruangan yang remang, matanya menyala seperti bara yang siap meledak. Suara seraknya mengiris keheningan malam, “Paman, mengapa aku tak bisa berkultivasi? Mengapa ada segel menyiksa di tubuhku?” Teriakannya menggema, seakan setiap kata adalah seruan frustasi yang telah lama terkunci dalam relung jiwanya.Di ruang itu, bayangan kecewa menari bersama kenangan masa lalu yang penuh harapan. Ia teringat betapa ia mengabdikan seluruh hari untuk menciptakan teknologi demi kejayaan Keluarga Shin—sebuah karya-karya yang pernah ia kira akan membuat ayahnya bangga. Namun, kini di mata sang ayah, pencapaian itu hanya debu yang tercecer di jalan panjang penghinaan. Perasaan terpinggirkan melanda, bagai beban berat yang menekan setiap tarikan napasnya.Suasana semakin meresap saat pamannya mendekat dengan langkah penuh simpati. Dengan lembut, ia berbisik, “Jangan pedulikan kata-kata ayahmu, Tian’er. Hanya amarah sesaat yang membuatnya bicara kasar.” Suaranya lembut sepert
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
05. Mesin Waktu
Ruang laboratoriumnya tak luas, tapi terasa seperti dunia lain. Lampu-lampu panel menyala lembut, memantulkan sinar ke meja kerja yang penuh dengan serpihan logam, kabel, dan skema digital yang melayang di udara. Suara mesin-mesin kecil mulai berdengung perlahan, menyatu menjadi simfoni pagi yang hanya bisa dinikmati oleh para pencipta.Ia mengenakan sarung tangan tipis, lalu menyentuh layar digital di depannya. Jari-jarinya mulai menari, menggambar sketsa-sketsa rumit yang muncul seolah mengalir dari pikirannya langsung ke layar. Pagi masih muda, dan dunia di luar masih setengah tertidur, tapi dalam dirinya, badai ide telah menggulung sejak semalam.“Kalau waktu menyimpan jawabannya, maka aku akan mencurinya dari masa lalu…”Ia mendesah pelan. Udara di ruang itu terasa lebih hangat dibanding luar, tapi juga lebih tegang. Bau logam berpadu dengan aroma kopi yang dingin di sudut meja—sisa malam yang ia lewati tanpa tidur. Keringat mulai membasahi pelipis, meski matahari belum tinggi.M
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
06. Menara Lonceng
Udara malam terasa berat, lembap, dan penuh listrik. Di tengah bengkel tersembunyi yang penuh roda-roda gigi, kabel-kabel berserakan, dan bau logam yang tajam, berdiri Shin Tian. Ia berdiri terpaku, matanya menyapu siluet mesin waktu yang menjulang seperti raksasa logam dalam kabut tipis uap panas. Mesin itu tak hanya sekadar alat ciptaannya—itu adalah puncak dari semua malam tanpa tidur, goresan luka karena eksperimen gagal, dan mimpi-mimpi yang ia rawat dalam diam.Ia menarik napas dalam-dalam. Udara masuk ke paru-parunya, dingin dan penuh aroma besi.Akhirnya...Namun jauh di dalam relung hatinya yang paling dalam, kehampaan menggeliat. Bukan kehampaan karena kelelahan atau keraguan. Tapi karena sosok yang tak pernah memberinya tatapan bangga—ayahnya. Kepala Keluarga Shin. Seorang pria berwajah batu dan suara sekeras baja tempa."Jika kau tidak menjadi kultivator, kau bukan siapa-siapa di keluarga ini." Kata-kata itu masih terngiang jelas, seperti cambuk yang tak kasat mata tapi me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
07. Menunggu Sambaran Petir
Langit di atas kediaman Keluarga Shin menghitam, menggantung berat seperti pertanda kutukan yang hendak turun. Awan bergulung-gulung seperti naga kelabu, dan rintik hujan mulai menari di udara, menciptakan irama lembut yang menghantam genting tua menara tua keluarga. Udara terasa lembap dan bergetar oleh energi yang belum meledak—seperti napas yang ditahan semesta.Di puncak menara itu, Shin Tian berdiri sendiri, tubuhnya kaku, jantungnya berdebar seolah ingin memberontak keluar dari dadanya. Nafasnya berat, mengembuskan uap tipis yang menyatu dengan hawa dingin. Di depannya, sebuah mesin aneh berbentuk silinder perunggu berdiri diam, kabel-kabel berserakan bagai akar tanaman yang mencari tanah. Ia mendongak, menatap langit dengan mata penuh harap."Hanya tinggal menunggu petir menyambar," gumamnya, nyaris seperti doa yang ditelan angin. Wajahnya basah—entah karena hujan atau keringat—namun matanya bersinar dengan tekad yang tak bisa dipadamkan.Jika petir itu datang, jika rencananya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
08. Waktu Yang Salah
Deras hujan menari-nari di atas atap Menara Lonceng, memercik di atas bebatuan yang dingin dan licin. Udara malam yang basah dan dingin terasa menyesakkan, seperti ikut menindih dada Shin Tian yang sudah penuh luka.Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena udara dingin yang menusuk kulit, tapi juga karena kemarahan yang membuncah dalam dadanya. Ia berdiri dengan susah payah, darah menetes dari sudut bibirnya, mencampur air hujan di pipi."Beraninya... kalian memukulku!" desisnya, mencoba menegakkan tubuh dan suaranya yang bergetar. Mata hitamnya menatap tajam meski mulai memerah. "Kalau Ayah tahu... ia akan menghukum kalian... dengan seberat-beratnya!"Ia merasa terhina dengan perlakuan mereka. Ia adalah pewaris pimpinan Keluarga Shin tapi ia tidak dihargai sama sekali oleh sekelompok pemuda yang masuk kasta rendah dalam Keluarga Shin.Suara tawa mengejek membelah udara, kasar dan penuh hinaan. Seorang pemuda berambut acak-acakan melangkah maju, sorot matanya dingin bagai binatang buas ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
09. Zaman Kultivasi Kuno
Suara desir angin bergaung samar di telinganya. Perlahan, kesadaran Shin Tian mulai merangkak kembali dari kegelapan. Ia menggeliat pelan, tubuhnya terasa seperti dihantam batu besar—berat, nyeri, dan tak sepenuhnya berada di bawah kendalinya.“Ugh… aku… ada di mana?” gumamnya pelan. Suaranya terdengar parau, seperti bisikan dari balik kabut tebal. Ia memejamkan mata sejenak sebelum mencoba membukanya.Kelopak matanya terbuka perlahan, dan cahaya temaram yang hangat menembus pandangan yang masih buram. Pandangan itu menari-nari, bergetar, sebelum akhirnya mulai menetap. Aroma khas kayu tua, bercampur debu dan sedikit jejak dupa, langsung menyeruak masuk ke dalam hidungnya, menampar kesadarannya.Ia tersentak.Tempat ini jelas bukan halaman belakang kediaman Keluarga Shin yang ia kenal sejak kecil. Ruangan itu sempit, dikelilingi oleh dinding batu yang dihiasi relief-relief tua—ukiran yang tampak hidup dalam keremangan cahaya. Ukiran naga yang menggulung, simbol-simbol kuno yang asing
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
10. Kuil Dewa Alkemis
"Kuil Dewa Alkemis..." gumam Shin Tian dengan suara bergetar, nyaris seperti bisikan yang terlepas tanpa sadar dari bibirnya.Udara pagi yang dingin menusuk hingga ke tulang. Di depannya, kuil kuno berdiri kokoh di tengah kabut tipis, dikelilingi pohon-pohon tua yang daunnya berguguran pelan tertiup angin. Setiap helai daun yang jatuh seolah membawa bisikan masa lalu.Legenda tentang tempat ini telah lama menghantui kisah-kisah para kultivator—sebuah kuil yang menyimpan rahasia Kitab Dewa Alkemis. Konon, kitab itu menyimpan teknik pemurnian pil-pil langka, termasuk Pil Immortal—pil legendaris yang mampu membawa kultivator melesat langsung ke ranah Immortal, melewati semua tingkatan yang biasanya harus ditembus dengan bertahun-tahun latihan dan penderitaan.Jantung Shin Tian berdebar seperti genderang perang. Tangan kanannya mengepal erat, seolah ingin menggenggam takdir itu sendiri.“Jika ini benar-benar masa itu... berarti dia masih hidup,” bisiknya, suara tercekat antara kekaguman d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status