Warning 21+/Harem Reverse Seorang wanita manusia direbut oleh Kaisar dunia iblis karena diramal akan membawa keberuntungan. Namun, setelah menikah dengan sang Kaisar, ia menemukan bahwa sembilan pangeran tampan dari berbagai ras juga bersaing untuk mendapatkan hatinya.
View MoreAngin malam mengusap lembut tirai tipis yang menari di jendela terbuka kamar kerajaan. Sisa cahaya merah dari Purnama Api masih menggantung di langit, menciptakan semburat kemerahan yang samar di lantai batu hitam yang dingin. Udara masih mengandung sisa aroma wewangian ritual, campuran bunga dan sesuatu yang nyaris tak terjelaskan… seperti roh lama yang baru saja dilepaskan.Arcelia duduk di tepi ranjang besar yang berkanopi, rambutnya masih basah dan terurai, beberapa helai menempel di kulit lehernya yang pucat. Ia mengenakan jubah tipis yang diberikan pelayan, namun tubuhnya masih terasa hangat oleh air ritual. Bukan hanya tubuhnya—jiwanya juga. Ada semacam keheningan dalam dirinya, tetapi bukan yang kosong. Lebih seperti... keheningan setelah badai.Kaisar berdiri tak jauh darinya, diam dalam bayang-bayang ruangan, masih mengenakan jubah ritualnya yang kini sedikit basah oleh embun malam. Sorot matanya menatap Arcelia lama, seakan mempelajari sesuatu yang baru dalam diri perempuan
Langkah Arcelia melambat ketika suara para pelayan terdengar dari balik dinding aula utama. Mereka membicarakan tentang Purnama Api yang akan datang malam ini—perayaan sakral yang hanya terjadi sekali dalam seratus tahun. Arcelia memicingkan mata, mendengarkan dengan hati-hati, hingga namanya disebut.“…Ratu harus memimpin ritus pembersihan,” bisik salah satu pelayan perempuan.“Ya, dan katanya Purnama Api ini sangat penting bagi kekuatan kerajaan iblis. Kalau sampai gagal, bisa membawa petaka…” sahut pelayan lainnya, suaranya hampir gemetar.Arcelia langsung mengalihkan langkah, tidak jadi menuju taman seperti rencananya. Ia menuju ruang singgasana, tempat Kaisar biasanya menyendiri saat senja menjelang.Pintu berat berukir itu terbuka tanpa harus disentuh. Kaisar, duduk di atas singgasananya yang menjulang, memandang lurus ke arahnya begitu Arcelia masuk.Arcelia memasuki aula itu dengan langkah tergesa-gesa, mirip seorang anak kecil yang sedang menuntut janji dari Ayahnya.“Aku ing
Di bawah cahaya rembulan yang menerangi langit kerajaan iblis, Pangeran Kael berdiri tegap di hadapan Arcelia. Angin malam berhembus lembut, menggoyangkan helaian rambutnya yang keemasan, menciptakan kontras yang luar biasa dengan matanya yang berkilat penuh tekad.Arcelia menatapnya dengan kebingungan, merasa ada sesuatu yang berbeda malam ini. Biasanya, Kael adalah sosok yang penuh canda, pria yang suka menggoda dengan senyum nakalnya. Namun kali ini, aura yang ia pancarkan begitu serius dan mendalam."Ratu Arcelia," suara baritonnya mengalun, menggetarkan hati Arcelia tanpa ia sadari."Ada apa, Kael?" Arcelia bertanya dengan suara pelan, matanya mencari jawaban dalam tatapan Pangeran Naga itu.Kael melangkah mendekat, mendekatkan tubuhnya yang tinggi dan kokoh. Kedua tangannya mengepal seolah ia sedang berusaha menahan sesuatu yang selama ini terpendam."Kau adalah pasangan takdirku," ucapnya, tanpa ragu sedikit pun.Jantung Arcelia seakan berhenti berdetak sejenak. Kata-kata itu t
sarat dengan wibawa dan kekuasaan, menggema di sepanjang koridor."Ratu."Arcelia bahkan tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Suara bariton yang begitu berkarisma, membuat udara seolah berhenti bergetar. Hanya ada satu orang yang bisa memanggilnya dengan nada sekaku itu, penuh klaim dan kepemilikan. Kaisar.Lucien yang berada di sisinya menegang sejenak, lalu dengan gerakan santai yang disengaja, ia berbalik, menampilkan senyum tenangnya seperti biasanya. "Kaisar, betapa beruntungnya kita bisa bertemu di sini," ucapnya dengan nada manis yang terdengar menggoda.Arcelia, yang semula masih menikmati obrolannya dengan Lucien, tiba-tiba merasa tubuhnya menggigil sedikit. Bukan karena dingin, melainkan karena tatapan Kaisar yang kini tertuju padanya. Mata merah gelapnya bersinar tajam, menyorot dengan intensitas yang membuat Arcelia merasa seakan-akan ia sedang dipenjara oleh kehadiran Kaisar sendiri.Tanpa berkata apa pun, Kaisar melangkah maju, aura iblisnya yang
Arcelia berjalan pelan di taman istana yang diterangi cahaya bulan pucat. Angin malam berembus lembut, membawa aroma bunga malam yang merekah di sekelilingnya. Langkahnya terhenti ketika ia merasakan sebuah kehadiran yang familiar, aura yang dingin namun menggoda."Ratu yang anggun, mengapa berjalan sendirian di malam seperti ini? Tidakkah kau takut ada makhluk yang ingin mencuri kecantikanmu?" Suara dalam itu menggema di telinganya, diiringi dengan desir angin yang seolah berbisik di antara dedaunan.Arcelia menoleh dan mendapati Pangeran Lucien berdiri di bawah bayangan pohon besar, sorot matanya tajam namun penuh ketertarikan. Wajahnya yang sempurna dalam cahaya bulan terlihat lebih memesona dari biasanya. Ada senyum tipis di bibirnya, senyum yang seakan menyimpan banyak rahasia."Aku tidak takut, Pangeran Lucien. Lagipula, siapa yang berani menyentuh Ratu Iblis?" balas Arcelia dengan nada menggoda, namun dalam hatinya, ada debaran halus yang mulai ia rasakan.Lucien melangkah mend
Uap hangat dari pemandian masih menyelimuti permukaan air ketika Arcelia mengangkat wajahnya. Aroma bunga dan rempah khas istana iblis menguar, menciptakan suasana yang begitu tenang dan mendamaikan. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat. Tatapan matanya menangkap sosok tegap yang melangkah mendekat dengan penuh wibawa.Kaisar.Arcelia sontak membatu, lalu dengan cepat naik ke permukaan, membuat air beriak mengikuti gerakannya yang tiba-tiba. Kulitnya yang bening berkilauan terkena cahaya lilin-lilin yang mengapung di permukaan air, menambah aura menakjubkan yang secara alami terpancar darinya. Napasnya sedikit memburu saat menatap Kaisar yang kini berdiri di tepi pemandian dengan sebuah jubah sutra hitam keperakan di tangannya.Tatapan matanya dalam dan penuh tuntutan, namun ada kehangatan yang tersembunyi di sana. Tanpa sepatah kata pun, ia mengulurkan jubah itu, seakan memberi perintah tanpa suara. Arcelia menggigit bibirnya, lalu meraih jubah itu dengan tangan yang masih
Suasana di aula itu terasa lebih panas dari biasanya. Aula besar yang dipenuhi dengan ukiran hitam keperakan bersinar lembut dalam cahaya obor berwarna biru. Para pangeran duduk di sekeliling meja panjang dari batu obsidian, minuman berwarna merah gelap berputar dalam cawan mereka. Suasana tampak santai, namun ada ketegangan yang menggantung di udara.Pangeran Srigala, salah satu dari mereka yang paling liar dan berapi-api, bersandar dengan senyum penuh arti di wajahnya. Ia mengangkat cawannya, matanya berbinar dengan sesuatu yang berbahaya."Kalian semua sudah melihatnya, bukan? Ratu kita..." katanya dengan nada menggoda. "Cantik luar biasa. Wangi tubuhnya manis seperti bunga bulan, kulitnya sehalus sutra, dan tubuhnya... ah, sungguh sayang jika hanya satu pria yang bisa memilikinya."Beberapa pangeran tertawa pelan, saling bertukar pandang. Mereka tidak bisa menyangkal, Ratu yang baru memang memiliki daya tarik yang tidak bisa disangkal oleh siapa pun. Namun, mereka juga tahu siapa
menyusuri lembaran buku dengan hati-hati. Cahaya lilin yang temaram menciptakan bayangan di dinding, membentuk sosok-sosok misterius yang seakan mengawasinya. Setiap halaman yang ia baca semakin menariknya ke dalam misteri yang lebih dalam.Matanya membelalak ketika ia menemukan sebuah buku tua yang berbeda dari yang lain. Sampulnya terbuat dari kulit hitam yang telah menua, dengan ukiran emas yang hampir memudar. Jelas, ini adalah buku kuno, mungkin lebih tua dari banyak sejarah yang ia ketahui di dunia manusia. Dengan hati-hati, ia membuka halaman pertama dan mendapati huruf-huruf yang ditulis dengan tinta merah tua—seakan darah yang membeku di atas kertas.Semakin ia membaca, semakin jantungnya berdetak lebih cepat.‘Ramalan Sang Ratu: Penyelamat atau Pemusnah?’Tangan Arcelia sedikit bergetar saat ia melanjutkan membaca. Isinya bukan hanya tentang keberuntungan atau kejayaan, melainkan juga tentang kehancuran.‘Ia akan datang dari dunia manusia, dengan darah yang bercampur antara
dan merah darah. Tubuhnya terasa berat, napasnya masih tersengal-sengal, dan pikirannya berputar seperti kabut yang belum menghilang sepenuhnya. Sisa-sisa kehangatan masih melekat di kulitnya, sensasi membara yang ditinggalkan Kaisar Azrael belum sepenuhnya pudar.Suara langkah Kaisar mendekat, mantap dan tanpa ragu. Arcelia merasakan sentuhan hangat dan kuat di pinggangnya sebelum tubuhnya terangkat dengan mudah ke dalam pelukan Kaisar. Ia terkejut, tapi tak memiliki tenaga untuk melawan. Dada telanjangnya yang keras terasa begitu dekat, memberikan kenyamanan sekaligus ketegangan dalam satu waktu.Arcelia hanya bisa menyandarkan kepalanya ke bahu Kaisar saat ia membawanya menuju ruangan lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Aroma lembut mawar dan rempah-rempah memenuhi udara, menenangkan saraf-saraf yang masih tegang.Di hadapannya terbentang sebuah kolam besar, berisi air berwarna keperakan yang berkilau di bawah cahaya redup. Kelopak mawar terapung di permukaannya, menciptaka
Arcelia mengepalkan tangannya erat-erat, kuku-kukunya yang tumpul hampir menembus kulit telapak tangan. Udara dingin musim gugur merayapi kulitnya yang penuh luka, mengiris lebih dalam dibandingkan cambuk yang baru saja mendarat di punggungnya. Napasnya tersengal, terselip di antara isakan yang ia tahan mati-matian."Kau pikir hanya dengan diam, kesialanmu akan hilang?" Suara bibinya, Marla, terdengar tajam di udara senja yang kelabu. Wanita itu menjatuhkan cambuk yang masih berlumur darah ke lantai kayu, lalu berjongkok di hadapan Arcelia. Matanya yang penuh kebencian menatap tajam gadis itu, seolah ingin menelannya hidup-hidup.Arcelia tidak menjawab. Ia tahu, melawan hanya akan membuatnya lebih lama di ruang sempit ini, lebih lama merasakan dinginnya rantai besi di pergelangan kakinya. Ia hanya bisa memejamkan mata, menunggu kapan semuanya akan berakhir."Kau bahkan tak bisa meminta maaf?" Marla mencibir. "Seharusnya kau tidak pernah dilahirkan, Arcelia. Pertama ibumu, lalu ayahmu....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments