Share

8 – Suara Aneh

Penulis: Banin SN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Li Xian tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Zhou Fu yang sepertinya tersinggung ketika Li Xian menyebut soal pertolongan Dewa.

“Baiklah-baik, kakek menunggumu terus-menerus dua hari ini. Kakek sepertinya takut jika ada bahaya dan kakek sendirian,” tutur Li Xian sekadar untuk membuat Zhou Fu merasa berguna keberadaannya.

“Jangan khawatir, Kek. Aku sudah di sini bersama kakek. Bahaya yang kemarin itu, sepertinya menyenangkan juga kalau datang lagi.”

Li Xian dengan refleks memukul kepala Zhou Fu sebab bencana seperti dua hari silam itu bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan candaan. Binatang seberat 1 ton saja akan bisa tersapu dengan mudah lalu tenggelam di dasar lautan jika dihantam tsunami seganas itu.

“Jaga mulutmu, bocah!”

***

Tak hanya tsunami berkekuatan dahsyat, ternyata pulau Youhi juga memiliki beberapa gunung berapi yang aktif. Sesekali, pulau tersebut banjir air, dalam waktu yang lain, pulau tersebut juga tenggelam oleh lahar panas. Meski demikian, Li Xian dan Zhou Fu tetap merasa nyaman tinggal di pulau tersebut.

Bahkan, hari itu sudah hampir genap 3000 hari Li Xian dan Zhou Fu mendiami pulau Youhi. Itu artinya, Zhou Fu kecil sudah beranjak remaja. Usianya sudah genap 14 tahun saat itu. Tubuh kecil Zhou Fu mengalami banyak perubahan. Ia kini menjelma sebagai remaja lelaki yang berperawakan tinggi semampai dan berparas tampan. Sayangnya, paras tampan Zhou Fu seperti tenggelam karena pakaian yang ia kenakan cukup tak nyaman untuk dilihat.

Ketika berada di pulau Konglong, Zhou Fu biasa dibuatkan pakaian yang layak oleh kakeknya dari bulu-bulu binatang buas. Tetapi ketika di pulau Youhi, tak ada satupun binatang buas yang bisa ditangkap untuk dikuliti. Akhirnya, Zhou Fu berpakaian seadanya berbahan tanaman-tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai pelindung tubuh.

Di usianya yang sudah 14 tahun, Zhou Fu sudah menyerap banyak ilmu dan jurus-jurus dari kakek sekaligus gurunya, Li Xian. Meski Li Xian sudah cukup yakin jika Zhou Fu bisa dilepaskan ke alam bebas, ia masih harus mengajari Zhou Fu beberapa ilmu. Sayangnya, ilmu tersebut baru bisa dipelajari oleh seseorang ketika usianya menginjak 17 tahun dan tak ada sumber daya atau pil apapun yang bisa membuat seseorang bisa mempelajari ilmu itu sebelum batas usia minimal 17 tahun.

Masalahnya adalah, kesehatan Li Xian memburuk dan ia tak bisa memastikan apakah usianya akan bisa bertahan hingga tiga tahun ke depan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebenarnya Li Xian juga sudah menuliskan semua ilmu-ilmu yang perlu dipelajari Zhou Fu ke dalam sebuah kitab. Tetapi, hingga berusia 14 tahun itu, Zhou Fu nyatanya masih buta huruf. Ia masih tak bisa memahami bentuk dan susunan huruf.

Li Xian sudah memilih untuk tidak mengajari Zhou Fu ilmu baca tulis lagi. Itu adalah keputusan paling bijak sebab jika ia terus mengajarkan baca tulis pada Zhou Fu, pulau Youhi akan mengalami kekacauan akibat pertempuran dua manusia itu, Li Xian yang geram pada cucunya dan Zhou Fu yang berusaha menghindar dan kadang-kadang juga menyerang kakeknya.

Selama beberapa tahun tinggal di pulau Youhi, Zhou Fu kerap mendapat tugas untuk berburu binatang ke pulau terdekat menggunakan perahu rakit seadanya. Li Xian menyuruh Zhou Fu membuat perahu rakitnya sendiri dengan harapan Zhou Fu mengerti bagaimana cara membuat alat transportasi laut yang aman dan nyaman.

Tak jarang, di awal-awal Zhou Fu kerap berangkat berburu menggunakan perahu rakit tetapi kembali dengan cara berenang sebab perahunya rusak di tengah jalan. Suatu kali, pernah juga Zhou Fu pulang berburu dengan berenang, tetapi bukan karena perahunya rusak melainkan karena perahunya sudah penuh binatang buruan sehingga ia menyeret perahunya sambil berenang.

***

Perahu rakit Zhou Fu mendarat di sebuah pulau kecil yang sebelumnya belum pernah ia pijaki. Ia berharap akan bertemu hal baru di pulau itu, entah itu sesuatu yang disebut ancaman bahaya atau hal-hal lain yang menurutnya cukup baru untuk diketahui.

Ada suara jeritan dari dalam pulau kecil itu. Dan suara tersebut cukup membuat Zhou Fu tertarik untuk segera mendatanginya.

“Ah, itu pasti suara binatang yang belum pernah kuketahui! Suaranya aneh dan belum pernah kudengar sebelumnya!”

Zhou Fu berlari menuju ke sumber suara. Ia sangat tak sabar untuk melihat bagaimana bentuk binatang dengan suara aneh tersebut, “Kuharap makhluk satu ini cukup berbahaya hingga aku bisa sedikit bermain-main,” gumam Zhou Fu selagi tetap berlari.

Akhirnya, Zhou Fu berhasil tiba di sumber suara. Suara jeritan itu terhenti ketika Zhou Fu berdiri mematung tak begitu jauh.

“Siapaun, tolong aku…. Tolong usir bab* hutan ini!”

Mata Zhou Fu terbelalak, ia menemukan manusia! Tetapi manusia itu aneh, tidak seperti kakeknya, tidak seperti dirinya, tidak juga seperti pendekar yang ia bunuh beberapa tahun silam. Zhou Fu kesulitan menemukan di mana anehnya manusia itu, yang jelas ia merasa jika manusia itu lain dan berbeda.

“Jangan diam saja, cepat tolong aku, kumohon.”

Zhou Fu menggaruk-garuk kepala, seingatnya, kata tolong itu baru digunakan jika seseorang mengalami keadaan terdesak atau dalam keadaan yang sangat berbahaya. Tetapi, manusia di depannya itu berteriak meminta tolong ketika seekor bayi bab* hutan menggelayut di kakinya. Sepertinya bab* hutan itu ingin bermanja-manja tetapi manusia itu malah bergetar seperti ketakutan.

“Kau tuli ya, cepat tolong aku singkirkan binatang ini!”

Merasa telinganya terganggu, Zhou Fu menendang binatang kecil itu dengan kaki kirinya. Binatang tersebut pun sepertinya langsung kehilangan nyawa.

“Kau jahat sekali… Dia kan masih bayi!” Orang yang ditolong Zhou Fu itu kini justru menunjukkan ekspresi yang kesal dan marah kepada Zhou Fu. Tentu saja hal tersebut membuat Zhou Fu semakin bingung.

Tetapi, ada hal lain yang lebih membuatnya bingung. Ia pun mematung untuk beberapa saat sambil berpikir tentang segala kemungkinan. Karena tak menemukan jawaban dari kebingungannya, Zhou Fu menyentuh manusia di hadapannya itu tepat di bagian yang membuatnya bingung. Zhou Fu pun bertanya,

“Apakah ini bengkak karena sakit? Mengapa bisa bengkak dua-duanya?”

Zhou Fu menyentuh salah satu bagian dad* perempuan di depannya itu sambil terheran-heran bagaimana bisa tubuh seseorang mengalami bengkak bersamaan dengan ukuran bengkak yang sama persis.

PLAAAAKKKKKK!!!!

Perempuan itu menampar Zhou Fu dengan sekuat tenaga, ia pun menjerit lebih keras dari sebelumnya. Zhou Fu mengaduh kesakitan, ia pun bertanya mengapa orang itu memukulnya. Karena bertanya seperti itu, Zhou Fu mendapat tamparan yang kedua. Perempuan itu pun marah-marah dan mengeluarkan beberapa kata yang tak diketahui artinya oleh Zhou Fu.

Ya, nyatanya kakek Li Xian memang sepertinya lupa untuk memberi pengetahuan kepada Zhou Fu tentang makhluk yang bernama perempuan. Itu adalah pertama kalinya Zhou Fu bertemu dengan perempuan dan tentu saja sebuah hal yang wajar jika ia bingung dengan beberapa bagian tubuh perempuan itu yang cukup berbeda dengan dirinya.

“Kau ini kenapa? Apa yang aku lakukan keliru? Biasanya kakekku baru akan marah jika aku melakukan kesalahan,” Zhou Fu bertanya heran.

Bukannya jawaban, sekali lagi ternyata Zhou Fu menerima tamparan. Meski demikian, ia tak berniat membalas, hati nuraninya mengatakan jika orang itu tidak berbahaya karena tamparannya saja hanya sebegitu saja rasa sakitnya. Sepertinya, malah perempuan itu yang berulang kali mengaduh kesakitan setelah ia menampar Zhou Fu.

“Jika kau orang baik, tolong aku dan bawa aku pulang ke Caihong!” perempuan itu kembali mengatakan sesuatu yang tidak begitu dipahami oleh Zhou Fu.

Bab terkait

  • Penguasa Benua Timur   9 – Bangsawan Kelas Dua

    Kesalahpahaman antara Zhou Fu dan perempuan yang baru ia temui pada akhirnya harus terhenti ketika Zhou Fu mendengar suara langkah kaki mendekat. Suara itu adalah suara pergerakan beberapa orang yang cukup gesit dan lincah. Didengar dari laju pergerakannya, Zhou Fu yakin jika kecepatan langkah tersebut melebihi singa jantan yang kelaparan. “Itu dia nona Shen Shen! Jangan biarkan nona Shen Shen lolos!” Tiga orang pendekar laki-laki menyergap Zhou Fu dan perempuan yang ternyata bernama Shen Shen. Shen Shen bersembunyi di balik tubuh Zhou Fu dan memohon agar Zhou Fu bersedia menolongnya. “Tenang, akan kuhadapi mereka semua!” Insting Zhou Fu memang mengatakan jika Shen Shen memang sedang membutuhkan pertolongan. Zhou Fu pun mengambil sikap siap untuk memberi serangan pada tiga pendekar yang kini berdiri tak jauh darinya. “Minggir kau, Bocah! Jika tidak aku akan membelah tubuhmu menjadi dua bagian!” salah seorang dari tiga pendekar itu mena

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   10 – Ikat Kepala Keperakan

    Sebuah daratan besar yang disebut sebagai daratan Caihong adalah wilayah terluas di belahan bumi bagian timur. Orang-orang menyebut Caihong sebagai tanah surga di mana manusia tak mungkin kelaparan jika tinggal di daerah tersebut. Tanaman tumbuh tanpa ditanam, beragam binatang dan sumber daya tersebar di seluruh bagian wilayah Caihong. Keamanan dijamin penuh oleh pemerintah sehingga warga bisa makan dan tidur dengan nyenyak tanpa harus mengkhawatirkan serangan ataupun perang sebagaimana keributan tersebut selalu terjadi di luar wilayah Caihong.Kedamaian yang selalu menyelimuti Caihong itulah yang membuat Shen Shen tak habis pikir jika ia saat ini sedang menjadi perburuan beberapa kelompok untuk dibunuh. Seingat Shen Shen, ia tak pernah terlibat dalam kekacauan apapun, ia juga tak memiliki masalah dengan siapapun.“Jadi, mengapa kau bisa sampai di sini?” Zhou Fu bertanya pada Shen Shen setelah perempuan itu bercerita panjang lebar tentang negeri Caihong.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   11 – Desa Dozhu

    Perjalanan Zhou Fu dan Shen Shen menuju ke pulau pertama memakan waktu sekitar dua minggu. Di hari ke 14 mereka berhasil sampai di sebuah pulau yang bernama pulau Jidong. Zhou Fu dan Shen Shen tiba di pulau tersebut di waktu yang sangat tepat karena jika saja perjalanan laut mereka memakan waktu yang lebih lama lagi, tubuh Shen Shen yang lemah akan terkapar tak sadarkan diri akibat kelaparan dan kehausan.Bekal makanan mereka sudah habis tiga hari sebelumnya dan itu adalah hari ke 4 mereka tidak makan dan minum. Tubuh Zhou Fu masih cukup kuat untuk tidak makan berhari-hari, tetapi tidak dengan Shen Shen. Perempuan itu sudah merengek dan mengoceh panjang lebar karena tidak bisa menahan perutnya yang perih karena lapar. Dan hari itu, hari di mana mereka sampai di pulau Jidong, Shen Shen hanya menutup mulutnya rapat karena sudah tak memiliki tenaga untuk mengeluh atau mengomel.Pertama-tama, mereka tiba di Dozhu, sebuah desa yang terletak di pinggiran pulau Jidong. Desa t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   12 – Kabar Buruk Shen Shen

    “Mau ikut tidak?” Zhou Fu yang sudah berpakaian rapi mendatangi Shen Shen dan menceritakan tentang keberuntungannya beberapa saat lalu, ia pun mengajak Shen Shen untuk beristirahat dan makan di kamarnya. Bukannya senang, Shen Shen justru menunjukkan ekspresi cemberut ketika mendengar kabar baik dari Zhou Fu. Ia hanya memberi anggukan kecil sedang kepalanya menoleh ke kiri dan dua tangannya dilipat di depan dada. Shen Shen sepertinya merasa kesal dan malu karena harus menerima bantuan dari orang yang sudah ia ejek beberapa waktu lalu.“Akan kuhitung berapa biaya bantuan yang kau berikan. Setelah sampai di Caihong, aku akan membayarnya dua kali lipat! Ingat itu!” Shen Shen yang tak mau harga dirinya jatuh, segera menyombongkan diri dengan menganggap bantuan Zhou Fu sebagai sebuah hutang.“Terserah apa katamu, yang jelas ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi sebelumnya makan dan istirahatlah dulu,” Zhou Fu menggeleng-geleng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   13 – Jalan Satu-satunya

    Diskusi yang dilakukan oleh Zhou Fu dan Shen Shen berlanjut hingga dini hari sebab Shen Shen nyatanya tidak bisa tidur semenit pun. Mereka bersepakat tentang beberapa hal dan saling berdebat tentang beberapa hal yang lain. Akan tetapi, perdebatan Shen Shen dan Zhou Fu menemui jalan buntu ketika Shen Shen mengungkit tentang persediaan uang. Ya, mereka membutuhkan banyak uang sebagai bekal menuju ke Caihong. Sementara pada saat itu, baik Zhou Fu maupun Shen Shen sama-sama tidak memiliki uang sedikit pun. Awalnya perkara tersebut tidak menjadi masalah sebab Shen Shen sudah memikirkan solusinya.Sebelumnya, Shen Shen sudah memberi tahu Zhou Fu tentang beberapa biro perwakilan bangsawan Caihong yang tersebar di kota-kota besar di luar daratan Caihong. Biro perwakilan tersebut didirikan untuk memberi kemudahan bagi bangsawan-bangsawan Caihong yang sedang mengalami kesusahan ketika berada di luar Caihong. Tujuan pertama perjalanan Shen Shen dan Zhou Fu adalah untuk menemukan Biro te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   14 – Kejadian di Arena Douzheng

    Suara para penonton pecah ketika Zhou Fu meneriakkan janji kemenangannya. Kecongkakan Zhou Fu membuat taruhan yang dilakukan penonton menjadi semakin ramai. Jika yang bertanding adalah Wang Ling, penonton biasanya enggan melakukan taruhan sebab Wang Ling nyatanya sudah menuai kemenangan entah berapa ratus atau berapa ribu kali dalam sepuluh tahun terakhir. Momen menebak siapa pendekar yang akan menjadi pemenang dalam arena biasanya hanya dilakukan penonton pada pertandingan-pertandingan biasa.Tapi tidak dengan hari itu. Kepercayaan diri Zhou Fu yang totalitas membuat beberapa gelintir orang menaruh rasa optimis juga padanya. Meski penonton mulai membuka taruhan, tetap saja suara terbanyak masih ada di pihak Wang Ling.“Paman Wang Ling, di mana dirimu? Apa itu artinya kau sedang ketakutan?” Zhou Fu berteriak ke arah jalan masuk milik lawan. Wajar saja Zhou Fu meneriaki musuhnya yang tak kunjung muncul, sebab nyatanya ia sudah menunggu sekitar sepuluh menit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   15 – Kabar Terbaru

    Satu jam sebelumnya…Para penonton diam membisu dengan tubuh gemetaran tepat ketika Wang Ling terkulai lemas tak berdaya akibat satu pukulan yang diberikan oleh Zhou Fu. Mereka khawatir jika Zhou Fu akan membalas dendam pada mereka karena beberapa saat lalu mereka meremehkan kekuatan Zhou Fu. Jika waktu bisa diputar kembali, mereka ingin berbalik mendukung Zhou Fu sehingga di saat Zhou Fu menang dari Wang Ling, mereka hanya perlu bersorak gembira tanpa merasakan kegentingan yang mencekam.“Tuan muda, mohon jangan beritahukan kepada semua orang jika selama ini aku berbuat curang. Percayalah, akibat kecuranganku tersebut, desa ini tak pernah diganggu oleh rombongan perampok dari luar,” Wang Ling masih mencoba merengek memohon pada Zhou Fu ketika Zhou Fu memberikan uluran tangan kepadanya.Zhou Fu nampak mengamati Wang Ling selama beberapa saat, ia sedang membuat penilaian apakah ucapan yang baru saja dikatakan Wang Ling adalah kej

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Penguasa Benua Timur   16 – Menunggu Jawaban

    Shen Shen sibuk menutupi wajahnya dengan helaian-helaian rambutnya yang panjang. Sebisa mungkin ia tak ingin wajahnya tertangkap oleh lima orang yang beberapa saat lalu membahas tentang dirinya dan Yang Zi. Ketika Zhou Fu mengatakan padanya bahwa Zhou Fu akan menghabisi mereka semua, Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu sembari menggeleng-gelengkan kepala. “Percaya padaku, kita lebih baik diam saja dan tidak memberi reaksi!” Shen Shen berbicara nyaris tanpa suara. “Sialan, harusnya aku tak perlu izin padamu tadi!” Zhou Fu mencengkeram tangannya kuat-kuat. Geram karena ia gagal berkelahi. Padahal akan sangat menyenangkan jika ia bisa berkelahi. Apa daya, Shen Shen melarangnya dan ia harus menuruti apa kata perempuan tersebut. Sejatinya, Zhou Fu sudah memegang janji pada kakeknya untuk menurut pada Shen Shen jika ia dicegah untuk berkelahi. ‘Janji, bagaimanapun sulitnya ditepati tetap harus ditepati. Dengan demikian, kau akan disebut pria sejati’ begitulah kata-kat

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Penguasa Benua Timur   Hadiah Menarik di Hari Terbaik

    Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena

  • Penguasa Benua Timur   Dewi dari Kayangan

    Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan

  • Penguasa Benua Timur   Tujuan Mendarat di Benua Timur

    Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d

  • Penguasa Benua Timur   Teknik Tersembunyi

    Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc

  • Penguasa Benua Timur   Arogansi Putra Walikota

    “Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis

  • Penguasa Benua Timur   Sisi Menarik Berkuasa

    Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun

  • Penguasa Benua Timur   Incaran Yuan Kai

    Tak mau terlalu peduli dengan suasana di ruangan itu, Zhou Fu mengajak Zhou Shan untuk duduk tak begitu jauh dari dua meja yang terlebih dahulu terisi. Sembari menunggu pelayan menghampiri, baik Zhou Fu dan Zhou Shan mulai berkonsentrasi untuk mendengar percakapan yang tengah terjadi di meja-meja yang terisi.“Kami membawa hasil bumi terbaik dari pulau Teratai Hitam, kami yakin walikota akan sangat senang menjalin kerja sama dengan warga di Teratai Hitam,” ucap seorang pria berjubah gelap kepada dua pengunjung restoran yang berasal dari pulau Safir Biru. Matanya menyipit tajam, menunjukkan bahwa ia merasa unggul.“Jangan buru-buru percaya diri, Tuan Hong. Hasil bumi dari pulau Safir Biru jelas lebih unggul ketimbang milik kalian. Walikota pasti akan mengutamakan membangun cabang sekte Darah Suci di pulau kami,” timpal si pria lain menanggapi ucapan Hong Tian.Rekan Hong Tian menepuk pundak Hong Tian, memberi isyarat kepadanya agar tak memperpanjang perdebatan dengan Duan Lei yang bera

  • Penguasa Benua Timur   Memasuki Kota Aneh

    Beberapa jam kemudian, Zhou Fu dan Zhou Shan telah tiba di gerbang depan kota Lembah Angin Abadi. Dari luar, kota itu tampak seperti sebuah oasis yang hidup di tengah padang tandus. Pohon-pohon rimbun dan bunga berwarna-warni yang bertebaran di seluruh penjuru kota menciptakan pemandangan yang kontras dengan tanah gersang di sekelilingnya. Tak akan ada orang yang tak keheranan menyaksikan anomali tersebut.“Aku semakin yakin, pemimpin di kota ini merupakan seorang kultivator dari dunia atas,” gumam Zhou Shan saat merasakan keberadaan energi Qi yang cukup memadai meski tak terlalu tinggi kepadatannya. “Hanya saja, bagaimana bisa dia turun ke tempat ini?”“Apa dia juga memiliki artefak suci?” tanya Zhou Fu.Zhou Shan melotot kesal dan menyebutkan jika artefak suci sejenis alat transportasi beda alam milik Holy Light bukanlah spirit tool yang bisa dimiliki sembarang kultivator. Sekte bintang 10 dengan kekayaan berlimpah pun belum tentu memiliki spirit tool semacam itu.“Lalu, bagaimana c

  • Penguasa Benua Timur   Seorang Penyihir Ulung

    Tak ada hal yang bisa dikulik dari Jiang Hao mengingat pria itu sebenarnya juga tak benar-benar tahu apa kesalahannya sehingga ditempatkan di wilayah pengasingan tersebut. Maka, demi memuaskan rasa penasaran, Zhou Fu mengajak Zhou Shan pergi ke utara, ke kota Lembah Angin Abadi.“Tuan-Tuan sekalian,” ucap Jiang Hao menyela percakapan Zhou Fu dan Zhou Shan. “Maaf jika ucapanku lancang, tetapi, bukankah lebih elok jika kalian menyelamatkan kami dulu sebelum kalian pergi ke utara? Maksudku, biasanya orang baik akan berbuat demikian,” ucap Jiang Hao lagi dengan wajah penuh harap.Zhou Shan mengerutkan kening, ia baru teringat satu hal yang juga mengganggu pikirannya. “Itu yang sebelumnya ingin kutanyakan. Tempat ini memiliki suhu ekstrim yang berbahaya. Jika kalian ingin selamat, bukankah kalian hanya perlu pergi dan mencari pemukiman baru?”“Bodoh!” Zhou Fu menjitak kepala Zhou Shan, terkesan sangat kurang ajar di mata Jiang Hao yang melihat wajah Zhou Fu jauh lebih muda dari Zhou Shan.

DMCA.com Protection Status