Lahirnya Kultivator Dewa Samudra

Lahirnya Kultivator Dewa Samudra

last updateLast Updated : 2025-04-30
By:  VAD_27Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
14views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Kaelthar S. Azure, pangeran buangan yang tak bisa berkultivasi, mencuri artefak kuno demi menggulingkan Kekaisaran Ardor. Namun artefak itu bukan senjata, melainkan roh pohon yang membangkitkannya dari kematian—dan membuka rahasia tubuhnya yang ditakdirkan untuk kultivasi laut, kekuatan yang ditindas Kekaisaran. Dikhianati dan dijatuhi hukuman mati, Kael diselamatkan oleh pemberontak kultivator laut. Kini, dengan kekuatan baru dan sekutu tak terduga, ia bersumpah akan menggulingkan rezim kejam yang telah menindas pewaris sejati dunia. Tapi di tengah politik, pengkhianatan, dan perang lautan, Kael harus memilih: mengubah takdir—atau tenggelam dalam arus kekuasaan.

View More

Chapter 1

1. Artefak yang salah

Langkahnya dibawa berlari kencang menyusuri lorong marmer, memasukan artefak ke balik sabuk kerajaan, menarik kain yang membebat dibaliknya.

"Pangeran Kaelthar terlihat memasuki lorong ketiga, kepung di bagian pintu depan dan belakang Temple!"

Mengabaikan teriakan yang menggema ke langit kuil, Kael melecutkan kain ke arah obor sampai padam. Salah satu penjaga yang berdiri di mulut lorong mengeluh dalam hati tatkala lorongnya berubah gelap, dia tidak bisa melihat sosok Kael berbelok kemana dibanyaknya persimpangan lorong.

"Tutup semua pintu yang mengarah keluar." Titahnya sebelum masuk ke lorong gelap berbekal obor.

"Pangeran Kaelthar!"

Netra Kael mengerjap tatkala mendegar suara dari belakangnya, dia memutuskan berbelok ke lorong kanan, menempelkan punggung pada marmer dingin sambil mengatur napas agar lebih tenang.

Suara tegap penjaga terdengar tepat di sampingnya, riak api dari obor memenuhi dinding tempat Kael berdiri, tangan Kael melepas ornamen giok yang menggantung di sabuk kerajaannya, melempar ke arah lorong sebaliknya. menimbulkan suara gema membuat penjaga mengejarnya.

Setelah mengelabuinya, Kael kembali berlari lebih dalam ke lorong dengan menekan suara langkah kaki sampai menemukan pintu.

"Pangeran Kaelthar ada di balik pintu ini!"

"Bersiap masuk!"

Kael berdecak tatkala suara-suara bariton terdengar dari arah luar pintu yang terletak dua meter di depannya. Tidak ada jalan lain, lorong ini hanya dibuat lurus mencapai pintu.

Brak!

Para penjaga masuk lewat pintu namun Kael sudah tidak ada di sana.

"Mustahil." Ujar penjaga paling depan.

"Tidak ada tempat keluar dari sini! Apalagi Pangeran bukan seorang kultivator!"

"Mundur! Kita sergap di depan Temple!" Perintah salah satu penjaga, membuat pasukan meninggalkan lorong.

Menyisakan Kael yang menempel di sudut atap lorong seperti cicak. Kael membuang napas lega, satu tangannya bergerak meraba atap lorong untuk menemukan pegangan.

Srett!

Suara gesekan besi mengiris telinga tatkala Kael membuka pintu lantas masuk ke dalamnya, memanjat ke atas atap.

*

"Dia lolos?"

"Putra Mahkota, mohon ampun! Pangeran Kael berhasil meloloskan diri dari lorong yang hanya terdapat satu pintu!" Ujar kepala penjaga, membungkuk empat puluh lima derajat ke depan dan telapak tangan kanan menempel di pundak kiri.

Pria berambut hitam dengan jubah panjang berbahan sutra dan bordiran emas yang membungkus tubuhnya jadi mendesah panjang. "Kael itu anggota keluarga Kekaisaran, dia tahu pintu rahasia di Temple ini. Kepung di bawah, dia akan muncul di atap."

Setelah mengangguk dan pergi, Riverin menoleh pada pria yang mengenakan jubah putih dan kacamata bulat berantai emas.

"Your highness." Ujar Sylas memberi hormat.

"Jadi, apa artefak yang Kael curi dan kegunaanya?" Tanya Riverin tanpa basa-basi.

Sylas membenarkan letak kacamatanya. "Hanya artefak biasa yang saya temukan di pesisir pantai di masa lalu. Tidak ada kegunaan pasti maupun cara memakainya, tidak diketahui. Saya membawanya pulang karena bentuknya cantik dan memancarkan energi luar biasa. Tapi anehnya, itu bukan memancarkan energi bumi yang biasa kita gunakan."

*

Napas Kael memburu, tatkala sudah duduk di atap tiga tingkat berbentuk bilah melengkung. Dia mengeluarkan artefak berbentuk kerang putih yang terbuka dan terdapat mutiara biru di dalamnya.

Kael membuka secarik kertas terkait informasi yang dia dapat dari mata-matanya, membacanya. "Namanya tidak diketahui, tapi artefak ini adalah kunci kekuatan besar yang kau cari untuk menggulingkan kekaisaran. Caranya adalah putar kuncinya."

"Ha?" Gumam Kael mengangkat sebelah alisnya heran, dia jadi meniti artefak itu lebih dekat. "Apa maksudnya? Aku tidak menemukan kunci dimanapun. Apa yang harus aku putar?" Tanyanya, mencoba memutar mutiara di dalamnya namun tidak bergerak.

Kael tersentak tatkala permukaan jarinya serasa tersetrum listrik. Netra Kael melebar dengan napas tercekat tatkala mutiara biru itu sekilas menampilkan ombak.

"Apa barusan?" Gumam Kael.

"Pangeran Kaelthar! Saya mohon, tolong turun dari sana!"

Kael tersentak tatkala Templenya berguncang, dia berdecak. "Ini pasti kekuatan kultivasi bumi."

...

"Pangeran Kaelthar! Percuma! Anda tidak bisa lari!" Teriak kepala penjaga, membelalak tatkala Kael melongokan wajah ke arahnya, tidak lagi sembunyi.

"Aku minta maaf telah merepotkan kalian, aku kembalikan artefaknya!"

Kepala penjaga terkesiap tatkala kantong kain melayang tinggi ke bawah.

"Astaga! Hei, tangkap artefaknya!"

Sebagian penjaga berlari, berebutan untuk menangkapnya membuat penjagaan di salah satu sisi Temple kosong, Kael memanfaatkannya, dia memasang tambang ke ujung atap yang melengkung lantas turun lewat tali dalam satu tarikan.

...

Kepala penjaga membuang napas lega, membuka kantong tadi.

"Sial. Ini jebakan. Tangkap Pangeran Kaelthar!" Umpatnya membanting ornamen giok berserta kantongnya ke tanah.

Penjaga berlari ke tepian kuil, karena temple dikelilingi sungai, maka hanya satu jalan untuk keluar ke arah pegunungan—paling dekat ke kuil, Kael pasti akan melewati jembatan.

Kepala penjaga membelalak dengan jantung mencelos tatkala mendapati jembatan kayu yang terbakar, hancur dan berjatuhan ke sungai. Dia hampir mengumpat tatkala menemukan di sebrang sungai, Kael tersenyum dengan obor di tangannya, melempar obor ke sungai, lantas berlari masuk ke hutan, pegunungan Valtharos.

"Sial! Dia berhasil kabur lagi!"

Padahal dia hanya manusia biasa tanpa kemampuan kultivasi, tapi sulit sekali menangkapnya dengan mempertimbangkan rasa hormat.

...

Kael berlari menerobos hutan Acer palmatum var. atropurpureum yang bersinar seperti ladang emas tatkala daun merahnya disapa cahaya matahari. Napasnya memburu, fisiknya melemah, langkahnya berhenti di depan satu-satunya jenis pohon berbeda di hutan, Yggdrasil. Pohon dengan dahan saling membelit yang celahnya bercahaya kebiruan, terdapat ruang di dalam pohonya.

Kael membuang napas lega, "sekarang aku aman."

"Kau pikir begitu?"

Brugh!

Tubuh Kael menghantam tanah, punggungnya diduduki, kedua tangannya ditahan ke belakang punggung.

"Tidak!" Pekik Kael tatkala kertas dan artefaknya dirampas.

"Kenapa kau membuat keributan hanya demi artefak tidak berharga? Urusan penangkapan para kultivator laut terlarang yang melanggar aturan Kekaisaran masih terbengkalai, seharusnya kau tengah mengurusnya saat ini." Keluh Riverin, dia berpikir lebih cerdik dan mendahului Kael sampai di sini.

"Lepaskan aku, ini bukan urusanmu. Dan kembalikan artefaknya!"

Riverin mengabaikan, dia menjauh tatkala Kael berontak dan ingin merebut kertasnya terlebih dahulu. Riverin jadi membacanya cepat sebelum membelalak lebar, tubuhnya membeku dengan napas tercekat.

"Apa ini maksudnya, Kael? Artefak untuk menggulingkan Kekaisaran?" Riverin tercekat. "Jangan bilang kau berniat memberontak?"

Kael diam tapi tatapannya tajam dengan raut wajah mengeruh.

Riverin tertegun karena ini dia anggap sebagai pembenaran, dia kesulitan mencerna informasi ini sebelum mengeluarkan pedang dari sarung, menjulurkan ke arah Kael.

"Jangan bercanda, Kaelthar." Bisik Riverin dingin. "Jika kertas ini aku bawa ke Hall of Celestial Judgement, kau akan diputuskan sebagai pemberontak dan seluruh orang di dalam Istana akan diselidiki untuk menemukan penghianat yang mengirimkan informasi ini padamu!" Sentak Riverin naik pitam.

"Apa aku terlihat bercanda bagimu?" Kael mendesis. "Kekaisaran ini busuk, mendiskriminasi manusia biasa dan menangkap para kultivator laut. Apa salah keduanya? Mereka tidak pernah membuat Kekaisaran rugi dalam hal apapun, tapi mereka tidak mendapatkan keadilannya! Ini salah, Riverin. Ada yang salah dengan aturan yang dibuat Kaisar!"

Pundak Riverin merosot dengan ujung pedang menurun, mencerna semuanya sebelum menggertakan gigi dengan urat leher mengencang. "Padahal aku mengharapkan kau menjadi Pangeran yang membantuku mengurus Kekaisaran setelah aku naik tahta. Kau menghianatiku, menghianati Ayah dan semua orang, Kael."

Kael menggeleng suram. "Maafkan aku tapi, aku tidak melihat masa depan rakyat di kedua tanganmu."

Riverin tersentak dengan jantung mencelos, berdecih keki dengan napas memburu. Api di kepalanya tersulut dan berkobar. "Jaga bicaramu." Bisiknya dingin dengan wajah mengeras. "Manusia lemah yang bahkan tidak bisa berkultivasi sepertimu, tidak pantas membicarakan masa depan rakyat! Memangnya kau bisa apa jika naik tahta? Kau pikir tiga klan besar akan tunduk pada manusia biasa sepertimu? Kau pikir para sekte pemberontak yang mengagungkan teknik kultivasi laut yang terlarang itu tidak akan membawa tsunami untuk menyapu tubuhmu dari tahta?!"

"Aku akan menyeretmu dan orang yang membantumu ke pengadilan!" Sentak Riverin naik pitam, menebas Kael namun dia berhasil menghindar, hanya memotong ujung lengan pakaiannya.

Riverin melempar pedangnya, dari awal itu hanya hiasan. Dia adalah kultivator bumi. Riverin mengepalkan tangan, mengumpulkan energi bumi ke sana sebelum menghantam tanah, membuatnya bergoyang dan menjatuhkan Kael ke tanah.

Riverin mendekat, Kael memanfaatkannya dengan menendang kedua kakinya, membuatnya terjatuh. Kael memanfaatkannya untuk mengambil artefak yang terlempar, namun dia gagal mengambil kertasnya.

Kael tersentak tatkala tubuhnya ditendang sampai menabrak Yggdrasil, membuat artefaknya jatuh ke dalam celah pohon. Riverin jadi naik ke atas tubuh Kael yang terlentang, memukulinya membabi buta dengan kemampuan pengerasan kepalan tangannya, Kael tidak dapat melawan, dia hanya bisa menerima rasa sakit setiap pukulan.

Darah mengalir dari hidungnya, Kael menyeringai. "K-kau tidak akan bisa menjadi Kaisar yang bijaksana."

Netra Riverin membelalak dengan jantung mencelos sebelum emosi menelan kewarasannya.

Bugh!

Kael membelalak, darah menyembur keluar dari bibir tatkala kepalan tangan Riverin menembus ulu hatinya sampai berlubang.

"Keputusan bodoh, Kael. Bahkan artefak yang kau curi hanyalah artefak yang tidak jelas kekuatannya, artefak sampah." Cemooh Riverin sebelum berbalik pergi.

Netra Kael melebar dengan jantung mencelos di balik kesakitannya. Tangannya mengepal dengan wajah mengeruh. Bajingan. Jadi dia salah mencuri artefak, pantas informasinya menyimpang.

"Sial." Umpat Kael sebelum mengerjap, netranya terpejam rapat, kali ini untuk selamanya.

Darah Kael melebar cepat, masuk ke dalam pohon sebelum mengenai artefak yang tadi terlempar ke sana, membuat mutiaranya bercahaya terang sebelum ombak besar keluar dari lubang pohon, melahap mayat Kael sampai lenyap.

Sedetik, ombak itu kembali dan menyisakan mayat Kael.

Kael hidup kembali.

Namun, tubuhnya bukan lagi miliknya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
1. Artefak yang salah
Langkahnya dibawa berlari kencang menyusuri lorong marmer, memasukan artefak ke balik sabuk kerajaan, menarik kain yang membebat dibaliknya. "Pangeran Kaelthar terlihat memasuki lorong ketiga, kepung di bagian pintu depan dan belakang Temple!" Mengabaikan teriakan yang menggema ke langit kuil, Kael melecutkan kain ke arah obor sampai padam. Salah satu penjaga yang berdiri di mulut lorong mengeluh dalam hati tatkala lorongnya berubah gelap, dia tidak bisa melihat sosok Kael berbelok kemana dibanyaknya persimpangan lorong. "Tutup semua pintu yang mengarah keluar." Titahnya sebelum masuk ke lorong gelap berbekal obor. "Pangeran Kaelthar!" Netra Kael mengerjap tatkala mendegar suara dari belakangnya, dia memutuskan berbelok ke lorong kanan, menempelkan punggung pada marmer dingin sambil mengatur napas agar lebih tenang. Suara tegap penjaga terdengar tepat di sampingnya, riak api dari obor memenuhi dinding tempat Kael berdiri, tangan Kael melepas ornamen giok yang menggantung di sa
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
2. Roh pohon yang berkultivasi
"Aku ... masih hidup?"Kael meraba ulu hatinya, tidak ada rasa sakit dan kebocoran darah maupun lubang di sana. Hanya kulit yang terasa perih terkena air garam.Deburan ombak menggelitik kakinya, Kael berdiri ditengah hamparan laut tidak berujung, selubung-selubung putih menudungi kepalanya tanpa matahari maupun bintang. Semua putih dan biru mencolok layaknya lukisan impresionis, hanya suara deburan dan pantulan cahaya samar pada riak ombak.Kael mengerjap, apa dia bermimpi?"Apa ini yang mereka sebut ... alam setelah kematian?" Tanya Kael gamang, dadanya bergemuruh kecewa dan takut secara bersamaan."Bukan, tapi ini adalah Samudra Nirwana. Tempat kesadaran luas tanpa batas layaknya keabadian yang tersimpan dalam lautan. Ini adalah tempat yang terbuat karena luapan esensi laut yang terkandung di dalam mutiaraku."Kael tersentak tatkala suara dalam bagai deburan ombak menggema di seluruh penjuru. Kael mendongkak, terpaku pada gumpalan cahaya yang melayang di atas kepalanya."Kau yang b
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
3. Menjadi Pangeran
"Kau baik-baik saja, Kael? Selain nampak aneh, kau juga nampak tidak seperti biasanya." Komentar Shipor, menaikan sebelah alis, memeriksa wajah pias Kael lamat. Ada ketakutan yang tersirat dalam binar netranya. "Padahal menggulingkan tahta Kaisar adalah tujuan hidupmu, jika kau mengatakan lupa begitu saja, artinya ada yang tidak beres dengan kepalamu." Shipor mengambil kesimpulan, menatap Kael tajam. "Ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Jika merasa tidak dapat menyelesaikannya sendiri, kau harus membagi masalahmu. Kita harus saling membantu sampai tujuan kita tercapai, ingat?" Kael melepaskan jambakan pada helai rambut, melirik Shipor namun yang dia lihat adalah fragmen ingatan dimana Shipor dan Kael berbicara tentang bahu-membahu saling mengandalkan di masa lalu. "Kau benar." Gumam Kael, itu mengendurkan rasa ragunya, membuat Kael menceritakan seluruh kejadian, bahwa dia mati dan roh pohon bangkitk dalam tubuh Kaelthar karena kekuatan artefak kuno. Kael meremas ujung j
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
4. Kebenaran penangkapan Kultivator Laut
Satu persatu mulai meninggalkan The Grand Imperium, menyisakan Kaelthar seorang diri dengan lampu berlian yang perlahan memendar lemah, memancarkan perasaannya saat ini.Tangannya meremas kuat setiap helaian rambut pirangnya, mencoba mengalirkan rasa frustasi dan ketidakberdayaannya di rapat hari ini.Padahal tanggung jawab rakyat Distrik Tydoria berada di tangannya, namun tangan yang hanya manusia biasa ini tidak mampu memberikan keadilan pada mereka. Tidak ada yang peduli pada manusia biasa, Kael berjuang seorang diri.Brak!Kael menghantam kepalan tangannya ke meja, beranjak berdiri dengan napas memburu.Perasaan api yang berkobar membakar atmanya terasa panas, membuat kepalanya berasap. Tidak hanya gagal di dunia kultivasi, namun dia juga harus gagal memberi rakyatnya keadilan.Sial...."Your Highness." Ujar Walikota memberi salam, raut terkejut tercetak jelas di wajah pria paruh baya itu mendapati kedatangan mendadak tanpa pemberitahuan."Mohon ampunan atas sambutan yang sederha
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
5. Keterlambatan yang fatal
Erangan pelan keluar dari bibir merah Kael, keningnya mengernyit tatkala denyutan terasa menyakitkan, netranya mengerjap mendapati langit-langit ruangan dengan lampu gantung sedernana.Kesadarannya berasung-angsur pulih sebelum netranya melotot dengan tubuh beranjak duduk.Napasnya memburu, adrenalin dan perasaannya terpacu ke kejadian terakhir tatkala mulutnya dibekap.Siapa yang melakukannya?"Anda baik-baik saja, Pangeran?"Kael mengernyit, kebingungan dan amarah terselubung di bisikannya. "Kau—,"Walikota sontak bersimpuh, pundaknya bergetar seolah menanti vonis kematian."Mohon maafkan kelancangan saya, Yang Mulia. Hanya saja, anda sudah menghilang selama dua hari setelah masuk ke pintu rahasia itu. Putra Mahkota mendadak mengirimkan secarik surat dengan kemampuan kultivasi buminya bahwa beliau akan datang mengunjungi Tydoria untuk mencari anda yang menghilang. Posisi pemimpin yang kosong tidak bisa dibiarkan dan sangat fatal.""Riverin?" Gumam Kael mengernyit."Hanya saja, saya
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more
6. Pesan
"Walikota! Kau—, ba-bagaimana mungkin?" Sentak Kael, rantainya berderak memaksa Kael berdiri di tempat tatkala tubuhnya maju, ingin menarik kerah Walikota yang kini membuang muka dengan raut tidak terbaca.Jantung Kael bergemuruh dengan wajah memerah, perasaan marah meletup-letup namun dia tahan sampai giginya menggertak dan pundak naik turun.Wajah Kael menunduk dalam dengan urat leher mengencang, buku-buku jarinya memutih mau seberapa emosi pun dirinya saat ini, tetap saja semua kata meleleh ditenggorokannya. Dia sudah tidak tahu harus berkata apa mengomentari atau mengumpati Walikota yang menghianatinya dan rencananya yang gagal.Gigi Kael menggertak dengan dada bergemuruh, kenapa walikota menghianatinya? Amarah Kael tidak bisa meluap tatkala fragmen ingatan wajah hangat Walikota yang tengah tersenyum saat membantu rakyat Tydoria memperbaiki infrastuktur terasa jelas di netra Kael.Rasa bersyukur dan senang yang bahkan tidak dia rasakan sendiri begitu meluap begitu fragmen ingatan
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more
7. Mata Bumi
'Tanah Kekaisaran Ardor adalah telinga Kaisar Plagius. Tidak ada tempat yang aman. Maafkan aku, Yang Mulia. Tolong ... bencilah aku yang lemah dan hanya tunduk pada penguasa dzolim karena di dalam hatiku masih ada rasa takut kehilangan keluargaku. Aku salah, jangan maafkan aku, Pangeran Kaelthar. Penangkapanmu murni karena kelemahan dan ketakutanku. Aku tidak pernah punya niatan untuk menghianatimu, Pangeran.' Kening Kael mengkerut dalam, punggungnya terasa sakit saat bersandar pada besi sel, memikirkan pesan rahasia yang dikirim oleh Walikota lewat debu pasir di telapak tangannya kemarin. Jika digali maksudnya lebih dalam, artinya seluruh tanah di Kekaisaran Ardor berada di bawah Kaisar Plagius. Fragmen ingatan itu datang kemudian, mengingat bahwa Kaisar Plagius adalah kultivator tingkat tertinggi di ajaran kultivasi bumi, yaitu Gaia Warth. Hanya dua orang yang mencapai tingkat tersebut di Kekaisaran, contoh lainnya adalah salah satu diantara penasihat. Bahkan Putra Mahkota sendir
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more
8. Dijebak
Riverin melipat tangan di depan dada, keningnya mengerut dalam, memikirkan apa yang diincar oleh sekte pemberontak dari tubuh adik tirinya. Sebenarnya persoalan Kaelthar yang hidup kembali menggunakan artefak curian menganggu benak Riverin. Namun, setelah mengamatinya diam-diam, dia bersikap seperti sebelumnya tanpa perubahan yang signifikan. Sebenarnya eksekusi Kaelthar hari ini bukan menjadi persoalan untuk dirinya. Riverin jadi menyandarkan punggung ke kursi, menyangga dagunya dengan seulas senyum tipis. Menatap pada platform eksekusi di bawahnya. Justru ini bagus untuk rencananya. Karena kini, tidak ada lagi adik bodoh yang ingin menempati tahta Kaisar miliknya. Riverin sudah tidak punya saingan lain. Hanya tinggal sekte Black Ocean saja. Netranya jadi melirik pada Kaisar Plagius yang duduk di singgasana, sebelahnya. 'Dan Ayah tua ini.' Benak Riverin keki. Tempat duduk aristokrat kerajaan terletak di bangunan yang ditinggikan dari area eksekusi, terbuat dari kayu eboni dan
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
9. Siapa yang bidak?
Kepalan tangan Kaisar Plagius menguat, menatap nyalang dengan jantung bergemuruh pada area eksekusi yang kacau balau. Tidak sesuai prediksi dan rencananya membuat kepalanya berasap dengan gigi menggertak. Seharusnya, Kaelthar hanyalah bidak catur dalam permainannya untuk menangkap Sekte Black Ocean! Kenapa sekarang Plagius yang hanya menjadi bidak catur bagi Sekte Black Ocean untuk menangkap Kaelthar?! Plagius menggeram dengan urat leher mengencang dan rahang mengeras, pegangan singgasana yang terbuat dari kayu eboni itu hancur tatkala Palgius mencengkramnya. Pertama kalinya, dia dipermainkan seperti ini. Getaran amarah Kaisar Plagius memancar seperti gelombang panas, membuat para pengawal di sekelilingnya menunduk ngeri karena auranya mencekik atsmosfer. Plagius itu penguasa terhebat ... Kaisar tertinggi dan terkuat yang bisa menghancurkan siapapun di Kekaisaran Ardor! Dia hanya boleh dan mampu memainkan bidak catur lain, bukan dirinya yang menjadi bidak catur yang dipermainkan o
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more
10. Tantangan pertama
Kael memeluk tubuhnya sendiri yang bergidik, seolah cahaya terik matahari yang menyorot punggungnya tidak cukup, dua orang yang memakai jubah putih menyalakan api unggun untuknya, membuat Kael sesekali mendekatkan kedua telapak tangan sambil menggosoknya. Netra Kael mengerjap, menatap kawasan hutan kelapa di sebelah kirinya. "Aku akan pergi mengawasi sekitar." Tukas pria jubah putih sambil beranjak berdiri dan melipir untuk menyusuri area. Menyisakan satu temannya dan Kael yang duduk berhadapan dengan api unggun sebagai partisi. "Jadi," tanya Kael setelah bibirnya berhenti bergetar. "Kenapa kalian menyelamatkanku dan bagaimana caranya? Bukankah Kaisar Plagius mengganti rencana untuk menjebak kalian?" Hening. Hanya deburan ombak dan suara api melahap kayu yang terdengar nyaring. Pria itu membuka jubah penutup kepalanya, menampilkan rambut beruban, epidermisnya cokelat, layu dan keriput, sorot netranya dalam dan lembut dengan kerutan di sepanjang garis wajahnya. "Perkenalkan, aku
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status