[Saldo Anda berjumlah $200 di rekening. Terima kasih sudah menggunakan layanan Bank kami.]
Pesan singkat yang diterima oleh Orion membuatnya ingin mengelus dada. Dia kembali menghitung jumlah nol yang tertera dalam rekeningnya, dan sebanyak apapun ia melakukannya, nominal yang ada di rekeningnya tidak akan berubah. Orion mencelos dalam hati, dari seorang yang kaya raya kini ia menjadi orang miskin dengan saldo hanya 200 dollar di rekeningnya. Apabila teman-teman Orion di dunia asalnya mengetahui hal ini, sudah pasti mereka akan menertawainya.
“Bahkan 200 dollar saja tidak bisa digunakan untuk membayar kamar rumah sakit. Beruntungnya pihak NTH mau menanggung biaya pengobatan, semua ini sudah termasuk dalam biaya asuransi ketika masuk dungeon,” gumam Orion kepada dirinya.
Walaupun Orion merasa tidak puas dengan nominal dalam rekeningnya yang sekarang, dia tidak menyalahkan si pemilik tubuh asli karena terlahir dalam keluarga yang pas-pasan. Dari ingatan yang Orion dapatkan, si pemilik tubuh asli hanya tinggal berdua bersama neneknya di sebuah rumah sederhana di Desa Burton. Mereka berdua hidup bergantung dari uang pensiunan yang nenek Orion terima tiap bulannya, dan sesekali pula si pemilik tubuh asli akan pergi ke gunung di belakang desa mencari tanaman obat yang dijualnya untuk mendapatkan uang tambahan.
Beruntungnya “Orion Black” adalah anak yang cerdas dan selalu mendapatkan juara di kelasnya setiap tahun, sehingga selama bersekolah “Orion Black” selalu mendapatkan beasiswa untuk membiayai pendidikannya. Meskipun hidup dalam keluarga yang sangat sederhana, si pemilik tubuh asli tidak pernah mengeluh. Dia dan sang nenek hidup bahagia dalam kesederhanaan yang mereka miliki.
Si pemilik tubuh asli memiliki cita-cita untuk menjadi Hunter. Dia selalu menunggu tubuhnya bisa membangkitkan superpower di usia 18 tahun kemudian mendapatkan lisensi Hunter.
Di Therondia dan negara lainnya di Bintang Biru, Hunter adalah pekerjaan yang menjadi impian banyak orang. Meskipun pekerjaan mereka penuh akan bahaya dan mempertaruhkan nyawa, sebagai Hunter mereka bisa mendapatkan uang banyak, terutama bila mereka bergabung dengan guild yang memiliki reputasi tinggi.
“Sayangnya anak bodoh ini tidak memiliki superpower yang bisa dibangkitkan, sehingga impiannya untuk menjadi Hunter tidak bisa diwujudkan,” gumam Orion kepada dirinya sendiri.
Orion meletakkan ponsel di meja nakas dekat tempat tidur. Dia turun dari ranjangnya, mengganti piyama rumah sakit dengan baju yang dibelikan Andy kemarin, kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Tidak lama kemudian, Orion berjalan keluar dari rumah sakit.
Hari ini Dokter mengatakan kondisinya sudah baik, dia bisa meninggalkan rumah sakit dan kembali ke rumah. Sebagai orang yang memiliki prinsip untuk menjauhi hal-hal yang berbau rumah sakit kalau bisa, Orion tidak menunda lagi keinginannya untuk segera pergi dari tempat itu.
Rumah sakit tempat Orion dirawat dengan Desa Burton hanya berjarak lima kilometer. Perjalanan menuju rumah tidak bisa dikatakan singkat maupun lama, Orion bisa menempuhnya dengan berjalan kaki maupun menggunakan taksi. Karena ingat saldo rekeningnya sangat terbatas, Orion memutuskan untuk tidak memanggil taksi dan memilih berjalan kaki saja.
Cuaca hari ini terlihat tidak terlalu bersahabat, sangat mendung seperti hujan deras akan tiba tidak lama lagi, pikir Orion seraya berjalan menyusuri jalan dan meninggalkan area perkotaan di belakang sana. Tanpa sadar Orion sudah memasuki area sepi yang ada di pinggiran kota.
Dia mendongakkan kepala ke atas. Langit yang pagi tadi cerah kini menjadi lebih suram. Awan kelabu yang tebal bergulung-gulung dan menggantung di sana, menutupi matahari yang bahkan sinarnya saja sukar untuk turun ke bawah. Sesekali angin yang keras bertiup ke arah Orion —dan membuat pemuda itu menggigil kedinginan karena sialnya dia tidak mengenakan jaket tebal. Rintik air yang berasal dari atas jatuh ke pipi Orion, membuatnya terkesiap dan melihat ke sekeliling untuk mencari tempat untuk berteduh.
Orion menemukan sebuah toko kecil yang tidak jauh dari tempatnya berada. Tempat itu sedikit terpencil, dan merupakan satu-satunya bangunan yang bisa Orion gunakan untuk berteduh hanyalah toko kecil yang tutup tersebut. Dia bergegas berlari ke sana. Begitu Orion tiba di toko kecil itu, hujan lebat tiba-tiba turun dan membasahi area tempat Orion berada.
“Seharusnya aku tadi memanggil taksi saja dan tidak usah mempermasalahkan biayanya,” ungkap Orion seraya mengusap air hujan yang sedikit membasahi rambut dan bajunya.
Melihat cuacanya yang suram seperti ini, Orion memperkirakan kalau hujan tidak akan segera berakhir. Dia akan menghabiskan waktu di sini. Dalam hati Orion berharap ia tidak akan menunggu lama sampai hujan reda.
Matanya mengedar ke sekeliling. Orion menoleh ke kiri dan kanan secara bergantian. Toko tempatnya berada dindingnya terbuat dari kayu, bangunannya sudah lapuk, dan aroma jamur yang lembab sesekali menguar di udara —terutama ketika hujan deras mengguyur tempat itu. Kelihatannya toko ini sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, mungkin sudah dalam hitungan tahunan lamanya.
Di sekeliling toko kecil ini tidak ada bangunan lain, bahkan orang yang berlalu lalang pun juga tidak terlihat. Hanya Orion sendirian yang terjebak di tempat itu.
Angin keras kembali berhembus ke arah Orion. Hembusannya juga membawa rintikan air hujan yang menerpa sosok pemuda itu, membuatnya basah.
BLARRR…
Suara petir menggelegar di atas langit. Cahaya kilat yang mirip seekor ular besar bercahaya memecah kelabu di tempat itu. Saking terangnya cahaya kilat, Orion reflek memejamkan mata, lalu bahunya tanpa sadar bersandar sedikit pada pintu kayu di belakangnya.
Tiba-tiba saja, pintu kayu yang disandari oleh Orion terbuka perlahan dengan sendirinya. Aroma yang tidak sedap tercium semakin kuat dari dalam —seperti aroma kayu yang busuk dan termakan usia. Dari balik pintu terlihat ruangan gelap mirip seperti mulut monster yang menganga —menyeramkan dan mematikan. Orion membalikkan badan, dia berdiri di depan pintu yang terbuka dengan sepasang mata emerald yang sedikit berkilat dalam kegelapan.
BLARRR…
Cahaya kilat yang menyilaukan kembali muncul bersamaan dengan suara petir yang menggelegar. Cahaya kilat tersebut membuat seisi toko kosong yang gelap dapat dilihat dengan jelas oleh mata telanjang. Rak-rak yang seharusnya diisi oleh aneka snack terlihat kosong dan berserakan. Meja kasir yang usang dengan coretan warna merah tersisih di pojok ruangan. Pecahan kaca berserakan di lantai. Debu yang tebal dan sarang laba-laba juga menghiasi toko kosong yang terbengkalai tersebut.
“Ini…” Orion memiringkan kepalanya, kedua matanya menyipit sesaat, dan kalimat yang ingin ia ucapkan pun terpotong.
Energi spiritual yang terasa dingin berhembus dari dalam toko. Mata Orion menangkap bayangan tiga buah duri raksasa berukuran dua meter tertancap di salah satu dinding. Duri tersebut berjajar dengan warna hitam legam yang terlihat menakutkan. Ada aura negatif menguar dari tiga duri tersebut, bahkan Orion yang berdiri di ambang pintu bisa merasakannya.
Orion berjalan masuk ke dalam toko kosong, lalu dia menghampiri tempat di mata ketiga duri raksasa menancap di dinding. Aura yang penuh kenegatifan dan dibalut oleh rasa dingin luar biasa menusuk kulit Orion. Semakin dekat jaraknya dengan ketiga duri tersebut, semakin kuat aura negatif yang dirasakannya.
Saat Orion berdiri tepat di depan ketiga duri misterius —kurang dari satu meter jaraknya, ia mengeluarkan selembar tisu dari saku celana. Tisu itu ia lemparkan ke arah duri yang menancap di dinding. Begitu permukaan tisu menyentuh duri raksasa, tiba-tiba saja tisu itu terbakar hebat sebelum berubah menjadi abu yang beterbangan di udara. Tidak ada yang tersisa dari tisu yang terbakar.
“Kalau aku memegang benda ini secara langsung, bisa jadi tanganku akan terkorosi dan melepuh hebat,” gumam Orion dengan mata yang menyelidik. “Ketiga duri ini bukanlah benda biasa.”
Orion memegang dagu, ia tampak berpikir keras. “Tapi benda apa ini?”
Selamat datang di novel keempat Sky di Goodnovel. Kali ini Sky kembali mengusung tema fantasi sebagai latar belakang novel. Semoga kalian semua yang membaca novel ini menyukainya.
“AAAOOOOO…”Lolongan panjang terdengar di sana. Suaranya melengking dan juga keras, begitu memekakkan telinga serta memecahkan kesunyian di tengah malam. Suara gemerisik dari dahan pohon yang bergoyang ikut terdengar, bau anyir darah yang pekat juga menambah rasa seram dan membuat bulu kuduk siapapun bisa berdiri karena ngeri.Pemandangan itu mirip seperti pemandangan horor yang mencekam.“AAHH…. TOLONG…! JANGAN BUNUH DIRIKU…!” Seorang laki-laki yang tubuhnya bersimbah darah memohon untuk tidak dibunuh. Wajah pria itu pucat pasi, darah yang mengucur hebat dari kening membasahi area pipi kanannya. Ia kehilangan banyak darah, akan tetapi karena keinginannya untuk tetap hidup membuat pria itu terus bergerak, menjauh dari bahaya yang ada di depan mata.Sang pria terus merayap, kaki kanannya yang putus memaksanya untuk bergerak menggunakan kedua tangan. Ia mencoba untuk pergi menjauh, membuat jarak dirinya dengan bahaya yang mengancam itu bertambah jauh. Pergerakan sang pria terbatas, kedu
Orion tidak pernah meragukan kualitas barang yang dijual pada sistem mall. Semua barang yang ada di sana memiliki kualitas bagus dan sangat efektif untuk digunakan, seperti ramuan penyembuh yang Orion beli barusan.Setelah dia meminum dua botol ramuan penyembuh, tubuhnya yang terluka parah kini sudah kembali sembuh, bahkan luka menganga yang membuat organ dalam serta tulangnya kelihatan pun menutup sempurna seperti tidak ada luka di sana sebelumnya. Hanya baju compang-camping serta noda darah sisa lukanya saja yang memperlihatkan kalau Orion barusan terluka parah.Orion melemparkan dua botol kaca bekas ramuan penyembuh ke arah manusia serigala yang berjarak sepuluh meter dari pohon tempatnya berada. Dua botol itu menukik tajam, lalu mendarat sempurna pada kepala manusia serigala itu. Ketika dua botol kaca itu pecah, sisa pecahannya tidak berpengaruh terlalu banyak pada si manusia serigala, karena pada dasarnya manusia serigala memiliki rambut tebal yang menutupi sekujur tubuh mereka,
Aura yang kuat menyelimuti tubuh Orion. Dia menggunakan kekuatannya untuk memanggil benda yang bersemayam pada bulan merah di atas sana. Awalnya Orion tidak tahu kalau ada sesuatu yang ada di bulan merah ketika pertama kali melihatnya, dia hanya menganggapnya familier saja karena 40% kemiripannya dengan bulan merah di Paradis. Namun, setelah beberapa saat memperhatikannya, barulah Orion paham kalau yang ia rasakan sebelum ini tidak hanya kemiripannya saja, ada sesuatu yang Orion kenal memang bersemayam pada benda di atas langit malam tersebut.Energi spiritual yang ada di sana ikut berputar, mematuhi perintah Orion. Bulan merah yang awalnya diam bergeming dan memancarkan sinar lembut kini berubah. Warna merah di permukaan bulan perlahan-lahan menjadi semakin pekat, warnanya menyelimuti seluruh permukaan bulan dan membuatnya menyerupai gumpalan darah. Tidak hanya bulan merah saja yang berubah, langit gelap di sekitarnya pun juga ikut terpengaruh.Ketika bulan merah itu berpendar terang
Berpuluh-puluh pasang mata mengarah pada sosok Orion dan Harry yang barusan keluar dari pintu dungeon. Tatapan yang mengarah pada mereka berdua mencerminkan banyak emosi yang bercampur aduk. Sedih, marah, kecewa, serta penuh tidak terima menjadi satu. Deru tangis yang berasal dari warga sipil yang kehilangan anggota keluarganya dalam dungeon pun kembali pecah. Suaranya begitu berisik.Kekacauan terjadi. Tidak sedikit dari mereka semakin ingin bergerak mendekat —memaksa barikade yang dibentuk oleh grup orang berpakaian hitam mundur dan memberikan jalan kepada mereka. Yang mereka lakukan tentu akan berhasil kalau bukan karena orang-orang berpakaian serba hitam yang menjaga portal dungeon sangat kuat dan memaksa mereka untuk diam di tempat. Orang-orang berpakaian hitam melindungi dua remaja laki-laki itu di belakang tubuh mereka.“Katakan padaku… apakah kau melihat ayahku? Katakan padaku?!!!”“Aku ingin kakakku kembali. Kumohon, Tuan muda, beritahu kami kebenarannya!”Teriakan demi teria
Orion membuka kedua matanya. Langit-langit warna putih di atas sana adalah hal pertama yang Orion lihat ketika ia bangun. Aroma disinfektan yang menyengat menguar di udara —aromanya yang begitu ia kenal menusuk hidung dan membuat Orion mengernyitkan keningnya untuk sesaat. Dia benci aroma disinfektan karena bau tersebut mengingatkannya pada ingatan yang ia kubur rapat-rapat dan ingin dilupakan.Setelah menarik napas dalam-dalam, Orion bangkit dari posisi berbaringnya di atas ranjang rumah sakit. Selimut warna putih yang menutupi tubuhnya merosot ke bawah dan jatuh ke pangkuannya ketika Orion bangkit. Dia mengedarkan matanya ke seluruh penjuru ruangan untuk sesaat, di sana Orion tidak menemukan sesuatu yang spesial —hanya perabotan dasar kamar rumah sakit dan warna putih yang monoton. Sesaat kemudian, Orion kembali memejamkan mata, lalu dia menekan keningnya perlahan dengan pangkal telapak tangan kanan.“Ingatan anak ini begitu mengesankan,” gumam Orion kepada dirinya sendiri dan si pe
Setelah pertanyaan itu dilontarkan oleh James, Orion yang menjadi pusat perhatian dari kedua Hunter tidak menunjukkan ekspresi apapun selain ketenangan yang sedari tadi terpasang di wajah tampannya. Bahkan, rasa gugup tidak ditemukan di sana, seolah-olah orang yang mendapat interogasi dari James bukanlah dirinya.Rekan James memberikan tatapan penuh tanda tanya kepada Orion —yang tentunya tidak ditanggapi dengan serius oleh Orion.Berada di rumah sakit dengan tangan yang masih terhubung dengan selang infus, seharusnya membuat sosok Orion terlihat begitu lemah di mata kebanyakan orang. Akan tetapi, sosok pemuda itu tidak menunjukkan apapun yang mencerminkan kelemahan. Sepasang mata emerald miliknya berkilat, bibirnya pun juga menyunggingkan senyum yang penuh akan kedamaian. Ketimbang sosok yang lemah, Orion lebih mirip seperti singa yang tengah beristirahat dengan kemalasan yang terulas di setiap gerakannya.“Pada waktu itu aku diajak ke sebuah tempat oleh sekelompok teman setelah ujia
PRANG…Bola kristal yang dipegang oleh Orion pecah. Kejadian itu begitu tiba-tiba, bahkan Orion sendiri tidak menyangka kalau hal seperti ini akan terjadi, padahal ia hanya menyalurkan sedikit dari energi spiritualnya ke bola kristal untuk mengetes superpower yang dimilikinya. Namun, siapa yang menyangka kalau bola kristal tidak bisa menerima energi spiritual yang Orion miliki dan malah meledak ketika menerima energi spiritual yang disalurkan.Overload. Mata Orion menyiratkan pemahaman yang baru saja terbesit dalam benaknya.Sepertinya kekuatanku jauh lebih besar dan domineering dari perkiraanku sebelumnya, pikir Orion dalam hati.Keningnya mengernyit sesaat, hatinya mendesah kecil, dan ada perasaan sedikit menyesal muncul dalam dirinya. Orion tidak bisa mengetahui apakah tubuhnya ini mampi membangkitkan superpower atau tidak karena bola kristal yang digunakan untuk mengetesnya pecah. Akan tetapi, melihat hasil —bola kristal yang pecah— yang didapatkan saat Orion menyalurkan energi sp