Setelah pertanyaan itu dilontarkan oleh James, Orion yang menjadi pusat perhatian dari kedua Hunter tidak menunjukkan ekspresi apapun selain ketenangan yang sedari tadi terpasang di wajah tampannya. Bahkan, rasa gugup tidak ditemukan di sana, seolah-olah orang yang mendapat interogasi dari James bukanlah dirinya.
Rekan James memberikan tatapan penuh tanda tanya kepada Orion —yang tentunya tidak ditanggapi dengan serius oleh Orion.
Berada di rumah sakit dengan tangan yang masih terhubung dengan selang infus, seharusnya membuat sosok Orion terlihat begitu lemah di mata kebanyakan orang. Akan tetapi, sosok pemuda itu tidak menunjukkan apapun yang mencerminkan kelemahan. Sepasang mata emerald miliknya berkilat, bibirnya pun juga menyunggingkan senyum yang penuh akan kedamaian. Ketimbang sosok yang lemah, Orion lebih mirip seperti singa yang tengah beristirahat dengan kemalasan yang terulas di setiap gerakannya.
“Pada waktu itu aku diajak ke sebuah tempat oleh sekelompok teman setelah ujian masuk perguruan tinggi selesai. Mereka mengatakan tempat itu sangat menyenangkan, aku bisa melepas penat setelah ujian yang menegangkan berakhir. Tidak ada yang menyangka kalau tempat yang dimaksud oleh mereka adalah dungeon yang berbahaya,” kata Orion.
Orion mendesah kecil, dia mengembuskan napas panjang setelah menggambarkan apa yang terjadi dengan si pemilik tubuh asli. Tindakannya begitu nyata, membuat orang yang mendengarnya percaya dengannya.
“Orion Black” tidak menyangka kalau tempat menyenangkan di mulut orang-orang itu akan menjadi tempat terakhir yang akan ia kunjungi —juga kuburannya— di akhir hayatnya. Dalam hati, Orion menggelengkan kepala kepada si pemilik tubuh asli, dia terlalu naif sampai bisa mempercayai orang yang salah.
“Ketika masuk dungeon, tentunya kau akan melewati portal. Apa kau tidak menyadari hal itu ketika pertama kali melihatnya?” tanya rekan James, dia ikut menimpali Orion.
Portal yang menghubungkan Bintang Biru dengan dunia lain memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dari pintu masuk kebanyakan. Portal dungeon terlihat seperti pintu gerbang besar penuh dengan cahaya yang menyelimutinya, bahkan tidak jarang mereka juga terlihat seperti gerbang raksasa dengan bagian dalam berwarna putih atau hitam —sangat mirip dengan gerbang-gerbang sihir di cerita dongeng.
Semua orang yang tinggal di Bintang Biru tahu mengenai portal dungeon. Sudah menjadi pengetahuan umum yang diajarkan di bangku sekolah, apabila portal dungeon muncul maka orang-orang yang tidak memiliki superpower diwajibkan untuk menghindar. Tidak hanya itu saja, demi keselamatan warga sipil, pemerintah membuat peraturan sejak lima puluh tahun lalu kalau yang diperbolehkan masuk dungeon adalah seorang Hunter berlisensi dan mereka juga harus memiliki izin dari NTH. Warga sipil yang tidak memiliki superpower dilarang masuk demi kebaikan mereka.
Dari ingatan si pemilik tubuh asli yang barusan diterimanya, “Orion Black” juga mengetahui peraturan tersebut. Tidak heran kalau Orion mengatakan si pemilik tubuh asli adalah orang yang naif, dengan mudahnya dia ikut masuk ke dungeon berbahaya hanya karena dibujuk oleh teman-temannya, padahal dia tahu betapa bahayanya dungeon bagi warga sipil seperti dirinya.
Untuk sekali lagi Orion menggelengkan kepala dalam hati, namun di luar sana ia masih tenang seperti biasanya.
“Aku menyadarinya, tetapi aku tidak bisa menolak bujukan teman-temanku,” tutur Orion dengan jujur.
Baik James dan rekannya memberikan tatapan yang mengatakan kau-sangat-naif kepada Orion, lalu mereka menghela napas sesaat kemudian. Keduanya tidak pernah menyangka kalau Orion adalah orang yang begitu patuh dan tidak bisa menolak bujukan orang-orang di sekitarnya, tentu saja mereka tidak tahu kalau orang yang mereka pikirkan adalah orang yang berbeda.
“Aku tidak tahu bagaimana kau bisa menyebut mereka teman-temanmu. Mereka lebih mirip seperti musuh ketimbang teman karena sudah memperalatmu untuk masuk ke dungeon,” gumam rekan James. Dia berdehem singkat setelah mendapatkan tatapan tajam dari James.
“Anak kecil juga tahu kalau dungeon adalah tempat yang berbahaya. Orang yang tidak memiliki superpower hanya akan menjadi makanan monster dalam dungeon dan mereka tidak akan bisa bertahan hidup. Tapi bisa-bisanya kau masuk ke dungeon ketika tahu kau bukanlah seorang superpower,” ujarnya lagi.
Tidak berselang lama kemudian, rekan James tersebut melanjutkan pertanyaannya.
“Lalu, di mana orang-orang yang pergi bersamamu itu?”
Senyuman yang bertengger di bibir Orion melebar. Pemuda itu menggunakan kedua tangan untuk bertumpu pada tempat tidur dengan bahunya sedikit turun, kemudian ia juga menengadahkan kepalanya ke atas sedikit —membuat dua Hunter yang duduk di sana tidak bisa melihat kilatan kecil melintas di kedua mata Orion.
“Kini mereka sudah berada di perut manusia serigala,” celetuk Orion kemudian. Nada yang digunakannya begitu ringan, seperti orang yang tengah membicarakan cuaca cerah di hari itu dan bukan terbunuhnya teman-teman yang dia maksud tadi.
“Kau tahu sendiri kalau orang biasa hanya akan menjadi makanan bagi monster yang tinggal di dungeon.” Orion melirik ke arah rekan James dengan tatapan yang penuh akan makna.
James mendelik ke arah Orion, sementara rekannya hampir terlonjak karena terkejut dengan perkataan Orion yang sedikit menakutkan.
Setelah menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya, tatapan James berubah menjadi penuh was-was ketika mengarah pada Orion. Dia tidak bisa membedakan apakah Orion tengah bercanda atau tidak ketika mengatakan orang-orang itu berakhir di perut manusia serigala. Namun, sebagai seorang Hunter dengan kelas B yang sensitif dengan bahaya, James bisa mengatakan kalau pemuda yang terlihat pucat di depannya ini bukanlah orang biasa. Informasi yang mereka dapatkan dari database tidak bisa mendeskripsikan kondisi Orion yang sebenarnya.
“Melihat hanya kau dan Hunter Welsh yang keluar dari dungeon, kami percaya dengan hal itu,” kata James setelah mengambil jeda beberapa saat. Meskipun dia memiliki antisipasi kepada Orion, wajahnya tidak memberitahukan apapun. Hanya ketenangan —dan kewaspadaan— yang terpetak jelas di sana.
James mengangguk singkat, lalu ia berkata lagi, “Apa kau bisa menjelaskan situasi yang terjadi dalam dungeon?”
Setelah memberikan anggukan sebagai tanda persetujuan, Orion pun mulai menggambarkan apa yang dia lihat kepada James dan rekannya.
“Dungeon itu lebih mirip seperti sebuah hutan tropis. Banyak pepohonan yang tumbuh tinggi menjulang di sana, kurasa mereka berusia ratusan tahun karena mereka tumbuh begitu besar sampai aku hampir tidak bisa melihat langit ketika mendongak ke atas. Di tengah hutan terdapat sebuah altar, mirip sekali dengan altar pemujaan dengan empat pilar yang berdiri di keempat sudut altar.”
Orion mengedarkan mata, melihat ke arah dua Hunter yang fokus mendengarkan penjelasannya. James masih duduk termenung, sementara rekannya yang duduk di samping James tengah sibuk mencatat sesuatu —yang kemungkinan besar adalah penjelasan dari Orion— di sebuah buku catatan.
Pemuda itu menurunkan pandangannya lagi.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan jelas, namun aku melihat sekawanan manusia serigala yang tingginya lebih dari dua meter tiba-tiba menyerang tim ekspedisi. Para Hunter yang ikut dalam ekspedisi melakukan perlawanan, akan tetapi mereka tidak bisa mengalahkan sekawanan manusia serigala itu.”
“Karena takut aku memilih untuk bersembunyi. Tidak ada yang bisa dilakukan orang biasa seperti diriku ketika berhadapan dengan monster kuat dan berbahaya. Beruntungnya, manusia serigala itu tidak mengetahui keberadaanku karena mereka fokus dengan anggota tim ekspedisi lainnya.” Orion menurunkan pandangan setelah mengakhiri ceritanya.
Suara yang keluar dari mulut Orion terdengar sangat tenang, bahkan terkesan dingin seperti dia tengah membaca sebuah naskah cerita —sama sekali tidak terlihat seperti mengalami langsung tragedi yang terjadi pada dirinya dalam dungeon.
Orion tidak menunggu James dan rekannya memberikan opini, ia pun kembali melanjutkannya lagi.
“Tempat itu sangat menyeramkan. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Lantai hutan dan altar berubah warna menjadi gelap akibat banyaknya darah yang tumpah di sana. Sekawanan manusia serigala yang menyerang kami sangat kuat, para Hunter yang masuk ke dungeon tidak bisa menghentikan mereka dan malah berubah menjadi mangsa bagi monster itu,” lanjut Orion.
Baik James dan rekannya bisa membayangkan apa yang terjadi. Hunter yang teregistrasi masuk ke dungeon berjumlah seratus orang, namun mereka tahu kalau jumlahnya lebih dari seratus orang. Apabila informasi yang Orion berikan itu benar, dungeon di balik portal di Desa Elk bisa dikatakan sebagai mimpi buruk, tempat itu tidak ada bedanya sebagai kuburan masal.
Informasi awal mengatakan dungeon Desa Elk dikategorikan sebagai dungeon kelas E. Akan tetapi, setelah mendengarkan informasi yang Orion bawa mengenai dungeon tersebut, dungeon di Desa Elk memiliki level yang sangat tinggi. Kemungkinan besar dungeon itu bisa dikategorikan sebagai dungeon kelas B atau lebih.
Andy —nama rekan James— merasakan bulu kuduknya berdiri. Ia menggenggam bolpoin yang digunakannya menulis dengan sangat erat —bahkan saking eratnya, tubuh bolpoin retak dan tinta hitam mengotori tangannya.
Keheningan menyelimuti ruangan. Dua orang Hunter yang berada di sana berusaha setenang mungkin dan tidak terpengaruh oleh informasi yang mereka terima, namun bahu keduanya yang bergetar untuk sesaat mengkhianati semuanya. Sekuat apapun keduanya, mereka masih seorang manusia yang memiliki empati. Membayangkan tumpukan mayat di satu lokasi dan pemandangan horor di mana monster memakan manusia, baik James dan Andy merasa mual.
“Lalu… bagaimana kau bisa keluar dari dungeon?” James kembali melontarkan pertanyaan setelah bersusah payah menelan ludah untuk menenangkan diri. Dungeon Desa Elk adalah mimpi buruk, James bisa membayangkan kengerian yang terjadi di sana walaupun dia tidak mengalaminya sendiri.
Orion menggelengkan kepala. Dia menarik napas panjang-panjang sebelum mengembuskannya, lalu kepalanya yang sedari tadi tertunduk kini terangkat untuk melihat ke arah mereka. Wajah Orion terlihat sedikit lebih pucat dari sebelumnya, ia seperti orang sakit. Ekspresi Orion yang seperti ini membuat dua orang Hunter yang menginterogasinya salah paham, mereka berpikir kalau Orion merasa takut.
“Aku tidak tahu bagaimana bisa keluar dari sana. Pada waktu itu aku pingsan saat bersembunyi di celah-celah besar pohon yang berhasil kutemukan. Ketika terbangun lagi, mereka —monster— sudah terbunuh bersama dengan anggota tim ekspedisi lainnya. Aku menemukan Harry di antara tumpukan mayat di tempat itu. Apa yang terjadi setelahnya, kalian bisa mengetahuinya sendiri —kami berhasil keluar dari dungeon dan bertemu dengan kalian di Desa Elk,” balas Orion.
Orion tidak menjelaskan apa yang terjadi secara menyeluruh kepada mereka berdua. Dia menutupi setengahnya dan memberitahukan apa yang bisa ia katakan. Apabila mereka datang kepada Harry untuk melakukan cross-check tentang informasi yang Orion katakan barusan, dia yakin kalau Harry tidak akan bisa menjelaskannya dengan baik. Pada waktu itu, kemungkinan besar Harry pingsan dan berada di antara tumpukan mayat, dia tidak bisa menjadi saksi mata dan memberitahu mereka apa yang terjadi dalam dungeon sebelum Orion menemukannya.
Apakah James dan Andy percaya dengan penjelasannya atau tidak, Orion tidak terlalu memedulikannya.
Setelah mendengarkan penjelasan Orion, James tidak lekas membuka mulutnya. Pria itu menatap lekat Orion, menyelisik dengan penuh kehati-hatian untuk mencari tahu apakah ada yang janggal dengan ucapan pemuda itu dari wajahnya.
Hasilnya nihil. James tidak menemukan ada yang berbeda di sana.
Setelah mengembuskan napas panjang, James berkata, “Kami sudah merekam informasi yang kau beritahukan, Tuan Black. Terima kasih karena telah mau bekerja sama dengan kami.”
James melirik ke arah Andy setelah dia selesai mengatakan hal itu.
Andy yang mengerti maksud James pun buru-buru meletakkan buku catatannya dan mengambil sebuah kristal bening sebesar kepalan tangan orang dewasa dari tas yang ia bawa tadi. Pemuda itu menjulurkan kristal itu ke arah Orion yang balik menerimanya.
Rasa dingin menjalar ke tangannya saat Orion menyentuh permukaan kristal. Dari tampilan luar kristal tersebut tampak biasa, tidak terlalu istimewa, bahkan mirip seperti kristal mainan yang sering ditemukan di kios pinggir jalan. Dalam hati Orion menimbangnya sesaat, kristal itu cukup berat —sekitar dua kilogram— dengan permukaannya yang dipoles halus, mengingatkan Orion pada bola kristal yang sering digunakan oleh peramal di dunia asalnya.
Kendatipun bentuknya tidak terlalu serius menurut Orion, dari dalam inti kristal dirinya bisa merasakan energi spiritual yang tersembunyi. Tidak banyak, namun cukup bisa untuk membuat kekuatan spiritual dalam tubuh Orion tertarik padanya.
“Ketika memegangnya, fokuskan semua perhatianmu pada bola kristal!” pinta Andy. “Kristal ini adalah alat pendeteksi energi spiritual yang dimiliki oleh seseorang. Apabila kristal ini bersinar, maka kita bisa mengetahui kau memiliki superpower. Akan tetapi, ketika kau sudah memfokuskan perhatianmu dan kristal tetap diam —tidak bersinar, maka kau tidak memiliki superpower.”
Orion mengangguk. Dalam artian lain kristal yang dipegangnya tersebut adalah sebuah alat pendeteksi canggih yang berhasil dikembangkan oleh pihak NTH untuk mengetes apakah seseorang memiliki superpower atau tidak.
Orion tidak tahu apakah kekuatan yang dimilikinya bisa dikategorikan sebagai superpower di dunia ini. Sejujurnya Orion juga penasaran dengan hal itu. Jiwanya berasal dari dunia lain yang sudah dibaptis oleh permainan maut Infinity Abyss, dia tidak bisa dikategorikan sebagai manusia biasa.
Dalam ketenangan yang diperlihatkannya, Orion memfokuskan energi spiritual dalam dirinya pada bola kristal.
PRANG…Bola kristal yang dipegang oleh Orion pecah. Kejadian itu begitu tiba-tiba, bahkan Orion sendiri tidak menyangka kalau hal seperti ini akan terjadi, padahal ia hanya menyalurkan sedikit dari energi spiritualnya ke bola kristal untuk mengetes superpower yang dimilikinya. Namun, siapa yang menyangka kalau bola kristal tidak bisa menerima energi spiritual yang Orion miliki dan malah meledak ketika menerima energi spiritual yang disalurkan.Overload. Mata Orion menyiratkan pemahaman yang baru saja terbesit dalam benaknya.Sepertinya kekuatanku jauh lebih besar dan domineering dari perkiraanku sebelumnya, pikir Orion dalam hati.Keningnya mengernyit sesaat, hatinya mendesah kecil, dan ada perasaan sedikit menyesal muncul dalam dirinya. Orion tidak bisa mengetahui apakah tubuhnya ini mampi membangkitkan superpower atau tidak karena bola kristal yang digunakan untuk mengetesnya pecah. Akan tetapi, melihat hasil —bola kristal yang pecah— yang didapatkan saat Orion menyalurkan energi sp
[Saldo Anda berjumlah $200 di rekening. Terima kasih sudah menggunakan layanan Bank kami.]Pesan singkat yang diterima oleh Orion membuatnya ingin mengelus dada. Dia kembali menghitung jumlah nol yang tertera dalam rekeningnya, dan sebanyak apapun ia melakukannya, nominal yang ada di rekeningnya tidak akan berubah. Orion mencelos dalam hati, dari seorang yang kaya raya kini ia menjadi orang miskin dengan saldo hanya 200 dollar di rekeningnya. Apabila teman-teman Orion di dunia asalnya mengetahui hal ini, sudah pasti mereka akan menertawainya.“Bahkan 200 dollar saja tidak bisa digunakan untuk membayar kamar rumah sakit. Beruntungnya pihak NTH mau menanggung biaya pengobatan, semua ini sudah termasuk dalam biaya asuransi ketika masuk dungeon,” gumam Orion kepada dirinya.Walaupun Orion merasa tidak puas dengan nominal dalam rekeningnya yang sekarang, dia tidak menyalahkan si pemilik tubuh asli karena terlahir dalam keluarga yang pas-pasan. Dari ingatan yang Orion dapatkan, si pemilik t
“AAAOOOOO…”Lolongan panjang terdengar di sana. Suaranya melengking dan juga keras, begitu memekakkan telinga serta memecahkan kesunyian di tengah malam. Suara gemerisik dari dahan pohon yang bergoyang ikut terdengar, bau anyir darah yang pekat juga menambah rasa seram dan membuat bulu kuduk siapapun bisa berdiri karena ngeri.Pemandangan itu mirip seperti pemandangan horor yang mencekam.“AAHH…. TOLONG…! JANGAN BUNUH DIRIKU…!” Seorang laki-laki yang tubuhnya bersimbah darah memohon untuk tidak dibunuh. Wajah pria itu pucat pasi, darah yang mengucur hebat dari kening membasahi area pipi kanannya. Ia kehilangan banyak darah, akan tetapi karena keinginannya untuk tetap hidup membuat pria itu terus bergerak, menjauh dari bahaya yang ada di depan mata.Sang pria terus merayap, kaki kanannya yang putus memaksanya untuk bergerak menggunakan kedua tangan. Ia mencoba untuk pergi menjauh, membuat jarak dirinya dengan bahaya yang mengancam itu bertambah jauh. Pergerakan sang pria terbatas, kedu
Orion tidak pernah meragukan kualitas barang yang dijual pada sistem mall. Semua barang yang ada di sana memiliki kualitas bagus dan sangat efektif untuk digunakan, seperti ramuan penyembuh yang Orion beli barusan.Setelah dia meminum dua botol ramuan penyembuh, tubuhnya yang terluka parah kini sudah kembali sembuh, bahkan luka menganga yang membuat organ dalam serta tulangnya kelihatan pun menutup sempurna seperti tidak ada luka di sana sebelumnya. Hanya baju compang-camping serta noda darah sisa lukanya saja yang memperlihatkan kalau Orion barusan terluka parah.Orion melemparkan dua botol kaca bekas ramuan penyembuh ke arah manusia serigala yang berjarak sepuluh meter dari pohon tempatnya berada. Dua botol itu menukik tajam, lalu mendarat sempurna pada kepala manusia serigala itu. Ketika dua botol kaca itu pecah, sisa pecahannya tidak berpengaruh terlalu banyak pada si manusia serigala, karena pada dasarnya manusia serigala memiliki rambut tebal yang menutupi sekujur tubuh mereka,
Aura yang kuat menyelimuti tubuh Orion. Dia menggunakan kekuatannya untuk memanggil benda yang bersemayam pada bulan merah di atas sana. Awalnya Orion tidak tahu kalau ada sesuatu yang ada di bulan merah ketika pertama kali melihatnya, dia hanya menganggapnya familier saja karena 40% kemiripannya dengan bulan merah di Paradis. Namun, setelah beberapa saat memperhatikannya, barulah Orion paham kalau yang ia rasakan sebelum ini tidak hanya kemiripannya saja, ada sesuatu yang Orion kenal memang bersemayam pada benda di atas langit malam tersebut.Energi spiritual yang ada di sana ikut berputar, mematuhi perintah Orion. Bulan merah yang awalnya diam bergeming dan memancarkan sinar lembut kini berubah. Warna merah di permukaan bulan perlahan-lahan menjadi semakin pekat, warnanya menyelimuti seluruh permukaan bulan dan membuatnya menyerupai gumpalan darah. Tidak hanya bulan merah saja yang berubah, langit gelap di sekitarnya pun juga ikut terpengaruh.Ketika bulan merah itu berpendar terang
Berpuluh-puluh pasang mata mengarah pada sosok Orion dan Harry yang barusan keluar dari pintu dungeon. Tatapan yang mengarah pada mereka berdua mencerminkan banyak emosi yang bercampur aduk. Sedih, marah, kecewa, serta penuh tidak terima menjadi satu. Deru tangis yang berasal dari warga sipil yang kehilangan anggota keluarganya dalam dungeon pun kembali pecah. Suaranya begitu berisik.Kekacauan terjadi. Tidak sedikit dari mereka semakin ingin bergerak mendekat —memaksa barikade yang dibentuk oleh grup orang berpakaian hitam mundur dan memberikan jalan kepada mereka. Yang mereka lakukan tentu akan berhasil kalau bukan karena orang-orang berpakaian serba hitam yang menjaga portal dungeon sangat kuat dan memaksa mereka untuk diam di tempat. Orang-orang berpakaian hitam melindungi dua remaja laki-laki itu di belakang tubuh mereka.“Katakan padaku… apakah kau melihat ayahku? Katakan padaku?!!!”“Aku ingin kakakku kembali. Kumohon, Tuan muda, beritahu kami kebenarannya!”Teriakan demi teria
Orion membuka kedua matanya. Langit-langit warna putih di atas sana adalah hal pertama yang Orion lihat ketika ia bangun. Aroma disinfektan yang menyengat menguar di udara —aromanya yang begitu ia kenal menusuk hidung dan membuat Orion mengernyitkan keningnya untuk sesaat. Dia benci aroma disinfektan karena bau tersebut mengingatkannya pada ingatan yang ia kubur rapat-rapat dan ingin dilupakan.Setelah menarik napas dalam-dalam, Orion bangkit dari posisi berbaringnya di atas ranjang rumah sakit. Selimut warna putih yang menutupi tubuhnya merosot ke bawah dan jatuh ke pangkuannya ketika Orion bangkit. Dia mengedarkan matanya ke seluruh penjuru ruangan untuk sesaat, di sana Orion tidak menemukan sesuatu yang spesial —hanya perabotan dasar kamar rumah sakit dan warna putih yang monoton. Sesaat kemudian, Orion kembali memejamkan mata, lalu dia menekan keningnya perlahan dengan pangkal telapak tangan kanan.“Ingatan anak ini begitu mengesankan,” gumam Orion kepada dirinya sendiri dan si pe