Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan

Terbongkar Setelah 10 Tahun Pernikahan

last updateLast Updated : 2023-01-19
By:  Dwi Nella MustikaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
63Chapters
101.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Menyesal ataupun tidak, aku akan memilih pergi daripada bertahan, Mas! Silakan nikmati hari bersama istri sirimu itu! Satu hal yang aku tahu, apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.

View More

Chapter 1

Bab 1

Paham agama, rupanya tak bisa meredam hati mas Ibra untuk tidak mengkhianati ku dalam bahtera rumah tangga yang sudah diarungi 10 tahun.

"Mas, ini siapa? Kenapa dia mengirim capture pesan antara kamu dengan dia?"

Aku bertanya pada mas Ibra yang baru saja keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri setelah memadu kasih kerinduan sebulan tak mengarungi samudra pahala sang Pencipta.

Dia tampak menghela napas dan dia lepas perlahan, tak ada ketakutan atau kepanikan sama sekali digurat wajahnya.

"Akhirnya kamu tahu, Dik. Sini dulu! Duduk sini! Mas jelaskan semuanya."

Dia memegang pergelangan tanganku, lalu kami duduk di bibir ranjang.

"Dia Annisa, Dik. Dia istriku juga."

Luruh sudah air mataku, mendengar kata yang terucap dari bibir lelaki yang sangat pandai memperlakukan aku layaknya seorang istri. Tidak pernah membentak jika kami berselisih paham, tidak pernah memaksa apa yang tidak bisa aku lakukan.

"Bagaimana bisa, Mas?" Aku menarik tangan dalam genggamannya. Menjauh beberapa senti dari duduk semula.

"Aku menikahinya secara siri, lima tahun lalu. Dia rekan kerjaku, seorang janda. Sering terlibat dalam satu proyek, membuat aku dan dia terlibat hati yang terlarang. Aku takut berdosa terlalu jauh makanya aku putuskan untuk menikahinya secara siri."

"Tega kamu, Mas. Kamu lebih mementingkan ego mu ketimbang memikirkan perasaan aku dan anak semata wayang kita di sini."

Aku dan mas Ibra menjalin hubungan rumah tangga jarak jauh. Dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Keputusan menjalani seperti ini, memang sudah kesepakatan kami berdua.

Sekali dalam sebulan dia akan pulang menemui ku, begitu kesepakatan kami.

"Maafkan aku, Dik. Semua terjadi begitu saja."

"Bagaimana bisa kamu mengkhianati aku dengan cara seperti ini, Mas? Apa kekurangan ku? Apa karena hubungan jarak jauh jadi kamu mengambil kesempatan?"

"Bukan, bukan itu, Dik. Kamu sempurna, kamu selalu melakukan hal terbaik supaya aku bahagia. Namun, kedatangan Annisa tidak bisa aku tolak, aku jatuh cinta lagi, Dik."

"Jatuh cinta, Mas? Tinggalkan dia, Mas!"

"Bisa tidak aku bisa kelapangan hatimu, Dik! Dia tidak akan menuntut apapun, kok. Dia tidak akan menganggu apapun yang ada pada dirimu. Dia akan bersikap sewajarnya, layaknya istri kedua. Dia juga tidak menuntut secara negara padaku, Dik. Apa bisa aku minta untuk tetap menjadikan dia istri?"

"Astagfirullah, Mas. Kamu sadar tidak berkata apa barusan padaku? Dan, dia sadar tidak mengatakan hal demikian. Dengan kalian menikah secara siri, sama hal sudah mengambil apa yang ada pada diriku secara sembunyi, Mas!"

"Jika tidak secara sembunyi, apa kamu memperbolehkan aku menikah siri dengan Annisa, Dik?"

Dia berusaha meraih tanganku, tapi aku sentak. Rasa jijik membalur dalam tubuhku. Rasanya sulit dipercaya, tubuh lelaki yang aku temani dari nol sudah dijamah perempuan lain selama lima tahun.

"Suruh dia datang ke sini besok! Dan, talak dia di depan aku, Mas!"

"Dalam agama kita, aku tidak salah, Dik. Aku akan bersikap adil sama kamu dan juga Annisa. Selama ini aku tetap memberikan yang terbaik pada kamu dan juga Kinara, bukan?"

Deg!

"Jangan berselimut dengan sikap baikmu selama ini, Mas!"

"Aku tahu, aku salah, Dik. Namun, aku minta kelapangan hati kamu menerima yang sudah terjadi sekarang."

"Sudahlah, Mas. Kamu bisa berkata demikian karena kamu tidak pernah merasakan apa yang aku rasakan. Karena kamu tidak pernah menghargai apa yang sudah kamu punya."

"Mengertilah, Dik. Hanya ini yang aku minta pengertian dari kamu. Selama ini aku tidak pernah minta apapun yang tidak kamu sanggup, buk! an?"

Ya Allah, apa yang sedang merasuki suamiku, kenapa dia begitu ingin mempertahankan perempuan itu.

"Baik, Mas. Nampaknya kamu lebih menghargai permintaan perempuan itu ketimbang aku. Tidak apa dan aku tidak akan memaksanya. Jika kamu tidak bisa meningglkan dia. Aku yang akan pergi, aku ingin kita berpisah." Aku bangkit dari duduk menyeka air mata yang tak henti luruh.

"Jangan Dik. Mas tidak ingin kehilangan kamu, Dik. Mohon mengertilah untuk hal ini."

"Maaf, Mas. Imanku belum sampai tahap itu. Jika kamu bilang merelakan diri ini di madu itu adalah pahala besar, aku masih bisa meraih pahala dengan cara lain, bukan cara seperti ini. Kamu sudah mendustai aku selama lima tahun. Dan, kamu masih minta kelapangan hati aku, Mas?"

"Jangan salahkan takdirmu, Dik. Ini takdir kita bersama."

Ku sapu bersih air mata yang masih membasahi wajah ini sebelum masuk ke kamar Kinara. Malam ini, tak sudi rasanya menghabiskan pergantian malam dengan lelaki yang aku kenal ketika kami sama-sama jadi mahasiswa PL di salah satu sekolah. Aku dan mas Ibra berasal dari kampus yang berbeda.

Satu bulan mengabdi jadi mahasiswa PL, dia meminta nomor kontak. Semakin lama semakin intens hingga kami wisuda. Pada akhirnya aku dan mas Ibra menikah ketika baru dua bulan lulus menyandang status sarjana. Meski masih mengandalkan gaji les privat tapi kami bahagia hidup sederhana.

Hingga suatu ketika, saat pernikahan menginjak enam bulan dan aku mengandung buah cinta kami yang sudah disematkan Allah di rahimku selama empat bulan terakhir, mas Ibra dapat pekerjaan di Jakarta berkat rekomendasi temannya semasa sekolah putih dongker dulu.

"Berangkat lah, Mas. Mungkin ini jalan Allah memberi rezeki pada keluarga kita."

"Iya, Dik. Tapi apa tidak apa-apa kalau kita jarak jauh dulu?"

"Tidak apa, Mas. Sementara paling, aku juga tidak bisa ninggalin ibu."

Ibuku sudah sepuh, sakit-sakitan juga. Tidak tega rasanya meninggalkan dia yang sudah sebatang kara. Apalagi aku, buah cinta satu-satunya dengan almarhum bapak. Bapak sudah menghadap sang Ilahi saat aku berusia lima belas tahun.

***

"Aku pamit, Dik. Aku harap kamu mengurungkan keinginan semalam. Baik-baik di sini!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
rawr
Bagus bangeett... nggak bertele-tele jadi cepet selesai.. 🤍🤍🤍🤍...
2024-11-26 16:40:28
0
user avatar
Romadhina
......... semakin sukses yaaa
2024-08-12 13:49:48
1
user avatar
angel azzahra
keren jangan nyerah kamu pasti bisa anakmu akan membawa rejeki Tuhan tidak tidur,
2024-07-03 00:39:48
1
user avatar
Rianti Sy
alur ceritanya bagus tidak bertele tele
2024-03-02 18:51:13
1
user avatar
Rianti Sy
alurnya bagus tidak bertele tele
2024-03-02 18:50:40
1
user avatar
Rianti Sy
ceritanya bagus
2024-03-02 18:48:32
1
user avatar
Ayu Minang Abriani
ceritanya bagus, gak berbelit-belit.
2023-02-08 12:52:09
4
user avatar
Wahyuni
bagus bnget ihhh
2023-01-27 19:00:46
3
user avatar
Nunyelis
i like it...
2022-12-25 05:50:16
2
63 Chapters
Bab 1
Paham agama, rupanya tak bisa meredam hati mas Ibra untuk tidak mengkhianati ku dalam bahtera rumah tangga yang sudah diarungi 10 tahun."Mas, ini siapa? Kenapa dia mengirim capture pesan antara kamu dengan dia?"Aku bertanya pada mas Ibra yang baru saja keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri setelah memadu kasih kerinduan sebulan tak mengarungi samudra pahala sang Pencipta.Dia tampak menghela napas dan dia lepas perlahan, tak ada ketakutan atau kepanikan sama sekali digurat wajahnya."Akhirnya kamu tahu, Dik. Sini dulu! Duduk sini! Mas jelaskan semuanya."Dia memegang pergelangan tanganku, lalu kami duduk di bibir ranjang."Dia Annisa, Dik. Dia istriku juga."Luruh sudah air mataku, mendengar kata yang terucap dari bibir lelaki yang sangat pandai memperlakukan aku layaknya seorang istri. Tidak pernah membentak jika kami berselisih paham, tidak pernah memaksa apa yang tidak bisa aku lakukan."Bagaimana bisa, Mas?" Aku menarik tangan dalam genggamannya. Menjauh beberapa senti
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Bab 2
Selepas Mas Ibra pergi dengan membawa kopernya, terdengar ucapan salam kala Laras dan Kinara hendak masuk ke dalam rumah. Dalam keheranan, Laras tetap menjawab salam."Siapa itu, Ma?" Kinara bertanya kala perempuan yang cukup asing baginya itu berjalan mendekatinya."Nggak tahu, Ki. Mama juga nggak kenal," jawab Laras sekenanya."Pagi, Mbak."Merasa ada yang aneh dari gelagat perempuan itu. Laras pun menyuruh Kinara masuk ke dalam rumah lebih dulu. Takut ada kata-kata yang belum sepatutnya dia dengar. Untung Kinara menurut tanpa protes.Dia melepas maskernya, membuat Laras kaget bukan main. Jelas dia tahu betul dengan sosok yang berdiri di depannya saat ini."Apa kabar, Mbak?""Liana? Kok bisa tahu rumah mbak di sini? Aku baik, silakan masuk!""Iya, Mbak. Ada yang ingin aku sampaikan," sahutnya kala masuk ke dalam rumah."Kayaknya serius betul. Mau sampaikan apa, Li? Kedengarannya serius.""Iya, Mbak. Ini memang hal penting dan serius.""Apa? Sampaikan saja atau mau aku buatkan minuma
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Bab 3
"Sayang, kamu di mana? Kok mas sampai hotel resepsionisnya bilang kamu lagi keluar. Ke mana? Kok nggak bilang-bilang dulu?""Iya, Mas. Aku udah di jalan, paling lima belas menit lagi sampai hotel."Terbang ke Padang kali ini Ibra tidak sendirian, dia bersama istri mudanya. Namun, Ibra sama sekali tidak tahu jika istri mudanya itu datang menemui Laras."Dari mana kamu, Sayang?" Pertanyaan yang pertama kali terlontar kala Liana menghampiri dirinya yang tengah duduk di ruang tunggu hotel"Ntar aja ceritanya di kamar, Mas."Mereka pun menuju kamar sembari bergandengan tangan, terlihat mesra sekali."Jadi kamu pilih yang mana, Mas? Aku sudah berusaha membujuk mbak Laras untuk tidak berpisah dengan kamu. Tapi ...,"Liana menceritakan semuanya pada Ibra."Mungkin Laras masih shock dengan apa yang terjadi, Sayang. Harusnya kamu tidak perlu ke sana. 'Kan sudah janji sama mas juga.""Iya, cuma aku nggak tenang, Mas. Apalagi setelah mendengar cerita kamu semalam. Bahkan mbak Laras milih tidur di
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Bab 4
"Mas, kenapa kamu harus memenuhi semua permintaannya mbak Laras? Kamu tahu, itu menyakitkan bagiku.""Aku bisa apa, Sayang. Aku juga tidak mau kehilangan Laras apalagi kehilangan Kinara, lima tahun sudah aku di sini sama kamu. Apa salahnya jika aku sekarang hidup serumah bersama Laras juga anak semata wayang kami. Laras belum mau aku sentuh dalam hal r*nj*ng. Jadi, cuma kamu seorang yang akan melayaniku sejauh itu. Dia juga tidak membatasi aku untuk bertemu dengan kamu, Sayang. Bukankah itu kelonggaran yang cukup lapang?""Aku tidak yakin, Mas. Aku tidak percaya. Kalian menikah sudah 10 tahun, mana mungkin mbak Laras menolak kalau kamu ajak, apalagi kalian serumah. Bisa-bisa semakin intens.""Jangan berlebihan cemburunya, aku akan komit pada syarat yang diberikan Laras. Kamu tenang saja.""Gimana aku bisa tenang, Mas. Kamu di sana bukan dalam waktu sehari ataupun dua hari. Namun, lebih dari itu.""Ini konsekuensi aku, Sayang. Kamu juga harus berlapang dada jika yang terjadi seperti in
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Bab 5
"Dik, aku sudah di sini, tapi kamu selalu mengacuhkan aku," protes Ibra saat dia sedang membuat surat lamaran pekerjaan."Oh, maaf, Mas. Mungkin karena aku terbiasa tanpa ada kamu di sini kali ya.""Kamu tumben rapi banget hari ini, apa mau sesuatu dari ku, Dik?""Nggak lah, Mas. Kan aku udah pernah bilang, kalau kamu mau yang intens silakan terbang ke rumah adik maduku, aku belum siap.""Ngilu hatiku, Dik. Dengar kamu berujar seperti itu. Padahal aku kangen sama kamu, bukan Annisa.""Oh iya, tapi sayangnya, aku belum siap menyambut kangen kamu, Mas. Tolong pahami, ya! Kamu ingat dan nggak akan ingkar janji atas kesepakatan kita 'kan? Aku yakin kamu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang aku berikan ya 'kan, Mas.""Iya, Dik. Iya, meski sakit, aku coba untuk mengerti kamu. Semoga segera kamu bisa menjawab rasa kangen aku, Dik.""Aku pamit, ya, Mas. Buru-buru soalnya ada kegiatan. Jangan lupa, nanti tolong jemput Kinara sekolah sama suapin dia makan siang, ya! Jangan sampai telat jem
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more
Bab 6
"Selamat ya, Bu. Ibu hamil. Sudah tujuh minggu.""Haa? Apa, Dok? Aku hamil?" Laras tak percaya dengan apa yang dikatakan dokter yang memeriksa perutnya secara manual.Iya, kita USG dulu, ya, Bu.""Dokter serius? Istri saya benaran hamil?" Ibra ikut kaget, tapi ada bahagia tergugat dari wajahnya."Iya, Pak. Mana mungkin saya berbohong. Selamat ya, Pak."Kinara ikut pun ikut bahagia mendengar bahwa dia akan jadi kakak.Ibra memutuskan mengantar Laras ke rumah sakit selepas pingsan ketika memasak di dapur tadi pagi. Awalnya, Laras menolak, tapi Ibra terus memaksa. Apalagi wajah Laras terlihat begitu pucat."Saya pesan 'kan sama bapak dan ibu agar lebih menjaga kandungan kali ini, agak lemah. Untuk ibu jangan sampai banyak pikiran juga.""Bapak juga bantu ibu agar dia tidak banyak pikiran. Kalau tidak kasihan sama calon bayi di kandungannya.""Baik, Dok."Dokter Irda pun meresepkan obat penguat serta vitamin tambahan untuk Laras."Aku tidak perlu di papah, Mas!" Laras berusaha melepaskan
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more
Part 7
"Laras hamil.""Haa? Apa? Hamil? Nggak, itu nggak mungkin. Gimana dia bisa hamil. Katamu, kalian sudah sebulanan lebih tidak berhubungan bagaimana bisa? Pasti ini akal-akalan kamu aja 'kan? Jawab, Mas!""Ini serius, Sayang. Laras hamil. Aku menyentuhnya tepat waktu kamu mengatakan semuanya itu. Setelahnya nggak pernah lagi.""Aku nggak percaya, Mas. Bagaimana bisa coba.""Ya, jelas kamu nggak percaya. Orang kamu nggak pernah hamil!" "Apa? Jahat kamu, Mas! Tega kamu bicara seperti itu sama aku, Mas!"Sambungan telepon di putus sepihak oleh Annisa. Amarahnya tak bisa lagi dikendalikan. Kabar yang disampaikan Ibra, sangat-sangat menyakitkan baginya. Rasa takut kehilangan Ibra semakin terpampang nyata di pelupuk matanya.Ibra tidak mempedulikan Annisa yang merajuk. Di pikirannya ini adalah bagaimana merebut kembali apa yang sudah hilang sebulan lebih ke belakang. Dia begitu kehilangan sosok Laras yang hangat ketika bersama dirinya. Kehamilan Laras saat ini akan dia manfaatkan dengan seba
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more
Part 8
"Iya, Sayang. Ada apa?""Ada apa kata kamu, Mas? Semingguan ini kamu cuekin aku giliran tersambung kamu nanya ada apa? Kamu benar-benar sudah berubah sekarang! Kamu nggak mikirin gimana sakitnya aku seorang diri di sini.""Ya 'kan kamu tahu sendiri aku lagi sibuk ngurus rumah sama Kinara juga.""Apa, Mas? Jadi kamu ngebabu di sana? Kok kamu mau aja sih. Coba pikir ulang deh, Mas. Mending di sini. Berkarir lagi sama aku. Kita hidup kayak dulu lagi.""Ya 'kan Laras lagi susah hamil kedua ini. Jadi, aku yang ngurus semuanya. Tidak ada yang salah juga 'kan. Sepertinya aku tidak bisa berkarir di sana lagi. Soalnya Senin depan udah masuk kerja di sini.""Haa? Kamu kerja di mana?" Annisa sontak kaget tak percaya. Harapannya makin sia-sia."Perusahaan farmasi juga. Udah, ya, Sayang aku mau jalan dulu."Tanpa menunggu persetujuan dari Annisa, Ibra langsung mematikan sambungan telepon."Apa ini karena jawaban doa kamu, Dik?" gumamnya menatap kosong.Sebelum menyala mesin mobil, dia menelepon ib
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
Part 9
Jantung Ibra mulai berdetak karuan kala dia menatap wajah ibunya yang tidak enak dipandang."Mau bicara soal apa, Bu?" tanyanya dan kembali duduk di sofa."Kenapa kamu mengkhianati, Laras? Apa kamu tahu bagaimana rasanya dikhianati itu? Kamu tahu gimana sakitnya ibu dikhianati ayahmu? Kenapa kamu lakukan itu pada Sarah, Ib?"Ibra seakan tercekat. Tak menyangka sama sekali deretan kalimat itu yang keluar dari mulut ibunya. Dia mengira, ibunya tak akan pernah mengetahui bangkai yang disimpan dengan rapat."Ras, kamu ngomong semuanya ke ibu? Kamu kalau dendam, nggak gini caranya, Ras." Suara Ibra meninggi."Diam, Ibra. Laras tidak salah, dia juga tidak mengadu pada ibu. Satu hal yang tidak ada pada lelaki, yaitu kepekaan yang dilihat pakai mata hati. Termasuk kamu! Kamu juga tidak punya soal itu. Kamu pikir, ibu akan membela kamu begitu? Ingat, Ibra. Kamu meminta Laras pada ibunya bukan untuk disakiti. Kamu yang berbuat dosa, ibu yang menanggung malu. Mentang-mentang karirmu sudah bagus,
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
Part 10
"Benar lah, Mas. Kalau aku tahu dia sepupu jauh, ngapain aku nikah sama suami sodara aku sendiri. Emang kamu pikir aku nggak punya perasaan? Siapa fitnah aku? Jawab, Mas?""Tadi ibuku nanya, Laras yang bilang begitu ke ibuku.""Apa? Jadi ibumu sudah tahu, Mas. Gimana? Dia marah kamu punya istri dua?""Jelaslah marah dia. Udah ah, aku mau istirahat, pusing!""Eh ... Mas. Aku ---."Tanpa mempedulikan Annisa, Ibra mematikan sambungan teleponnya.***Esok harinya, keadaan rumah tak sehangat kemarin, sejak kejadian semalam, bu Yani bungkam tak berbicara pada Ibra. Ibra pun demikian, biasanya menyalami ibunya sebelum pergi bekerja, tapi kali ini tidak. Dia cukup kecewa dan marah, karena fitnah Laras, ibunya tega menampar dirinya."Ibu serahin semuanya sama kamu, Ras. Kalau misalnya tetap mau berpisah silakan. Ibu tak akan memaksa kamu bertahan, karena ibu tahu sakitnya seperti apa.""Iya, Bu. Hatiku benar-benar sudah hancur sekarang. Berpisah memang pilihan ku. Aku berharap, mas Ibra bisa m
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status