Saat dia memberikan kabar kehamilan setelah sepuluh tahun pernikahan, aku bersyukur hingga air mata ini tak terbendung. Tapi saat kudapati kedekatannya lagi dengan mantan pacarnya, juga tes kesuburuanku yang ternyata ... AKU MANDUL. Benarkah dia mengandung anakku?
Lihat lebih banyakArka menghela napas lelah setelah seharian Mayang mengajaknya berkeliling. Coffee shop di tepi jalan menjadi pilihan mereka. Ada banyak shopping bag berada di atas kursi sisi duduknya. Wanita itu mengajak belanja hingga menguras tenaganya seharian."Seneng banget hari ini! Makasih, ya, Ka."Arka mendengkus geram sambil menyeruput kopi. Sejak tadi dia mengamati ponsel dan belum ada panggilan atau pesan dari sang istri."Kenapa, sih?" tanya Mayang. "Kan, kamu udah izin sama istri kamu. Kalau ada apa-apa, dia pasti telepon kamu, kok.""Aku khawatir sama dia itu wajar, dia lagi mengandung. Seenaknya aja kamu bawa aku pergi. Aku mana bisa melawan perintah mama."Mayang mengambil garpu kecil untuk melahap cheese cake di atas meja. Begitu puas menatap wajah kesal mantan tunangannya itu."Tapi, aku kaget, loh, pas dengar kabar kalau istri kamu hamil. Setahuku dia susah hamil, kan, karena pernah punya kista sewaktu muda? Sampai satu ovariumnya diangkat."Arka tak menyahut. Dia tahu Mayang akan
Wanita itu cemberut. Ingin beranjak, tapi lengannya ditahan Arka. Suaminya itu meletakkan dagunya di bahu Lisa."Dia udah balik dari Swiss, kemarin datang ke rumah sakit. Nggak tau juga ada urusan apa.""Kamu masih suka sama dia, ya?"Lisa menjauh, menunjukkan aksi merajuk agar suaminya tahu dia cemburu."Nggak, lah, Sayang. Ya ampun, udah basi banget cerita itu, mah. Udah real sepupuan doang, kok. Mungkin dia balik karena kangen Indonesia."Lisa tak bicara lagi, lekas turun ke bawah untuk menikmati sarapan. Mayang, wanita yang baru saja dibicarakan itu tiba-tiba muncul di hadapan mereka.Lisa tak pernah bertemu langsung, hanya mendengar cerita saja. Mayang yang merasa dipaksa oleh perjodohan itu, lari dari pertemuan keluarga hingga Arka mengalami kecelakaan mobil saat mengejarnya."Hai, Lisa. Apa kabar?"Sahutan Mayang itu menerbitkan senyum getir di bibir Lisa. Wanita itu begitu tenang berada di antara kedua mertuanya."Lis, ini Mayang. Sepupunya Arka, anak dari adiknya mama," ujar
"Sayang, kenapa berdiri di situ aja?" tanya Lisa."Nggak, nggak ada apa-apa."Tak tahu kenapa ini sangat mengganggunya. Sejak dia menerima foto kenangan Yuga dan Lisa, dan kali ini istrinya itu begitu akrab bicara dengan mantan kekasihnya itu, membuat Arka sedikit cemburu.Kling!Ada pesan masuk di Whatsapp ponsel-nya. Nomor yang sama dan mengirimkan foto Lisa dan Yuga lagi.'Ini apa maksudnya, sih? Sengaja banget kayaknya. Mau cari mati atau gimana?'Lisa memperhatikan raut geram sang suami. Disentuhnya bahu Arka untuk menegur. "Kenapa? Siapa nge-chat?"Arka segera meletakkan ponsel-nya di atas meja. "Nggak ada, kok. Ayo, tidur!""Masih jam 9. Belum ngantuk.""Nggak apa-apa, ayo tidur. Aku juga mau istirahat. Besok harus tugas lagi."Lisa berbaring tepat di sisi sang suami. Terasa sangat sulit tidur di saat perutnya membesar saat ini. Miring ke kiri, tetapi suaminya hanya memejamkan mata tanpa bicara lagi. 'Dia beneran mau tidur? Nggak ada good night kiss, gitu?' keluh batinnya.Lis
Arka pergi meninggalkan rumah sakit. Lisa dibimbing masuk ke ruangan. Setelah beberapa menit menjalani pemeriksaan, dia tak bisa menahan tangisnya. Lekas keluar dari ruang praktek dengan senyum yang bahkan tak bisa disembunyikan lagi."Kamu berhasil, Lisa. Jaga kandungan kamu dengan baik. Maaf karena dulu aku menyerah terlalu cepat. Sekarang kamu bisa katakan pada suamimu kalau anak ini akan lahir dengan sehat. Tapi biarpun begitu, kamu harus tetap lebih sering kontrol dan jaga kondisi kesehatan kamum Jangan sampai stres, ya!" Lisa ingin menangis sepuasnya dan berterima kasih pada sang dokter obgyn. Dia pun memeluk pria yang merupakan teman lamanya itu."Terima kasih. Aku nggak akan lupa semua kebaikan kamu.""Eih, udahan, ah! Jangan main peluk-peluk gini. Malu diliat orang. Nanti aku bisa CLBK."Lisa sedikit tertawa dan mencubit sisi pinggangnya. Raut bahagia tak bisa disembunyikan dari keduanya."Ingat semua yang aku katakan, ya!" pesan Yuga."Siap, Pak Dokter."Yuga sedikit membun
Ekspresi teduh Arka tadi berubah sedikit antusias. Grace adalah dokter obgyn yang selama ini menangani Lisa di Raztan Hospital. Dia belum mengatakan bahwa Lisa mengandung saat ini."Thanks karena selama ini udah bersabar selama proses penyembuhan Lisa. Dia hamil, Grace.""Ah, serius? Syukurlah, padahal aku sempat pesimis. Ternyata kalian diberi rejeki untuk punya anak di usia seperti ini. Tapi, keadaan Lisa ..."Arka menghela napas berat. Dia melepas kacamata dan memainkan bola kristal kecil di atas meja."Aku tau. Yuga juga bilang rahimnya lemah dan masih dalam kondisi rentan. Dia meminta kami menunggu perkembangan dua minggu ini. Kalau Lisa bisa bertahan, itu tandanya kemungkinan kami bisa punya anak mencapai 80 persen."Sepanjang Arka bercerita, Dr. Grace hanya mematung. Dia yang bertahun-tahun menangani Lisa, tentu saja dia yang lebih tahu perihal ini."Lisa udah gak muda lagi, Ka. Kamu tau itu. Sebenarnya bukan cuma kandungannya, nyawa Lisa juga dalam bahaya."Arka terkejut mende
Lisa dan Arka duduk di ruang tunggu untuk mendapatkan laporan hasil pemeriksaan yang dijalani beberapa jam lalu. Arka menautkan alis saat menatap raut cemas istrinya."Hei, kenapa ketakutan gitu? Kandungan kamu pasti baik-baik aja," hibur Arka.Tentu saja Arka tak tahu kekhawatiran sang istri saat ini. Dia hanya membalas dengan senyum tipis."Sayang, aku pengen jus alpukat," rengek Lisa."Ih, tiba-tiba pengen jus? Ya udah, sepulang ini, kita mampir di cafe, ya!""Aku maunya sekarang!""Tapi ...""Udah, pergi aja sana cari jusnya, aku tungguin di sini."Arka tak bisa membantah karena berpikir Lisa mengidam lagi. Lisa hanya ingin menjadi orang pertama yang mendengar penjelasan Yuga.Sepuluh menit berikutnya, Yuga keluar sambil membawa selembar laporan hasil pemeriksaan kandungan Lisa."Loh, suami kamu mana?""Kita bicara di dalam!"Lisa menarik tangan Yuga agar mereka masuk dan bicara lebih serius di ruang kerja. Dia tak sabar ingin mengetahui hasil tes itu."Gimana? Apa ada perkembanga
Tak pernah sebelumnya pulang lebih awal, tetapi Arka meninggalkan rumah sakit lebih cepat hari ini. Sungguh manis suasana yang tercipta kala Arka sangat calon buah hati yang ada di kandungan istrinya. "Aku bawain buah, kenapa gak mau?"Lisa menggeleng, masih melahap potongan kue yang baru saja dibawa Bi Sumi ke kamarnya. "Aku lagi gak mau makan buah. Kamu gak ada tanya aku pengennya apa."Arka tersenyum bahagia sambil mencubit pipi sang istri. "Aku pengen liat pipi ini terus chubby di tiap bulannya."Lisa mengerucutkan bibir. Dia masih ingat, Arka selalu antisipasi dirinya yang dulu harus menjaga bentuk ideal badannya."Yakin? Gak apa-apa kalau aku jadi gemuk?""Tetep cantik, kok."Arka melepaskan ikatan dasi dan membuka dua kait kancing kemejanya. Malas mandi segera, dia justru berbaring dan meletakkan kepalanya di pangkuan Lisa. Bermanja menjelang senja. Lisa memainkan rambut legam sang suami dengan mengisi penuh sela-sela jemarinya. Sangat lembut dan hangat."Ngantuknya."Lisa te
Lisa mengangguk dan memeluk Arka. Dia melepaskan semua beban hatinya di pelukan suaminya itu.'Aku yakin kamu akan marah kalau tau yang sebenarnya. Tapi sama seperti kamu, aku juga ingin melahirkan seorang anak yang bisa jagain kamu kalau aku gak bisa bertahan nanti,' bisik batin Lisa sambil sesekali mengecup bahu Arka.Takdir yang akan membawa akhir kisah mereka. Arka pun tak sabar hendak memberi tahu kedua orangtuanya. Dia meraih secarik amplop di atas meja yang merupakan hasil tes Lisa. Langkahnya tergesa-gesa seiring Lisa menyusulnya dari belakang dengan langkah pelan.Tingkah suaminya itu seperti anak kecil yang baru saja diberikan permen. Lisa sangat terharu melihatnya.Arka tiba di ruang tengah dan melihat kedua orangtuanya sedang berdiri hendak meninggalkan ruang tengah."Papa!"Arka segera berhambur dalam pelukan papanya. Mama Wendi tak mengerti dan menoleh pada menantunya. Lisa hanya tersenyum, berisyarat bahwa mereka akan mendengarnya langsung.Arka masih terus mengeratkan
Lisa meraih sebuah pemantik dari dalam laci meja dan membakar ujung amplop hingga berubah menjadi abu. Semua bukti itu hilang bersama timbunan kertas-kertas yang ikut terbakar di dalam tong sampah kaleng di sudut lemari.Tak ada rasa penyesalan, Lisa justru tersenyum sambil mengusap perutnya."Bertahanlah, Sayang! Mama akan lakukan apa pun supaya kamu tetap sehat di dalam sana. Gak sabar pengen ketemu papa, 'kan? Kalaupun nanti mama gak bisa peluk dan jagain kamu, kamu harus tetap tumbuh jadi anak yang baik dan pinter. Mama sayang sama kamu."Lisa sudah memilih jalan berbahaya untuk membahagiakan Arka. Meskipun dia tahu akan sangat sulit, terbersit sedikit keinginan untuk tetap bisa hidup juga saat bayinya lahir nanti. Keluarga kecil yang dia impikan itu mungkin akan datang suatu hari nanti.*Sore hari menjadi saat di mana Keluarga Wijaya bersantai menjemput malam. Di ruang tengah itu, Papa Frans asik menonton berita olahraga di telivisi, sedangkan Mama Wendi mengerjakan sesuatu di m
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen