Deana Sazmeen, seorang wanita yang dulunya lugu, berubah menjadi sosok kejam yang haus akan balas dendam setelah tunangannya dibunuh oleh Bastian Alexanders, seorang mafia sadis yang menguasai dunia bawah tanah dengan tangan besi. Bastian adalah pria yang dikenal karena kekejaman, kekuasaan, dan kelainan seksualnya yang berbahaya—Sadomasokisme. Di balik kekuatannya, tak seorang pun berani menentangnya, membuatnya menjadi penguasa di dunia gelap yang penuh dengan intrik, darah, dan pengkhianatan. Berbekal dendam yang membara, Deana setuju bekerja sama dengan William, seorang detektif misterius yang menawarkan kesempatan untuk menuntut keadilan. William mengatur penyamaran Deana sebagai pelacur kelas atas yang dikenal sebagai Lady Dee. Misi Deana adalah untuk masuk ke dalam lingkaran pribadi Bastian, menarik perhatiannya, dan membongkar kejahatan yang ia lakukan dari dalam. Namun, semakin dalam Deana terlibat dalam permainan Bastian, semakin ia terjerat dalam dunia penuh kegelapan yang sulit dilepaskan. Saat Deana semakin dekat dengan Bastian, ia mulai menyadari ada lebih banyak rahasia yang tersembunyi. Antagonis lain muncul dalam bentuk Raya, kekasih Bastian yang manja dan menggoda, yang tidak akan membiarkan posisi istimewanya terganggu begitu saja. Persaingan di antara mereka pun semakin memanas. Di tengah kekacauan, Deana harus berhadapan dengan perasaannya yang mulai goyah—tidak hanya pada Bastian, tapi juga pada William, detektif yang tampaknya memiliki agenda tersembunyi. Siapa yang sebenarnya bisa dipercaya dalam permainan ini? Di dunia penuh dusta, kekuasaan, dan kematian, hanya yang paling licik yang akan bertahan.
Lihat lebih banyakNama itu muncul di antara bisikan-bisikan samar dari beberapa orang dalam lingkaran Bastian. Dia bukan orang yang sering muncul di permukaan, tetapi kehadirannya terasa kuat. Beberapa kali Deana menangkap percakapan yang menyebutnya sebagai "bayangan di balik layar," seorang pria yang memiliki pengaruh besar, meski jarang terlihat. Hingga kini, Deana belum pernah bertemu langsung dengannya, namun firasatnya mengatakan bahwa dia adalah kunci untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang Bastian.Malam itu, Deana sedang memutar-mutar gelas anggur di tangannya, mencoba merenungkan langkah selanjutnya. Pikirannya terus memikirkan cara untuk lebih mendekati pusat kekuasaan, ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk.Pesan itu singkat, namun jelas."Aku ingin bertemu denganmu. Malam ini, jam 9. Di ruang rahasia di lantai bawah. —Raven."Deana menatap pesan itu dengan kerutan di dahinya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Raven. Akhirnya, pria itu memutuskan untuk keluar d
Di sisi lain penthouse, Bastian duduk di ruang kerjanya, masih memandangi kota dari jendela besar di hadapannya. Dalam keheningan malam, pikirannya kembali pada Deana. Wanita itu mengganggu pikirannya lebih dari yang dia sadari. Sejak pertama kali bertemu, ada sesuatu tentang dirinya yang menarik, sesuatu yang tidak pernah Bastian temui sebelumnya. Tidak hanya kecantikan atau sikap percaya diri Deana, tetapi kedalaman dalam tatapannya yang membuat Bastian merasa penasaran.Selama bertahun-tahun, dia sudah terbiasa melihat orang-orang tunduk di hadapannya, baik karena ketakutan atau keinginan untuk memanfaatkannya. Tetapi Deana berbeda. Ada keberanian di dalam dirinya, seolah-olah dia tidak takut pada apapun, bahkan pada Bastian sendiri.Bastian menyesap anggur terakhir dari gelasnya, merenung. Ini bukan pertama kalinya dia tertarik pada seorang wanita, tetapi perasaan ini... terasa lebih berbahaya. Perasaan ini membuatnya lengah, dan kelemahan bukanlah sesuatu yang bisa dia terima dal
Deana tersenyum samar, tetapi dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam cara Bastian menatapnya malam ini. Ada sesuatu yang lebih lembut, meski tidak sepenuhnya menghapus aura berbahaya yang selalu melekat padanya."Aku tahu betapa beratnya dunia yang kau jalani," balas Deana dengan hati-hati. "Tapi bahkan di dalam dunia sepertimu, pasti ada sesuatu yang lebih dari sekadar bisnis dan kekuasaan."Bastian tertawa kecil, tetapi kali ini tawa itu bukan untuk menyindir, melainkan karena dia merasakan sentuhan kejujuran dari kata-kata Deana. Dia mengangkat gelas anggurnya dan menyesapnya perlahan sebelum menatap Deana lagi."Apakah kau selalu berpikir seperti itu? Bahwa ada lebih dari sekadar uang dan kekuasaan?" tanya Bastian dengan nada yang lebih lembut, seperti mencoba menggali pemikiran Deana.Deana mengangkat bahu. "Mungkin. Atau mungkin aku hanya ingin percaya bahwa ada sesuatu yang lebih baik di balik semua ini."Untuk sesaat, Bastian tidak menjawab. Dia hanya memandan
Deana menyembunyikan keterkejutannya. Pertemuan bisnis? Jika ini adalah kesempatan untuk lebih dekat dengan jaringan kriminal Bastian, maka ini peluang emas yang tidak bisa ia lewatkan."Tentu saja," jawab Deana dengan tenang. "Aku akan senang sekali mempelajari caramu mengelola bisnis."Senyum kecil kembali menghiasi wajah Bastian. "Bagus. Kita akan mulai dalam satu jam. Pastikan kau siap."Deana mengangguk. Ketegangan dalam dirinya semakin meningkat, tapi dia tahu ini adalah saat yang tepat untuk masuk lebih dalam ke dunia Bastian. Apa pun risikonya, dia harus mengambil kesempatan ini.Satu jam kemudian, Deana mendapati dirinya di sebuah ruangan eksklusif yang penuh dengan suasana serius. Di meja besar di tengah ruangan, beberapa pria dengan wajah keras duduk bersama Bastian, membahas hal-hal yang berkaitan dengan bisnis mereka—bisnis ilegal yang mencakup perdagangan manusia, senjata, dan narkoba.Deana duduk diam di samping Bastian, mendengarkan
“Aku sadar,” jawab Deana pelan namun tegas. “Tapi ini satu-satunya cara. Jika kita ingin menghancurkannya, kita harus berada di dalam lingkarannya.”William terdiam, lalu akhirnya berkata, “Hati-hati, Deana. Jangan sampai kau kehilangan dirimu sendiri dalam permainan ini.”Deana hanya tersenyum tipis. Permainan ini sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sejak kehilangan tunangannya, sejak melihat kematian dan kehancuran di tangan Bastian, Deana telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan berhenti sampai keadilan tercapai—meski harus berhadapan dengan bahaya yang tidak terukur.*Malam harinya, Deana kembali ke penthouse mewah yang sering digunakan Bastian untuk mengadakan pesta-pesta eksklusif. Dia kembali mengenakan topengnya sebagai Lady Dee—sosok yang misterius dan tak tersentuh, namun memikat perhatian setiap pria yang hadir.Malam itu, suasana di penthouse Bastian semakin memanas. Para tamu dengan pakaian glamor berkumpul, menikmati
William berdiri, menatap Deana dengan ekspresi prihatin. "Aku akan mengurus sisanya. Kau fokus saja pada peranmu. Ingat, Deana, kau tidak sendiri. Kita ada di sini untuk membantumu."Deana hanya bisa tersenyum tipis. Meski dia menghargai dukungan William, dia tahu bahwa pada akhirnya, ini adalah pertempuran pribadinya. Sebuah pertempuran yang sudah dimulai sejak Bastian mengambil segalanya darinya.Ketika William akhirnya pergi, Deana duduk di balkon, membiarkan angin malam yang sejuk membelai wajahnya. Pikiran tentang Lydia berputar di kepalanya. Siapakah wanita itu? Apakah dia benar-benar kunci untuk menghancurkan Bastian? Atau ini hanya jalan buntu lainnya?Satu hal yang Deana yakini: dia tidak akan menyerah. Bastian harus membayar untuk semua kejahatannya, dan jika menemukan Lydia adalah satu-satunya cara, maka itulah yang akan dia lakukan.Jauh di suatu tempat, Bastian mungkin sedang merencanakan langkah berikutnya. Tapi Deana tidak akan lagi menjadi
Deana duduk di sofa apartemennya dengan perasaan bercampur aduk. Malam itu meninggalkan luka yang tak terlihat di dalam dirinya. Bastian jelas menyadari bahwa dia bukanlah sekadar pelacur biasa seperti yang selama ini dia tampilkan. Deana sadar, permainan ini semakin berbahaya. Satu kesalahan kecil saja, dan dia bisa kehilangan segalanya—termasuk nyawanya.Suara ketukan di pintu menyadarkannya dari lamunan. Dia tidak mengharapkan tamu malam itu, dan rasa was-was langsung menyeruak dalam dirinya. Siapa pun yang datang, dia harus siap. Dengan langkah perlahan, Deana mendekati pintu, merasakan denyut jantungnya semakin cepat.“Siapa?” tanyanya, suaranya bergetar sedikit.“Ini aku, William.”Deana menghela napas lega, kemudian membuka pintu. William berdiri di ambang pintu dengan ekspresi serius. "Aku harus memastikan kau baik-baik saja," katanya sambil melangkah masuk."Aku baik-baik saja," jawab Deana, meskipun tidak sep
“Lepaskan dia, Bastian,” ulang William, suaranya dingin namun penuh ancaman. Dia tahu bahwa sedikit saja langkah keliru, Deana bisa berada dalam bahaya yang jauh lebih besar. Namun, Bastian hanya tersenyum, menatap William dengan kebencian yang tertahan.“Kau terlalu percaya diri, William,” balas Bastian, suaranya merendah, tapi penuh kekejaman. “Kau pikir dengan berdiri di sini, kau bisa menyelamatkan Deana? Jangan lupa siapa aku.”Deana merasakan tangan Bastian semakin mengencang di pergelangannya, membuatnya meringis kesakitan. Dia tahu dia harus bertindak cepat, tapi dalam posisinya sekarang, dia tidak punya banyak pilihan. Melirik ke arah William, matanya mencoba berkomunikasi tanpa suara, berharap dia memiliki rencana untuk keluar dari situasi ini.“Kau mungkin bisa menghentikanku hari ini, William,” lanjut Bastian, “tapi ingat satu hal: jika aku jatuh, aku akan membawa semuanya bersamaku, termasuk wanita kecil yang kau coba lindungi ini.”Raya, yang sedari tadi berdiri di belak
Deana menelan ludah. Pikirannya berpacu mencari jalan keluar. Jika Raya sudah mengetahui rencana mereka, ini bukan hanya masalah misi yang gagal—ini bisa mengancam nyawanya. “Kau tidak mengerti, Raya. Ini bukan hanya tentang aku dan Bastian. Dia berbahaya, bahkan untukmu.”Raya tertawa sinis, seolah kata-kata Deana hanyalah lelucon baginya. "Berbahaya? Tentu saja dia berbahaya. Tapi itulah yang membuatku jatuh cinta padanya." Dia menatap Deana penuh kesombongan. "Dan aku tidak akan membiarkan wanita manapun merebutnya dariku. Tidak kau, dan tidak siapapun."Deana menarik napas dalam-dalam, mencoba tetap tenang meskipun darah di nadinya terasa membeku. “Ini bukan tentang cinta, Raya. Kau tahu Bastian. Dia memanipulasi, menghancurkan hidup orang. Bahkan hidupmu.”“Dan kau pikir kau lebih baik dariku?” Raya membalas, suaranya semakin tajam. “Kau juga hanya bagian dari permainannya, Deana. Seperti boneka yang akan dia buang setelah bosan.”Seketika, Deana merasakan amarah bangkit di dadan
Seharusnya, malam itu menjadi salah satu malam paling bahagia dalam hidupnya. Deana Sazmeen dan Alan, tunangannya.Sedang menuju butik tempat mereka akan melakukan fitting baju pernikahan. Semua terasa begitu sempurna.Namun, hanya dalam hitungan detik, segalanya hancur.Malam itu hujan turun dengan deras. Petir menyambar, menggema di antara gedung-gedung tinggi, namun tak ada yang lebih memekakkan telinganya selain suara tembakan yang merenggut nyawa pria yang dicintainya.“ALAN!” teriak Deana, suaranya pecah.Alan terhuyung, tangannya yang tadi hendak membuka pintu mobil kini terangkat lemah ke dadanya, berusaha menghentikan darah yang terus mengalir. Wajahnya yang tampan mulai kehilangan warna. Dalam hitungan detik, tubuhnya ambruk ke trotoar, tepat di samping mobil.Deana bergegas keluar dari mobil. Ia jatuh berlutut di samping Alan, tangannya gemetar saat menyentuh wajah pria itu.“Alan, bertahanlah! Tolong, bertahanlah!"Suaranya pecah dalam keputusasaan, napasnya memburu. Degup...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen