Gadis asal Kebumen itu baru saja menyandang status "Janda Cerai". Dua tahun menikah, tetapi ia masih perawan. Ternyata selama dua tahun pernikahannya, ia ... *** Pernikahan sekali seumur hidup hanyalah impian semu bagi Rengganis, dua tahun pernikahannya dengan Dewa justru menorehkan sejuta luka. Rengganis tak pernah dianggap ada dalam kehidupan Dewa, sementara Friska mendapatkan tahta tertinggi dihati Dewa. Dewa tak segan berkencan di dalam kamar saat Rengganis sedang berada dirumah. Dewa selalu berdalih karena perjodohanlah, rumah tanggnya tak dapat dipertahankan lagi. Padahal dibalik itu, Dewa terdesak karena kehamilan Friska. Akankah Rengganis menemukan cinta sejatinya setelah berpisah dengan Dewa? Atau Rengganis akan menerima kembali cinta Dewa yang telah menyadari cinta semu bersama Friska ? Ikuti kisah Rengganis, yang banyak menguras perasaan dan juga air mata.
Lihat lebih banyak"Oh ... Jadi lu jatuh cinta karena ditabrak, bro," Irwan terus mengejek Harish sambil terus terkekeh, tapi Harish tak menanggapi ocehan sahabatnya itu, justru ia fokus kepada sosok lelaki yang baru saja melewatinya dan saat ini sedang duduk tepat dibelakangnya. "Makan nih," Dewa menyodorkan sekotak bekal makanan yang ia bawa dari dalam mobilnya, dan diberikan begitu saja kehadapan kedua temannya. Dan ia yang tak menyadari telah memilih tempat duduk persis tepat dibelakang Harish, lelaki yang baru saja membuat panas sanubarinya. "Gila ya, Rengganis masih mau bikinin bekal buat lu, walaupun lu udah gugat cerai dia," ujar salah seorang teman Dewa yang berkacamata, sambil menunjuk kotak bekal yang kini sudah ada di atas meja. "Iya gue juga ngga ngerti sama perasaan Rengganis, kemarin dia terima surat sidang perceraian perdana, dan mukanya datar aja, ngga ada tuh sedih-sedihnya. Malah tadi pagi sempat-sempatnya dia bikinin gue sarapan, bawain bekal segala, gue ngga ngerti terbuat dari a
Di lain tempat, di lantai tiga rumah sakit, seorang lelaki berpakaian casual terlihat gelisah, ia menghentak-hentakkan satu kakinya di kolong meja kerja yang diatas mejanya terdapat tulisan HARISH OMAR - DIREKTUR.Terlihat ia sedang menantikan sesuatu yang tak kunjung tiba, dipandanginya benda pipih yang ada dalam genggaman.[Bertahanlah, aku janji akan selalu membuatmu tersenyum] seperti itu bunyi pesannya, hatinya yang gelisah berbisik, "sudah ku kirimkan pesan, tapi mengapa tak kunjung ada balasan?""Atau ... lebih baik aku telpon saja?" bisiknya lagi, saat ini hatinya benar-benar sedang terusik, "tapi sepertinya Rengganis bukan tipe wanita yang senang dengan lelaki yang terlalu banyak bicara, nyatanya tadi saja ia tak merespon dengan baik saat aku banyak bicara padanya."Saat hati Harish sedang merasakan keresahan karena ponselnya tak kunjung memberikan notifikasi, tiba-tiba ponselnya berdering, gegas lelaki bertubuh atletis itu menyambar
Dewa kembali ke dalam rumah, ia mencari Rengganis yang ternyata sudah duduk di sofa dan melihat Harish--lelaki asing--yang sedang membantu mengangkat kaki kiri Rengganis, yang sampai saat ini masih sah menjadi istrinya."Hei, apa-apaan kamu, seenaknya menyentuh dia!" Bentak Dewa dengan tangan yang menunjuk ke arah Rengganis, ia tak terima melihat Rengganis disentuh lelaki lain, ada rasa panas di dalam sanubarinya."Sabar bro, saya hanya membantu," jawab Harish tenang, sambil menepuk pundak Dewa dan berlalu meninggalkan rumah yang lebih terasa seperti neraka bagi Rengganis, "jaga adikmu baik-baik, jika kamu tidak bisa menjaga adikmu dengan baik. Jangan salahkan jika saya merebut paksa dia untuk saya jaga."Mendengar perkataan Harish, Rengganis merasakan pipinya menghangat. Baru pertama kali ia merasakan ada yang menyentuh hatinya, setelah dua tahun terakhir ini hatinya terasa mati.Dewa mematung mendengar kata-kata Har
Wangi parfum yang menguar dari seseorang yang menopang tubuh Rengganis saat ia hampir terjatuh karena didorong oleh wanita yang merajai hati suaminya. Wangi parfum itu menerobos hingga ke memorinya. Ia ingat betul siapa pemilik wangi itu dan tangan atletis yang menopangnya, karena baru saja ia bertemu dengan pemiliknya, Harish. "Kamu ... Kok bisa?" ucapnya terputus, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ternyata tanpa sepengetahuan Rengganis, Harish membuntutinya hingga ke rumah, dan melihat semua yang telah terjadi pada Rengganis. Untungnya dengan sigap Harish menopangnya, terlambat sedikit saja, Rengganis akan jatuh ke lantai yang keras karena hilang keseimbangan. "Rengganis! Sini kamu, perempuan macam apa kamu ada didekapan lelaki yang tak kamu kenal. Hah!" Dewa menarik tangan wanita yang berstatus sebagai istri sahnya, dan seketika Rengganis tersadar bahwa ia masih berada di dekapan Harish. Namun dengan sigap Ha
"Maaf ibu guru, saya minta alamatnya untuk memastikan tujuan kita tidak salah," gurauan Harish membuyarkan lamunan Rengganis. "Aku turun disini saja, Mas." jawab Rengganis, sambil jemarinya bermain diatas layar datar untuk memesan taksi online, "nanti aku naik taksi online saja. Mas Harish bisa melanjutkan kegiatan hari ini. Sekali lagi, maaf atas kejadian tadi." "Serius? Hey, aku beneran mau antar kamu, kok," Harish memastikan, "aku ngga mau kamu nanti kenapa-kenapa." "Aku ngga apa-apa," Rengganis tersenyum, sambil menunjuk mobil yang berhenti tepat didepan mobil Pajero Sport yang milik Harish, "taksi aku sudah sampai, Mas. Terima kasih, maaf sudah merepotkan." Harish hanya menganggukkan kepalanya perlahan. Sebenarnya tak sampai hati melihat wanita cantik yang menabraknya tadi berjalan perlahan dan tertatih-tatih menuju taksi online didepannya. Namun, akan percuma saja jika ia terus memaksa, karena menurut Harish, seperti
Harish membantu Rengganis untuk berjalan dengan memapahnya hingga keluar ruangan IGD. Langkahnya pelan, mengimbangi kaki Rengganis yang masih terasa nyeri akibat kecelakaan itu. Di depan lobby rumah sakit, Pajero Sport putih milik Harish sudah terparkir rapi. Dengan sigap, Harish membuka pintu mobil untuk Rengganis, kemudian membantu memapahnya kembali. Saat itu ingin rasanya menolak, tapi Rengganis tak kuasa, karena memang saat itu ia membutuhkan bantuan untuk berjalan. "Ini kamu sendiri yang akan nyetir, Mas?" tanya Rengganis. "Iya atuh saya kan supir, ya nyupir sendirilah, masa kamu yang nyetir," jawab Harish dengan nada bergurau. "Maksudnya kan kamu habis kecelakaan, itu juga tadi kata dokter kakinya dapat tujuh jahitan," "Kecelakaan?" sambil mengemudikan mobilnya melaju ke luar area rumah sakit, Harish menggoda Rengganis, "aku ngga kecelakaan, tapi lebih tepatnya ditabrak?"
"Hei, mau kemana?" tanya lelaki bertubuh atletis itu pada Rengganis, "kamu mencari siapa?" "Pak Darma, aku mencari Pak Darma." Jawab Rengganis. "Oh, Pak Darma. Pak Darma sudah kembali ke sekolah, tadi saya yang memintanya untuk kembali ke sekolah tanpa harus menunggu kamu," sergah lelaki yang kini kaki kanannya sudah dibalut perban. "Lho, kok, disuruh kembali kesekolah?" tanya Rengganis tak mengerti dengan apa yang diperintahkan lelaki itu kepada driver bus sekolah dimana ia mengajar, "lha, nanti kita gimana? Masa iya mau naik ambulance?""Memang kenapa kalau naik ambulance?" tanya lelaki bertubuh atletis dan berpakaian casual itu."Ya, kan, kita ngga sakit, masa naik ambulance," kata Rengganis, polos, "maksud aku tadi tuh, Pak Darma nanti kan bisa mengantarkan Mas-nya untuk ketempat tujuan, dan aku juga akan kembali ke sekolah."Lelaki yang saat ini duduk dihadapan Rengganis han
"Dewaaa ... aaah, pelan-pelan dong sayang," bukan suara Dewa yang terdengar, melainkan suara manja perempuan yang tak asing ditelinga Rengganis.Air mata Rengganis luruh, menandakan bertapa ia merasakan sesak yang teramat dalam. Memang bukan kali pertama Rengganis mendengar suara-suara meresahkan dari Dewa dan Friska, tapi mendengarnya lagi dan lagi, akan tetap menorehkan luka yang sama secara berulang.Apalagi dalam situasi seperti ini, yang seharusnya ia mendapatkan perhatian dan perlindungan, justru yang ia harus menerima kenyataan yang menyakitkan. Ia sudah muak dengan semua yang mereka lakukan, bahkan dihadapan Rengganis sekalipun mereka sudah tak canggung lagi berbuat mesra."Astaghfirullahaladzim ..." lirih suara yang terucap dari bibir mungil berwarna merah muda milik Rengganis. Diputuskannya panggilan yang sedari tadi ia nantikan. Gegas ia menghapus kristal bening yang luruh membasahi kedua pipinya.Lelaki berpakaian casual yang ditabrak
"Braaakkk ..." Motor scooter matic pink yang Rengganis kendarai seketika oleng, menabrak pengendara motor didepannya dan membuat pengendara motor didepannya itu tehimpit antara motornya dengan motor milik Rengganis.Rengganis meringis, merasakan kakinya yang terasa terkilir. Sehingga untuk bangkit mengangkat motornya saja ia tidak mampu, dan membuat pengendara motor yang ia tabrak semakin terhimpit."Aaarrgh ... " lelaki yang tertabrak dan terhimpit motor Rengganis mengerang sambil memegang pangkal kakinya, "Teh, bangun atuh, sakit ini, aaarrgh.""Maaf, Mas, bukan aku ngga mau bangun, tapi a-aku juga ngga bisa bangun. Aaaw ... kakiku yang ini sepertinya terkilir," Rengganis mengungkapkan keadaannya, sambil menunjuk kaki kirinya yang juga sama-sama terhimpit motor."Astaghfirullah ... aaarrgh, coba teteh geser pelan-pelan menjauh dari motor, nanti saya coba sendiri untuk mengangkat motornya Teteh," lelaki berpakaian casual itu mencoba mencari jalan
"Kenapa kamu tak pernah menangis atas luka yang aku torehkan?" tanya Dewa kepada Rengganis, saat ia merangsek masuk kedalam kamar wanita yang dua tahun lalu ia nikahi. setelah tau petugas dari pengadilan agama datang membawa surat sidang perceraian yang diajukan olehnya.Rengganis tersenyum kecut, sambil menggenggam surat sidang perceraian, ia memindahkan pandangnya kesudut jendela kamar dilantai dua yang ia tempati sendirian selama dua tahun menjadi istri dari Dewa, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang mebel yang sukses, "aku sudah tak pernah menangis sejak enam bulan setelah kamu mengijab atas diriku didepan kedua orang tuaku dan juga keluarga besarku.""Kenapa?""Kenapa?" Rengganis menirukan perkataan Dewa sambil tersenyum kecut menatap mata Dewa, "karena sudah tak ada lagi yang perlu aku tangisi, bukan?"Dewa memandang heran atas kelakuan wanita cantik beriris coklat itu. Tak ada raut kesedihan yang terlihat diwajah Rengganis atas ap...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen