Mengandung Anak Kembar Tiga Suami yang Koma

Mengandung Anak Kembar Tiga Suami yang Koma

Oleh:  Elsie  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
50Bab
15Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Enam tahun lalu, Phoebe menikahi seorang pria koma dan melahirkan anak kembar tiga untuknya karena terdesak kondisi. Phoebe awalnya mengira hidupnya akan tenang setelah melahirkan. Namun, hasil tes DNA menghancurkan harapannya dan menyeretnya ke dalam neraka. Salah satu anaknya diambil dan dua anak lainnya berusaha bertahan hidup di ambang kematian. Enam tahun kemudian, Phoebe kembali bersama kedua anaknya dengan nama dan identitas baru, Emma. Seorang pria mengancamnya, "Mau jadi ibu dari anakku? Nggak usah mimpi!" "Oh ya?" Anak pria itu malah mengancamnya kembali, "Kalau kamu nggak mau Mama, kamu yang akan kuusir!" Sejak saat itu, sang presdir kehilangan anaknya. Namun saat dalam pencarian anaknya, Russel malah menemukan anak-anaknya yang lain. Dia marah besar, "Emma, sebenarnya ada berapa banyak anakku yang kamu culik?!" "Itu bukan urusanmu!" Sejak saat itu, Emma yang merupakan dokter andal dan ketiga anaknya melangkah dengan penuh kemenangan. Mereka menghadapi ibu mertua yang jahat, melawan musuh, dan bahkan meledakkan perusahaan sang ayah. Emma menjadi presdir wanita, sekaligus direktur rumah sakit. Ditambah lagi, dia didekati oleh banyak pria. Mulai dari pengusaha hingga pria muda yang manis dan pria tangguh. "Minggir, minggir!" Ketiga anaknya mengingatkan Russel, "Kamu menghalangi jodoh Mama." Russel kembali menekan Emma ke dinding dan mencoba untuk menyenangkannya, "Istriku, sepertinya kita belum bercerai ...."

Lihat lebih banyak
Mengandung Anak Kembar Tiga Suami yang Koma Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
50 Bab

Bab 1

"Buka lagi kakimu, buka lebih lebar!""Ah ...."Rasa sakit di dalam tubuhnya membuat Phoebe Damanik tak kuasa merasa gemetaran. Melihat keringat di dahinya dan ekspresi kesakitan di wajahnya, dokter berkata dengan penuh perhatian, "Proses pengambilan sel telur memang sangat menyakitkan. Kamu harus bersabar.""Baik," Phoebe mengangguk sambil menahan rasa sakit.Ya, dia harus bersabar! Dia harus tahan!Satu bulan yang lalu, Keluarga Damanik bangkrut. Ayahnya bunuh diri dengan melompat dari gedung, dan tunangannya menghilang begitu saja. Hanya dalam waktu semalam, dia berubah dari seorang nona kaya menjadi wanita yang terlilit utang.Di saat dia merasa terdesak oleh para kreditur, Cheria muncul bagaikan malaikat penyelamat baginya."Dua tahun lalu, putraku mengalami cedera parah dan koma sampai sekarang. Ada seorang master yang mengatakan bahwa dia harus menikahi seorang wanita dengan primbon yang cocok dan melahirkan seorang anak.""Dengan begitu, dia baru punya peluang untuk sadar kemba
Baca selengkapnya

Bab 2

Enam tahun kemudian, pesawat dari Negara Maulandia mendarat perlahan-lahan di Kota Sotham.Seorang wanita yang mengenakan topi bisbol dan pakaian kasual hitam turun dari pesawat. Meskipun wajahnya tidak terlihat jelas, dari postur dan aura yang dipancarkannya, wanita itu tampak lebih mencolok daripada seorang artis.Yang menarik perhatian adalah dua anak kecil di sampingnya. Seorang anak laki-laki yang mengenakan kacamata hitam, sedang mendorong sebuah koper besar dengan ekspresi dingin. Di atas koper itu duduk seorang gadis kecil yang imut.Gadis kecil itu sedang sibuk menghitung uang yang ada di tangannya. Uang ini diperolehnya dari hasil promosi di pesawat dengan patokan "Sepuluh ribu untuk foto bersama, dua puluh ribu untuk interaksi"."Totalnya 520 ribu!" Setelah selesai menghitung, gadis kecil itu memasukkan uang tersebut ke dalam tas kecilnya dengan hati-hati, lalu mendongak dan berkata, "Vin, malam ini kita bisa traktir Kak Emma dan Gaby untuk makan malam enak!""Biaya makan ma
Baca selengkapnya

Bab 3

Di ruang rapat Hushborne International.Setelah selesai menelepon, suasana sekitar Russel terasa mencekam. Sorot matanya dingin bagaikan es dan tampak menakutkan. "Apa maksudnya Tuan Muda hilang?!"Meskipun tidak bertatap muka, nada bicara yang penuh ancaman itu membuat asistennya, Weston, bergidik ngeri di ujung telepon. "Aku baru selesai temani Tuan Muda melakukan pemeriksaan. Kata Tuan Muda, dia mau ke toilet ... lalu ... menghilang begitu saja."Rapat hari ini sangat penting. Berhubung Russel tidak bisa meninggalkan kantor, akhirnya dia meminta Weston untuk membawa Ashton untuk melakukan pemeriksaan. Namun tak disangka ...."Payah!" Russel marah besar, "Tampilkan semua rekaman CCTV di Rumah Sakit Advant! Aku akan segera ke sana!""Baik, Pak," jawab Weston.Russel segera bergegas menuju Rumah Sakit Advant. Setelah Weston memeriksa semua rekaman dengan cepat, akhirnya dia menemukan sosok Ashton. "Pak, sudah ketemu!" lapor Weston dengan tergesa-gesa saat Russel masuk."Tuan Ashton dib
Baca selengkapnya

Bab 4

Di saat para polisi itu tidak tahu harus bagaimana memutuskan, tiba-tiba masuk sebuah panggilan. "Tuan Muda telepon, katanya orang ini bukan pedagang manusia. Segera lepaskan dia!"Setelah membebaskan Emma, kedua polisi wanita di hadapannya saling memandang, lalu menghela napas. "Orang kaya memang keras kepala. Pertengkaran pasangan saja harus sampai melibatkan polisi."Setelah keluar dari kantor polisi, Emma merasa sangat sial. Pada hari pertama kembali ke tanah air, dia malah harus berurusan dengan kantor polisi. Semua ini gara-gara anak itu! Emma baru saja hendak menelepon Vin ketika ponselnya berdering. Ternyata, Vir yang menelepon."Halo, Kak Emma, gimana keadaanmu? Kenapa belum kembali? Makan malam sudah siap," tanya Vir."Vin sudah pulang belum?" tanya Emma langsung."Bukannya Vin pergi ke rumah sakit untuk cari Kak Emma?" Vir merasa tidak berdaya. Setelah kembali ke rumah dan merapikan barang-barang, Gaby menyuruh mereka berdua tidur siang.Vin tidak bisa tidur dan ingin pergi
Baca selengkapnya

Bab 5

Ternyata wanita ini memang terus terang sekali."Memangnya pemeriksaan fisik harus lepas baju ya?" tanya Russel tanpa bergerak sama sekali. Dia juga tidak terlihat berniat untuk melepas pakaiannya."Nggak wajib. Hanya saja, kalau dilepas akan mempermudah pemeriksaan. Kalau Pak Russel nggak mau lepas pakaian juga nggak masalah," jawab Emma. Siapa suruh orang ini adalah bosnya?Saat Emma mencoba menempelkan stetoskop ke dada Russel, tangannya tiba-tiba dipegang dengan kuat hingga terasa nyeri. "Apa yang kamu lakukan?" Emma menatapnya dengan marah. Apa pria ini mencoba untuk melecehkannya?"Seharusnya aku yang tanya pertanyaan itu padamu." Russel menatap Emma dengan penuh kemarahan. Melihat Emma berpura-pura tidak bersalah membuatnya semakin marah. Dia merasa Emma telah menipu anaknya dan kini berpura-pura polos di hadapannya.Emma merasa bingung. Dari semua pasien yang pernah dia tangani, Russel adalah yang paling sulit dihadapi. "Kalau Pak Russel adalah orang yang begitu konservatif, ku
Baca selengkapnya

Bab 6

Prang!Di saat Emma hendak bersiap-siap untuk pulang kerja, dia kehilangan fokus dan gelas di tangannya terjatuh hingga pecah berkeping-keping.Sejak Russel pergi, entah mengapa Emma merasa gelisah seolah-olah ada kontak batin dengan anaknya. Perasaannya gusar seperti saat anaknya mengalami bahaya.Apakah Vin dan Vir dalam masalah? Baru saja dia hendak menelepon Gaby, tiba-tiba seorang perawat mengetuk pintu dan masuk. "Bu Emma, Pak Edric menyuruhmu ke ruangannya.""Oke." Emma terpaksa menyimpan ponselnya, lalu membersihkan pecahan kaca di lantai dengan secepatnya. Setelah itu, dia bergegas ke ruangan Edric."Pak Edric mencariku?""Haeh ...." Edric mengerutkan alisnya dengan cemas, "Emma, aku sudah berpesan padamu sebelumnya harus layani Pak Russel dengan baik. Kenapa kamu malah menyinggungnya?"Menyinggungnya? Pria itu malah menuduhnya duluan? Padahal pria itu yang menelepon polisi dan mengganggunya!"Aku nggak cari masalah dengannya, dia yang sengaja mempersulitku ....""Nggak ada gu
Baca selengkapnya

Bab 7

Saat Emma pulang ke rumah, Gaby telah menyiapkan semeja penuh hidangan untuk menyambutnya. Vin dan Vir juga langsung mendekat dengan patuh saat melihatnya pulang."Untuk merayakan hari pertama Kak Emma bekerja, Nenek Gaby sudah masak banyak makanan enak. Kami juga ikut membantu, lho!" Mata Vir memicing membentuk bulan sabit dan terlihat lesung pipi yang samar-samar di pipinya. Penampilannya ini benar-benar menggemaskan."Hari pertama bekerja, kamu pasti sudah lelah. Ayo cepat cuci tangan dan makan dulu," ucap Gaby sambil tersenyum ramah.Emma yang memang sudah merasa tidak nyaman sedari tadi, kini jadi canggung saat melihat pemandangan ini. Namun, dia tetap tersenyum agar tidak merusak suasana dan mengangguk, "Oke."Dalam suasana yang harmonis, keempat orang itu mulai makan di depan meja makan."Kak Emma, apa ada dokter lajang yang tampan dan kaya di rumah sakit?" tanya Vir yang sangat tertarik dengan pertanyaan ini."Kalau ada, aku dan Vir akan jadi pembantumu," timpal Vin yang ikut m
Baca selengkapnya

Bab 8

Menghadapi sikap Russel, Emma benar-benar marah. Dasar maling teriak maling!"Pak Russel, aku nggak tahu ada kesalahpahaman apa di antara kita, tapi bukankah kamu sudah keterlaluan membuatku dipecat?" Emma berusaha menahan emosinya dan bicara dengan tenang.Russel melirik ke lantai atas sejenak karena takut Ashton akan mendengar suara wanita ini. Dia bergegas maju untuk mencengkeram tangan Emma dan menariknya keluar dengan kasar."Wanita keji yang pura-pura polos setelah melakukan kejahatan sepertimu nggak pantas jadi dokter. Cepat keluar!" Mengingat sikap Ashton yang agresif semalam, ingin sekali rasanya Russel mencekik wanita ini."Pak Russel, izinkan aku bertanya, perbuatan jahat apa yang kulakukan?" Awalnya Emma ingin meminta maaf dengan baik dan memohonnya untuk membiarkan Emma kembali ke Rumah Sakit Advant. Tak disangka, mulut pria ini benar-benar busuk."Nggak usah pura-pura polos lagi, nggak mempan bagiku!" Pada saat ini, Russel telah menarik Emma ke pintu depan. Baru saja dia
Baca selengkapnya

Bab 9

Ashton menghilang?Russel segera berlari ke kamarnya dan melihat bahwa sprei tempat tidur telah diikat dan menjulur sampai ke bawah. Apakah setelah melihat Emma, dia bahkan rela melompat keluar dari jendela lantai dua hanya untuk mengikutinya?"Cari!" Russel memerintahkan, "Kerahkan semua orang untuk mencarinya!"Sekarang Emma baru saja pergi, Ashton juga pasti belum jauh.Sementara itu, Vin yang terus bersembunyi di semak-semak, hanya menjulurkan kepalanya setelah mendengar bahwa keadaan sudah tenang. Dia menyadari bahwa orang-orang di depannya sudah tidak ada. Di mana Kak Emma? Di mana pria tampan yang kaya itu?Vin tidak punya pilihan selain keluar dari semak-semak. Baru saja dia bersiap untuk menelepon Emma, tiba-tiba terdengar suara kaget dari belakangnya, "Tuan Russel, Tuan Ashton sudah ditemukan!"Belum sempat Vin bereaksi, banyak sekali pelayan yang berpakaian serupa berlari ke arahnya. Vin kebingungan, apa yang terjadi? Apakah yang mereka sebut Tuan Ashton itu dirinya? Sejak k
Baca selengkapnya

Bab 10

Setelah naik taksi bersama Emma, Ashton masih terus gelisah dan melirik ke belakang sesekali. Meskipun berhasil keluar, dia tahu bahwa ayahnya sangat hebat dan mungkin sulit baginya untuk terus bersembunyi."Kak Emma," panggil Ashton."Hmm?""Kamu sayang padaku, 'kan? Nggak peduli apa pun yang terjadi nanti, kamu nggak akan meninggalkanku, 'kan?"Mendengar pertanyaan itu, Emma tersenyum tak berdaya, "Kenapa tiba-tiba tanya begitu, anak nakal? Aku ini ibumu. Kalau bukan sayang kamu, aku mau sayang siapa lagi? Langit runtuh sekalipun, aku nggak akan meninggalkanmu."Mendengar ucapan itu, Ashton merasa sangat tersentuh hingga matanya berkaca-kaca. Sejak kecil, orang yang selama ini dianggapnya sebagai ibu, tidak pernah mengatakan hal seperti itu padanya."Terima kasih, Kak Emma. Aku juga nggak akan meninggalkanmu!"Emma tersenyum dan kemudian mengetuk kepalanya dengan lembut.Setelah turun dari taksi, Emma menggandeng tangan Ashton masuk ke apartemen. Ashton yang sejak kecil selalu diatur
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status