Bekerja di pusat hiburan ternama di kota besar membuat Savanah terjebak malam yang kelam karena kesuciannya direngut oleh seorang pria asing. Sementara itu, Ibunya yang berada di penjara membutuhkan biaya penebusan yang cukup mahal sehingga dia terpaksa menandatangani kontrak pernikahan dengan seorang Taipan kaya yang mencari jodoh untuk putra tunggalnya, Damian. Pria tampan dengan semua keunggulan yang terkenal suka gonta-ganti pasangan. Savanah sama sekali tidak tahu bahwa malam nahas yang dialaminya ternyata dilakukan oleh pria yang akan menjadi suaminya. Namun, semua salah paham semakin rumit saat Damian salah mengenal wanita yang dia renggut kesuciannya sebagai rekan kerja senior dari Savanah. Bagaimana kesalahpahaman ini akan berakhir? Akankah Damian tahu fakta sesungguhnya dan kembali pada Savanah? Atau, Savanah sudah lebih dulu pergi sebelum Damian menyadarinya?
Lihat lebih banyak"Lepaskan! Apa yang kamu—"
Savanah tercekik oleh rasa sakit dan keterkejutan. Ia berusaha meronta, tetapi cengkeraman pria mabuk itu semakin erat, menekan lengannya hingga nyaris mati rasa.
Kegelapan di sekelilingnya semakin pekat, seperti menekan napasnya. Tubuh bagian bawah mereka menempel dan Savanah merasakan kengerian yang tidak dapat dicegahnya.
"Tolong..., hentikan!" serunya, berusaha mengumpulkan kekuatan. Ia mencoba menendang kaki pria itu, tetapi tubuhnya yang menempel di meja membuatnya kesulitan, pria itu merapatkan tubuhnya untuk menahan perlawanan Savannah.
Savanah yang merupakan petugas kebersihan di sebuah bar mewah, tengah mengakhiri shift malam yang ia lakukan.
Namun, di ruang tempat loker yang telah gelap itu, tiba-tiba seorang pria misterius menarik tubuhnya!
Savanah bisa merasakan hembusan napas pria asing itu di belakang lehernya, panas dan tergesa-gesa. "Kamu wangi sekali," bisiknya dengan nada yang tajam dan mengancam.
Savanah berusaha meronta dan berbalik.
Plak!!!
Savanah menampar pria asing itu. Bau alkohol yang menyengat menyeruak dari mulutnya, di samping keringat yang membasahi mereka.
Samar-samar, Savanah bisa melihat garis otot pria itu yang tercetak jelas di atas tubuhnya. Savana merasakan tubuh pria itu sangat panas dan tidak normal.
Tiba-tiba, tubuhnya mengejan tatkala bagian sensitifnya merasakan sesuatu. Savanah hanya bisa mengigit bibirnya sendiri dan memejamkan mata. Menancapkan kuku-kukunya ke punggung pria yang mendesah dalam kenikmatan.
Pria itu bergerak semakin cepat dan Savanah seperti kehilangan kekuatan untuk menolak.
Sepanjang malam dan terasa lama sampai sinar matahari mulai menyelinap masuk di sela-sela tirai jendela. Savanah tidak tahu, Dia terbangun dengan tubuh remuk dan tulang yang terasa sudah terpisah dari ototnya.
"Ugh!"
Dengan cepat, Savanah melangkah menuju loker dan mengeluarkan pakaian lalu memakainya dengan buru-buru. Segera berlari keluar, meninggalkan pria itu.
Dia berjalan dengan langkah terges-gesa, keluar dari bar 'Salvastone', tempat di mana dia bekerja selama satu tahun terakhir.
Apa yang dilakukan pria misterius itu benar-benar membuat Savanah seketika lemas. Kesucian yang selama ini ia pertahankan jatuh ke tangan pria yang bahkan ia tak tahu siapa.
Sambil melirik jam tangannya untuk melihat waktu, dia harus segera tiba di penjara atau masa kunjung sudah selesai. Dia berjanji untuk bertemu dengan ibunya sebelum pukul sembilan.
Savanah segera berlari kecil menuju ke halte bis, tak jauh dari bar tersebut. Dia naik ke dalam bus dengan perasaan lega.
Namun, ada satu hal lagi yang benar-benar mengusik pikirannya. Di dalam bus, ia memandangi pantulan wajahnya di kaca jendela dengan perasaan malu, "Bagaimana jika putra Pak Jason tahu, aku tak lagi suci?"
***
Sementara itu, seorang pria kekar bangun dengan kepala yang berat dan punggung yang nyeri. Sinar matahari sudah menerobos masuk ke dalam ruangan ganti dan membuat dia merasa panas.
Menyadari tubuhnya yang hanya tertutup sebuah kemeja putih miliknya, pria itu memijat keningnya, berusaha mengingat apa yang terjadi.
Lalu, seketika matanya tertuju pada bercak merah yang membuatnya menghela nafas panjang.
"Wanita tadi malam..."
Pria dengan rahang tegas dan dagu yang kuat itu meraba sekitar tengkuk leher dan pundaknya. Luka bekas cakaran dan gigitan malam tadi membekas di sekitar sana, dengan beberapa bercak merah kecil yang telah mengering di lantai.
Namun, semua itu tak ada apa-apanya dibanding perasaan gundah yang sekarang ia rasakan setelah tahu, ia telah kehilangan benda paling berharga yang selama ini ia kenakan.
Benda yang tak mungkin tergantikan oleh apapun!
Ponselnya seketika berbunyi dan nama 'Dad' tertera di layar yang berkedip. Dengan enggan dan helaan napas berat, Pria itu menekan tombol menjawab. "Ya?"
"Mengapa kamu masih belum sampai di mansion? Hari ini adalah acara makan bersama dengan calon istrimu! Keluar dari Bar Salvastone sekarang atau Ayah akan menutupnya hari ini juga!"
Klik!
Panggilan diputuskan secara sepihak. Pria itu menautkan kedua alisnya dengan perasaan kesal.
Dia tidak pernah menyetujui acara makan siang bersama dengan calon istri yang dipilih oleh sang ayah. Apalagi sebuah pernikahan!
Dengan enggan, ia melangkah keluar dari ruangan pekerja. Di luar bar, suasana masih sepi, hanya terlihat beberapa orang wanita pembersih ruangan yang tidak terlihat muda.
Para wanita itu begitu terpesona dengan penampakan pria tersebut. Sayang, ia sama sekali tidak menatap mereka. Pikirannya hanya terfokus pada satu hal.
"Siapa perempuan itu?! Kenapa ayah begitu keras kepala membuatnya jadi istriku?!"
Bab 238Saat bulan-bulan berlalu, Damian dan Savanah semakin mantap menghadapi masa depan bersama. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan cinta dan komitmen yang telah mereka bangun, mereka merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang.Pada akhirnya, cinta mereka yang diuji oleh waktu dan rintangan akhirnya menemukan jalannya kembali. Mereka tidak hanya menjadi pasangan suami istri, tetapi juga menjadi keluarga yang utuh, siap menyambut anggota baru yang akan membawa kebahagiaan lebih besar dalam hidup mereka.Malam itu, mereka berdua tertidur dalam pelukan yang tenang tetapi penuh dengan emosi yang belum sepenuhnya terselesaikan.Damian merasa lebih yakin bahwa ia harus melindungi keluarga kecilnya, sementara Savanah berusaha menguatkan dirinya untuk menghadapi masa depan bersama pria yang ia cintai, meskipun penuh dengan tantangan dan keraguan.Dalam keheningan malam, hanya s
"Dia mengandung anakku, dia istriku dan tidak ada bagian darimu di sana! Kau paham?!" Damian mengatakan semua gundahan hatinya dengan suara keras dan tegas.Roni menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Damian, aku tidak ingin membuat masalah. Jika itu yang kau inginkan, aku akan menjauh. Tapi bukan karena aku takut padamu. Aku melakukannya karena aku peduli pada Savanah, dan aku ingin yang terbaik untuknya.”Cuih!Damian membuang salivanya ke samping dengan rasa jijik. "Akhirnya kau paham!""Ingat ucapanmu! Jangan pernah dekat dengannya lagi!"Roni mengangguk perlahan dengan perasaan terpuruk.“Bagus!" lanjut Damian. "Tapi ingat, jika aku melihatmu mendekati istriku lagi, kau tidak akan mendapatkan peringatan kedua.”Dengan itu, Damian berbalik dan meninggalkan gym, meninggalkan Roni dengan wajah penuh kekecewaan dan rasa sakit yang mendalam. Ke
Damian tidak terpengaruh. “Kau bebas mencoba, Keisha. Tapi aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan keluargaku lagi.”Keisha meninggalkan lokasi pertemuan dengan wajah penuh amarah, tetapi Damian merasa lega. Untuk pertama kalinya, ia merasa telah mengambil kendali penuh atas hidupnya.***Setelah mengetahui kebenaran tentang malam di Salvastone, Damian masih merasakan amarah yang tertahan di dalam dirinya. Ia tidak hanya marah kepada Keisha yang mencoba memanipulasi kenyataan, tetapi juga kepada Roni, pria yang berani mendekati istrinya dan bahkan mengklaim hubungan yang tidak pernah ada.Damian memutuskan untuk menghadapi Roni secara langsung. Ia tahu di mana pria itu biasanya berada—gym kecil di pinggiran kota tempat Roni melatih tubuhnya.Dengan langkah cepat, Damian melajukan motornya ke sana, wajahnya mencerminkan ketegasan dan kemarahan yang ia rasakan.Ketika
Savanah tersenyum kecil, meskipun wajahnya masih memerah. “Ya, Damian. Kau tidak melepaskanku bahkan sesudah berulang kali kamu mendapatkan pelepasan, dan aku… aku tidak bisa mengatakan tidak. Aku tanpa sadar sudah mencintaimu, bahkan saat itu.”Damian menarik napas panjang, rasa bersalah yang selama ini menghantui dirinya perlahan menghilang, digantikan oleh kelegaan dan kebahagiaan yang tak terkira.“Aku bodoh,” katanya dengan suara rendah. “Aku membiarkan Keisha memanipulasiku dengan kebohongannya, sementara wanita yang aku cari selama ini adalah kamu, istriku sendiri.”Savanah menggeleng. “Semua sudah berlalu, Damian. Yang penting sekarang adalah kita tahu kebenarannya.”Damian kembali memeluk Savanah, membiarkan air mata kecil jatuh di pipinya. “Aku mencintaimu, Savanah. Aku tidak akan membiarkan siapa pun memisahkan kita lagi. Kamu ad
Damian menyebut tanggalnya, dan Savanah membekap mulutnya sendiri. Hatinya berdebar keras."Damian… itu aku. Aku juga berada di sana malam itu. Aku… aku merasa semuanya begitu aneh, tapi aku ingat. Aku mengalami pelecehan. Lalu Roni mengaku bahwa dia yang melakukannya. Tanggal dan harinya sama! Itu aku.""Kau?""Keisha tidak hadir di malam itu, dia mengambil shift pagi!" pekik Savanah tak percaya.Damian menatapnya dengan penuh kebingungan. "Apa? Savanah, maksudmu…""Ya," potong Savanah dengan tegas. "Wanita itu adalah aku. Aku bahkan memiliki bukti. Petugas sekuriti yang berjaga malam itu melihat kita. Dia mencatat bahwa aku masuk ke ruang ganti untuk mengambil sesuatu. Selain itu, aku menemukan cincin di kantung kemeja kerjaku. Lalu Keisha merampasnya dan saat itu kamu datang lalu...""Astaga!" Savanah menutup bibirnya dengan tangan, dia baru mengerti bahwa Damian mengira Keisha adalah wanit
Savanah mencoba melawan, tetapi kekuatan Damian terlalu besar. Bibir pria itu sudah mencium lehernya dengan rakus, kembali lagi meninggalkan jejak merah yang tidak mungkin disembunyikan.Gigitannya yang intens terasa seperti tanda kepemilikan yang ingin ia tunjukkan kepada dunia. Tangannya memeras bagian depan Savanah dengan kuat sehingga Savanah merasa kesakitan.“Damian, berhenti!” Savanah memohon, suaranya gemetar. “Ini terlalu banyak. Cukup!”Namun, Damian tidak mendengarkan. Tubuhnya terus menekan tubuh Savanah, seolah-olah ia ingin memastikan bahwa wanita itu tidak pernah lupa siapa yang memiliki dirinya sepenuhnya."Damian, ini menyakitkanku!" teriak Savanah, berusaha melepaskan diri dari tangan Damian yang menyakiti beberapa bagian sensitif miliknya.Dengan cepat, Damian membuka kemeja tidurnya sehingga bagian depannya terekspos dengan indah dan Damian segera melahapnya denga
Tanpa tujuan yang jelas, Roni berjalan hingga sampai di sebuah taman kecil yang sepi. Ia duduk di bangku kayu yang teduh di bawah pohon besar, menundukkan kepala sambil memandangi tanah.Seorang ibu dengan anak kecil lewat di depannya, suara tawa anak itu membuat hati Roni terasa semakin hancur. Ia membayangkan seperti apa rasanya jika ia yang berada di tempat Damian—memiliki Savanah dan seorang anak bersama, membangun keluarga kecil yang bahagia.Namun, bayangan itu hanya membuatnya semakin sadar bahwa semua itu adalah mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan."Itu bukan anakku juga, Roni... kamu hanya terlalu berharap," gumamnya sambil tertawa lepas.Roni meraih sebotol air yang ia bawa, meneguknya dengan cepat. Tangannya bergetar, dan tanpa sadar, ia memukul bangku kayu di sebelahnya dengan keras.“Bodoh,” gumamnya."Sungguh bodoh!"“Bodoh karena berpikir aku punya kesempatan.”Roni menunduk, kedua tangannya menutupi wajahnya. Air mata yang selama ini ia tahan mulai mengalir,
Roni mengepalkan tangannya, tetapi ia tetap diam, meskipun tubuhnya jelas menunjukkan ketegangan yang luar biasa.“Savanah masih sehebat dulu,” lanjut Damian dengan nada yang dibuat seolah-olah ia hanya sedang bercakap-cakap santai. “Kami bahkan mengulangnya beberapa kali sampai dia minta ampun. Tubuhnya semakin montok sekarang, mungkin karena dia sedang hamil anakku. Tapi kau tahu? Itu justru membuatnya semakin nikmat.”Roni terdiam dan mengetatkan rahangnya.Kata-kata Damian menghantam Roni seperti pukulan bertubi-tubi. Ia menatap Savanah dengan mata yang penuh luka, tetapi wanita itu hanya bisa menunduk, tidak mampu menghadapi tatapannya.“Kau tahu tentang kehamilannya?” tanya Roni akhirnya, suaranya rendah tetapi penuh dengan rasa kecewa.Damian tersenyum kecil. “Tentu saja. Anak ini milikku, dan aku akan memastikan bahwa dia tumbuh dengan kedua orang tuanya yang lengkap. Jadi, apa yang tersisa untukmu, Roni?”Roni terdiam. Pertanyaan itu menusuk hatinya lebih dalam daripada yang
Damian menatap tubuh Savanah dengan tatapan penuh kekaguman. “Kamu semakin padat, Savanah,” bisiknya dengan suara rendah yang menggoda. “Itu membuatku semakin ingin menempel terus padamu.”Savanah mencoba menghindar, tetapi Damian sudah mendekapnya erat, membuatnya tidak memiliki ruang untuk bergerak. Ia mencium leher Savanah perlahan, meninggalkan jejak kecil yang membuat wanita itu merasa tubuhnya memanas lagi.“Damian, sudahlah,” rengek Savanah dengan suara bergetar. “Kita sudah melakukannya berkali-kali. Aku lapar…”Namun, Damian tidak berhenti. Bibirnya terus menjelajahi tubuh Savanah, memberikan tanda-tanda percintaan yang ia tahu tidak akan mudah hilang. Setiap jejak yang ia tinggalkan terasa seperti pernyataan kepemilikan, seolah-olah ia ingin dunia tahu bahwa Savanah adalah miliknya, tidak ada yang lain.“Damian,” desah Savanah, mencoba menarik diri, tetapi tubuhnya sendiri mulai menyerah pada kehangatan yang diberikan pria itu.“Aku hanya ingin memastikan,” bisik Damian samb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen