Share

Bab 2. Penjara

Savanah berdiri di depan kantor sipir penjara dengan keringat yang membasahi keningnya dan wajahnya terlihat sedikit pucat dengan napas yang menderu. Dia terlambat! Waktu berkunjung sudah selesai.

"Tolong, izinkan aku melihat Ibuku sebentar," ucap Savanah sambil menyodorkan sedikit uang kepada sipir penjara tersebut.

Sipir penjara melirik Savanah dengan tatapan dingin. Sebuah syal murahan berwarna merah diikatkan pada leher Savanah, membuat penampilan wanita itu terlihat kacau. Tidak ada yang tahu, Savanah mengikat lehernya untuk menutupi bekas cumbuan yang dia dapatkan.

"Baiklah. Kamu punya dua menit."

Savanah menaikkan kedua jarinya dengan senyum manis, "Dua menit cukup. Terima Kasih."

Sambil menahan nyeri pada perutnya karena dia belum memakan apa pun sedari pagi. Waktu perjalanan dari bar tempat dia bekerja ke penjara adalah dua jam. Dia tidak mungkin sempat untuk sarapan.

Savanah mengikuti langkah sipir penjara menuju ke ruang temu lalu duduk dengan sabar.

Tidak lama kemudian, Suzie Brown muncul dengan pakaian tahanan.

"Ibu." Savanah segera memeluk sang ibu dengan air mata yang tercurah.

"Aku sudah mendapatkan pinjaman. Ibu akan keluar besok pagi," lanjutnya.

Savanah merasa harus mengabari sang ibu mengenai pinjaman yang baru diperolehnya semalam. Walau rentenir itu memberikan bunga yang cukup mencekik, selama dia tetap bekerja di bar Salvatone dan mengambil shift malam, maka dia akan bisa melunasi semua hutangnya. Yang penting ibunya bisa segera keluar dari penjara.

Suzie Brown memberikan sebuah senyuman kepada anak gadisnya pada saat bertemu. "Maafkan Ibu, tapi semua yang Ibu lakukan adalah untuk kebaikanmu, Nak."

Savanah mengerutkan keningnya karena tidak mengerti, tetapi Suzie segera mengalihkan pembicaraan, "kamu terlihat pucat, apakah kamu sudah sarapan?"

Savanah menggelengkan kepalanya pelan, "aku hanya ingin segera melihat Ibu."

Tiba-tiba, sipir penjara muncul dan berseru, "waktu berkunjung habis!"

"Eh, tapi ini belum satu menit!" Savanah merasa tidak adil.

"Kamu harus menambah sedikit bila ingin lebih lama atau-" penjaga itu menelusuri lekuk tubuh Savanah dengan matanya.

"Pulanglah, Nak. Ibu baik-baik saja di sini," sela Suzie sambil mendorong Savanah keluar dari ruangan temu, menyadari tatapan lapar dari penjaga penjara.

Savanah keluar dari penjara sambil menghapus air mata setelah melayangkan tatapan penuh kebencian kepada sipir penjara yang sudah mengambil uangnya namun hanya memberikan waktu satu menit untuknya.

Hari ini, dia akan bertemu dengan calon suami yang dijodohkannya dengannya. Seorang putra tunggal dari taipan kaya yang menawarkan sejumlah uang yang cukup menggiurkan.

Awalnya dia akan memakai uang itu untuk menebus sang ibu yang masuk penjara dengan hukuman percobaan. Tapi karena malam naas yang dialaminya semalam, Savanah mulai merasa sedih dan frustasi karena kesuciannya sudah diambil oleh pria asing.

"A-aku tetap harus ke sana dan membatalkan perjodohan ini."

Savanah merasa harus mengembalikan uang muka pemberiannya. Sebab akan menjadi sebuah masalah besar lagi apabila putra tunggal yang akan dijodohkan dengannya tahu bahwa dia sudah tidak suci pada hari pernikahan mereka nanti.

Dia tidak akan mungkin bisa membohongi sebuah kenyataan pahit yang terjadi tanpa dia mampu mengelaknya.

Savanah segera menaiki bus untuk kembali ke kost di mana dia tinggal. Sampai di kost, paman pemilik kost segera menyapanya.

"Hari ini kamu akan membayar? Atau kamu keluar saja. Kami sudah mendapatkan pelanggan baru yang mungkin membayar lebih mahal." Pria bertubuh gempal itu melayangkan tatapan penuh sindiran ke arah Savanah.

"A-aku akan membayar nanti malam," ucap Savana dengan langkah terburu-buru. Dia merasa risih dengan tatapan paman pemilik kost yang menelusuri lekuk tubuhnya.

"Malam ini, dengan apa?" Paman kost itu menyusul langkah Savanah sehingga dia segera memperbesar langkahnya menuju ke kamar.

"Bayar tunai, saya akan lebihkan nanti, Om!" Savanah menyahut sambil memutar kunci pintu.

Bam!

Pintu segera ditutupnya dan dikunci dari dalam. Meninggalkan pria gempal yang mematung di depan pintu.

"Hei! Hati-hati! Ini pintu kamarku. Kalau merusaknya, maka kamu mungkin tidak mampu membayarnya, kecuali-"

"Akan kubayar! Pergilah!"

Savanah menahan air matanya. Apa seorang perempuan rendah sepertinya, tubuhnya selalu bisa dijadikan alat tukar pria-pria berengsek itu?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status