Share

Rahasia Pernikahan Paksa: Malam Yang Membara
Rahasia Pernikahan Paksa: Malam Yang Membara
Penulis: Runayanti

Bab 1. Malam Nahas

"Lepaskan! Apa yang kamu—"

Savanah tercekik oleh rasa sakit dan keterkejutan. Ia berusaha meronta, tetapi cengkeraman pria mabuk itu semakin erat, menekan lengannya hingga nyaris mati rasa.

Kegelapan di sekelilingnya semakin pekat, seperti menekan napasnya. Tubuh bagian bawah mereka menempel dan Savanah merasakan kengerian yang tidak dapat dicegahnya.

"Tolong..., hentikan!" serunya, berusaha mengumpulkan kekuatan. Ia mencoba menendang kaki pria itu, tetapi tubuhnya yang menempel di meja membuatnya kesulitan, pria itu merapatkan tubuhnya untuk menahan perlawanan Savannah.

Savanah yang merupakan petugas kebersihan di sebuah bar mewah, tengah mengakhiri shift malam yang ia lakukan.

Namun, di ruang tempat loker yang telah gelap itu, tiba-tiba seorang pria misterius menarik tubuhnya!

Savanah bisa merasakan hembusan napas pria asing itu di belakang lehernya, panas dan tergesa-gesa. "Kamu wangi sekali," bisiknya dengan nada yang tajam dan mengancam.

Savanah berusaha meronta dan berbalik.

Plak!!!

Savanah menampar pria asing itu. Bau alkohol yang menyengat menyeruak dari mulutnya, di samping keringat yang membasahi mereka.

Samar-samar, Savanah bisa melihat garis otot pria itu yang tercetak jelas di atas tubuhnya. Savana merasakan tubuh pria itu sangat panas dan tidak normal.

Tiba-tiba, tubuhnya mengejan tatkala bagian sensitifnya merasakan sesuatu. Savanah hanya bisa mengigit bibirnya sendiri dan memejamkan mata. Menancapkan kuku-kukunya ke punggung pria yang mendesah dalam kenikmatan.

Pria itu bergerak semakin cepat dan Savanah seperti kehilangan kekuatan untuk menolak.

Sepanjang malam dan terasa lama sampai sinar matahari mulai menyelinap masuk di sela-sela tirai jendela. Savanah tidak tahu, Dia terbangun dengan tubuh remuk dan tulang yang terasa sudah terpisah dari ototnya.

"Ugh!"

Dengan cepat, Savanah melangkah menuju loker dan mengeluarkan pakaian lalu memakainya dengan buru-buru. Segera berlari keluar, meninggalkan pria itu.

Dia berjalan dengan langkah terges-gesa, keluar dari bar 'Salvastone', tempat di mana dia bekerja selama satu tahun terakhir.

Apa yang dilakukan pria misterius itu benar-benar membuat Savanah seketika lemas. Kesucian yang selama ini ia pertahankan jatuh ke tangan pria yang bahkan ia tak tahu siapa.

Sambil melirik jam tangannya untuk melihat waktu, dia harus segera tiba di penjara atau masa kunjung sudah selesai. Dia berjanji untuk bertemu dengan ibunya sebelum pukul sembilan.

Savanah segera berlari kecil menuju ke halte bis, tak jauh dari bar tersebut. Dia naik ke dalam bus dengan perasaan lega.

Namun, ada satu hal lagi yang benar-benar mengusik pikirannya. Di dalam bus, ia memandangi pantulan wajahnya di kaca jendela dengan perasaan malu, "Bagaimana jika putra Pak Jason tahu, aku tak lagi suci?"

***

Sementara itu, seorang pria kekar bangun dengan kepala yang berat dan punggung yang nyeri. Sinar matahari sudah menerobos masuk ke dalam ruangan ganti dan membuat dia merasa panas.

Menyadari tubuhnya yang hanya tertutup sebuah kemeja putih miliknya, pria itu memijat keningnya, berusaha mengingat apa yang terjadi.

Lalu, seketika matanya tertuju pada bercak merah yang membuatnya menghela nafas panjang.

"Wanita tadi malam..."

Pria dengan rahang tegas dan dagu yang kuat itu meraba sekitar tengkuk leher dan pundaknya. Luka bekas cakaran dan gigitan malam tadi membekas di sekitar sana, dengan beberapa bercak merah kecil yang telah mengering di lantai.

Namun, semua itu tak ada apa-apanya dibanding perasaan gundah yang sekarang ia rasakan setelah tahu, ia telah kehilangan benda paling berharga yang selama ini ia kenakan.

Benda yang tak mungkin tergantikan oleh apapun!

Ponselnya seketika berbunyi dan nama 'Dad' tertera di layar yang berkedip. Dengan enggan dan helaan napas berat, Pria itu menekan tombol menjawab. "Ya?"

"Mengapa kamu masih belum sampai di mansion? Hari ini adalah acara makan bersama dengan calon istrimu! Keluar dari Bar Salvastone sekarang atau Ayah akan menutupnya hari ini juga!"

Klik!

Panggilan diputuskan secara sepihak. Pria itu menautkan kedua alisnya dengan perasaan kesal.

Dia tidak pernah menyetujui acara makan siang bersama dengan calon istri yang dipilih oleh sang ayah. Apalagi sebuah pernikahan!

Dengan enggan, ia melangkah keluar dari ruangan pekerja. Di luar bar, suasana masih sepi, hanya terlihat beberapa orang wanita pembersih ruangan yang tidak terlihat muda.

Para wanita itu begitu terpesona dengan penampakan pria tersebut. Sayang, ia sama sekali tidak menatap mereka. Pikirannya hanya terfokus pada satu hal.

"Siapa perempuan itu?! Kenapa ayah begitu keras kepala membuatnya jadi istriku?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status