Setelah Lima Tahun

Setelah Lima Tahun

last updateLast Updated : 2022-04-12
By:  Lis Susanawati  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
138 ratings. 138 reviews
158Chapters
1.0Mviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Mereka mengira kami baik-baik saja. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di istana kami. Kenyataan yang membuatku harus memilih, bertahan atau melepaskan.Dia pria yang menghalalkanku lima tahun yang lalu ternyata masih menyimpan kisah yang belum usai dengan perempuan itu, masa lalunya.

View More

Latest chapter

Free Preview

Part 1 Aku yang Menyerah

Part 1 Aku yang Menyerah "Cerai? Kamu serius?" tanya Miya dengan mimik muka tidak percaya. Dia memandangku lekat. "Ya." "Sudah kamu pikirkan masak-masak." "Hu um. Ini sudah keputusan finalku. Aku menyerah dengan cinta yang kuperjuangkan selama ini. Nyatanya sampe sekarang aku tidak pernah jadi pemenangnya. Hati Mas Ilham tetap untuk Nura." Rasanya sangat sakit mengucapkan kalimat itu. Namun aku memang butuh teman berbagi, agar beban dan luka dada ini terasa berkurang. Miya sudah kukenal sejak duduk di bangku SMA hingga kuliah. Dia juga yang tahu bagaimana hubunganku dan Mas Ilham bermula. "Kalian punya Syifa. Apa enggak kasihan sama anak." Kupandang bocah perempuan yang asyik bermain dengan Tita, anaknya Miya yang seumuran dengan Syifa. "Syifa enggak begitu dekat dengan pap

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
crita ke 4 KK Lis..
2024-10-28 13:34:56
0
user avatar
Nani Sunarni
suka semua bukunya, sederhana tp istimewa.
2024-10-23 18:54:33
0
user avatar
Satria Henry
cerita yang sangat bagus dan menarik
2024-10-17 10:47:16
0
user avatar
nelly thalita
baru mau baca
2024-09-21 16:33:29
0
user avatar
Syarifa Kalsum
sudah 5 buku karyanya mbak lis yg aku baca, pokoknya bagus semua ceritanya
2024-08-27 18:06:18
0
user avatar
yenyen
very very love this novel. Penyelesaian masalah keluarga ga harus dengan bercerai. Intinya harus sabar. Ilmu dari novel ini
2024-07-21 12:12:38
1
user avatar
Nunix"z
bagus banget cerita
2024-07-14 17:14:18
0
user avatar
Aidah Ismail
bagus jln ceritanya....terbaik Thor
2024-07-13 10:35:09
1
user avatar
Shity Hajar
bagus,ceritanya seru
2024-06-29 08:30:59
1
user avatar
Suliyati Huong
Ulang baca lagi,tak pernah bosan...ceritanya sangat bagus,banyak pengajarannya.
2024-06-08 06:24:24
0
user avatar
Endah Ing
Sdh baca berkali-kali... Perjuangan stlh pengkhianatan dlm rumah tangga sll menarik perhatian. berjuang utk menata hati bagi yg dikhianati, berjuang menunjukkan kesungguhannya bagi yg berkhianat. sama" berat. Dan tdk byk yg bisa berhasil spt Ilham dan Vi. Kuncinya sabar dan dkt dgn Tuhan
2024-04-24 18:51:21
2
user avatar
Agnes Dyah Ratnawati
bagus dan tidak bosan untuk bacanya
2024-04-17 17:31:19
1
user avatar
Ayu Landari
ceritanya bagus ...
2024-03-18 21:21:54
1
user avatar
Yet Sunarti
bagus banget cerita ini, sampai berapakali aku ulang
2024-03-05 16:49:39
2
user avatar
Yanti Keke
suka sm karya Authorny... bkn jnis crt dramatis... g menye2... g sintron ... n sbg pnyuka happy ending... suka sm smua ending dr tokoh2ny...
2023-09-08 11:47:51
6
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 10
158 Chapters

Part 1 Aku yang Menyerah

Part 1 Aku yang Menyerah   "Cerai? Kamu serius?" tanya Miya dengan mimik muka tidak percaya. Dia memandangku lekat.   "Ya."   "Sudah kamu pikirkan masak-masak."   "Hu um. Ini sudah keputusan finalku. Aku menyerah dengan cinta yang kuperjuangkan selama ini. Nyatanya sampe sekarang aku tidak pernah jadi pemenangnya. Hati Mas Ilham tetap untuk Nura."   Rasanya sangat sakit mengucapkan kalimat itu. Namun aku memang butuh teman berbagi, agar beban dan luka dada ini terasa berkurang.    Miya sudah kukenal sejak duduk di bangku SMA hingga kuliah. Dia juga yang tahu bagaimana hubunganku dan Mas Ilham bermula.   "Kalian punya Syifa. Apa enggak kasihan sama anak."   Kupandang bocah perempuan yang asyik bermain dengan Tita, anaknya Miya yang seumuran dengan Syifa.   "Syifa enggak begitu dekat dengan pap
Read more

Part 2 Jangan Pergi

Jam dua belas siang kami pulang ke rumah. Syifa langsung tidur kelelahan. Sementara aku langsung ke belakang membereskan jemuran yang sudah kering dan mencuci baju renangnya Shifa.   Ketika sedang sibuk menyetrika di kamar belakang, Mas Ilham menghampiri dan duduk di kursi sebelahku.   "Mama barusan nelfon. Malam ini kita di undang makan malam di rumah Mama."   Aku mengangguk tanpa memandangnya. Setiap kami di undang ke sana, pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh mertuaku. Mungkin soal perceraian itu.   "Bawa baju ganti, nanti kita menginap di sana," ucap Mas Ilham sebelum beranjak pergi.   Baju yang sudah kulipat, kuletakkan di keranjang yang nantinya kususun di lemari masing-masing. Sebenarnya aku sudah berencana untuk mulai mengemas baju-baju besok setelah memasak, mumpung hari Minggu. Jika Pak Nardi datang, tinggal mengangkut saja.   Selesai setri
Read more

Part 3.a Cinta dan Luka

 "Mama, masak apa?" tanya Shifa yang menyusul ke dapur dan berdiri di dekatku. Dia sudah bangun. "Mama lagi goreng ayam, katanya kemarin Shifa mau ayam goreng. Ayo, susunya di minum dulu. Nanti baru sarapan. Jangan lupa minum air putih dulu sebelum minum susu." Aku menunjuk segelas susu yang ada di meja makan. Syifa langsung duduk di kursi, minum beberapa teguk air putih hangat, kemudian menyesap susunya. Jam dinding menunjukkan pukul enam pagi. Tapi Mas Ilham belum juga keluar. Biasanya jam segini dia sudah selesai mandi. Kuletakkan spatula dan mematikan kompor setelah mengangkat gorengan terakhir. "Tunggu di sini, Mama mau lihat Papa dulu," kataku pada Syifa. Pintu kamar masih tertutup rapat dan sepi. Ku putar gagang pintu perlahan. Lampu telah dinyalakan dan Mas Ilham yang masih memakai baju koko dan sarung sedang terlentang di ranjang. Wajahn
Read more

Part 3.b Cinta dan Luka

Kutarik napas dalam-dalam, menata ekspresi wajah agar tampak biasa saja. Baru kudorong pintu perlahan. Di dalam, dua orang duduk berdekatan sambil menatap layar laptop. Tapi sempat kulihat wajah keduanya tampak murung, bahkan mata perempuan itu berkaca-kaca. Aku tersenyum, meski hatiku remuk redam untuk yang ke sekian kali.   "Vi," panggil Mas Ilham terkejut. Dia langsung berdiri, pun begitu dengan Nura yang sibuk menyeka air mata.   "Maaf, aku enggak mengetuk pintu. Ku pikir Mas sendirian. Aku hanya mau mengantarkan obat Mas yang ketinggalan."   Kuletakkan plastik obat di meja. Setelah itu aku berbalik dan pergi. Dia mengejar. Di tangga yang sepi Mas Ilham menahan lenganku.   "Jangan salah paham, Vi. Mas akan cerita nanti." Mas Ilham menjelaskan dengan panik.   Aku diam tidak menjawab apa-apa.   "Kamu tadi naik apa ke sini?"   "Naik moto
Read more

Part 4a Ibu, Izinkan Aku Pulang

Setelah pikiran tenang, kuambil ponsel dari tas selempang warna hitam. "Assalamu'alaikum, Vi." Suara ibu di seberang. "Wa'alaikumsalam, Bu. Kapan aku dan Shifa boleh pulang ke rumah, Ibu?" "Ya, Allah, Nduk. Kapanpun kamu boleh pulang. Tapi ... kamu enggak apa-apa, 'kan? Kenapa suaramu serak?" "Aku lagi diperjalanan ini, Bu. Mau jemput Shifa pulang sekolah." "Kamu ada masalah lagi sama Ilham." "Masalah yang sama. Nanti Ibu kabari aku ya, kapan Pak Nardi bisa jemput." "Iya, Nduk." "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Aku kembali melajukan motor ke arah sekolahnya Syifa. Dan berhenti sekali lagi saat dada dihempap sesak. Separah ini rasanya. Pantas saja sebagian istri yang dikhianati bisa sebrutal itu mengungkapkan kemarahannya. Mengamuk atau sekedar mencaci maki suami atau wan
Read more

Part 4b Ibu, Izinkan Aku Pulang

Aku menarik napas panjang. Pria ini memang keras kepala. Lebih baik aku segera pergi dari kamar kami. Namun, tarikan tangan membuatku terduduk di pangkuannya. Kami berpelukan sesaat.   "Maaf, jika Mas terlena selama ini. Karena sering bertemu dan kerja bersama, membuat peluang kedekatan kami makin besar."   "Apa yang kalian lakukan jika keluar kota? Sekedar berciuman atau mungkin ... sudah bercinta?"   Mas Ilham terkejut dengan pertanyaanku baru saja. Kulepaskan tangannya yang melingkar di pinggang. "Enggak usah dijawab Mas. Melihat cara kalian berinteraksi saja sudah membuatku sesak napas."   "Mas tidak pernah melakukan apapun dengannya."   Apa berpelukan di rumah sakit waktu itu bukan apa-apa? Itu yang terlihat, bagaimana dengan yang tidak tampak. Tiba-tiba saja aku muak. Namun, aku membiarkannya memelukku sekali lagi.   Ku jinjitkan kaki untuk mencium pipi
Read more

Part 5a Bidadariku yang Terluka

POV Ilham    Aku masuk rumah yang telah kehilangan mahkota. Sepi dan terasa asing ketika duduk di salah satu sudutnya.   Hari ini seperti mimpi. Kesabaran Vi telah sampai pada batasnya. Dia benar-benar pergi bersama bidadari kecil kami. Vi menciptakan jurang yang dalamnya tidak terjangkau. Ini jurang, bukan lagi tembok penghalang yang masih bisa ku robohkan.   Tidak ada lagi celoteh suara Syifa. Gadis kecil yang mewarisi kecantikan ibunya, yang enggan berdekatan dengan papanya sendiri.   Aku melangkah gontai masuk ke kamar. Tidur terlentang menghadap plafon. Di atas sana seolah penuh bayangan kebersamaan kami lima tahun ini.    Namanya, Vi Ananda.   Gadis cantik yang ku kenal saat magang di kantor tempatku bekerja. Matanya yang bening dengan iris mata cokelat memikat. Jujur, aku terpesona pada pandangan pertama, di antara patah hati yang serpihannya
Read more

Part 5b Bidadariku yang Terluka

  POV Ilham    Sudah satu bulan ini aku tanpa Vi dan Syifa. Hening. Malam-malam pun membuatku terpuruk dan hampir tidak waras. Seluruh penjuru rumah ini masih ada jejak mereka. Suara-suara mereka bercanda riang yang tidak kupedulikan kala itu, kini merongrong menjadi kenangan yang memilukan dan menimbulkan penyesalan.   "Maafkan Papa, Sayang."   Dua hari yang lalu Mama datang untuk membersihkan rumah dan memasak untukku. Sedihnya, Mama tidak juga mau bicara banyak. Mereka semua kecewa dengan ketotolanku.   Pagi itu setelah rapi berpakaian, kuhubungi Vi. Seperti biasanya Syifa yang menerima panggilan.   "Halo, Assalamualaikum."   "Waalaikumsalam, Sayang," sapaku setelah panggilan diterima.   "Iya, Pa. Syifa masih sarapan, belum berangkat ke sekolah."   "Hmm, lauknya apa? Kayaknya enak, ya?" &n
Read more

Part 6a Kehilangan

Part 6 Kehilangan   Dua minggu ini aku sudah bisa beradaptasi dengan keadaan. Setelah terpuruk tanpa daya lebih dari seminggu setelah kepulanganku ke rumah Ibu. Syifa tidak begitu terpengaruh, di sini dia memiliki banyak teman bermain.   Aku mulai beraktivitas di toko dan merekap pesanan. Alhamdulillah, toko roti dan kue yang dirintis Ibu sejak aku umur sepuluh tahun berkembang sangat pesat.    Ini hiburanku yang lain, selain mengurus Syifa.   "Vi, ada telepon dari Ilham," kata Ibu sambil mengantar ponselku yang tertinggal di depan TV.   Setelah Ibu keluar, kuletakkan ponsel di nakas. Syifa sudah tidur, biasanya Syifa yang menerima panggilan dari papanya.   Ponsel kembali bergetar untuk yang ketiga kalinya, tetap kubiarkan. Aku belum sanggup bicara apa pun dengan Mas Ilham.    Dalamnya cinta yang bersemayam membuatku tak berdaya
Read more

Part 6b Kehilangan

 Part 6 Kehilangan "Mbak, ada Mas yang mau pesan kue," kata Sarti, salah satu karyawan yang jaga toko. Sesaat setelah Miya pamitan. "Oh, ya? Siapa?" tanyaku penasaran. "Orangnya masih di depan." Aku segera berdiri, mengambil nota catatan, dan melangkah keluar. Di depan Toko ada Bre yang masih berseragam guru, duduk di kursi biasa digunakan oleh para pembeli menunggu pesanan atau sengaja makan kue dan minum di sana. "Assalamu'alaikum," sapaku. Pria itu menoleh dan tersenyum. "Wa'alaikumsalam." "Rupanya bos muda yang akan melayaniku," ujarnya. "Mas, bisa aja. Oh ya, mau pesan apa?" "Mau pesan 250 kotak kue untuk acara di rumah Tanteku." "Yang isi berapa Mas? Tiga atau empat. Misalnya satu kotak isi tiga kue basah dan satu camilan. Atau dua kue basah dan satu camilan
Read more
DMCA.com Protection Status