"Setelah urusan di sini selesai, aku akan segera kembali." Frada terpaksa melanggar ucapannya sendiri kala mendengar sahabat lamanya menderita lenyakit langka dan itu disebabkan oleh dirinya. Belum lagi pertemuannya dengan Noval Adriansyah, cinta pertamanya kian membuat hatinya terbelenggu. Terlebih, keluarga lamanya malah membuat masalah dengannya. Frada yang awalnya berencana memaafkan dan membiarkan keluarga itu, berubah haluan. Frada akan balas dendam kepada mereka yang menyakitinya dulu.
Lihat lebih banyak“Dasar pembunuh! Kau membunuh anakku! Sialan! Akan kubunuh kau!” teriakan beserta lemparan benda-benda kearah remaja itu tak juga surut. Perempuan bengis itu sama sekali tak memperlihatkan tanda-tanda kewarasan hingga masuk akal apabila anak yang sedari tadi diamuknya akan meregang nyawa di tangannya.
“Ma … aku nggak. Maaf, Ma. sakit!” mohon seorang gadis remaja. Ia menangis. Sesenggukan. Dari tadi terus mengemis meminta sang mama untuk berhenti. “Pa, Rada nggak salah … Rada minta maaf.” Mencoba meminta pertolongan pada sang ayah, lelaki yang disebutkan hanya melengos acuh.Begitupun dengan orang-orang yang berdiri di sana. mereka hanya diam. Mengamati dan mungkin … menikmati.Air mata Farada kian keluar banyak kala kini ibunya tengah mengayunkan cambuk kepadanya.Buk!Terjingkat. Frada bangun dari tidurnya. Mimpi buruk itu lagi. Tanpa sadar tangannya menggerayangi betis. Sudah tak ada luka namun tetap saja sakitnya masih membekas.Diraihnya segelas air putih di samping tempat tidur, tangan Frada mengulur menggapai lampu kamar. Cahaya temaram melingkupi. Frada mengambil ponselnya yang tergeletak. Mengotak-atiknya sebentar sebelum sebuah suara terdengar dari sana.“Halo, Mbak? Mbak Frada mimpi buruk lagi, ya? Mau simbok nyanyikan lagu nina bobo? Tapi sebelum itu, Mbak Frada harus berdo’a dulu, supaya setannya nggak kembali.”Frada meringis. Rasanya ia sungguh merindukan si pemilki suara ini. Sayangnya, ia sudah tak mungkin akan bertemu di dunia ini lagi. Karena si empu yang tengah menyanyikan lagu tidur itu, telah bersemayam pada sisi tuhan.Suara itu hanyalah rekaman yang Frada ambil sejak tujuh tahun lalu. Saat ia masih di Indonesia. Ketika ia tengah terpuruk di keluarga bengis itu.Indonesia.Frada berjanji untuk tidak akan kembali ke Negara itu. Tempat di mana ia dilahirkan dan menghabiskan masa kecil dengan penuh kemalangan. Bahkan mungkin nyaris seperti kematian. Namun kini, Frada harus melanggar janji itu. Karena pembukaan butiknya tengah menghadapi masalah, hingga ialah yang harus turun tangan. Tidak, sebenarnya bisa diwakilkan oleh seseorang yang dipercayainya. Hanya saja, orang itu mendadak ada urusan dan terpaksa ia yang harus pergi ke sana. Seorang diri. Kembali menghadapi traumanya.Shit!Frada meremas ponsel. Fakta bahwa ia akan segera terbang ke Indonesia esok hari, membuat mimpi-mimpi buruk itu terus bergentayangan pada malam-malamnya.“Mbak, Frada? Mbak Frada sudah tidur? Kalau begitu simbok pamit mau tidur juga, ya, Mbak. Semoga Mbak Frada mimpi indah. Dan hari esok Mbak Frada juga semakin indah.”Itu adalah suara terakhir dari voice recorder ponselnya. Entah sudah berapa kali Frada mengganti handphone namun tetap menyimpan memori yang sama. Suara itu adalah satu-satunya kenangan tentang orang yang disayanginya yang ia bawa hingga kini. Dan menjadi penenang ketika mimpi buruk menghantui. Sementara yang lain, Frada sudah tak memilki.Segala masalalunya sudah ia buang. Mengganti identitas dan berjuang bertahan di Negara orang seorang diri tanpa keluarga yang mencampakkannya. Frada senang? Tentu. Di sini ia mendapat kehidupan baru. Tanpa harus ada penyiksaan dari orang yang berkedok ibunya. Ia telah memiliki harta dan status. Jaringan perteman kelas atas juga keluarga lain yang mau menganggapnya anak.Frada menyukai itu. Sungguh. Meski kenangan tentang simbok dan teman-teman baiknya harus ikut ia korbankan. Namun tak masalah. Di sini, di Paris ini, Frada mendapatkan gantinya.***“Fafa, I’m really sorry.” Seorang gadis berambut cokelat terang memeluk Frada erat. Seperti enggan membiarkan teman baiknya untuk kembali ke Negara yang membuat kenangan buruk itu.“Sudah kukatakan berkali-kali, ini bukan salahmu, Ghina. Memang siapa yang akan memperkirakan bila Steve menikah semendadak ini. Dan juga pergi berbulan madu selama itu.”“Ck, si pemalas itu! Seharusnya aku melarangnya tidur dengan pacarnya. Sekarang, malah kamu harus pergi sendiri,” dengkusnya jengkel. Apabila mengingat kejadian itu, Ghina merasa dipermainkan. Kakaknya yang katanya akan menikah tahun depan tiba-tiba meminta keluarganya untuk menyipakan acara pernikahan dalam waktu dua minggu. Katanya, Kate—pacarnya—tengah hamil satu bulan. Dan itu membuatnya harus bekerja di kantor keluarganya untuk menggantikan Steve yang absen karena bulan madu dan sekalian babymoon. Sialan memang!Frada menggeleng saja. Melihat tingkah Ghina yang seperti menahan amukan itu membuatnya geli. Well, perempuan itu memiliki wajah yang manis. Jadi seperti tak begitu cocok ketika sok-sok akan mengamuk.Frada berdiri. Membereskan barang-barang yang telah ia persiapkan ke dalam koper. “Fafa, are you really okay? Jika tidak, kita bisa menunda waktunya sampai Steve dan Kate kembali dan aku bisa mewakilimu ke Indonesia.”Ghina tak begitu fasih mengucapkan huruf R. Jadinya dia memanggil Frada dengan sebutan Fafa. Itu lebih nyaman bagi lidahnya.Frada menggeleng. Menolak gagasan Ghina yang satu itu. “Tidak bisa, Ghina. Beberapa artikel sudah menulis tentang kembalinya aku ke Indonesia. Dan itu menyebabkan peningkatan pemesanan di sana. Aku tidak mungkin mengabaikan itu, orang-orang yang ingin memakai jasaku itu orang yang cukup berpengaruh.”“Apa anak presiden?”“Ya, salah satunya.”Ghina berdecak. Makanya sahabatnya itu tak bisa menolak. Anak presiden itu tentunya sponsor besar bagi usaha Frada. Terlepas dari masalah serius yang harus di tangani Frada di sana, tapi dengan pemesanan yang spektakuler, gadis itu haruslah pulang.“Tapi, bagaimana jika kamu tak sengaja bertemu dengan keluargamu?”Frada menghentikan pergerakannya mendengar pertanyaan yang dilempar Ghina. Melebarkan senyum iblis, “aku sudah tidak memiliki keluarga di sana. Namun jika aku bertemu dengan orang-orang yang mengaku sebagai keluargaku, tentunya aku harus menyambutnya, bukan?”Ghina mengangguk-angguk semangat. benar. Itulah sahabatnya. Sejak pertama kali bertemu sampai sekarang, Frada sudah mengalami banyak perubahan. Salah satunya wanita itu kini berubah bengis. Dia adalah perempuan yang sudah tidak mengenal penindasan. Jika ada orang lain yang berusaha menindasnya, maka Ghina akan menyiapkan popcorn karena sahabatnya pasti akan membuatkan panggung pertunjukkan untuk orang itu.“Aku akan menunggu teaternya,” katanya senang.Mendengkus, “aku tak ingin membuat panggung di negaraku sendiri. Kalau bisa.”"Arkana Hardiyantara, saya tidak tahu kalian memiliki sejarah yang lebih gelap." Frada menundukkan kepalanya. Kepalanya menunduk. Suara berat Noval nyatanya seperti melodi yang mengusik telinganya. Tangannya menggenggam erat mug gelas. Sekuat tenaga, Frada tidak mengluarkan air mata setelah menceritakan segalanya kepada Noval. Tentangnya masalalunya bersama si bejat Arkana. "Istirahat di sini, sebentar lagi Yumna akan--""Frada, apa yang terjadi!" Belum sempat Noval mengakhiri perkataannya, Yumna sudah masuk dan berteriak heboh. "Dia sudah berada di sini." Noval lantas menuju keluar. Membiarkan Yumna dan Frada saling berpelukan dan menguatkan. Ia keluar. Tepat di depan pintu, seorang bermata hijau sudah menungguinya. Matanya menjadi menajam. "Kau menemuinya lebih cepat dari dugaan." Noval terus bergerak berjalan. Menuju ke atas sofa yang letaknya tak jauh dari mereka."Tentu saja. Ini kesempatan langka kau memperbolehkanku untuk berdekatan dengannya."Noval memdengkus acuh. Jika
Menangis. Sama ketika bertemu dengan Frada pertama kali, respon tubuhnyapun begini. Rasa sesak dan kesedihan menyeruak menjadi satu. Terlebih amarah juga perlahan-lahan menyembul kala ia melihat warna hijau pada bola mata itu.Siapa lelaki ini?Yumna tak pernah ingat ia memiliki teman bule. Dalam catatannya tak tertulis hal macam itu. Apa pria ini juga berasal dari masalalunya? Eksistensi yang sudah lama ia lupakan? "Jangan menangis. Aku tak pernah bermaksud apapun." Pria itu tegang. Manik hijaunya bergulir menatap sekitar seolah meminta bantuan. Tubuhnya maku nyaris memeluk Yumna seandainya gadis itu tidak mundur dan mencegah interaksi mereka. 'Yumna harus menguasai diri. Yumna tidak boleh terlihat lemah. Yumna ... adalah wanita pemberani.'Ia berusaha mengulang kalimat itu dalam hatinya. Sebuah mantra yang berulang kali secara ajaib menenangkannya. Dan begitupun saat ini. Ia mulai santai kala menatap mata hijau pria asing it
Arkana Hardiyantara adalah momok terbesar dalam hidup Frada. Bahkan kengerian lelaki itu melebihi ibunya sendiri. Larasati Hardiyantara. Frada merasakan seluruh tubuhnya meremang. Merinding bukan main ketika mendapati Arkana sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Frada meloncat dari atas ranjang. Membuka pintu dan lari menuju bawah. meminta pertolongan pada siapapun.Semoga Yumna belum jauh. Semoga pengawal Noval masih ada di depan. Semoga dan semoga. Hanya saja, belum sempat Frada menginjakkan kakinya di lantai bawah, Arkana berhasil menarik tangannya kembali ke atas. Ia berusaha menolak dan berteriak sekeras-kerasnya. Namun Arkana malah hanya tertawa tak berdosa."Untuk apa kau berteriak seperti itu? Meminta pertolongan pada orang-orang bodoh di depan?" Lelaki itu mendengkus malas. "Lakukan saja. Mereka sudah kubuat pingsan."Frada dilempar oleh Arkana begitu merek tiba di lantai dua. Kamar Frada. Gadis itu menvoba merangkak menjauh. Kali ini targetnya adalah balkon. Ia tak mau be
Melani Bianca Maheswara.Maheswara. Sebuah nama keluarga yang dulu selalu dielu-elukan oleh Larasati. berharap apabila salah satu kakaknya dapat bersanding dengan keturunan perempuan keluarga konglomerat itu. Ak seperti Hardiyantara mauoun Ardiansyah--keluarga Noval dan Yumna. Maheswara berada di level berbeda. mereka berada di puncak bersama dua keluarga lainnya yang begitu dihormati dan disegani.Frada baru pertama kali bertemu dengan salah seorang dari mereka. itupun karena statusnya yang merupakan teman dari adik tunangan Melani Bianca Maheswara.Haruskan Frada senang dan menunuduk hormat pada Melani? Alih-alih memendam kecemburuan dan hanya tersenyum kikuk di depan wanita berkuasa itu."Aku ingat tudak memiliki janji denganmu. Mengapa kau bisa ada di depanku?" tanya Noval.Melani mendengkus sinis. "Memangnya bertemu dengan tunangan harus membutuhkan janji?"Noval memilih bungkam. sementara Melani nampak tersenyum angkuh. Lantas tatapan matanya jatuh pada Yumna. Matanya mengerlin
Frada tidak yakin bagaimana mediasi tadi berjalan. Yang jelas, sekarang surat perjanjian perdamaian antara durinya dan juga Larasati Hardiyantara sudah sama-sama ditandatangi. Dalam persidangan tadi, Yumna bisa merasakan tatapan menghunus mantan ibu tirinya.Ya, mantan. Frada secara khusus meminta untuk mengubah identitas Frada dan mencabut semua hak keluarga Hardiyantara atas dirinya. sebab sekalipun dia sudah lama diusir, nama Frada masih berada dalam kartu keluarga itu."Kalian sudah melakukannya dengan baik." Entah sejak kapan Noval Adriyansyah berada di antara dia dan Yumna. Bahkan tidak hanya dia yang kaget, Yumna pun menampakkan raut terkejut."Kakak kenapa ke sini?" Yumna nampak tak terima.*Hanya ingin menjemput kalian. apa salah?" "Salah! Salah besar! Aku ingin mengajak Frada jalan-jalan habis ini. Kakak kan pasti punya banyak kerjaan di kantor, kan? udah cepet sana balik!"seperti biasa, Yumna menolak keberadaan kakaknya itu. padahal tidak ada salahnya Noval berada di sin
Setelah sampai di pengadilan, Frada bisa melihat banyaknya wartawan yang berjejer apih menunggunya. Para pencari berita itu berdesak-desakan ingin mengorek info dan mengambil gambarnya. Frada bahkan bisa melihat dibeberapa tempat ada beberapa yang sedang live siaran.Helaan napas lelah terdengar samping. Tunggu, bukankah seharusnya Frada yang melakukan itu? mengapa kini malah Yumna yang terlihat capai melihat banyaknya media yang menunggu turunnya mereka.“Sekarang aku bisa mengerti perasaan para selebriti yang tertekan dengan kehadiran para wartawan sialan itu.”“Yumna, jangan berbicara kasar,” tegur Frada.Tapi Yumna malah memasang wajah innocent tak berdosa. “Aku tidak.”“Sudahlah.” Frada hanya menghela napas lelah dan membiarkan Yumna. Kini jantungnya tengah berlompat ria. Berulang kali ia mencoba meyakinkan diri bahwa orang-orang yang akan ia temui bukanlah siapa-siapa. Mereka bukan lagi bagian dari Frada bahkan terkecil sekalipun.
Frada mengecek penampilannya sekali lagi. memastikan jika tidak ada yang kurang darinya. Baik itu tentang make up apalagi baju. Semuanya harus tertata dengan paripurna. “Rada, kamu tahu semua orang sudah menunggumu di bawah! Kenapa lama sekali?” Yumna membuka pintu. Ekspresi kesal bercampur jengkel terpasang nyata pada wajah manisnya. Bagaimana tidak? Frada sudah ditunggu oleh beberapa orang. dan gadis itu di sini hanya memandangi cermin saja. tidak tahu waktu sama sekali!Frada terkekeh. Tidak merasa bersalah sama sekali. Tangannya mengulur ke ranjang. Mengambil tas dan ponsel yang sudah ia siapkan sedari tadi. “Aku hanya ingin memastikan bahwa aku cantik hari ini.”Jawaban ringan itu bersambut lirikan sinis dari Yumna. Tapi Frada tidak memerdulikan. Ia bahkan dengan enteng menggandeng leher Yumna. Sahabatnya itu memang memiliki tubuh lebih pendek darinya. Hingga Frada dengan leluasa bisa memiting lehernya seperti ini.“Rada, kau mau m
Seorang pria berperawakan khas ras kaukasia, terlihat keluar dari bandara diikuti oleh beberapa orang bertubuh tegap juga berbaju hitam. Hal itu tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ada di sana. Bukan hanya karena penampilan mereka yang mencolok, salah satu dari mereka juga merupakan seseorang yang sangat diminati gadis seantero negeri atau mungkin dunia.Rai Reifansyah Alexander.Anak sulung dari keluarga Alexander sekaligus pemimpin dari beberapa anak cabang perusahaan keluarganya itu nampak gagah dengan setelan semi formalnya. Untuk pertama kalinya dari beberapa tahun lalu, lelaki bermata hijau itu kembali pulang.Langkahnya terhenti kala mendapati seseorang yang dikenalnya sudah menyambut tepat di depannya.‘See? Bukankah itu sesuatu yang sangat janggal?’ batinnya bergumam.Namun tetap saja, ia tetap melangkah menuju orang itu. Seorang pria yang beberapa tahun lalu dengan arogannya menyuruhnya untuk mengakhir
“Kenapa kamu mau-mau saja menyanggupi kemauan Kak Lisa dan Kak Noval. Jika kamu bahkan bisa memerkirakan kejadian seperti ini akan terjadi?”Frada hanya menghela napas. Menolak menjawab pertanyaan Yumna dengan nada memekik syock.Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Bahkan perihal kepergian Frada dan alasannya—secara garis besar, Yumna sudah mengetahuinya.Kepergian Frada dari Indonesia itu sesuatu yang cukup bagus sebagai langkah awalanya. Sekalipun berat, setidaknya itu lebih baik dari pada lingkungan toxic yang hanya menyakitinya.Yumna tahu jika keadaan keluarga Hardiyantara dengan Frada sendiri itu adalah sesuatu yang buruk. Tapi Yumna tak memerkirakan jika sampai di tahap di mana seseorang mungkin jauh lebih mudah untuk mati.Yumna merentangkan tangannya dan memeluk Frada erat. “Pasti berat ya selama ini?”Frada hanya meletakkan dagunya dengan tenang di atas pundak Yumna. Aroma manis d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen