“Jadi kamu sudah kembali?” Noval menyapa.
Semuanya seketika hening. Bagi mereka, Noval adalah salah satu orang yang sangat jarang mengeluarkan kalimat sapaan. Frada segera mengangguk. dia mendengar helaan napas dari lelaki itu. lalu matanya menelisik Noval dengan seksama. Apakah lelaki tidak suka melihatnya? Mungkinkah lelaki itu marah padanya?“Mari kita bicara sebentar. Hanya kamu dan saya.”Noval melirik Yumna. adiknya jelas mengajukan sirat mata yang tak setuju. Namun Noval mengabaikannya. Sepertinya ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan perempuan itu.“Kakak mau ngajak Rada kemana?”“Apa kamu mengenalnya, Yumna?”Noval membalikkan pertanyaan yang diajukan oleh adiknya. Yumna jelas jengkel setengah mati. Kalimat itu malah seperti mengejeknya. Tentang ingatannya yang sudah tak normal selama beberapa tahun ini.“Nggak. Tapi kata Kak Lisa dan suaminya, dia adalah teman dekatku. Dulu.”“Dan itu hanya dulu. Dia bahkan tidak pernah menghubungimu kembali, kan?”Frada meremas jemarinya. Kata yang Noval ajukan itu mengorek harga dirinya. Benar bahwa ia tak pernah menghubungi Yumna. bukannya tak bisa. Ia hanya tak ingin rasa bersalah yang bercokol di hatinya membludak tak tertahankan.“Tak bisa menjawab? Maka biarkan Kakak membawanya. Hanya sebentar.”Yumna merasa kalah. Tapi apa yang diujarkan oleh Noval itu ada benarnya. Jika memang Frada sahabatnya, seharusnya perempuan itu menghubunginya. Era sekarang banyak social media yang bertumbuh. Lantas mengapa Frada sama sekali tidak melakukan itu?Frada berdiri. Ia menatap Noval tajam. Namun dengan rasa rindu yang masih saja muncul dengan tidak tahu malunya. Gadis itu mengikuti Noval menuju satu ruangan bertuliskan ruangan manajer. Frada tak mengerti, mengapa ia dibawa ke sini? Dan bagaimana Noval bisa memiliki otoritas untuk memakai tempat ini?“Apa kita diizinkan untuk memakai ruangan ini, Kak?”Noval sudah menyamankan dirinya di atas kursi. Sedangkan Frada menyusul duduk tepat di depan lelaki itu. Ada satu meja yang menjadi pembatas antara mereka. sepertinya ini memang tempat yang dijadikan untuk menerima tamu.“Kamu tenang saja. Tidak ada yang bisa menolak keinginan saya untuk menggunakan ruangan ini,” sahut Noval percaya diri.Frada jadi rsikan, apa mungkin Noval adalah pemilik café sampai-sampai ruangan manajer dapat disentuh seenaknya tanpa ada orang yang berani menegur?Yah, bisa saja. Mengingat Noval adalah seorang pengusaha. Mungkin tempat ini adalah salah satu bagian dari usahanya.“Kita langsung saja pada pokok pembicaraan. Kenapa kamu kembali ke Indonesia? Saya sudah menyelidiki tentang keluargamu. Saya tahu jika keluargamu mengusirmu dan membuangmu ke luar negeri. Sayangnya saya tidak memberitahukan pada Yumna karena adik saya pasti akan memaksa untuk mencarimu.”Tak mengherankan memang jika Noval bisa mengetahuinya. Keluarga Adriansyah jelas lebih berpengaruh dari keluarga yang telah membuangnya dulu.Frada menarik ujung bibir ke atas. “Maaf jika kehadiran saya kembali ke sini akan membuat kakak tidak nyaman. Saya hanya sedang melakukan sebuah pekerjaan di sini dan akan langsung kembali ke Paris jika pekerjaan saya sudah selesai.”Noval memejamkan mata sejenak sebelum menyugar rambutnya yang rapih. Bolehkah Frada mengatakan jika apa yang dilakukan lelaki barusan itu seksi? Hingga membuat Frada meneguk ludah tanpa sadar. “Saya bertanya begitu bukan berarti saya tidak suka dengan kehadiran kamu kembali ke sini. Saya mengerti kenapa kamu meninggalkan adik saya tanpa ucapan apa-apa itu juga bukan keinginan kamu. Saya hanya … tidak tahu harus bagaimana.”Noval terlihat bingung. Wajah dinginnya tenggelam dalam keraguan. Frada hanya diam dengan hati yang masih berdesir.Akhirnya, Noval menghela napas panjang. Dia sepertinya sudah memutuskan sesuatu. “Kamu tahu kan jika kedaan Yumna sedang tidak baik-baik saja?”Frada mengangguk lesu. “Saya tidak mengira jika Yumna akan menderita penyakit langka semacam itu.”“Dokter mengatakan jika itu adalah akibat dari rasa duka karena kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Kamu pasti masih mengingat Afandhi Sulaiman.”Frada mengangguk. itu adalah nama kekasih Yumna sewaktu SMP yang meninggalkan dalam keadaan tragis. “Semua mungkin berawal dari sana,” lanjut Noval memberikan penjelasan.Frada terhenyak. Jika itu dimulai dari Affandi, bukankah saat itu Frada masih di sisinya?“Kehilangan Afandi adalah hal permulaan. Lalu disusul olehmu dan juga … Rai.”Rai. Nama itu kembali disebut. Padahal setahu Frada orang di depannya ini tak pernah suka dengan pemilik nama itu. Kekasih Yumna saat masih duduk di bangku SMA.“Satu bulan setelah pengunguman kamu pindah sekolah, Yumna juga mendengar kabar bahwa Rai sudah terbang ke luar negeri untuk bersekolah sekaligus membangun bisnis. Tepat satu tahun setelah kepergianmu dan Rai yang mendadak, Yumna mulai melupakan kalian. Bertahap. Bahkan sampai kenangan-kenangan yang kamu dan Rai tinggalkan. Yumna tak mengenali semuanya. Saat saya memeriksakan kondisi Yumna, dokter tak tahu itu penyakit apa. Karena baru kali ini melihatnya.”“Lalu menurut seorang psikolog kenalan saya, bisa saja kondisi Yumna saat ini adalah karena kehilangan kalian semua di saat yang hampir bersamaan. Apalagi, ia juga belum bisa melepaskan kepergian Afandi dengan baik. jadinya semua memburuk seperti itu.”Penjelasan Noval membuat Frada terhenyak. Sesaat, ia mengutuki dirinya yang masih sempatnya berdebar karena Noval yang sedang serius.“Kak Lisa meminta bantuan saya untuk membantu pemulihan Yumna. Namun … apakah itu mungkin?”Noval menggeleng. “Saya tak yakin. Tapi saya akan segera menghubungi teman saya. Bisa jadi, mungkin ini adalah salah satu kesempatan untuk Yumna bisa pulih kembali.”Kata-kata Noval mengandung harapan. Seorang kakak yang cemas dengan adiknya bertahun-tahun akhirnya menemukan solusi. Rongga dadanya akhirnya bisa terisi dengan udara segar.“Frada, jika itu memungkinkan, maukah kamu membantu adik saya? Saya akan memberikan semua yang kamu inginkan. Saya mohon.”Seorang Noval yang dikenal angkuh memohon? Itu adalah hal yang langka.Frada mengerjap. Tak mengerti harus merespon bagaimana. Rencananya ia akan menetap di negeri ini hanya sampai ia menyelesaikan design baju dari klien yang menurutnya penting. Lebih dari itu, Frada berpikir ulang. Ia takut jika harus bertemu dengan orang-orang yang menyakitinya dulu. Ia takut jika traumanya akan terualng kembali.Ah, apa yang ia pikirkan? Frada menghela napas. Sekarang bukan saatnya untuk mencemaskan itu. masalalunya yang kelam, biarlah itu menjadi masalalu. Toh dia juga sudah bisa membalas apabila orang-orang itu ingin menyakitinya. Ingat, dirinya yang sekarang tidak seperti Frada tujuh tahun silam. Semuanya telah berubah.Akhirnya, Frada memilih mengangguk. “Saya akan membantu Yumna untuk memulihkan kesehatannya.”Noval menarik senyuman. Sangat menawan hingga Frada lupa untuk berkedip. Lalu jantungnya bertingkah. Hm, sepertinya perasaan yang sudah lama ia lupakan, kembali menyapa. Cinta yang Frada kira telah using, mungkin telah beregenerasi kembali. Sial. Sekarang, Frada harus apa? Bagaimana ia akan bertahan dengan perasaan yang berkecamuk ini?“Terimakasih. Saya akan jamin, saya akan memberikan apapun yang kamu inginkan.”“Tak perlu. Saya hanya ingin membantu Yum—“Kalimat Frada terpotong dengan ponselnya yang berdering nyaring. Ia mengernyit kala mendapati panggilan dari temannya di Paris. Ghina. Perempuan itu katanya akan menelpon nanti malam karena ada banyak pekerjaan. Kenapa tiba-tiba menghubungi?“Halo—““Fafa, kamu harus lihat berita sekarang! Bedebah-bedebah itu menulis berita tentangmu!”Mendengar itu, Frada lantas mengalihkan layar ponsel menuju g****e. Mengetik namanya dan kata trending sudah bersemayam dai bawah namanya.Ada satu judul artikel yang mengambil atensinya.{Nyonya Hardiyantara Mengkonfirmasi Bahwa Designer Berbakat Asal Paris, Frada Adelia, Adalah Putri Haram Dari Suaminya.}Frada menyeringai. Baru saja ia tiba dan orang-orang itu dengan cepat menyerangnya. Yeah, sepertinya benar kata Ghina. Frada akan membuat panggung untuk mereka.Frada meremas ponselnya. Bibirnya menciptakan seringai. Nampak buas sekaligus menawan. Kemarahan Frada tiba-tiba hadir. Nyonya keluarga Hardiyantara. Wanita dulu yang pernah Frada sebut sebagai mama. Namun sama sekali tak mempunyai sifat dan sikap yang mencermikan seorang ibu. “Apa ada masalah?” tanya Noval setelah ia puas mempethatikan saja. Respon Frada yang seperti itu telihat mengerikan dan membuatnya penasaran. Frada mengalihkan perhatiannya pada Noval. Ia baru saja tersadar jika masih di ruangan yang sama dengan lelaki itu. Frada mengganti seringainya menjadi senyuman sungkan. Ia telah bertingkah kurang sopan.“Tidak. Hanya sebuah masalah kecil.” “Jika saya bisa membantu masalah itu, saya akan dengan senang hati membantunya.” Frada tercenung sejenak. Noval tiba-tiba menawarkan bantuan. Keningnya sedikit berlipat. Curiga. “Apakah Anda mengetahui masalah apa itu sehingga mau untuk membantu?” Noval m
“Aku sudah melihat beritanya,” ujar Yumna. menyesap Americano dingin miliknya. Matanya menelisik Frada dalam. Gadis yang baru saja datang kembali ke Indonesia itu memasang wajah datar dan cenderung tak peduli. “Apakah kamu memang memiliki hubungan yang buruk dengan keluargamu?” Frada menghela napas dalam. Dia meletakkan Moccacino miliknya ke atas meja. Menyandarkan punggung pada dahan kursi, matanya mengedar sekitar di café ini. café terakhir di mana Frada berkunjung dengan Yumna. Tepatnya dua hari yang lalu. “Rada?” tanya Yumna kembali. seperti sudah tak sabar mendengar jawabn orang yang katanya sahabatnya ini. “Seperti itulah.” Frada memasang wajah datar. Apalagi ketika mendapati beberapa tatapan yang mengarah aneh padanya. Tentu saja, wajahnya sudah menjadi trending selama beberapa hari negeri ini. Sudah tak terhitung banyaknya berita yang bermunculan selama dua hari ini. bahkan infotaimen di televise pun juga turut memberitak
“Ma, kamu sadar apa yang kamu lakuin?!”Yudhistira Hardiyantara berteriak keras pada istrinya. Wajahnya merah padam dengan mata yang memicing tajam. Menatap Larasati dengan sorot penuh amarah.Larasati hanya bergeming. Dia sama sekali tidak merespon suaminya. Telinganya seketika menjadi tuli dan matanya hanya fokus pada layar televise di depannya.Yudhistira mengembuskan napas dengan kasar. Terdengar keras seolah memberitahukan pada dunia jika dirinya kini tengah tengah tidak bercanda.“Ma, kamu tahu apa yang kamu lakukan itu bisa merusak bisnis yang sudah kubangun dari nol. Kenapa kamu tidak bisa duduk diam dengan manis dan beremu dengan perempuan-perempuan sosialita itu?!”Larasati berdecak. Sungguh, Yudhistira saat ini benar-benar menyebalkan. “Aku sudah tidak mau berkumpul dengan orang-orang rendahan itu.”“Orang rendahan katamu?”Mata Yudhisti
“Amazing. Wow. Kamu memanfaatkan media dengan baik. bahkan, hei, lihat komentar-komentar di setiap video maupun artikel yang mengaitkan tentang dirimu. Isinya nyaris semuanya bagus semua. Kamu … benar-benar luar biasa, Fafa.”Frada bisa mendengar suara Ghina yang berdecak puas. Ia sudah memperkirakannya jika gadis itu pasti akan meresponnya demikian.Hal yang paling Ghina sukai ketika Frada melakukan pembalasan adalah, berbalik menyerang dengan menggunakan media sama yang telah digunakan musuh.“Tapi, Fa. Kamu mendapatkan dari mana orang-orang itu? Apakah kamu menyuap mereka?”Menyuap?Ayolah, Frada tak sepicik itu. meskipun ia bisa melakukannya namun jika bukan keadaan yang begitu mendesak, Frada tak akan menggunakan cara kotor hanya untuk menjalankan rencananya.“Tidak. Temanku meminjamkan mereka.”“Teman? Kamu masih mempunyai teman di sana?”G
Frada menoleh kea rah Yumna sekejap sebelum berjalan menuju balkon. Dia menghindari telinga sahabatnya itu. mengingat katanya Yumna tak ingin mendengar apapun tentang kakaknya. Dan Yumna tengah menerima telepon dari orang itu.“Iya, Kak. Yumna berada di sini,” jawan Frada setelah jantungnya tenang.“Syukurlah. Apakah kamu bisa membujuknya ntuk keluar dan pulang? Saya akan segera ke sana.”Frada malah gelagapan sendiri. Noval mau kemari? Tapi penampilan Frada saat ini sangat berantakan. Make up-nya sudah tidak terpasang di wajah dan dia juga telah mengenakan piyama.Namun ….Hei! Sadarlah Frada Adelia!Noval mau ke sini untuk menjemput adiknya! Untuk apa kamu ribut mengurusi penampilanmu yang tak akan digubris olehnya?!“Halo, Rada. Apakah kamu masih di sana?” tanya Noval setela lama tak mendengar jawaban darinya.“Ah … oh itu
“Nilai saham perusahaan sudah merosot sampai dua puluh persen, Tuan Muda.”Lelaki itu hanya menyeringai setelah mendengar laporan dari bawahannya. Memaikan lidah di dalam mulut, tatapan matanya yang tajam disertai dengan senyum bengis bak iblis, mampu membuat bulu kuduk orang-orang di sekitanya meremang.“Apakah ayahku sudah melakukan sesuatu?”“Sejauh ini beliau hanya berusaha menarik investor dan membereska masalah-masalah terkait isu masalalunya yang dikulik oleh media.”“Lelaki tua itu, sama sekali belum mau menyerah, ya?”Dasar.Padahal memiliki dua anak lelaki yang telah dewasa, mengapa tidak menyerahkan perusahaan kecil itu pada salah satu dari mereka? Ayahnya itu sudah tua. Rambutnya bahkan sebagian telah memutih. Seharusnya Yudhistira tahu kapan dia akan berhenti. Ck!Arkana Hardiyantara berdiri dari kursinya. Dia berjalan menuju jendela
“Siapa kau?” tanya salah satunya.“Ah, bukankah kau Tuan Muda Hardiyantara?” Arkana menoleh pada asal suara yang menyebutkan namanya.“Kau mengenalku?”“Ya. Ada urusan apa Anda datang kemari?”Arkan tak lekas menjawab, hanya mengamati dua orang yang masih saja berdiri menghadangnya. Padahal mereka tahu siapa dia, bukankah harusnya menyingkir dan memberinya jalan?“Adikku tinggal di sini. Aku hanya ingin menemuinya. Apa ada masalah?”“Tentu saja masalah. Anda ingin menemuinya di jam fajar seperti ini? Seperti yang dirumorkan, Anda benar-benar tak tau tata karma, Tuan Muda Arkana.”Satu suara datang menjawab pertanyaan yang tadi dia ajukan pada dua pengawal itu. mereka bertiga serontak menoleh dan menemukan Noval tengah berjalan menghampiri mereka.Kedua pengawal itu menunduk sejenak sebelum berjalan menja
Arkana Hardiantara.Noval mengejanya dalam keremangan. Perasaannya mendadak tak enak. Entah mengapa, Noval merasa kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.Mendengus, Noval merebahkan kembali punggunya ke atas sofa. Tubuhnya letih. Seharian penuh ia harus bekerja namun sekarang ia malah begadang sebab mencemaskan adiknya yang tertidur di tempat kurang aman.Huh….Noval tak bisa membiarkan apapun menyakiti Yumna. Tidak lagi. Ia tak akan kecolongan kembali. Sebisa mungkin, Noval akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjaga adiknya. Salah satu sumber kabahagiaannya.“Kak Noval, aku mendengar keributan tadi.”Noval menolehkan kepalanya. Frada turun mengenakan gaun tidur. Cukup seksi. Bahkan dalam keremangan inipun, entah mengapa lekuk tubuhnya cukup jelas di pancaindera. Tapi meskipun begitu, bagi Noval, Frada hanyalah anak seumuran adiknya. Tak akan bisa membangkitkan nafsunya.
"Arkana Hardiyantara, saya tidak tahu kalian memiliki sejarah yang lebih gelap." Frada menundukkan kepalanya. Kepalanya menunduk. Suara berat Noval nyatanya seperti melodi yang mengusik telinganya. Tangannya menggenggam erat mug gelas. Sekuat tenaga, Frada tidak mengluarkan air mata setelah menceritakan segalanya kepada Noval. Tentangnya masalalunya bersama si bejat Arkana. "Istirahat di sini, sebentar lagi Yumna akan--""Frada, apa yang terjadi!" Belum sempat Noval mengakhiri perkataannya, Yumna sudah masuk dan berteriak heboh. "Dia sudah berada di sini." Noval lantas menuju keluar. Membiarkan Yumna dan Frada saling berpelukan dan menguatkan. Ia keluar. Tepat di depan pintu, seorang bermata hijau sudah menungguinya. Matanya menjadi menajam. "Kau menemuinya lebih cepat dari dugaan." Noval terus bergerak berjalan. Menuju ke atas sofa yang letaknya tak jauh dari mereka."Tentu saja. Ini kesempatan langka kau memperbolehkanku untuk berdekatan dengannya."Noval memdengkus acuh. Jika
Menangis. Sama ketika bertemu dengan Frada pertama kali, respon tubuhnyapun begini. Rasa sesak dan kesedihan menyeruak menjadi satu. Terlebih amarah juga perlahan-lahan menyembul kala ia melihat warna hijau pada bola mata itu.Siapa lelaki ini?Yumna tak pernah ingat ia memiliki teman bule. Dalam catatannya tak tertulis hal macam itu. Apa pria ini juga berasal dari masalalunya? Eksistensi yang sudah lama ia lupakan? "Jangan menangis. Aku tak pernah bermaksud apapun." Pria itu tegang. Manik hijaunya bergulir menatap sekitar seolah meminta bantuan. Tubuhnya maku nyaris memeluk Yumna seandainya gadis itu tidak mundur dan mencegah interaksi mereka. 'Yumna harus menguasai diri. Yumna tidak boleh terlihat lemah. Yumna ... adalah wanita pemberani.'Ia berusaha mengulang kalimat itu dalam hatinya. Sebuah mantra yang berulang kali secara ajaib menenangkannya. Dan begitupun saat ini. Ia mulai santai kala menatap mata hijau pria asing it
Arkana Hardiyantara adalah momok terbesar dalam hidup Frada. Bahkan kengerian lelaki itu melebihi ibunya sendiri. Larasati Hardiyantara. Frada merasakan seluruh tubuhnya meremang. Merinding bukan main ketika mendapati Arkana sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Frada meloncat dari atas ranjang. Membuka pintu dan lari menuju bawah. meminta pertolongan pada siapapun.Semoga Yumna belum jauh. Semoga pengawal Noval masih ada di depan. Semoga dan semoga. Hanya saja, belum sempat Frada menginjakkan kakinya di lantai bawah, Arkana berhasil menarik tangannya kembali ke atas. Ia berusaha menolak dan berteriak sekeras-kerasnya. Namun Arkana malah hanya tertawa tak berdosa."Untuk apa kau berteriak seperti itu? Meminta pertolongan pada orang-orang bodoh di depan?" Lelaki itu mendengkus malas. "Lakukan saja. Mereka sudah kubuat pingsan."Frada dilempar oleh Arkana begitu merek tiba di lantai dua. Kamar Frada. Gadis itu menvoba merangkak menjauh. Kali ini targetnya adalah balkon. Ia tak mau be
Melani Bianca Maheswara.Maheswara. Sebuah nama keluarga yang dulu selalu dielu-elukan oleh Larasati. berharap apabila salah satu kakaknya dapat bersanding dengan keturunan perempuan keluarga konglomerat itu. Ak seperti Hardiyantara mauoun Ardiansyah--keluarga Noval dan Yumna. Maheswara berada di level berbeda. mereka berada di puncak bersama dua keluarga lainnya yang begitu dihormati dan disegani.Frada baru pertama kali bertemu dengan salah seorang dari mereka. itupun karena statusnya yang merupakan teman dari adik tunangan Melani Bianca Maheswara.Haruskan Frada senang dan menunuduk hormat pada Melani? Alih-alih memendam kecemburuan dan hanya tersenyum kikuk di depan wanita berkuasa itu."Aku ingat tudak memiliki janji denganmu. Mengapa kau bisa ada di depanku?" tanya Noval.Melani mendengkus sinis. "Memangnya bertemu dengan tunangan harus membutuhkan janji?"Noval memilih bungkam. sementara Melani nampak tersenyum angkuh. Lantas tatapan matanya jatuh pada Yumna. Matanya mengerlin
Frada tidak yakin bagaimana mediasi tadi berjalan. Yang jelas, sekarang surat perjanjian perdamaian antara durinya dan juga Larasati Hardiyantara sudah sama-sama ditandatangi. Dalam persidangan tadi, Yumna bisa merasakan tatapan menghunus mantan ibu tirinya.Ya, mantan. Frada secara khusus meminta untuk mengubah identitas Frada dan mencabut semua hak keluarga Hardiyantara atas dirinya. sebab sekalipun dia sudah lama diusir, nama Frada masih berada dalam kartu keluarga itu."Kalian sudah melakukannya dengan baik." Entah sejak kapan Noval Adriyansyah berada di antara dia dan Yumna. Bahkan tidak hanya dia yang kaget, Yumna pun menampakkan raut terkejut."Kakak kenapa ke sini?" Yumna nampak tak terima.*Hanya ingin menjemput kalian. apa salah?" "Salah! Salah besar! Aku ingin mengajak Frada jalan-jalan habis ini. Kakak kan pasti punya banyak kerjaan di kantor, kan? udah cepet sana balik!"seperti biasa, Yumna menolak keberadaan kakaknya itu. padahal tidak ada salahnya Noval berada di sin
Setelah sampai di pengadilan, Frada bisa melihat banyaknya wartawan yang berjejer apih menunggunya. Para pencari berita itu berdesak-desakan ingin mengorek info dan mengambil gambarnya. Frada bahkan bisa melihat dibeberapa tempat ada beberapa yang sedang live siaran.Helaan napas lelah terdengar samping. Tunggu, bukankah seharusnya Frada yang melakukan itu? mengapa kini malah Yumna yang terlihat capai melihat banyaknya media yang menunggu turunnya mereka.“Sekarang aku bisa mengerti perasaan para selebriti yang tertekan dengan kehadiran para wartawan sialan itu.”“Yumna, jangan berbicara kasar,” tegur Frada.Tapi Yumna malah memasang wajah innocent tak berdosa. “Aku tidak.”“Sudahlah.” Frada hanya menghela napas lelah dan membiarkan Yumna. Kini jantungnya tengah berlompat ria. Berulang kali ia mencoba meyakinkan diri bahwa orang-orang yang akan ia temui bukanlah siapa-siapa. Mereka bukan lagi bagian dari Frada bahkan terkecil sekalipun.
Frada mengecek penampilannya sekali lagi. memastikan jika tidak ada yang kurang darinya. Baik itu tentang make up apalagi baju. Semuanya harus tertata dengan paripurna. “Rada, kamu tahu semua orang sudah menunggumu di bawah! Kenapa lama sekali?” Yumna membuka pintu. Ekspresi kesal bercampur jengkel terpasang nyata pada wajah manisnya. Bagaimana tidak? Frada sudah ditunggu oleh beberapa orang. dan gadis itu di sini hanya memandangi cermin saja. tidak tahu waktu sama sekali!Frada terkekeh. Tidak merasa bersalah sama sekali. Tangannya mengulur ke ranjang. Mengambil tas dan ponsel yang sudah ia siapkan sedari tadi. “Aku hanya ingin memastikan bahwa aku cantik hari ini.”Jawaban ringan itu bersambut lirikan sinis dari Yumna. Tapi Frada tidak memerdulikan. Ia bahkan dengan enteng menggandeng leher Yumna. Sahabatnya itu memang memiliki tubuh lebih pendek darinya. Hingga Frada dengan leluasa bisa memiting lehernya seperti ini.“Rada, kau mau m
Seorang pria berperawakan khas ras kaukasia, terlihat keluar dari bandara diikuti oleh beberapa orang bertubuh tegap juga berbaju hitam. Hal itu tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ada di sana. Bukan hanya karena penampilan mereka yang mencolok, salah satu dari mereka juga merupakan seseorang yang sangat diminati gadis seantero negeri atau mungkin dunia.Rai Reifansyah Alexander.Anak sulung dari keluarga Alexander sekaligus pemimpin dari beberapa anak cabang perusahaan keluarganya itu nampak gagah dengan setelan semi formalnya. Untuk pertama kalinya dari beberapa tahun lalu, lelaki bermata hijau itu kembali pulang.Langkahnya terhenti kala mendapati seseorang yang dikenalnya sudah menyambut tepat di depannya.‘See? Bukankah itu sesuatu yang sangat janggal?’ batinnya bergumam.Namun tetap saja, ia tetap melangkah menuju orang itu. Seorang pria yang beberapa tahun lalu dengan arogannya menyuruhnya untuk mengakhir
“Kenapa kamu mau-mau saja menyanggupi kemauan Kak Lisa dan Kak Noval. Jika kamu bahkan bisa memerkirakan kejadian seperti ini akan terjadi?”Frada hanya menghela napas. Menolak menjawab pertanyaan Yumna dengan nada memekik syock.Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Bahkan perihal kepergian Frada dan alasannya—secara garis besar, Yumna sudah mengetahuinya.Kepergian Frada dari Indonesia itu sesuatu yang cukup bagus sebagai langkah awalanya. Sekalipun berat, setidaknya itu lebih baik dari pada lingkungan toxic yang hanya menyakitinya.Yumna tahu jika keadaan keluarga Hardiyantara dengan Frada sendiri itu adalah sesuatu yang buruk. Tapi Yumna tak memerkirakan jika sampai di tahap di mana seseorang mungkin jauh lebih mudah untuk mati.Yumna merentangkan tangannya dan memeluk Frada erat. “Pasti berat ya selama ini?”Frada hanya meletakkan dagunya dengan tenang di atas pundak Yumna. Aroma manis d