“Kenapa kamu mau-mau saja menyanggupi kemauan Kak Lisa dan Kak Noval. Jika kamu bahkan bisa memerkirakan kejadian seperti ini akan terjadi?”
Frada hanya menghela napas. Menolak menjawab pertanyaan Yumna dengan nada memekik syock.Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Bahkan perihal kepergian Frada dan alasannya—secara garis besar, Yumna sudah mengetahuinya.Kepergian Frada dari Indonesia itu sesuatu yang cukup bagus sebagai langkah awalanya. Sekalipun berat, setidaknya itu lebih baik dari pada lingkungan toxic yang hanya menyakitinya.Yumna tahu jika keadaan keluarga Hardiyantara dengan Frada sendiri itu adalah sesuatu yang buruk. Tapi Yumna tak memerkirakan jika sampai di tahap di mana seseorang mungkin jauh lebih mudah untuk mati.Yumna merentangkan tangannya dan memeluk Frada erat. “Pasti berat ya selama ini?”Frada hanya meletakkan dagunya dengan tenang di atas pundak Yumna. Aroma manis dSeorang pria berperawakan khas ras kaukasia, terlihat keluar dari bandara diikuti oleh beberapa orang bertubuh tegap juga berbaju hitam. Hal itu tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ada di sana. Bukan hanya karena penampilan mereka yang mencolok, salah satu dari mereka juga merupakan seseorang yang sangat diminati gadis seantero negeri atau mungkin dunia.Rai Reifansyah Alexander.Anak sulung dari keluarga Alexander sekaligus pemimpin dari beberapa anak cabang perusahaan keluarganya itu nampak gagah dengan setelan semi formalnya. Untuk pertama kalinya dari beberapa tahun lalu, lelaki bermata hijau itu kembali pulang.Langkahnya terhenti kala mendapati seseorang yang dikenalnya sudah menyambut tepat di depannya.‘See? Bukankah itu sesuatu yang sangat janggal?’ batinnya bergumam.Namun tetap saja, ia tetap melangkah menuju orang itu. Seorang pria yang beberapa tahun lalu dengan arogannya menyuruhnya untuk mengakhir
Frada mengecek penampilannya sekali lagi. memastikan jika tidak ada yang kurang darinya. Baik itu tentang make up apalagi baju. Semuanya harus tertata dengan paripurna. “Rada, kamu tahu semua orang sudah menunggumu di bawah! Kenapa lama sekali?” Yumna membuka pintu. Ekspresi kesal bercampur jengkel terpasang nyata pada wajah manisnya. Bagaimana tidak? Frada sudah ditunggu oleh beberapa orang. dan gadis itu di sini hanya memandangi cermin saja. tidak tahu waktu sama sekali!Frada terkekeh. Tidak merasa bersalah sama sekali. Tangannya mengulur ke ranjang. Mengambil tas dan ponsel yang sudah ia siapkan sedari tadi. “Aku hanya ingin memastikan bahwa aku cantik hari ini.”Jawaban ringan itu bersambut lirikan sinis dari Yumna. Tapi Frada tidak memerdulikan. Ia bahkan dengan enteng menggandeng leher Yumna. Sahabatnya itu memang memiliki tubuh lebih pendek darinya. Hingga Frada dengan leluasa bisa memiting lehernya seperti ini.“Rada, kau mau m
Setelah sampai di pengadilan, Frada bisa melihat banyaknya wartawan yang berjejer apih menunggunya. Para pencari berita itu berdesak-desakan ingin mengorek info dan mengambil gambarnya. Frada bahkan bisa melihat dibeberapa tempat ada beberapa yang sedang live siaran.Helaan napas lelah terdengar samping. Tunggu, bukankah seharusnya Frada yang melakukan itu? mengapa kini malah Yumna yang terlihat capai melihat banyaknya media yang menunggu turunnya mereka.“Sekarang aku bisa mengerti perasaan para selebriti yang tertekan dengan kehadiran para wartawan sialan itu.”“Yumna, jangan berbicara kasar,” tegur Frada.Tapi Yumna malah memasang wajah innocent tak berdosa. “Aku tidak.”“Sudahlah.” Frada hanya menghela napas lelah dan membiarkan Yumna. Kini jantungnya tengah berlompat ria. Berulang kali ia mencoba meyakinkan diri bahwa orang-orang yang akan ia temui bukanlah siapa-siapa. Mereka bukan lagi bagian dari Frada bahkan terkecil sekalipun.
Frada tidak yakin bagaimana mediasi tadi berjalan. Yang jelas, sekarang surat perjanjian perdamaian antara durinya dan juga Larasati Hardiyantara sudah sama-sama ditandatangi. Dalam persidangan tadi, Yumna bisa merasakan tatapan menghunus mantan ibu tirinya.Ya, mantan. Frada secara khusus meminta untuk mengubah identitas Frada dan mencabut semua hak keluarga Hardiyantara atas dirinya. sebab sekalipun dia sudah lama diusir, nama Frada masih berada dalam kartu keluarga itu."Kalian sudah melakukannya dengan baik." Entah sejak kapan Noval Adriyansyah berada di antara dia dan Yumna. Bahkan tidak hanya dia yang kaget, Yumna pun menampakkan raut terkejut."Kakak kenapa ke sini?" Yumna nampak tak terima.*Hanya ingin menjemput kalian. apa salah?" "Salah! Salah besar! Aku ingin mengajak Frada jalan-jalan habis ini. Kakak kan pasti punya banyak kerjaan di kantor, kan? udah cepet sana balik!"seperti biasa, Yumna menolak keberadaan kakaknya itu. padahal tidak ada salahnya Noval berada di sin
Melani Bianca Maheswara.Maheswara. Sebuah nama keluarga yang dulu selalu dielu-elukan oleh Larasati. berharap apabila salah satu kakaknya dapat bersanding dengan keturunan perempuan keluarga konglomerat itu. Ak seperti Hardiyantara mauoun Ardiansyah--keluarga Noval dan Yumna. Maheswara berada di level berbeda. mereka berada di puncak bersama dua keluarga lainnya yang begitu dihormati dan disegani.Frada baru pertama kali bertemu dengan salah seorang dari mereka. itupun karena statusnya yang merupakan teman dari adik tunangan Melani Bianca Maheswara.Haruskan Frada senang dan menunuduk hormat pada Melani? Alih-alih memendam kecemburuan dan hanya tersenyum kikuk di depan wanita berkuasa itu."Aku ingat tudak memiliki janji denganmu. Mengapa kau bisa ada di depanku?" tanya Noval.Melani mendengkus sinis. "Memangnya bertemu dengan tunangan harus membutuhkan janji?"Noval memilih bungkam. sementara Melani nampak tersenyum angkuh. Lantas tatapan matanya jatuh pada Yumna. Matanya mengerlin
Arkana Hardiyantara adalah momok terbesar dalam hidup Frada. Bahkan kengerian lelaki itu melebihi ibunya sendiri. Larasati Hardiyantara. Frada merasakan seluruh tubuhnya meremang. Merinding bukan main ketika mendapati Arkana sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Frada meloncat dari atas ranjang. Membuka pintu dan lari menuju bawah. meminta pertolongan pada siapapun.Semoga Yumna belum jauh. Semoga pengawal Noval masih ada di depan. Semoga dan semoga. Hanya saja, belum sempat Frada menginjakkan kakinya di lantai bawah, Arkana berhasil menarik tangannya kembali ke atas. Ia berusaha menolak dan berteriak sekeras-kerasnya. Namun Arkana malah hanya tertawa tak berdosa."Untuk apa kau berteriak seperti itu? Meminta pertolongan pada orang-orang bodoh di depan?" Lelaki itu mendengkus malas. "Lakukan saja. Mereka sudah kubuat pingsan."Frada dilempar oleh Arkana begitu merek tiba di lantai dua. Kamar Frada. Gadis itu menvoba merangkak menjauh. Kali ini targetnya adalah balkon. Ia tak mau be
Menangis. Sama ketika bertemu dengan Frada pertama kali, respon tubuhnyapun begini. Rasa sesak dan kesedihan menyeruak menjadi satu. Terlebih amarah juga perlahan-lahan menyembul kala ia melihat warna hijau pada bola mata itu.Siapa lelaki ini?Yumna tak pernah ingat ia memiliki teman bule. Dalam catatannya tak tertulis hal macam itu. Apa pria ini juga berasal dari masalalunya? Eksistensi yang sudah lama ia lupakan? "Jangan menangis. Aku tak pernah bermaksud apapun." Pria itu tegang. Manik hijaunya bergulir menatap sekitar seolah meminta bantuan. Tubuhnya maku nyaris memeluk Yumna seandainya gadis itu tidak mundur dan mencegah interaksi mereka. 'Yumna harus menguasai diri. Yumna tidak boleh terlihat lemah. Yumna ... adalah wanita pemberani.'Ia berusaha mengulang kalimat itu dalam hatinya. Sebuah mantra yang berulang kali secara ajaib menenangkannya. Dan begitupun saat ini. Ia mulai santai kala menatap mata hijau pria asing it
"Arkana Hardiyantara, saya tidak tahu kalian memiliki sejarah yang lebih gelap." Frada menundukkan kepalanya. Kepalanya menunduk. Suara berat Noval nyatanya seperti melodi yang mengusik telinganya. Tangannya menggenggam erat mug gelas. Sekuat tenaga, Frada tidak mengluarkan air mata setelah menceritakan segalanya kepada Noval. Tentangnya masalalunya bersama si bejat Arkana. "Istirahat di sini, sebentar lagi Yumna akan--""Frada, apa yang terjadi!" Belum sempat Noval mengakhiri perkataannya, Yumna sudah masuk dan berteriak heboh. "Dia sudah berada di sini." Noval lantas menuju keluar. Membiarkan Yumna dan Frada saling berpelukan dan menguatkan. Ia keluar. Tepat di depan pintu, seorang bermata hijau sudah menungguinya. Matanya menjadi menajam. "Kau menemuinya lebih cepat dari dugaan." Noval terus bergerak berjalan. Menuju ke atas sofa yang letaknya tak jauh dari mereka."Tentu saja. Ini kesempatan langka kau memperbolehkanku untuk berdekatan dengannya."Noval memdengkus acuh. Jika
"Arkana Hardiyantara, saya tidak tahu kalian memiliki sejarah yang lebih gelap." Frada menundukkan kepalanya. Kepalanya menunduk. Suara berat Noval nyatanya seperti melodi yang mengusik telinganya. Tangannya menggenggam erat mug gelas. Sekuat tenaga, Frada tidak mengluarkan air mata setelah menceritakan segalanya kepada Noval. Tentangnya masalalunya bersama si bejat Arkana. "Istirahat di sini, sebentar lagi Yumna akan--""Frada, apa yang terjadi!" Belum sempat Noval mengakhiri perkataannya, Yumna sudah masuk dan berteriak heboh. "Dia sudah berada di sini." Noval lantas menuju keluar. Membiarkan Yumna dan Frada saling berpelukan dan menguatkan. Ia keluar. Tepat di depan pintu, seorang bermata hijau sudah menungguinya. Matanya menjadi menajam. "Kau menemuinya lebih cepat dari dugaan." Noval terus bergerak berjalan. Menuju ke atas sofa yang letaknya tak jauh dari mereka."Tentu saja. Ini kesempatan langka kau memperbolehkanku untuk berdekatan dengannya."Noval memdengkus acuh. Jika
Menangis. Sama ketika bertemu dengan Frada pertama kali, respon tubuhnyapun begini. Rasa sesak dan kesedihan menyeruak menjadi satu. Terlebih amarah juga perlahan-lahan menyembul kala ia melihat warna hijau pada bola mata itu.Siapa lelaki ini?Yumna tak pernah ingat ia memiliki teman bule. Dalam catatannya tak tertulis hal macam itu. Apa pria ini juga berasal dari masalalunya? Eksistensi yang sudah lama ia lupakan? "Jangan menangis. Aku tak pernah bermaksud apapun." Pria itu tegang. Manik hijaunya bergulir menatap sekitar seolah meminta bantuan. Tubuhnya maku nyaris memeluk Yumna seandainya gadis itu tidak mundur dan mencegah interaksi mereka. 'Yumna harus menguasai diri. Yumna tidak boleh terlihat lemah. Yumna ... adalah wanita pemberani.'Ia berusaha mengulang kalimat itu dalam hatinya. Sebuah mantra yang berulang kali secara ajaib menenangkannya. Dan begitupun saat ini. Ia mulai santai kala menatap mata hijau pria asing it
Arkana Hardiyantara adalah momok terbesar dalam hidup Frada. Bahkan kengerian lelaki itu melebihi ibunya sendiri. Larasati Hardiyantara. Frada merasakan seluruh tubuhnya meremang. Merinding bukan main ketika mendapati Arkana sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya. Frada meloncat dari atas ranjang. Membuka pintu dan lari menuju bawah. meminta pertolongan pada siapapun.Semoga Yumna belum jauh. Semoga pengawal Noval masih ada di depan. Semoga dan semoga. Hanya saja, belum sempat Frada menginjakkan kakinya di lantai bawah, Arkana berhasil menarik tangannya kembali ke atas. Ia berusaha menolak dan berteriak sekeras-kerasnya. Namun Arkana malah hanya tertawa tak berdosa."Untuk apa kau berteriak seperti itu? Meminta pertolongan pada orang-orang bodoh di depan?" Lelaki itu mendengkus malas. "Lakukan saja. Mereka sudah kubuat pingsan."Frada dilempar oleh Arkana begitu merek tiba di lantai dua. Kamar Frada. Gadis itu menvoba merangkak menjauh. Kali ini targetnya adalah balkon. Ia tak mau be
Melani Bianca Maheswara.Maheswara. Sebuah nama keluarga yang dulu selalu dielu-elukan oleh Larasati. berharap apabila salah satu kakaknya dapat bersanding dengan keturunan perempuan keluarga konglomerat itu. Ak seperti Hardiyantara mauoun Ardiansyah--keluarga Noval dan Yumna. Maheswara berada di level berbeda. mereka berada di puncak bersama dua keluarga lainnya yang begitu dihormati dan disegani.Frada baru pertama kali bertemu dengan salah seorang dari mereka. itupun karena statusnya yang merupakan teman dari adik tunangan Melani Bianca Maheswara.Haruskan Frada senang dan menunuduk hormat pada Melani? Alih-alih memendam kecemburuan dan hanya tersenyum kikuk di depan wanita berkuasa itu."Aku ingat tudak memiliki janji denganmu. Mengapa kau bisa ada di depanku?" tanya Noval.Melani mendengkus sinis. "Memangnya bertemu dengan tunangan harus membutuhkan janji?"Noval memilih bungkam. sementara Melani nampak tersenyum angkuh. Lantas tatapan matanya jatuh pada Yumna. Matanya mengerlin
Frada tidak yakin bagaimana mediasi tadi berjalan. Yang jelas, sekarang surat perjanjian perdamaian antara durinya dan juga Larasati Hardiyantara sudah sama-sama ditandatangi. Dalam persidangan tadi, Yumna bisa merasakan tatapan menghunus mantan ibu tirinya.Ya, mantan. Frada secara khusus meminta untuk mengubah identitas Frada dan mencabut semua hak keluarga Hardiyantara atas dirinya. sebab sekalipun dia sudah lama diusir, nama Frada masih berada dalam kartu keluarga itu."Kalian sudah melakukannya dengan baik." Entah sejak kapan Noval Adriyansyah berada di antara dia dan Yumna. Bahkan tidak hanya dia yang kaget, Yumna pun menampakkan raut terkejut."Kakak kenapa ke sini?" Yumna nampak tak terima.*Hanya ingin menjemput kalian. apa salah?" "Salah! Salah besar! Aku ingin mengajak Frada jalan-jalan habis ini. Kakak kan pasti punya banyak kerjaan di kantor, kan? udah cepet sana balik!"seperti biasa, Yumna menolak keberadaan kakaknya itu. padahal tidak ada salahnya Noval berada di sin
Setelah sampai di pengadilan, Frada bisa melihat banyaknya wartawan yang berjejer apih menunggunya. Para pencari berita itu berdesak-desakan ingin mengorek info dan mengambil gambarnya. Frada bahkan bisa melihat dibeberapa tempat ada beberapa yang sedang live siaran.Helaan napas lelah terdengar samping. Tunggu, bukankah seharusnya Frada yang melakukan itu? mengapa kini malah Yumna yang terlihat capai melihat banyaknya media yang menunggu turunnya mereka.“Sekarang aku bisa mengerti perasaan para selebriti yang tertekan dengan kehadiran para wartawan sialan itu.”“Yumna, jangan berbicara kasar,” tegur Frada.Tapi Yumna malah memasang wajah innocent tak berdosa. “Aku tidak.”“Sudahlah.” Frada hanya menghela napas lelah dan membiarkan Yumna. Kini jantungnya tengah berlompat ria. Berulang kali ia mencoba meyakinkan diri bahwa orang-orang yang akan ia temui bukanlah siapa-siapa. Mereka bukan lagi bagian dari Frada bahkan terkecil sekalipun.
Frada mengecek penampilannya sekali lagi. memastikan jika tidak ada yang kurang darinya. Baik itu tentang make up apalagi baju. Semuanya harus tertata dengan paripurna. “Rada, kamu tahu semua orang sudah menunggumu di bawah! Kenapa lama sekali?” Yumna membuka pintu. Ekspresi kesal bercampur jengkel terpasang nyata pada wajah manisnya. Bagaimana tidak? Frada sudah ditunggu oleh beberapa orang. dan gadis itu di sini hanya memandangi cermin saja. tidak tahu waktu sama sekali!Frada terkekeh. Tidak merasa bersalah sama sekali. Tangannya mengulur ke ranjang. Mengambil tas dan ponsel yang sudah ia siapkan sedari tadi. “Aku hanya ingin memastikan bahwa aku cantik hari ini.”Jawaban ringan itu bersambut lirikan sinis dari Yumna. Tapi Frada tidak memerdulikan. Ia bahkan dengan enteng menggandeng leher Yumna. Sahabatnya itu memang memiliki tubuh lebih pendek darinya. Hingga Frada dengan leluasa bisa memiting lehernya seperti ini.“Rada, kau mau m
Seorang pria berperawakan khas ras kaukasia, terlihat keluar dari bandara diikuti oleh beberapa orang bertubuh tegap juga berbaju hitam. Hal itu tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ada di sana. Bukan hanya karena penampilan mereka yang mencolok, salah satu dari mereka juga merupakan seseorang yang sangat diminati gadis seantero negeri atau mungkin dunia.Rai Reifansyah Alexander.Anak sulung dari keluarga Alexander sekaligus pemimpin dari beberapa anak cabang perusahaan keluarganya itu nampak gagah dengan setelan semi formalnya. Untuk pertama kalinya dari beberapa tahun lalu, lelaki bermata hijau itu kembali pulang.Langkahnya terhenti kala mendapati seseorang yang dikenalnya sudah menyambut tepat di depannya.‘See? Bukankah itu sesuatu yang sangat janggal?’ batinnya bergumam.Namun tetap saja, ia tetap melangkah menuju orang itu. Seorang pria yang beberapa tahun lalu dengan arogannya menyuruhnya untuk mengakhir
“Kenapa kamu mau-mau saja menyanggupi kemauan Kak Lisa dan Kak Noval. Jika kamu bahkan bisa memerkirakan kejadian seperti ini akan terjadi?”Frada hanya menghela napas. Menolak menjawab pertanyaan Yumna dengan nada memekik syock.Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Bahkan perihal kepergian Frada dan alasannya—secara garis besar, Yumna sudah mengetahuinya.Kepergian Frada dari Indonesia itu sesuatu yang cukup bagus sebagai langkah awalanya. Sekalipun berat, setidaknya itu lebih baik dari pada lingkungan toxic yang hanya menyakitinya.Yumna tahu jika keadaan keluarga Hardiyantara dengan Frada sendiri itu adalah sesuatu yang buruk. Tapi Yumna tak memerkirakan jika sampai di tahap di mana seseorang mungkin jauh lebih mudah untuk mati.Yumna merentangkan tangannya dan memeluk Frada erat. “Pasti berat ya selama ini?”Frada hanya meletakkan dagunya dengan tenang di atas pundak Yumna. Aroma manis d