[ Aku meminjam uang 1 miliar dari Russel dan berjanji akan melunasinya beserta bunga yang ada. Peminjam, Emma. ]Russel mengambil surat utang itu untuk melihat, lalu mendongak menatap Emma untuk bertanya, "Masa nggak ditulis kapan lunasnya?"Ketika Emma masih Nona Besar Damanik, uang 1 miliar tidak ada apa-apanya baginya. Namun, kini Emma hanya mengandalkan gajinya. Dia harus menghidupi kedua anaknya dan menggaji Gaby. Satu miliar adalah nominal yang sangat besar baginya."Tiga tahun lagi, apa boleh?" tanya Emma yang memaksakan diri. Sebenarnya dia sendiri juga tidak yakin."Gimana kalau kamu nggak bisa melunasinya dalam 3 tahun?" tanya Russel.Emma merasa sangat malu. Meminjam uang adalah hal yang sangat memalukan. Dia bertanya balik, "Apa maumu?"Russel langsung merobek kertas itu. Emma tentu terkejut dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?""Kamu nggak perlu mengembalikan uang ini," ucap Russel.Tidak perlu dikembalikan? Kenapa? Jangan-jangan .... Emma tanpa sadar mundur selangkah. Di
Ketika mendengar perkataan ini, Russel merasa dirinya telah menimbulkan kerepotan untuk diri sendiri."Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu. Aku dokter, jadi harus bertanggung jawab atas kesehatanmu. Sudahlah, aku mau minta rekaman medismu dari Weston. Lanjutkan saja pekerjaanmu," ujar Emma."Ingat pesanku, kamu harus siap sedia 24 jam. Kalau menghilang lagi seperti waktu itu, aku nggak akan mengampunimu," pesan Russel."Ya, aku sudah tahu. Jaga kesehatanmu, terutama suasana hatimu. Kalau kamu ingin hidup lebih lama, jangan terus marah-marah. Kamu akan mati cepat nanti." Emma berbaik hati memperingatkan.Selesai berbicara, Emma berbalik dan keluar. Russel tersenyum sinis. Wanita ini makin lama makin bernyali besar.Kinerja Weston sangat bagus. Dia segera menyerahkan rekaman medis Russel kepada Emma. Emma pun membawa rekaman medis itu dan pergi. Begitu masuk ke mobil, tiba-tiba terdengar suara seseorang."Emma." Emma sontak menoleh untuk melihat. Dia sangat terkejut saat mendapat
"Ya. Kamu merasa statusku kurang sepadan dengan Russel, jadi ingin aku menjauhinya ya?" Emma tentu bisa menebak isi pikiran Samuel."Bisa dibilang begitu. Kamu juga tahu status Russel. Sekalipun bukan bersama Marion, pasangannya seharusnya berasal dari keluarga besar yang kaya. Setahuku, kamu juga punya anak dan identitas ayah anakmu nggak diketahui," sahut Samuel.Jika Emma benar-benar punya perasaan terhadap Russel dan hubungan mereka ditentang oleh keluarga seperti ini, Emma pasti akan merasa sedih. Namun, mereka tidak punya perasaan untuk satu sama lain. Jadi, Emma hanya merasa kesal dan terhina."Paman, aku paham maksudmu. Sebagai orang tua, kamu tentu berharap anakmu menikah dengan pasangan yang sepadan. Tapi, Russel bukan anak kecil. Dia bisa menilai sendiri. Kalau dia merasa kami nggak cocok, dia pasti akan meninggalkanku tanpa ragu," ucap Emma.Setelah mendengarnya, Samuel tersenyum dengan agak kesal. Dia bertanya, "Itu artinya, kamu nggak akan menjauh dari Russel,""Ya. Aku r
"Maaf sekali," ucap Samuel segera."Nggak apa-apa." Emma menatap pakaiannya yang kotor, lalu berkata, "Aku ke toilet sebentar."Emma pergi ke toilet untuk menyeka noda kopi di pakaiannya. Setelah kembali ke ruang privat, Samuel meminta maaf dan berucap lagi, "Emma, sebaiknya kamu pikirkan baik-baik nasihatku. Ini demi kebaikan semua orang. Kalau kamu sudah mendapat jawabannya, telepon saja aku. Aku bisa membayarmu kompensasi."Kompensasi? Samuel bukan ayah kandung Russel, tetapi berusaha sangat keras demi Russel."Sepertinya kamu akan kecewa kali ini." Emma mengambil berkas di meja, lalu berkata, "Paman, aku masih punya kerjaan. Aku pamit dulu."Samuel tidak berbicara lagi. Setelah Emma pergi, tatapan Samuel sontak menjadi dingin. Tangannya mencengkeram cangkir kopi dengan sangat erat, seolah-olah ingin menghancurkannya.Setelah pulang ke rumah, Emma masuk ke ruang kerjanya dan membaca rekaman medis Russel dengan saksama. Ketika melihatnya, Emma cukup terkejut.Peluru itu hampir mengen
Emma termangu sesaat. Dia bertanya, "Vin, kenapa sepertinya kamu begitu memahaminya? Kamu pernah bertemu dengannya?""Nggak kok ...." Ashton seketika kehilangan kepercayaan diri. "Ini cuma instingku. Kak, gimana kalau kamu bersama dia saja? Aku ingin dia menjadi papaku. Kumohon!"Bukankah Vin sangat pintar bersikap manja? Itu sebabnya, Ashton menirunya. Alangkah bagusnya jika Russel dan Emma benar-benar bersama!"Vin, apa yang salah denganmu akhir-akhir ini? Kenapa kamu seperti orang yang berbeda?""Masa?" Ashton hanya bisa berpura-pura bodoh. "Pemikiranku sama seperti Vir. Aku juga kasihan melihatmu lelah bekerja. Dulu Russel adalah tentara. Setelah pensiun, dia adalah pebisnis hebat. Ini menunjukkan betapa kompetennya dia. Dia pria yang bisa diandalkan. Kalian bersama saja."Heh? Apa mungkin kedua bocah ini disuap oleh Russel? Kenapa mereka semua memuji Russel?"Kak, Ayolah, pertimbangkan saja dulu," bujuk Ashton dengan rendah diri.Emma tidak merespons. Tiba-tiba, dia teringat pada
Ketika melihat setumpuk dokumen itu, Russel menatap Emma dengan tidak percaya. Emma menjelaskan, "Mengobati penyakit harus sampai akarnya. Penyakitmu parah, jadi kamu harus menuruti rencana yang kubuat. Ini proses yang panjang, jadi kamu harus bekerja sama denganku."Jika pasien tidak mau menuruti instruksi dokter, dewa sekalipun tidak akan bisa menyelamatkan mereka!"Aku bukan ingin menakutimu ya!" Ketika melihat Russel tidak peduli, Emma memperingatkan lagi, "Kamu hampir mati waktu penyakitmu kambuh waktu itu. Selain itu, penyakit delusimu juga parah sekali.""Biar kuulangi sekali lagi, aku nggak punya penyakit delusi!" bentak Russel. Dia benar-benar murka setiap kali Emma mengatakannya menderita delusi."Nggak pernah ada pasien sakit jiwa yang mengaku mereka gila," gumam Emma. Russel sampai kehabisan kata-kata dibuatnya."Tenang saja, aku dokter profesional yang akan menjaga rahasia pasien. Aku nggak akan merusak reputasimu sebagai presdir bermartabat," jelas Emma.Lagi pula, Russel
"Buka lagi kakimu, buka lebih lebar!""Ah ...."Rasa sakit di dalam tubuhnya membuat Phoebe Damanik tak kuasa merasa gemetaran. Melihat keringat di dahinya dan ekspresi kesakitan di wajahnya, dokter berkata dengan penuh perhatian, "Proses pengambilan sel telur memang sangat menyakitkan. Kamu harus bersabar.""Baik," Phoebe mengangguk sambil menahan rasa sakit.Ya, dia harus bersabar! Dia harus tahan!Satu bulan yang lalu, Keluarga Damanik bangkrut. Ayahnya bunuh diri dengan melompat dari gedung, dan tunangannya menghilang begitu saja. Hanya dalam waktu semalam, dia berubah dari seorang nona kaya menjadi wanita yang terlilit utang.Di saat dia merasa terdesak oleh para kreditur, Cheria muncul bagaikan malaikat penyelamat baginya."Dua tahun lalu, putraku mengalami cedera parah dan koma sampai sekarang. Ada seorang master yang mengatakan bahwa dia harus menikahi seorang wanita dengan primbon yang cocok dan melahirkan seorang anak.""Dengan begitu, dia baru punya peluang untuk sadar kemba
Enam tahun kemudian, pesawat dari Negara Maulandia mendarat perlahan-lahan di Kota Sotham.Seorang wanita yang mengenakan topi bisbol dan pakaian kasual hitam turun dari pesawat. Meskipun wajahnya tidak terlihat jelas, dari postur dan aura yang dipancarkannya, wanita itu tampak lebih mencolok daripada seorang artis.Yang menarik perhatian adalah dua anak kecil di sampingnya. Seorang anak laki-laki yang mengenakan kacamata hitam, sedang mendorong sebuah koper besar dengan ekspresi dingin. Di atas koper itu duduk seorang gadis kecil yang imut.Gadis kecil itu sedang sibuk menghitung uang yang ada di tangannya. Uang ini diperolehnya dari hasil promosi di pesawat dengan patokan "Sepuluh ribu untuk foto bersama, dua puluh ribu untuk interaksi"."Totalnya 520 ribu!" Setelah selesai menghitung, gadis kecil itu memasukkan uang tersebut ke dalam tas kecilnya dengan hati-hati, lalu mendongak dan berkata, "Vin, malam ini kita bisa traktir Kak Emma dan Gaby untuk makan malam enak!""Biaya makan ma