"Ya. Kamu merasa statusku kurang sepadan dengan Russel, jadi ingin aku menjauhinya ya?" Emma tentu bisa menebak isi pikiran Samuel."Bisa dibilang begitu. Kamu juga tahu status Russel. Sekalipun bukan bersama Marion, pasangannya seharusnya berasal dari keluarga besar yang kaya. Setahuku, kamu juga punya anak dan identitas ayah anakmu nggak diketahui," sahut Samuel.Jika Emma benar-benar punya perasaan terhadap Russel dan hubungan mereka ditentang oleh keluarga seperti ini, Emma pasti akan merasa sedih. Namun, mereka tidak punya perasaan untuk satu sama lain. Jadi, Emma hanya merasa kesal dan terhina."Paman, aku paham maksudmu. Sebagai orang tua, kamu tentu berharap anakmu menikah dengan pasangan yang sepadan. Tapi, Russel bukan anak kecil. Dia bisa menilai sendiri. Kalau dia merasa kami nggak cocok, dia pasti akan meninggalkanku tanpa ragu," ucap Emma.Setelah mendengarnya, Samuel tersenyum dengan agak kesal. Dia bertanya, "Itu artinya, kamu nggak akan menjauh dari Russel,""Ya. Aku r
"Maaf sekali," ucap Samuel segera."Nggak apa-apa." Emma menatap pakaiannya yang kotor, lalu berkata, "Aku ke toilet sebentar."Emma pergi ke toilet untuk menyeka noda kopi di pakaiannya. Setelah kembali ke ruang privat, Samuel meminta maaf dan berucap lagi, "Emma, sebaiknya kamu pikirkan baik-baik nasihatku. Ini demi kebaikan semua orang. Kalau kamu sudah mendapat jawabannya, telepon saja aku. Aku bisa membayarmu kompensasi."Kompensasi? Samuel bukan ayah kandung Russel, tetapi berusaha sangat keras demi Russel."Sepertinya kamu akan kecewa kali ini." Emma mengambil berkas di meja, lalu berkata, "Paman, aku masih punya kerjaan. Aku pamit dulu."Samuel tidak berbicara lagi. Setelah Emma pergi, tatapan Samuel sontak menjadi dingin. Tangannya mencengkeram cangkir kopi dengan sangat erat, seolah-olah ingin menghancurkannya.Setelah pulang ke rumah, Emma masuk ke ruang kerjanya dan membaca rekaman medis Russel dengan saksama. Ketika melihatnya, Emma cukup terkejut.Peluru itu hampir mengen
Emma termangu sesaat. Dia bertanya, "Vin, kenapa sepertinya kamu begitu memahaminya? Kamu pernah bertemu dengannya?""Nggak kok ...." Ashton seketika kehilangan kepercayaan diri. "Ini cuma instingku. Kak, gimana kalau kamu bersama dia saja? Aku ingin dia menjadi papaku. Kumohon!"Bukankah Vin sangat pintar bersikap manja? Itu sebabnya, Ashton menirunya. Alangkah bagusnya jika Russel dan Emma benar-benar bersama!"Vin, apa yang salah denganmu akhir-akhir ini? Kenapa kamu seperti orang yang berbeda?""Masa?" Ashton hanya bisa berpura-pura bodoh. "Pemikiranku sama seperti Vir. Aku juga kasihan melihatmu lelah bekerja. Dulu Russel adalah tentara. Setelah pensiun, dia adalah pebisnis hebat. Ini menunjukkan betapa kompetennya dia. Dia pria yang bisa diandalkan. Kalian bersama saja."Heh? Apa mungkin kedua bocah ini disuap oleh Russel? Kenapa mereka semua memuji Russel?"Kak, Ayolah, pertimbangkan saja dulu," bujuk Ashton dengan rendah diri.Emma tidak merespons. Tiba-tiba, dia teringat pada
Ketika melihat setumpuk dokumen itu, Russel menatap Emma dengan tidak percaya. Emma menjelaskan, "Mengobati penyakit harus sampai akarnya. Penyakitmu parah, jadi kamu harus menuruti rencana yang kubuat. Ini proses yang panjang, jadi kamu harus bekerja sama denganku."Jika pasien tidak mau menuruti instruksi dokter, dewa sekalipun tidak akan bisa menyelamatkan mereka!"Aku bukan ingin menakutimu ya!" Ketika melihat Russel tidak peduli, Emma memperingatkan lagi, "Kamu hampir mati waktu penyakitmu kambuh waktu itu. Selain itu, penyakit delusimu juga parah sekali.""Biar kuulangi sekali lagi, aku nggak punya penyakit delusi!" bentak Russel. Dia benar-benar murka setiap kali Emma mengatakannya menderita delusi."Nggak pernah ada pasien sakit jiwa yang mengaku mereka gila," gumam Emma. Russel sampai kehabisan kata-kata dibuatnya."Tenang saja, aku dokter profesional yang akan menjaga rahasia pasien. Aku nggak akan merusak reputasimu sebagai presdir bermartabat," jelas Emma.Lagi pula, Russel
"Buka lagi kakimu, buka lebih lebar!""Ah ...."Rasa sakit di dalam tubuhnya membuat Phoebe Damanik tak kuasa merasa gemetaran. Melihat keringat di dahinya dan ekspresi kesakitan di wajahnya, dokter berkata dengan penuh perhatian, "Proses pengambilan sel telur memang sangat menyakitkan. Kamu harus bersabar.""Baik," Phoebe mengangguk sambil menahan rasa sakit.Ya, dia harus bersabar! Dia harus tahan!Satu bulan yang lalu, Keluarga Damanik bangkrut. Ayahnya bunuh diri dengan melompat dari gedung, dan tunangannya menghilang begitu saja. Hanya dalam waktu semalam, dia berubah dari seorang nona kaya menjadi wanita yang terlilit utang.Di saat dia merasa terdesak oleh para kreditur, Cheria muncul bagaikan malaikat penyelamat baginya."Dua tahun lalu, putraku mengalami cedera parah dan koma sampai sekarang. Ada seorang master yang mengatakan bahwa dia harus menikahi seorang wanita dengan primbon yang cocok dan melahirkan seorang anak.""Dengan begitu, dia baru punya peluang untuk sadar kemba
Enam tahun kemudian, pesawat dari Negara Maulandia mendarat perlahan-lahan di Kota Sotham.Seorang wanita yang mengenakan topi bisbol dan pakaian kasual hitam turun dari pesawat. Meskipun wajahnya tidak terlihat jelas, dari postur dan aura yang dipancarkannya, wanita itu tampak lebih mencolok daripada seorang artis.Yang menarik perhatian adalah dua anak kecil di sampingnya. Seorang anak laki-laki yang mengenakan kacamata hitam, sedang mendorong sebuah koper besar dengan ekspresi dingin. Di atas koper itu duduk seorang gadis kecil yang imut.Gadis kecil itu sedang sibuk menghitung uang yang ada di tangannya. Uang ini diperolehnya dari hasil promosi di pesawat dengan patokan "Sepuluh ribu untuk foto bersama, dua puluh ribu untuk interaksi"."Totalnya 520 ribu!" Setelah selesai menghitung, gadis kecil itu memasukkan uang tersebut ke dalam tas kecilnya dengan hati-hati, lalu mendongak dan berkata, "Vin, malam ini kita bisa traktir Kak Emma dan Gaby untuk makan malam enak!""Biaya makan ma
Di ruang rapat Hushborne International.Setelah selesai menelepon, suasana sekitar Russel terasa mencekam. Sorot matanya dingin bagaikan es dan tampak menakutkan. "Apa maksudnya Tuan Muda hilang?!"Meskipun tidak bertatap muka, nada bicara yang penuh ancaman itu membuat asistennya, Weston, bergidik ngeri di ujung telepon. "Aku baru selesai temani Tuan Muda melakukan pemeriksaan. Kata Tuan Muda, dia mau ke toilet ... lalu ... menghilang begitu saja."Rapat hari ini sangat penting. Berhubung Russel tidak bisa meninggalkan kantor, akhirnya dia meminta Weston untuk membawa Ashton untuk melakukan pemeriksaan. Namun tak disangka ...."Payah!" Russel marah besar, "Tampilkan semua rekaman CCTV di Rumah Sakit Advant! Aku akan segera ke sana!""Baik, Pak," jawab Weston.Russel segera bergegas menuju Rumah Sakit Advant. Setelah Weston memeriksa semua rekaman dengan cepat, akhirnya dia menemukan sosok Ashton. "Pak, sudah ketemu!" lapor Weston dengan tergesa-gesa saat Russel masuk."Tuan Ashton dib
Di saat para polisi itu tidak tahu harus bagaimana memutuskan, tiba-tiba masuk sebuah panggilan. "Tuan Muda telepon, katanya orang ini bukan pedagang manusia. Segera lepaskan dia!"Setelah membebaskan Emma, kedua polisi wanita di hadapannya saling memandang, lalu menghela napas. "Orang kaya memang keras kepala. Pertengkaran pasangan saja harus sampai melibatkan polisi."Setelah keluar dari kantor polisi, Emma merasa sangat sial. Pada hari pertama kembali ke tanah air, dia malah harus berurusan dengan kantor polisi. Semua ini gara-gara anak itu! Emma baru saja hendak menelepon Vin ketika ponselnya berdering. Ternyata, Vir yang menelepon."Halo, Kak Emma, gimana keadaanmu? Kenapa belum kembali? Makan malam sudah siap," tanya Vir."Vin sudah pulang belum?" tanya Emma langsung."Bukannya Vin pergi ke rumah sakit untuk cari Kak Emma?" Vir merasa tidak berdaya. Setelah kembali ke rumah dan merapikan barang-barang, Gaby menyuruh mereka berdua tidur siang.Vin tidak bisa tidur dan ingin pergi