Alina menikah dadakan dengan pria sederhana karena desakan dari iparnya yang menginginkan dia pergi dari rumah sang adik. Setelah menikah, sang adik ipar yang tak menyukai Alina, lantas meremehkan Aksa–suami Alina, yang memang berpenampilan biasa dan sederhana. Namun, siapa sangka jika pria yang diremehkan dan memiliki penampilan sederhana itu, ternyata memiliki rahasia yang sangat besar. Siapa Aksa sebenarnya?
View MoreJia berada di mobil yang berhenti di bahu jalan bersama Daniel dan dua pengawal lain. Mereka sedang menunggu, sampai beberapa saat kemudian ada mobil lain yang berhenti di belakang mobil mereka.Alina turun dari mobil yang baru saja berhenti lalu segera masuk mobil milik Daniel.“Ada apa?” tanya Alina saat sudah berada di mobil, duduk di samping Jia.“Jia tidak bisa menunggu lama untuk mengakhiri hubungannya dengan Edwin, karena itu Jia ingin meminta bantuan untuk ditemani menemui mertuanya,” ujar Daniel menjelaskan lalu menatap pada Jia.Alina menatap pada Jia.“Aku yakin Edwin akan terus bergerak untuk mendapatkanku. Jika dia menemukanku, entah apa yang akan dilakukannya. Jadi sebelum dia menemukanku, aku harus bertemu orang tuanya lebih dulu,” ucap Jia.“Apa kamu yakin? Ini akan sangat beresiko,” ujar Alina tidak yakin dan cemas.“Hanya ini cara satu-satunya. Beberapa teman mediaku tidak berani mengangkat berita perselingkuhan Edwin karena takut menerima konsekuensi yang didapat ji
Edwin berada di ruang kerjanya, menunggu informasi dari anak buahnya yang diminta memantau rumah Aksa juga rumah yang diduga milik Daniel. Dia benar-benar tak sabar, merasa anak buahnya semuanya lelet.Saat Edwin ingin menghubungi salah satu anak buahnya, ponselnya sudah lebih dulu berdering. Edwin langsung menjawab panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Edwin.“Rumah milik Daniel terlihat sepi. Tapi saya curiga, Tuan. Bagian dalam rumah itu terang, lalu di sekitar rumah itu sangat ramai dari malam sampai pagi. Saya merasa kalau memang pria itu di sana dan ada penjagaan. Namun, saya tidak tahu pasti, apakah Nyonya Jia di sana atau tidak.”Edwin mengepalkan erat telapak tangan. Bisa saja Daniel menyembunyikan Jia, terlihat sepi agar tidak diketahui.“Pantau terus, bagaimanapun caranya kalian harus mendapat informasi yang akurat!” perintah Edwin lalu mengakhiri panggilan itu.Edwin begitu geram. Bagaimanapun caranya dia harus mendapatkan Jia kembali. Saat Edwin sedang berpikir, dia mendapat
Aksa dan yang lain sarapan bersama di ruang makan. Naya ada di sana membantu Alina mengurus Arlo.“Bams tidak kelihatan?” tanya Alina seraya mengambil lauk untuk Aksa.“Mungkin masih sibuk,” jawab Aksa.Naya terdiam mendengar nama Bams. Mungkinkah Bams tidak keluar sarapan karena ada Naya di sana? Bukankah semalam Bams kesal padanya?Mereka sarapan bersama, lalu setelahnya Aksa pamit pergi ke perusahaan.“Tidak usah mengantarku keluar. Tetaplah di dalam rumah, ingat?” Aksa mengingatkan lagi demi keamanan Alina dan Arlo.Alina mengangguk.Aksa lantas berjongkok di depan Arlo yang berdiri di samping Alina. Dia mengusap rambut putranya itu, kemudian mendaratkan kecupan di kening.“Arlo harus nurut sama, Mama. Jangan keluar rumah dulu untuk sementara, ya.”Arlo mengangguk-angguk. “Iya, Papa jangan cemas.” Aksa memulas senyum, lalu kembali berdiri.“Aku pergi dulu,” kata Aksa.Aksa keluar dari rumah lalu segera masuk mobil yang sudah terparkir di depan teras. Dia diantar sopir dan satu pe
“Terima kasih karena Ibu mau membantu,” ucap Jhony.“Tidak apa-apa. Lagian, aku ini sama Dani juga sudah kenal lama. Dia itu anaknya baik sekali, makanya aku yakin dia begini bukan karena sedang berbuat jahat,” ujar wanita itu.Jhony tersenyum seraya mengangguk pelan.“Tapi, omong-omong, yang di rumah Dani itu, apa itu calon istrinya?” tanya ibu itu penasaran tetapi juga merasa agak aneh.Jhony tersenyum dengan ekspresi bingung, tetapi kemudian mengangguk dan menjawab, “Iya.”Jhony mengiyakan saja tidak dianggap aneh karena menyembunyikan wanita di sana.“Wah, begitu ternyata. Untung tadi aku membantu, ya. Jadi orang jahatnya nggak bisa nemuin wanita itu. Ya sudah, semoga Dani langgeng sama yang kedua, yang pertama udah bener dibuang, nggak bener soalnya.”Setelah mengatakan itu, wanita itu kembali ke rumah.Jhony menghela napas lega. Tidak apa berbohong selagi demi kebaikan.Di rumah. Jia pergi ke dapur untuk mengambil air hangat, ternyata di sana dia melihat Daniel yang sedang memas
Anak buah Aksa berjaga di area rumah Daniel, tetapi mereka tidak berpenampilan seperti pengawal, malah seperti warga sekitar dan membaur dengan beberapa warga yang sedang melakukan aktivitas di pagi hari.Namun, meski begitu mereka selalu waspada, mata elang mereka terlatih untuk cepat tanggap menangkap sesuatu yang mencurigakan, seperti sebuah mobil yang sudah berhenti sekitar lima menit di dekat rumah Daniel.“Ada mobil mencurigakan arah jam dua belas,” ucap salah satu anak buah Aksa melalui earpiece yang terpasang di telinga. Pria itu tak memandang ke mobil, melainkan sedang sibuk membantu jalan agar tidak dicurigai.“Copy, aku melihatnya. SUV hitam.” Yang lainnya menyahut.“Biar kutangani.” Salah satu anak buah Aksa berpenampilan biasa, hanya memakai kaus pendek dan celana pendek turun dari pos ronda, lalu berjalan menghampiri mobil SUV yang mereka curigai.Anak buah Aksa sampai di mobil itu. Dia berpura-pura memperhatikan mobil itu, lantas mengetuk kaca jendela.“Permisi,” ucapny
Keesokan harinya. Jia akhirnya melihat ayahnya bangun. Dia terus menggenggam telapak tangan pria itu yang baru saja membuka mata.“Jia, kenapa papa dibawa ke sini?” tanya Alex dengan suara lemah.“Maaf, Pa. Tapi ini satu-satunya cara agar Papa aman,” jawab Jia seraya menggenggam telapak tangan ayahnya.“Aman? Aman kenapa dari apa, Jia? Papa baik-baik saja selama di rumah sakit,” ucap Alex dengan tatapan bingung tersirat jelas dari sorot matanya.Jia melipat bibir mendengar pertanyaan Alex. Saat itu, Jia menoleh ke arah pintu yang baru saja terbuka, dia melihat Daniel baru saja masuk ke kamar itu.Tatapan Jia dan Daniel bertemu, Jia melihat Daniel mengangguk sebagai tanda jika Jia harus cerita pada Alex.Jia terlihat ragu, tetapi dia tetap harus menceritakan yang terjadi pada ayahnya agar tidak ada salah paham. Jia kembali menatap pada sang papa, tatapannya melembut tetapi genggaman tangannya mengerat.“Setelah Papa tahu, aku harap Papa tetap tenang. Apa yang aku katakan, semata-mata d
Jia cukup terkejut Daniel bertanya seperti itu. Namun, karena Daniel sekarang sedang berusaha membantunya, membuat Jia merasa tidak ada salahnya menceritakan perselingkuhan yang Edwin lakukan.Dia juga tidak mau dianggap mengada-ada, meski memiliki bukti foto juga video.“Sudah sejak lama, tapi aku hanya bisa diam,” ujar Jia dengan senyum getir di wajah, menyiratkan sebuah luka yang lama terpendam.Daniel menatap simpati. Dia diam menunggu Jia selesai bicara.“Bahkan ketika bertemu denganmu pertama kali di mall, saat itu aku sebenarnya baru saja memergoki Edwin sedang jalan dengan selingkuhannya. Ya, seharusnya aku yang menghajarnya karena dia menduakanku, tapi malah aku yang dihajar,” ujar Jia lalu tersenyum getir menahan sakit karena semua perlakuan Edwin.Tanpa sengaja Daniel mengepalkan telapak tangan. Dia geram mendengar cerita Jia, ternyata Edwin memang bajingan.Jia mengembuskan napas kasar, lalu berkata, “Jika bukan karena Papa, aku tidak akan menikah dengan Edwin. Mertuaku se
Jia begitu lega bisa melihat ayahnya baik-baik saja. Dia berada di kamar menunggu sang papa yang masih tertidur karena pengaruh obat penenang. Dokter yang dipercaya merawat ayah Jia selama kabur dari Edwin mengatakan jika ini satu-satunya cara agar ayah Jia tidak syok saat dibawa ke sana.“Setelah ini semua akan baik-baik saja, Pa. Kuharap Papa memahami perasaanku jika nanti aku menceritakan yang sebenarnya.”Jia menggenggam telapak tangan sang papa, lalu mencium punggung tangan pria itu.Selama ini Jia tidak berani jujur karena takut mempengaruhi kondisi kesehatan ayahnya. Dia takut ayahnya syok dan merasa bersalah kalau tahu jika Jia selama ini mendapat kekerasan dari Edwin.Jia keluar dari kamar setelah cukup lama berada di sana. Dia mencari Daniel yang kebetulan ternyata berada di dapur.“Kamu sedang apa?” tanya Jia.Daniel menoleh saat mendengar suara Jia, lalu menjawab, “Membuat kopi. Kamu mau?”Jia menggeleng pelan.Jia melihat Daniel kembali menghadap ke meja pantry, lalu dia
Edwin berada di apartemen yang sebelumnya ditempati Jia. Di sana Edwin menemui orang-orang suruhannya yang diminta mencari informasi tentang Jia.Edwin duduk di sofa seraya menatap anak buahnya yang memberikan tablet pintar ke pria itu.“Namanya Daniel Mahardika, dia seorang manager sebuah perusahaan ekspor makanan beku. Hanya pria dari kalangan biasa,” ujar anak buah Edwin yang ternyata mendapat informasi lama Daniel.“Hanya manager.” Edwin tersenyum mencibir.“Tapi, dia juga ipar dari Aksa Radjasa, kakaknya meninggal tiga tahun lalu,” ujar anak buah Edwin lagi.“Mantan?” Edwin menegaskan karena jika kakak Daniel sudah meninggal, berarti sudah tidak ada hubungan dengan Aksa lagi.“Pria seperti ini berani melawanku? Kuakui nyalinya besar, dia pasti tidak takut mati,” ujar Edwin seraya meletakkan tablet pintar ke meja.Anak buah Edwin hanya diam menunduk.“Kalau begitu pantau rumahnya juga rumah Aksa Radjasa. Selidiki, apakah Jia ada di sana atau tidak. Aku yakin Jia masih ada di kota
“Mau sampai kapan kita nampung Kak Alina? Aku tuh nggak bebas. Mau apa-apa ngerasa nggak enak, mau beli ini takut diceramahi, mau jalan-jalan takut dinasihati. Lama-lama aku tuh nggak nyaman ada dia di sini. Kakak kamu itu sudah berumur kenapa nggak nikah? Jadi beban saja! Pantas saja Tuhan belum kasih kita momongan, soalnya kita masih ada beban Kak Alina!”“Kenapa kamu ngomong seperti itu? Bukankah dulu sebelum kita nikah, kamu setuju serumah dengan Kak Alina?”Alina berhenti mengulurkan tangan menyentuh gagang pintu saat mendengar suara adik iparnya. Dia mendengar iparnya mempermasalahkan dirinya tinggal di sana lagi. Ini bukanlah yang pertama kali Alina mendengar iparnya berdebat dengan sang adik.“Mau bagaimanapun, Kak Alina itu kakakku, Karin. Dia yang membesarkan dan bertanggung jawab kepadaku sampai aku besar. Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, apalagi membiarkannya hidup sendirian di luaran sana.”Alina masih berdiri termangu di depan pintu, mendengarkan sang adik yang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments