Share

Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan
Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan
Author: Aililea (din din)

Izin Pindah

last update Last Updated: 2024-08-26 14:43:37

“Mau sampai kapan kita nampung Kak Alina? Aku tuh nggak bebas. Mau apa-apa ngerasa nggak enak, mau beli ini takut diceramahi, mau jalan-jalan takut dinasihati. Lama-lama aku tuh nggak nyaman ada dia di sini. Kakak kamu itu sudah berumur kenapa nggak nikah? Jadi beban saja! Pantas saja Tuhan belum kasih kita momongan, soalnya kita masih ada beban Kak Alina!”

“Kenapa kamu ngomong seperti itu? Bukankah dulu sebelum kita nikah, kamu setuju serumah dengan Kak Alina?”

Alina berhenti mengulurkan tangan menyentuh gagang pintu saat mendengar suara adik iparnya. Dia mendengar iparnya mempermasalahkan dirinya tinggal di sana lagi. Ini bukanlah yang pertama kali Alina mendengar iparnya berdebat dengan sang adik.

“Mau bagaimanapun, Kak Alina itu kakakku, Karin. Dia yang membesarkan dan bertanggung jawab kepadaku sampai aku besar. Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, apalagi membiarkannya hidup sendirian di luaran sana.”

Alina masih berdiri termangu di depan pintu, mendengarkan sang adik yang selalu membela dirinya.

“Tapi kamu itu sudah punya istri, Dan. Harusnya kamu mengutamakanku, bukan Kak Alina. Kalau kamu nggak mau Kak Alina pindah, ya sudah aku saja yang pindah!”

Alina sangat terkejut mendengar ancaman Karin. Dia harus bertindak dan bertanggung jawab atas pertengkaran Dani dan Karin karena keduanya selalu bertengkar hanya karena meributkan keberadaannya di sana.

Alina menarik napas panjang lalu mengetuk pintu tepat saat Dani sedang membujuk Karin agar tak melakukan yang dikatakan istrinya.

“Kak.”

Alina melihat raut wajah Dani yang terkejut dengan kedatangannya, lalu dia melihat Karin langsung memalingkan muka tampak kesal.

“Ada yang mau aku bicarakan,” kata Alina sambil memulas senyum tipis di wajah.

Alina melihat Dani mengangguk, lalu dia mengajak duduk Dani dan Karin di ruang tamu. Alina hanya ingin menyelesaikan pertengkaran yang terus terjadi.

“Begini, aku mau izin pindah,” ucap Alina.

Alina melihat sang adik kembali terkejut, sedangkan iparnya tampak langsung tersenyum.

Alina tersenyum tipis. Wajar mereka bereaksi seperti itu setelah ucapannya tadi. Ini keputusan mendadak, Alina juga tidak tahu akan bagaimana setelah ini, tetapi dia harus melakukannya demi pernikahan sang adik.

“Nggak, Kak. Aku tidak mengizinkan.”

Sudah bisa ditebak sang adik akan menolak. Alina menatap Dani yang tak setuju, lalu menoleh pada iparnya yang kembali kesal.

“Aku nggak mengizinkan Kak Alina tinggal di luar sendirian. Selama aku masih ada, untuk apa Kak Alina tinggal sendiri?”

“Aku tidak akan sendirian, sebenarnya aku sudah punya kekasih dan kami berencana menikah. Karena itu aku izin dulu, sekalian menyiapkan semuanya,” ujar Alina sambil memulas senyum.

Akan tetapi, dalam hati dia merutuki kebodohannya sendiri. Hanya saja, itu satu-satunya ide yang terlintas di benaknya tadi.

Alina terpaksa berbohong agar Dani mengizinkan serta agar bisa menyelamatkan rumah tangga adiknya. Dia tak bisa mendengar Dani terus menerus terlibat percekcokan dengan Karin.

Alina tahu adiknya pasti tidak percaya, tetapi dia berusaha untuk terlihat santai.

“Baiklah, kalau memang benar seperti itu, tapi aku harus tahu dulu, siapa pria yang akan menikah dengan Kak Alina,” ujar Dani.

Alina mengangguk lalu membalas, “Tentu saja, aku akan segera mengenalkannya dengan kalian.”

Alina terus memulas senyum untuk menyembunyikan kebohongannya. Dia melihat adik iparnya yang tersenyum semringah, membuat Alina lega meski sedih karena harus berbohong.

**

Esok harinya.

Alina pergi ke butik seperti biasa. Dia duduk termangu memikirkan ucapannya pada Dani semalam.

“Mau cari calon suami di mana?” Alina menghela napas, wajahnya memelas bingung.

Dani pasti menagih untuk dikenalkan dengan pria yang akan menikahinya, padahal yang sesungguhnya dia tidak memiliki kekasih!

Alina terlalu sibuk mengurus butiknya, meskipun butik yang dikelolanya masih kecil, tetapi seluruh waktunya hampir dia habiskan di butik ini.

Alina tidak punya waktu untuk bertemu pria.

Alina mengembuskan napas kasar, di saat yang tepat pintu butiknya terbuka. Melihat siapa yang datang, wajah Alina langsung tersenyum sumringah.

Lagi pula dia tidak mungkin menceritakan masalah pribadinya pada pelanggannya.

Nenek tua langganan butik Alina masuk dan tersenyum menyapa, “Sepertinya ini hari keberuntunganku karena butiknya sepi, jadi aku bisa menyita semua waktumu untuk melayaniku,” ucap Nenek Agni.

Alina membalas senyum ramah Nenek Agni. Dia langsung menghampiri Nenek Agni. “Nenek mau cari apa? Duduklah dan biar aku yang mengambilkan,” ucap Alina sopan.

Alis Alina terangkat sedikit saat melihat Nenek Agni tidak melepas senyum untuknya. Kendati demikian, Alina meminta Nenek Agni duduk agar tidak lelah mencari barang yang diinginkan karena dia yang akan melayani.

“Aku memang mencari sesuatu, tapi sepertinya agak sulit,” kata Nenek Agni sambil terus menatap Alina.

“Sulit? Memangnya apa?” tanya Alina agak membungkuk pada Nenek Agni.

Alina semakin salah tingkah dan bingung melihat Nenek Agni yang menatapnya begitu dalam.

“Aku punya desain terbaru yang cocok dengan Nenek, apa Nenek mau melihatnya?” tawar Alina, sekaligus ingin mengalihkan pembicaraan karena merasa canggung melihat tatapan Nenek Agni.

“Duduklah dulu,” kata Nenek Agni.

Alina bingung, tetapi menuruti perkataan Nenek Agni.

“Sebenarnya hari ini aku ingin minta tolong.”

Alina diam mendengarkan.

“Maukah kamu menikah dengan cucuku?”

Bagaimana?

Alina mengerjap, menatap Nenek Agni. Sedang Nenek Agni tersenyum melihat respon Alina.

“Dia cucuku satu-satunya. Aku sangat mencemaskan cucuku kalau dia tidak bisa mendapat istri yang baik. Lagi pula bukankah kamu belum menikah? Aku merasa kamu adalah pasangan yang tepat untuk cucuku, aku juga ingin memiliki cucu menantu yang cantik dan sabar sepertimu,” ucap Nenek Agni lalu menepuk punggung tangan Alina.

Alina diam berpikir sejenak. Mungkinkah ini jawaban atas kegelisahannya?

Akan tetapi, ini terlalu mendadak. Alina memang butuh seorang pria saat ini, tetapi ditawari pilihan untuk langsung menikah … Alina bingung juga.

Atau, dia terima saja, ya, permintaan Nenek Agni? Setidaknya Alina tidak perlu mencari pria asing lain dan dia mengenal Nenek Agni.

Demi Dani, Alina berhenti berpikir hingga kepalanya mengangguk begitu saja.

“Iya, kalau cucu Nenek juga bersedia,” balas Alina mengambil kesempatan itu.

“Bagus.” Nenek Agni terlihat senang.

“Sekarang tutup butiknya. Kalian akan menikah hari ini juga.”

“Apa?”

Alina kembali terkejut mendengar ucapan Nenek Agni. Lagi-lagi ini terlalu mendadak, apalagi dirinya harus menikah hari itu juga.

Namun, Alina tetapi menuruti ucapan Nenek Agni hingga bertemu dengan cucu sang Nenek.

Alina memandang pria yang berdiri di samping Nenek Agni. Pria itu berpenampilan sederhana, Alina tahu pakaian yang digunakan pria itu juga tidak bermerk sama sekali. Hanya jas rapi dengan jahitan yang biasa.

Akan tetapi, Alina tertegun ketika pria itu menatap balik Alina. Harus Alina akui, wajah cucu sang Nenek sangat tampan dengan alis tebal dan matanya yang hitam pekat, hidungnya yang mancung dan rahangnya yang tegas.

Alina mencoba tersenyum pada pria itu, tetapi sayangnya pria itu hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi.

“Nenek sudah menyiapkan semuanya. Kamu sudah sepakat mau menikah dengan wanita pilihan nenek, jadi ini wanita pilihan nenek. Cantik, bukan?”

Alina tersenyum canggung karena Nenek Agni memujinya.

“Ini Aksa, cucu nenek,” ucap Nenek Agni mengenalkan.

Alina memberanikan diri mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri, tetapi pria bernama Aksa itu hanya menatap uluran tangan Alina tanpa ekspresi.

“Aksa, yang sopan pada calon istrimu!” Nenek Agni kesal dan mengambil tangan Aksa secara paksa untuk menjabat uluran tangan Agni.

Alina tersenyum getir, akan tetapi sentuhan pertama yang diberikan Aksa membuat darahnya sedikit berdesir.

Comments (20)
goodnovel comment avatar
Siti Minah
keren ceritanya
goodnovel comment avatar
Huda Maulida
cukup oke untuk awal awal
goodnovel comment avatar
Halimatun Sakdiah
menarik cerita nya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Menikah Dadakan

    Alina dan Aksa sudah berada di depan kantor catatan sipil. Alina memandang bangunan itu, sebelumnya dia mengantar Dani mendaftar pernikahan, tetapi siapa sangka sekarang dia yang akan mendaftarkan pernikahannya dengan pria asing nan dingin yang ada di sampingnya sekarang ini. Alina melirik Aksa sekilas, tetapi buru-buru menatap kantor urusan agama itu lagi karena tak ingin membuat masalah jika Aksa tersinggung akibat tatapannya. Nenek Agni meninggalkan Alina berdua dengan Aksa karena Nenek Agni bilang ada keperluan, sehingga dia dan Aksa harus mengurus surat nikah mereka berdua saja. Alina mendengar suara dehaman dari Aksa, membuatnya menoleh dan melihat pria itu masih berdiri di sampingnya. “Kita jadi masuk?” tanya Alina memastikan karena mereka sudah cukup lama hanya berdiri di sana. Alina tertegun. Aksa menoleh dan menatapnya datar, sejurus kemudian pria itu bertanya, “Apa kamu yakin mau melanjutkan pernikahan ini? Aku yakin kamu juga terpaksa karena didesak nenekku?” Tubuh

    Last Updated : 2024-08-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Dianggap Perawan Tua

    “Apa kamu paham?” tanya Aksa memastikan. “Paham,” balas Alina masih menatap pria itu. Alina kembali diam. Dia tidak tahu harus bagaimana, semua yang terjadi hari ini terlalu mendadak untuknya. “Kamu butuh cincin pernikahan. Ikut denganku!” perintah Aksa kemudian menarik kesadaran Alina. Alina lalu melihat Aksa yang sudah melangkah menuju mobil yang terparkir di halaman kantor catatan sipil. “Kamu tidak perlu membelikanku cincin, aku akan pergi membelinya sendiri,” ujar Alina, mengejar langkah panjang Aksa. Di hadapan Alina, Aksa tiba-tiba berhenti lalu memutar tubuhnya menghadap Alina. “Pernikahan kita terjadi karena sama-sama membutuhkan. Kamu mau menikahiku saja sudah membuatku tenang. Tidak masalah jika kamu tak membelikanku cincin, aku bisa membelinya sendiri,” ucap Alina menjelaskan, merasa tak perlu menuntut apa pun dari Aksa. Alina tak ingin merepotkan Aksa lagi. Untuk beberapa saat Aksa hanya diam menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa Alina mengerti, apalagi tatapa

    Last Updated : 2024-08-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Hamil Duluan?

    Tiba-tiba Aksa sudah ada di sampingnya dan menatap Alina dengan tatapan penuh cinta?! “Kamu mengenalnya?” tanya Aksa lagi pada Alina sambil menatap dua wanita di hadapan mereka. Kakak Karin terkejut melihat Aksa. Meski berpenampilan sederhana, tapi Aksa terlihat gagah dan tampan. “Dia ....” Kakak Karin mendadak tergagap saat melihat Aksa. “Aku suami Alina. Kami ke sini untuk membeli cincin pernikahan kami, bukankah begitu, Sayang?” Aksa kembali menoleh pada Alina, remasan di pinggang Alina seolah menunjukkan jika Alina miliknya yang tak bisa diganggu. Alina mengerjap. Dia hampir kehilangan kendali saat ini. Sentuhan Aksa dan panggilan ‘sayang’ dari Aksa membuat jantungnya berdegup. Tepat saat itu pelayan toko juga datang dan meminta Aksa membubuhkan tandatangan pada kartu kreditnya untuk melanjutkan pembayaran. Di saat yang sama, kakak Karin melihat kartu kredit yang dipakai Aksa, senyum miring kembali menghias di salah satu sudut bibir wanita itu. Senyum mengejek karena tahu s

    Last Updated : 2024-08-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ipar Jahat

    Alina sangat terkejut mendengar ucapan Karin. Selama ini dia hanya mendengar ucapan itu secara tak sengaja ketika Karin berdebat dengan Dani, tetapi sekarang Karin bicara langsung padanya tanpa rasa canggung sama sekali. “Mau Kak Alina hamil duluan atau tidak. Aku tidak peduli, yang terpenting Kak Alina segera pindah saja. Kak Alina tahu, ‘kan? Biaya hidup semakin tinggi, gaji Dani hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari dan keperluanku, adanya Kak Alina di sini hanya menjadi beban saja. Jatahku harus dipangkas karena Dani juga ingin memberi Kak Alina gajinya!” Karin bicara dengan nada ketus, tanpa menunjukkan rasa sopan juga pada Alina Karin berbicara sambil melipat kedua tangan di dada. Alina cukup terkejut mendengar Karin sekarang terang-terangan bicara seperti itu. Sejak awal, Alina merasa Karin bukan wanita yang baik bagi Dani, tetapi dulu dia setuju Dani menikahi Karin karena sang adik sangat mencintai wanita itu. Sekarang firasatnya terbukti, Karin memang tak pernah menyukai

    Last Updated : 2024-08-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Identitas Sebenarnya

    Aksa pergi setelah mengantar Alina ke apartemennya.Saat sudah mengemudi jauh dari apartemen, Aksa menghentikan mobil di bahu jalan di mana ada sebuah mobil mewah sudah terparkir di sana.Aksa keluar dari mobil, lalu berjalan ke mobil mewah itu.Pria berpakaian sopir langsung mengambil alih mobil yang tadi dipakai Aksa untuk membawa mobil itu pergi dari sana.“Siang, Pak.” Seorang pria memakai setelan formal membungkuk menyapa Aksa yang baru saja datang.“Pakaian Anda sudah ada di dalam mobil,” ucap pria itu saat Aksa berdiri di depannya.Aksa tak banyak bicara. Dia langsung masuk mobil yang sudah dibuka oleh sopirnya, lalu mengganti pakaian sederhananya dengan setelan jas mahal yang sudah tersedia di sana.Setelah Aksa selesai berganti pakaian. Asisten pribadi dan sopir masuk mobil, mereka lantas pergi menuju perusahaan.“Bagaimana pernikahan Anda?” tanya asisten Aksa yang ikut di mobil itu.Aksa hanya menatap sang asisten dari kaca spion tengah.Ilham langsung membungkam mulut melih

    Last Updated : 2024-08-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Dikira Pencuri

    Alina bosan berada di apartemen. Ingin kembali ke butik tapi takut jika Nenek Agni tahu dan berpikiran yang tidak-tidak.Alina akhirnya menghubungi sahabatnya, sekaligus ingin memberitahu soal pernikahannya.“Hm … ada apa, Al?” tanya Kaira dari seberang panggilan.“Kamu sedang sibuk?” tanya Alina memastikan dulu sebelum bicara, takut sahabatnya itu sedang bertemu klien atau yang lainnya lalu terkejut.“Tidak, aku malah rasanya ingin kabur dari pekerjaan yang melelahkan ini,” jawab Kaira terdengar begitu malas dari seberang panggilan.Alina mendengar sahabatnya itu tertawa, lalu dia membalas, “Sudah enak jadi direktur umum, memangnya seberat apa pekerjaanmu, hm?”“Sudahlah, ada apa menghubungiku? Kamu mau mengajakku jalan-jalan?” tanya Kaira.“Bukan,” jawab Alina, “aku hanya ingin memberitahumu kalau aku baru saja menikah hari ini,” ucap Alina penuh kehati-hatian.Hening untuk beberapa waktu.“Halo, Kai?”“Kamu bilang apa tadi? Menikah?! APA MAKSUDNYA ITU?” Suara Kaira menggelegar dari

    Last Updated : 2024-08-26
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Lupa Jika Beristri

    Alina melihat Aksa yang berjalan mendekat ke arahnya. Alina panik dan tanpa sadar berjalan mundur hingga terbentur dinding di belakangnya. Tatapan Aksa yang sayu tetapi dalam padanya membuat Alina menelan ludah susah payah dengan jantung yang tiba-tiba berdegup sangat cepat. “Ada apa? Mau apa kamu?” tanya Alina yang panik dan waspada karena Aksa terus maju. Aksa sudah sangat dekat dengan Alina, bahkan wajah mereka kini begitu dekat. Alina menahan napas sampai memejamkan mata saat Aksa menunduk ke wajahnya, hingga Aksa tiba-tiba menjatuhkan kening di pundak Alina. Alina sangat terkejut sampai langsung membuka mata, mengerjap untuk beberapa saat. Akan tetapi, kemudian memegangi tubuh Aksa yang limbung dan hampir jatuh. Dia melirik wajah Aksa, pria itu ternyata memejamkan mata. “Aksa.” Alina memanggil tetapi tidak ada respon. “Aksa, bangun dan pergi ke kamarmu,” ucap Alina mencoba membangunkan Aksa yang bersandar pada pundaknya. Tubuh seorang pria biasanya lebih berat dibanding t

    Last Updated : 2024-08-28
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Menyalahkan Asisten

    Aksa pergi ke kantor setelah merasa lebih segar. Saat Ilham masuk untuk membacakan jadwal kegiatan Aksa hari itu, Ilham langsung terkena sembur. “Kenapa semalam kamu meninggalkanku di pesta?” tanya Aksa dengan tatapan kesal. Semalam, Aksa menghadiri pesta peluncuran salah satu produk terbaru dari brand milik kolega orang tua Aksa. Aksa yang memang memiliki toleransi alkohol rendah akhirnya mabuk meski minum sedikit. Aksa sudah berusaha untuk tak minum, akan tetapi karena sungkan dan takut dianggap tak sopan jika menolak saat diajak bersulang oleh kolega keluarganya, membuat Aksa akhirnya minum sedikit dan berakhir mabuk. Untungnya meski mabuk, Aksa masih bisa pulang ke apartemen diantar sopirnya. “Saya minta maaf, Pak. Saya pikir Anda benar-benar akan menahan diri untuk tidak minum,” ucap Ilham mencoba menjelaskan. Aksa menyandarkan kepala di sandaran kursi dan tetap memasang wajah datar mendengar alasan Ilham. “Semalam saya juga sudah izin untuk pulang lebih dulu dan Anda men

    Last Updated : 2024-08-29

Latest chapter

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Tanda Terima Kasih

    Akhirnya kisah Alina dan Aksa berakhir. Jika ada kekurangan dalam kisah ini, aku mohon maaf sebesar-besarnya buat pembaca sekalian karena aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Next aku bakal rilis buku baru, jadi tunggu karyaku yang lain, ya. Terima kasih banyak atas semua dukungan kalian selama ini. Drop komen sebagai penyemangat buat aku, ya. Kalian yang terbaik.(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 5

    Semua berjalan dengan baik. Setiap orang dengan kebaikan kini hidup dengan damai.Ini sudah lima bulan setelah Jia melahirkan. Sore itu semua orang berkumpul di rumah Alina hanya untuk bercengkrama bersama sebagai satu keluarga.Alina memandang putranya dan yang lain bermain. Dia menghela napas pelan, lalu menoleh pada suaminya.“Sepertinya kita bisa membuka sekolah khusus karena punya anak-anak sebanyak ini,” ujar Alina dengan nada candaan.Semua orang langsung menoleh saat mendengar ucapan Alina.“Sepertinya itu ide bagus. Apa mau direalisasikan?” Kaira menanggapi serius ucapan Alina.Alina tertawa, lalu membalas, “Siapa yang mau jadi gurunya? Bisa-bisa tekanan darahnya naik duluan lihat keaktifan mereka. Belum lagi ini.”Alina memandang anak Jia yang ada di stroller.“Sudah benar di sekolahkan, jangan memberi ide membuat sekolah sendiri,” balas Jia.Semua yang di sana tertawa bersama.Alina melihat Aksa yang hanya diam. Dia menggenggam telapak tangan suaminya itu.“Memikirkan apa?”

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 4

    Saat siang hari. Daniel dan Jia menjemput Anya di sekolah.Anya sangat senang melihat Daniel dan Jia menjemputnya secara bersamaan. Anya sampai berlari kecil agar bisa segera menghampiri kedua orang tuanya itu.“Kok Mama dan Papa jemputnya barengan?” tanya Anya.“Ya, biar Anya senang,” jawab Daniel, “Anya senang?” tanyanya kemudian.Anya mengangguk-angguk.Jia dan Daniel saling pandang, lalu mengajak Anya segera masuk mobil.“Tadi Anya dapat nilai seratus waktu ulangan,” ucap Anya menceritakan kegiatannya seharian ini di sekolah.“Benarkah?” Jia menoleh pada Anya dengan senyum semringah. “Sepertinya Anya harus diberi apresiasi, benar tidak?” Jia kini menatap pada Daniel.“Tentu saja,” jawab Daniel, “Anya mau apa?” tanya Daniel seraya memandang pada bayangan Anya melalui pantulan kaca spion tengah.“Anya mau makan es krim,” jawab Anya penuh semangat.Jia dan Daniel mengangguk bersamaan. Mereka pergi ke kedai es krim.Mereka sudah duduk di kedai menikmati es krim yang dipesan. Jia dan D

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 3

    Jia dan Daniel melakukan inseminasi buatan setelah melakukan beberapa prosedur yang dokter jadwalkan.Hari ini, tepat dua minggu setelah inseminasi buatan dilakukan. Jia berada di kamar mandi seraya memegang testpack yang baru saja dicelupkan pada urine. Jia duduk di atas closet dengan perasaan cemas, hingga samar-samar garis merah mulai muncul di testpack.Satu, dua. Akhirnya dua garis merah muncul di alat itu. Jia sampai membungkam mulut karena terkejut dan masih tak percaya. Bahkan bola matanya kini terlihat berkaca-kaca.“Jia, bagaimana?”Jia mendengar suara Daniel di luar kamar mandi. Suaminya itu pasti tidak sabar dan cemas dengan hasilnya. Jia segera keluar dari kamar mandi. Dia melihat Daniel yang terlihat panik.“Bagaimana?” tanya Daniel karena melihat bola mata Jia berkaca-kaca.Jia awalnya memasang ekspresi biasa, tetapi setelahnya tersenyum lebar.“Berhasil, aku hamil.” Jia memperlihatkan testpack pada Daniel.Daniel memandang dua garis di alat itu. Dia benar-benar tak m

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 2

    Keesokan harinya. Daniel dan Jia menemui dokter untuk berkonsultasi. Mereka mendengarkan penjelasan dokter soal inseminasi buatan yang ingin Jia lakukan.“Jika kalian memang yakin untuk melakukan ini. Kita harus melakukan beberapa proses termasuk mengecek kondisi rahim dan kesehatan kalian masing-masing. Akan banyak tes yang harus dilakukan sebelum inseminasi, untuk memastikan prosesnya berjalan dengan lancar,” ujar dokter menjelaskan.Daniel dan Jia sudah mendengarkan tahapan yang harus mereka lakukan. Selain mengecek kondisi rahim, sperma pun harus dites, baru kemudian menentukan waktu ovulasi yang tepat.“Iya, Dok. Kami siap melakukannya,” ucap Jia penuh semangat. Dia berharap cara ini bisa mengobati kekecewaan Daniel.Daniel menatap pada Jia yang sangat antusias. Bukankah sudah seharusnya dia pun harus bersemangat karena yang mereka lakukan demi kebahagiaan mereka juga.“Baiklah. Saya akan menjadwalkan waktu tesnya. Saya sangat berharap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian hara

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ekstra Part 1

    Tak terasa waktu cepat berlalu. Usia Elvano sudah menginjak satu tahun. Alina dan Aksa menjaga buah hati mereka dengan sangat baik, termasuk Arlo. Tidak ada satu pun yang mereka bedakan.“Sudah tidur?” tanya Alina ketika melihat Aksa keluar dari kamar Elvano.Aksa menyentuhkan telunjuk di permukaan bibir, memberi isyarat agar Alina tidak bicara atau Elvano akan bangun. Dia menghampiri sang istri, lalu menggandeng tangan Alina dan mengajaknya naik ke lantai atas.Alina menahan senyum. Dia mengikuti langkah Aksa menuju ke kamar.“Akhirnya.” Aksa tiba-tiba menghela napas lega. Dia kemudian memeluk Alina dari belakang.Alina tersenyum sambil mengusap lengan Aksa.“Dulu merawat Arlo sendiri tidak secapek ini, kenapa sekarang capek?” tanya Alina seraya melirik pada Aksa yang bergelayut manja di pundaknya.Aksa menghela napas pelan, lalu mempererat pelukan.“Dulu aku merawat sendiri, harus kuat dan tidak boleh mengeluh. Jadi, karena sekarang ada kamu, aku ingin mengeluhkan semua lelahku pada

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Kebahagiaan

    Semua orang datang ke rumah sakit untuk menjenguk Alina.Sasmita dan Nenek Agni begitu antusias menyambut kelahiran anak kedua Alina, setelah sebelumnya mereka harus menyambut dengan tangis, tetapi sekarang semuanya berbalut kebahagiaan.“Di mana bayinya?” tanya Sasmita saat masuk ruang inap Alina.“Itu.” Aksa menunjuk ke baby box yang berada tak jauh dari ranjang Alina.Aksa menemani Alina di ranjang, sedangkan Sasmita dan Nenek Agni langsung menghampiri bayi mungil anggota baru keluarga Radjasa.“Tampannya dia.” Sasmita mengambil bayi Alina dari baby box. “Benar laki-laki, kan?” tanya Sasmita memastikan karena bayi itu tampan meski sedikit terlihat cantik.“Iya, Ma.” Alina yang menjawab.“Kita punya dua cucu laki-laki, ya.” Mirza ikut senang karena setidaknya Aksa memiliki dua putra, bukan satu seperti dirinya.Aksa dan Alina memulas senyum. Aksa tak beranjak dari sisi Alina karena fokusnya sekarang memperhatikan kondisi sang istri.Sasmita menimang bayi tampan itu. Dia memandangi ba

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Melahirkan

    Aksa begitu cemas ketika membawa Alina ke rumah sakit. Bahkan dia tidak melepas genggaman saat Alina dibawa ke IGD. “Istriku mau melahirkan, Sus.” Aksa berdiri di samping ranjang pesakitan seraya menggenggam erat telapak tangan Alina. Suster yang ada di sana langsung mengecek kondisi Alina, lalu beberapa saat kemudian memanggil dokter untuk memeriksa. “Aku baik-baik saja, ini hal wajar,” ucap Alina seraya menahan rasa sakitnya karena kontraksi. Aksa menatap pada Alina. “Tapi tetap saja, kamu kesakitan,” balas Aksa tidak mau tahu. Aksa trauma dengan persalinan Alina yang dulu. Saat itu dia sangat panik dan ketakutan melihat Alina yang akan melahirkan secara prematur, hingga dibuat kehilangan yang benar-benar tak bisa membuatnya melupakan semua kejadian itu. Sekarang Alina kembali merasakan sakit seperti itu. Siapa yang tidak cemas? Alina mencoba memahami kecemasan yang Aksa rasakan. Dia membalas genggaman tangan Aksa. Dia yang kesakitan, tetapi sepertinya suaminya yang ketakut

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mau Melahirkan?

    Dua bulan berlalu dengan cepat. Usia kandungan Alina sudah masuk sembilan bulan, dia baru saja jalan-jalan pagi bersama Nenek Agni yang memang beberapa hari ini menginap di rumah. “Kapan perkiraan lahirnya?” tanya Nenek Agni saat berjalan bersama Alina menuju rumah. “Harusnya minggu ini, Nek.” Alina berjalan pelan, satu tangannya mengusap perut. “Doakan lahirannya lancar,” ucap Alina kemudian. “Tentu saja, nenek pasti akan selalu mendoakan yang terbaik buatmu dan cicit nenek.” Nenek Agni mengusap lembut perut Alina. Mereka sudah sampai di teras. Alina duduk bersama Nenek Agni untuk beristirahat setelah jalan-jalan pagi. “Lho, kamu tidak ke kantor?” tanya Nenek Agni ketika melihat Aksa keluar dari rumah hanya memakai kaus polos dan celana panjang. “Tidak, aku ambil cuti. Tapi tetap kerja dari rumah,” jawab Aksa lalu duduk di samping Alina. Nenek Agni menatap pada Aksa yang sedang mengusap perut Alina. Dia sangat lega karena akhirnya Aksa bisa merasakan kebahagiaan bersama Alina.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status