Share

Ipar Jahat

Alina sangat terkejut mendengar ucapan Karin. Selama ini dia hanya mendengar ucapan itu secara tak sengaja ketika Karin berdebat dengan Dani, tetapi sekarang Karin bicara langsung padanya tanpa rasa canggung sama sekali.

“Mau Kak Alina hamil duluan atau tidak. Aku tidak peduli, yang terpenting Kak Alina segera pindah saja. Kak Alina tahu, ‘kan? Biaya hidup semakin tinggi, gaji Dani hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari dan keperluanku, adanya Kak Alina di sini hanya menjadi beban saja. Jatahku harus dipangkas karena Dani juga ingin memberi Kak Alina gajinya!” Karin bicara dengan nada ketus, tanpa menunjukkan rasa sopan juga pada Alina Karin berbicara sambil melipat kedua tangan di dada.

Alina cukup terkejut mendengar Karin sekarang terang-terangan bicara seperti itu.

Sejak awal, Alina merasa Karin bukan wanita yang baik bagi Dani, tetapi dulu dia setuju Dani menikahi Karin karena sang adik sangat mencintai wanita itu. Sekarang firasatnya terbukti, Karin memang tak pernah menyukainya, pun Karin pernah baik kepadanya hanya saat di awal saja.

“Tenang saja, aku sudah menikah dan akan segera pindah,” ucap Alina menatap datar pada Karin.

“Ya bagus, kalau bisa hari ini juga pindah,” balas Karin sewot, “suami Kak Alina kerja, ‘kan? Bukan pengangguran? Jangan sampai nanti Kak Alina masih merepotkan kami kalau ternyata punya suami nggak bisa menafkahi. Aku nggak mau Kak Alina terus menggerogoti uang gaji Dani,” cibir Karin.

Karin tersenyum mengejek setelah menyindir. Tadi, dia memerhatikan pakaian Aksa yang biasa saja, belum lagi mobil yang dipakai juga mobil murah keluaran lama.

Alina menarik napas dalam lalu mengembuskan pelan untuk menahan emosi setelah mendengar perkataan Karin yang secara gamblang mengejeknya.

Selama ini dia mencukupi kebutuhannya menggunakan hasil penjualan pakaian di butik, tetapi Karin menuduhnya menggerogoti gaji Dani.

Miris sekali!

“Tenang saja, aku akan segera pergi dari sini.” Alina menatap tak suka karena sekarang Karin memperlihatkan wajah aslinya.

Lalu, Alina memilih beralih menatap dua orang pria yang saling berbicara di depan, menunggu Aksa berbicara dengan Dani.

Sekarang ia mulai cemas karena keduanya tak kunjung datang, hingga beberapa saat kemudian Dani dan Aksa kembali masuk.

Dani menatap Alina, kemudian berkata, “Jika Kakak mencintai Kak Aksa, aku merestui pernikahan kalian.”

Alina terkejut mendengar Dani setuju, lalu menoleh pada Aksa di samping Dani yang hanya diam.

“Aku tahu, ini yang terbaik untukmu, Kak,” ucap Dani lalu memeluk Alina.

Alina mulai penasaran dengan apa yang Aksa ucapkan sampai Dani bisa mengizinkan Alina. “Iya, kamu baik-baik, ya. Aku pindah hari ini,” balas Alina sambil mengusap punggung adiknya.

Cukup lama mereka berpelukan. Ternyata perpisahan ini sulit juga bagi Alina. Meskipun adiknya itu telah menjadi pria dewasa dan suami seseorang, baginya Dani tetap adik kecilnya, dan sekarang ia akan meninggalkan Dani.

Setelah berpelukan, Alina mengemas barang-barang penting miliknya yang mudah dibawa saat itu, lalu Alina pergi bersama Aksa, meninggalkan Dani dan Karin.

“Apa kita akan tinggal bersama Nenek?” tanya Alina lantas menoleh pada Aksa yang sedang menyetir.

“Tidak, kita akan tinggal di apartemenku,” balas Aksa tanpa menoleh pada Alina.

Alina hanya mengangguk lalu memilih diam tak bertanya lagi.

Tak lama, mereka sampai di sebuah komplek apartemen sederhana. Alina mengikuti Aksa, hingga sekarang mereka sudah masuk ke dalam unit apartemen Aksa.

“Aku masih punya banyak pekerjaan, jadi harus kembali ke kantor. Kamu bebas melakukan apa pun di sini, yang penting tidak merusak dan jangan berantakan.” Dagu Aksa menunjuk kulkas dua pintu, “Di dapur ada bahan makanan jika kamu ingin masak.”

Alina menoleh pada Aksa, lalu menganggukkan kepala.

Setelah mengatakan beberapa hal lagi tentang unit apartemennya dan menyuruh Alina untuk tidak perlu menunggunya karena Aksa akan pulang larut malam, Aksa pergi meninggalkan Alina sendirian.

Alina memandangi unit apartemen itu, meski tidak mewah tetapi apartemen itu terlihat nyaman. Alina berjalan memasuki apartemen Aksa, lebih memerhatikan sekeliling apartemen.

Ada dapur yang langsung terhubung dengan ruang makan, di samping ruang makan juga ada satu sofa besar yang menghadap sebuah televisi dengan layar yang sedikit besar. Tidak banyak barang di dalam unit apartemen itu, membuat Alina yakin Aksa adalah orang yang sangat sederhana.

Lalu, Alina membalikkan tubuhnya, untuk memerhatikan lagi sisi apartemen yang lain hingga ia dihadapkan pada dua pintu.

Alina membuka kedua pintu itu dan baru menyadari kalau di apartemen ini hanya ada satu kamar.

Sekarang Alina bingung. Kalau hanya ada satu kamar … itu berarti … di mana Alina bisa tidur?

Komen (7)
goodnovel comment avatar
vieta_novie
karin emang bener² ga punya akhlak...ga ada sopan santunnya ma kakak ipar...Dani salah pilih istri nih...
goodnovel comment avatar
wardah
ya tidur bareng sekamar Alina ,pasti Alina bingung ini
goodnovel comment avatar
Wida
karin mulutmu bner2 Yach Mak Othor sukses dech buat crtanya,, related bnget dgn ipar yg gk akurr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status