Share

Hamil Duluan?

Penulis: Aililea (din din)
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tiba-tiba Aksa sudah ada di sampingnya dan menatap Alina dengan tatapan penuh cinta?!

“Kamu mengenalnya?” tanya Aksa lagi pada Alina sambil menatap dua wanita di hadapan mereka.

Kakak Karin terkejut melihat Aksa. Meski berpenampilan sederhana, tapi Aksa terlihat gagah dan tampan.

“Dia ....” Kakak Karin mendadak tergagap saat melihat Aksa.

“Aku suami Alina. Kami ke sini untuk membeli cincin pernikahan kami, bukankah begitu, Sayang?” Aksa kembali menoleh pada Alina, remasan di pinggang Alina seolah menunjukkan jika Alina miliknya yang tak bisa diganggu.

Alina mengerjap. Dia hampir kehilangan kendali saat ini. Sentuhan Aksa dan panggilan ‘sayang’ dari Aksa membuat jantungnya berdegup.

Tepat saat itu pelayan toko juga datang dan meminta Aksa membubuhkan tandatangan pada kartu kreditnya untuk melanjutkan pembayaran.

Di saat yang sama, kakak Karin melihat kartu kredit yang dipakai Aksa, senyum miring kembali menghias di salah satu sudut bibir wanita itu. Senyum mengejek karena tahu suami Alina bukan orang kaya sebab membayar cincin menggunakan kartu kredit.

Wajahnya saja yang tampan, tetapi tidak kaya buat apa?

“Kamu masih mau membeli yang lain?” tanya Aksa, masih dengan suara yang lembut pada Alina.

“Tidak,” jawab Alina sambil menggelengkan kepala.

Setelah pelayan memberikan kartu kredit dan cincin yang dibeli Alina, Aksa mengajak Alina pergi dari sana tanpa pamit pada kakak Karin.

Aksa tetap menggandeng tangan Alina sampai membuat Alina tak berkutik dan pasrah.

Namun, gandengan tangan mereka terlepas ketika mereka memasuki area parkir mobil. Aksa juga kembali berjalan cepat meninggalkan Alina yang terpaku di tempatnya karena berusaha meredam dadanya yang masih bergemuruh.

Sadar Aksa sudah berjalan menjauh, Alina kembali berlari kecil mengejar Aksa.

Di dalam mobil, tidak ada yang bersuara.

Alina diam mengatur napas dan hatinya.

“Siapa tadi?” tanya Aksa dengan suara berat yang dingin.

“Hah?” Alina terkejut dan langsung menoleh pada Aksa. Dia melihat Aksa yang menatapnya dingin.

“Oh, dia kakak ipar adikku. Dia memang--” Belum juga kalimatnya selesai diucapkan, ponsel Alina berdering hingga membuatnya buru-buru mengambil ponsel di tas tangannya dan melihat siapa yang menghubungi.

“Dani.” Alina terkejut melihat Dani menghubunginya. Dia bergegas menjawab panggilan itu dan mengabaikan Aksa.

“Halo, Dan.” Alina langsung bicara saat menyentuhkan benda pipih itu ke telinga.

“Apa itu benar? Apa Kak Alina sudah menikah? Apa maksudnya itu? Kenapa aku tidak tahu?”

Alina kembali terkejut mendengar banyak pertanyaan Dani. Dengan tenang Alina membalas, “Akan aku jelaskan, jadi tenang dulu, ya.”

“Pulang! Temui aku di rumah!” perintah Dani dari seberang panggilan.

Alina hanya mengiakan, lalu kembali menoleh pada Aksa dengan ekspresi wajah canggung.

“Kamu keberatan tidak, kalau adikku ingin bertemu denganmu?”

**

Sesampainya di rumah, ternyata Dani sudah ada di rumah bersama Karin.

Dani mendapat informasi Alina sudah menikah dari kakak iparnya. Informasi itu jelas membuat Dani kesal karena Alina tidak memberitahunya sama sekali, bahkan tidak meminta izinnya seperti yang dikatakan Alina kemarin.

Alina tahu sang adik marah, untuk meredam kemarahan adiknya, Alina memperkenalkan sambil menjelaskan, “Ini Aksa, kami memang sudah menikah karena kami memang siap menikah,” ucap Alina meski rasanya tidak masuk akal, tetapi Alina tidak punya alasan yang tepat lagi.

Dani menatap curiga, mana mungkin sang kakak langsung menikah padahal sebelumnya berkata jika pernikahan itu masih baru rencana.

Namun, tiba-tiba sekarang Alina sudah memiliki suami, ini tak masuk akal untuknya.

“Kalau begitu, Kakak sudah berapa bulan?”

Berapa bulan? Apanya yang berapa bulan?

Bola mata Alina membola ketika mengerti maksud pertanyaan Dani, sedang Aksa hanya menatap datar Dani dan istri Dani di hadapannya.

“Apanya sudah berapa bulan?” tanya Alina memastikan. Dia panik jika yang dimaksud Dani lama hubungan antara dirinya dan Aksa, atau ….

“Kandunganmu. Kak Alina menikah terburu-buru karena hamil duluan, ‘kan?”

Alina melongo mendengar ucapan Dani, bagaimana bisa sang adik mengira dirinya hamil duluan?

Aksa masih tetap dengan pandangan datarnya dan sikapnya yang diam.

“Kakak tidak pernah memberitahuku jika memiliki kekasih, bahkan tiba-tiba menikah tanpa persetujuanku. Jika bukan karena hamil duluan lalu apa?” ungkap Dani menggebu, “Belum lagi, aku tidak tahu seperti apa pria yang Kakak nikahi,” Dani melirik Aksa. “Kenapa Kakak memutuskan masalah sebesar ini sendirian?!” Dani ingin menilai apakah pria itu layak untuk sang kakak atau tidak.

“Aku tidak akan menyerahkan Kak Alina ke sembarang pria, meski kalian sudah menikah tapi aku tidak akan mengizinkan begitu saja Kak Alina keluar dari rumah ini.” Dani bicara dengan sangat tegas dan kini memandang Aksa.

Alina tahu, Dani bersikap begini karena permintaan terakhir sang Mama sebelum meninggal. Sang Mama meminta agar Dani dan Alina harus saling menjaga satu sama lain, dan Dani sebagai seorang anak laki-laki harus melindungi sang Kakak dengan baik, membuat Dani berusaha bertanggung jawab meski usianya lebih kecil dari Alina.

Alina gelagapan dan bingung mendengar ucapan Dani, tapi Alina semakin dibuat bingung ketika Aksa kembali menggenggam tangannya. Alina menoleh pada Aksa yang terlihat menatap Dani.

“Aku ingin bicara berdua denganmu. Bisa keluar sebentar?” tanya Aksa.

Alina menatap Aksa dengan ekspresi wajah panik. Takut dan cemas jika keduanya bertengkar karena masalah itu.

Dani mengangguk menerima ajakan Aksa, lalu keduanya keluar dari rumah untuk bicara.

Kini tinggal Alina dan Karin yang ada di ruang tamu.

“Baguslah kalau Kak Alina sudah menikah, jadi bisa-bisa cepat pindah dari sini.”

Komen (14)
goodnovel comment avatar
Janna Tia
bagus cerita.
goodnovel comment avatar
Harmanto
ceritanya baru mulai kelihatannya bagus, tapi bagiku ini hanya cerpen
goodnovel comment avatar
Gunawati Thamin
ipar gak tau diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Ipar Jahat

    Alina sangat terkejut mendengar ucapan Karin. Selama ini dia hanya mendengar ucapan itu secara tak sengaja ketika Karin berdebat dengan Dani, tetapi sekarang Karin bicara langsung padanya tanpa rasa canggung sama sekali. “Mau Kak Alina hamil duluan atau tidak. Aku tidak peduli, yang terpenting Kak Alina segera pindah saja. Kak Alina tahu, ‘kan? Biaya hidup semakin tinggi, gaji Dani hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari dan keperluanku, adanya Kak Alina di sini hanya menjadi beban saja. Jatahku harus dipangkas karena Dani juga ingin memberi Kak Alina gajinya!” Karin bicara dengan nada ketus, tanpa menunjukkan rasa sopan juga pada Alina Karin berbicara sambil melipat kedua tangan di dada. Alina cukup terkejut mendengar Karin sekarang terang-terangan bicara seperti itu. Sejak awal, Alina merasa Karin bukan wanita yang baik bagi Dani, tetapi dulu dia setuju Dani menikahi Karin karena sang adik sangat mencintai wanita itu. Sekarang firasatnya terbukti, Karin memang tak pernah menyukai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Identitas Sebenarnya

    Aksa pergi setelah mengantar Alina ke apartemennya.Saat sudah mengemudi jauh dari apartemen, Aksa menghentikan mobil di bahu jalan di mana ada sebuah mobil mewah sudah terparkir di sana.Aksa keluar dari mobil, lalu berjalan ke mobil mewah itu.Pria berpakaian sopir langsung mengambil alih mobil yang tadi dipakai Aksa untuk membawa mobil itu pergi dari sana.“Siang, Pak.” Seorang pria memakai setelan formal membungkuk menyapa Aksa yang baru saja datang.“Pakaian Anda sudah ada di dalam mobil,” ucap pria itu saat Aksa berdiri di depannya.Aksa tak banyak bicara. Dia langsung masuk mobil yang sudah dibuka oleh sopirnya, lalu mengganti pakaian sederhananya dengan setelan jas mahal yang sudah tersedia di sana.Setelah Aksa selesai berganti pakaian. Asisten pribadi dan sopir masuk mobil, mereka lantas pergi menuju perusahaan.“Bagaimana pernikahan Anda?” tanya asisten Aksa yang ikut di mobil itu.Aksa hanya menatap sang asisten dari kaca spion tengah.Ilham langsung membungkam mulut melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Dikira Pencuri

    Alina bosan berada di apartemen. Ingin kembali ke butik tapi takut jika Nenek Agni tahu dan berpikiran yang tidak-tidak.Alina akhirnya menghubungi sahabatnya, sekaligus ingin memberitahu soal pernikahannya.“Hm … ada apa, Al?” tanya Kaira dari seberang panggilan.“Kamu sedang sibuk?” tanya Alina memastikan dulu sebelum bicara, takut sahabatnya itu sedang bertemu klien atau yang lainnya lalu terkejut.“Tidak, aku malah rasanya ingin kabur dari pekerjaan yang melelahkan ini,” jawab Kaira terdengar begitu malas dari seberang panggilan.Alina mendengar sahabatnya itu tertawa, lalu dia membalas, “Sudah enak jadi direktur umum, memangnya seberat apa pekerjaanmu, hm?”“Sudahlah, ada apa menghubungiku? Kamu mau mengajakku jalan-jalan?” tanya Kaira.“Bukan,” jawab Alina, “aku hanya ingin memberitahumu kalau aku baru saja menikah hari ini,” ucap Alina penuh kehati-hatian.Hening untuk beberapa waktu.“Halo, Kai?”“Kamu bilang apa tadi? Menikah?! APA MAKSUDNYA ITU?” Suara Kaira menggelegar dari

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Lupa Jika Beristri

    Alina melihat Aksa yang berjalan mendekat ke arahnya. Alina panik dan tanpa sadar berjalan mundur hingga terbentur dinding di belakangnya. Tatapan Aksa yang sayu tetapi dalam padanya membuat Alina menelan ludah susah payah dengan jantung yang tiba-tiba berdegup sangat cepat. “Ada apa? Mau apa kamu?” tanya Alina yang panik dan waspada karena Aksa terus maju. Aksa sudah sangat dekat dengan Alina, bahkan wajah mereka kini begitu dekat. Alina menahan napas sampai memejamkan mata saat Aksa menunduk ke wajahnya, hingga Aksa tiba-tiba menjatuhkan kening di pundak Alina. Alina sangat terkejut sampai langsung membuka mata, mengerjap untuk beberapa saat. Akan tetapi, kemudian memegangi tubuh Aksa yang limbung dan hampir jatuh. Dia melirik wajah Aksa, pria itu ternyata memejamkan mata. “Aksa.” Alina memanggil tetapi tidak ada respon. “Aksa, bangun dan pergi ke kamarmu,” ucap Alina mencoba membangunkan Aksa yang bersandar pada pundaknya. Tubuh seorang pria biasanya lebih berat dibanding t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Menyalahkan Asisten

    Aksa pergi ke kantor setelah merasa lebih segar. Saat Ilham masuk untuk membacakan jadwal kegiatan Aksa hari itu, Ilham langsung terkena sembur. “Kenapa semalam kamu meninggalkanku di pesta?” tanya Aksa dengan tatapan kesal. Semalam, Aksa menghadiri pesta peluncuran salah satu produk terbaru dari brand milik kolega orang tua Aksa. Aksa yang memang memiliki toleransi alkohol rendah akhirnya mabuk meski minum sedikit. Aksa sudah berusaha untuk tak minum, akan tetapi karena sungkan dan takut dianggap tak sopan jika menolak saat diajak bersulang oleh kolega keluarganya, membuat Aksa akhirnya minum sedikit dan berakhir mabuk. Untungnya meski mabuk, Aksa masih bisa pulang ke apartemen diantar sopirnya. “Saya minta maaf, Pak. Saya pikir Anda benar-benar akan menahan diri untuk tidak minum,” ucap Ilham mencoba menjelaskan. Aksa menyandarkan kepala di sandaran kursi dan tetap memasang wajah datar mendengar alasan Ilham. “Semalam saya juga sudah izin untuk pulang lebih dulu dan Anda men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Mencurigai Sesuatu

    Nenek Agni menatap sebal karena ucapan Aksa, akan tetapi apa yang dikatakan Aksa ada benarnya.Nenek Agni menyerah setelah sebelumnya terlalu bersemangat jika menyangkut tentang Alina, sampai membuatnya lupa soal perjanjiannya dengan Aksa.Aksa adalah cucunya, tetapi kini posisinya adalah kepala keluarga Radjasa. Sebagai seorang nenek, Nenek Agni jelas dituakan, tetapi kalau Nenek Agni terlalu berlebihan, Aksa bisa juga menarik diri dan membatalkan pernikahan ini.“Baiklah, nenek tidak akan minta sesuatu yang bisa membongkar rahasia keluarga kita,” ucap Nenek Agni akhirnya pasrah.Aksa hanya mengangguk-angguk pelan sebagai isyarat jika keputusannya menolak keinginan Nenek Agni memang benar.“Tetapi, meski begitu kamu harus bersikap baik pada Alina dan jangan sampai kamu berani membuat Alina menderita,” ujar Nenek Agni memperingatkan.Aksa hanya menatap sang nenek tanpa berniat membalas ucapan Nenek Agni.“Bicara denganmu kadang seperti bicara dengan patung,” gerutu Nenek Agni karena A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Bertemu Mantan

    Alina tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin di negara ini hanya satu keluarga yang memiliki nama Radjasa, dan yang datang ke pesta itu juga pasti bukanlah keluarga suaminya. Lagi pula nama bukan hak paten seseorang, bisa saja dipakai orang di kota ini juga dipakai orang yang berada kota berbeda. Pun Kaira hanya menyebut nama belakang dari keluarga Radjasa itu, bukan Aksa Radjasa. Lalu, jika dipikir kembali Nenek Agni dan Aksa juga tak terlihat seperti berasal dari keluarga konglomerat, bahkan penampilan mereka biasa saja. Sekarang Alina juga tinggal di apartemen sederhana bukan tempat yang mewah layaknya tempat orang-orang kaya tinggal. Jadi, pasti itu hanya kebetulan dan tak percaya jika Aksa adalah bagian keluarga Radjasa seperti yang dimaksud Kaira. “Kenapa kamu jadi melamun?” tanya Kaira saat melihat Alina hanya diam mengaduk makanan di piringnya, bahkan Alina terlihat menggeleng pelan tadi. Kaira tentu heran sampai menjentikkan jari di depan wajah Alin

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Luka Lama

    Alina dan Bima pernah menjadi sepasang kekasih saat mereka duduk di bangku kuliah.Dulu, Alina sangat mencintai Bima. Ketika Alina tidak memiliki siapa-siapa di kota ini, Alina memiliki Bima yang sangat perhatian dan selalu ada untuknya.Bima ada di masa sulitnya belajar sambil menghidupi dan menyekolahkan sang adik, karena hidup mereka tak sepenuhnya ditanggung oleh keluarga dari sang ayah.Melihat Bima di hadapannya seperti ini, ingatan Alina kembali melayang pada masa itu.Sebenarnya saat itu, Kaira telah memperingatkan Alina, karena Kaira melihat Bima jalan berdua begitu mesra dengan salah satu teman kuliah Alina yang juga dekat dengannya, tetapi Alina tidak percaya dan berakhir mereka bertengkar. Alina bahkan menuduh Kaira memfitnah karena cemburu dengan hubungan asmaranya dan Bima.Setelah diperingatkan Kaira, Alina sempat menepis pikiran buruk atas kecurigaannya tentang hubungan Bima dan teman kuliahnya itu, meski beberapa kali dia pun melihat Bima memberikan perhatian yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Hanya Terlalu Mencintai

    Aksa masih di rumah sakit menunggu bayinya. Saat dia masih menunggu di luar karena jam jenguk bayi sudah habis, seorang perawat datang menghampiri Aksa.“Sore, Pak.”Aksa mengangguk membalas sapaan perawat.“Dokter sudah memberikan informasi kalau besok bayi Anda sudah diperbolehkan pulang. Karena ibunya meninggal, mungkin Anda harus mencari ibu susu, tidak harus menyusui langsung, tapi Anda bisa meminta stok ASI berlebih dari si ibu menyusui untuk putra Anda demi kesehatannya,” ujar perawat menjelaskan.“Apa itu baik? Kita tidak tahu apakah ASI yang dihasilkan bagus,” ujar Aksa ragu.“Sebenarnya kami punya usulan. Wanita ini baru saja melahirkan bayi laki-laki juga, jadi sepertinya tidak masalah jika Anda memakai ASI wanita itu untuk bayi Anda. Soal gizinya, Anda boleh ikut memantau asupan gizi wanita itu agar yakin, tentu dengan kesepakatan bersama juga,” ujar perawat memberi usul.Aksa mengangguk-angguk paham, lalu bertanya, “Apa rumah sakit bisa membantu menjadi perantara?”“Tentu

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Semua Kehilangan

    Dani memasukkan semua barangnya ke bagasi mobil dibantu Rizki. “Apa semuanya sudah kamu bawa?” tanya Restu memastikan saat Rizki menutup bagasi mobil.“Sudah, Paman. Aku hanya membawa barang-barang pentingku, selebihnya biar diurus pihak kebersihan. Kunci apartemen juga sudah aku titipkan pada Bams,” jawab Dani.Restu menepuk-nepuk punggung Dani, lalu berkata, “Semua akan baik-baik saja setelah ini. Ingatlah namamu sekarang sebagai Daniel Januarta.”Dani mengangguk-angguk.“Ayo!” ajak Restu agar mereka segera masuk mobil.Dani masuk mobil bersama Restu. Dia tidak menyangka pada akhirnya akan meninggalkan kota tempatnya tumbuh dengan susah dan senang bersama sang kakak.“Semua sudah aku atur, kamu tidak perlu mencemaskan apa pun lagi,” ucap Restu saat melihat Dani hanya diam.Dani menoleh pada Restu, lalu mengangguk. “Terima kasih, meski Paman datang terlambat. Tapi aku bersyukur memiliki Paman.”“Aku yang seharusnya minta maaf karena sudah terlambat tujuh belas tahun menemukan kalian

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Bayi Laki-laki

    Hari itu langit tampak gelap dan terlihat begitu suram. Kabar meninggalnya Alina langsung diketahui banyak orang, sehingga beberapa rekan bisnis dan klien datang ke pemakaman untuk ikut berbela sungkawa. Jenazah itu langsung dimakamkan atas permintaan Dani, tanpa disemayamkan lebih dulu di rumah untuk menghindari perdebatan antara Aksa dan Dani.Aksa diam selama prosesi pemakaman berlangsung. Dia terus memandang pada liang-lahat yang menjadi pembaringan terakhir istrinya. Sampai detik ini, Aksa masih tidak percaya kalau istrinya sudah tiada, hatinya menolak itu.“Aku turut berduka cita,” ucap Restu menemui Aksa setelah prosesi pemakaman selesai. Dia menatap wajah pucat Aksa yang tidak kentara jika tak diperhatikan dengan seksama.Aksa mengangguk, tidak ada yang tahu bagaimana tatapan matanya sekarang karena tertutup kacamata hitam.“Bagaimana dengan bayimu?” tanya Restu.“Masih di rumah sakit karena masih mendapat perawatan intensif. Terima kasih Anda berkenan datang kemari,” jawab Ak

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Menyalahkan

    Dokter menatap simpati pada semua orang yang sudah menunggu kabar darinya. Dalam sekali helaan napas dokter itu berucap, “Kami sudah berusaha sebisa kami, tapi maaf Bu Alina tidak selamat karena kehilangan banyak darah.”Dani mundur saat mendengar penjelasan dokter.Aksa begitu syok, sampai mencengkram baju dokter yang baru saja memberikan informasi tentang Alina.“Jangan membohongi kami. Dia tidak mungkin meninggal!” Aksa tidak bisa menerima begitu saja.Dani geram dengan sikap Aksa. Dia menarik lengan Aksa sampai melepas cengkraman dari dokter, lalu dalam sekali ayunan dia memukul wajah Aksa.Aksa terhuyung karena mendapat pukulan cukup keras dari Dani.“Semua salahmu! Kakakku pergi karenamu!” amuk Dani.Bams langsung menengahi agar tidak terjadi perkelahian di sana.Nenek Agni pingsan saat mendengar Alina meninggal. Mirza sampai menopang tubuh sang mama lalu mencoba membaringkan ke kursi selasar di sana.Semua orang di sana benar-benar terkejut dan terpukul, termasuk Sasmita yang m

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Bayinya Selamat

    Aksa menunggu dengan cemas di depan ruang operasi. Dia terus menatap ke pintu ruang operasi karena pikirannya sangat tidak tenang dan takut jika terjadi sesuatu pada Alina.“Bu Alina pasti baik-baik saja, Pak.” Bams mencoba menenangkan karena wajah Aksa begitu pucat.Aksa tak membalas ucapan Bams. Pikirannya terasa begitu kosong karena kecemasan yang sedang melandanya.Nenek Agni, Sasmita, dan Mirza datang begitu mendapat kabar soal Alina. Nenek Agni terlihat sangat panik saat melihat Aksa berdiri di depan ruang operasi.“Bagaimana kondisi Alina?” tanya Nenek Agni.Nenek Agni melihat Aksa yang hanya diam. Dia akhirnya menoleh pada Bams.“Apa sudah ada kabar dari dokter?” tanya Mirza pada Bams.“Bu Alina mengalami kontraksi dan ada pembukaan meski kehamilannya baru tujuh bulan. Dia juga mengalami beberapa masalah kesehatan, sehingga dokter mengambil keputusan untuk dilakukan cesar demi keselamatan bayi dan ibunya,” ujar Bams yang menjelaskan.Nenek Agni sangat terkejut. Dia ingin memar

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Prematur

    Hari itu. Aksa pergi ke kamar untuk bicara dengan Alina. Dia melihat Alina yang hanya duduk di atas ranjang dengan tatapan tertuju ke jendela.“Bagaimana kondisimu hari ini?” tanya Aksa mencoba mengajak Alina bicara setelah sekian lama mereka diam.Siang ini Alina sudah lebih tenang dari biasanya, sehingga Aksa memberanikan diri menemui dan berinteraksi dengan Alina.Namun, saat Aksa duduk di kursi yang berhadapan dengan Alina, tatapan istrinya begitu dingin padanya. “Apa kamu masih tidak mau mempertimbangkan hubungan kita? Setidaknya pikirkan anak kita,” ucap Aksa mencoba kembali membujuk.Alina tidak menjawab. Dia menatap lurus ke depan, memandang kosong pada sesuatu yang tak bisa dilihatnya, kebebasan.Aksa mengepalkan erat telapak tangan. Dia ingin memaksa Alina menerima karena bagaimanapun dia tidak akan melepaskan Alina. Namun, dia masih menyadari, kondisi Alina tidak memungkinkan untuk terus ditekan, membuat Aksa memilih pergi dari kamar itu.Setelah Aksa pergi, bulir kristal

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Keinginan Alina

    Restu sedang berada di ruang rapat bersama Aksa untuk membahas bisnis. Restu tetap melakukan kerjasama karena bagaimanapun Aksa belum tahu siapa dirinya.Saat sedang mendengarkan penjelasan dari staff Aksa, Restu mendapat pesan dari dokter yang memerika Alina.[Saya sudah menyampaikan pesan Anda pada Bu Alina.][Dia juga menitip pesan untuk Anda, Bu Alina berkata jika dia akan menunggu sampai melahirkan, tapi setelahnya ingin bebas bahkan jika perlu jauh dari Pak Aksa agar suaminya kehilangan dia sebagai balasan atas semua yang didapatnya. Dia ingin pergi jauh dari kehidupan Pak Aksa.]Restu diam sejenak membaca pesan itu, lalu kembali menatap pada Aksa yang duduk di seberangnya. Sebagai seorang paman, tentunya dia ingin yang terbaik untuk Alina dan tidak ingin rumah tangga Alina hancur. Namun, jika Alina sudah bertekad kuat, Restu juga tidak bisa berbuat apa-apa.Meski begitu, Restu menunggu sampai Alina melahirkan dan melihat apakah Alina berubah pikiran atau tidak.**Di rumah Nene

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Perantara Dokter

    Hari berikutnya. Dokter datang untuk memeriksa kondisi Alina. Dia datang bersama perawat seperti biasa membawa alat yang di rumah tidak ada.“Apa Bu Alina masih muntah?” tanya dokter saat berjalan naik menuju kamar Alina bersama Bams.“Sudah tidak, mungkin karena semalaman Bu Alina tertidur,” jawab Bams.Dokter hanya mengangguk.Saat mereka sampai di depan kamar, Bams menghentikan langkah mereka.“Sesuai pesan Pak Aksa, tidak ada ponsel atau barang lain yang tak berhubungan dengan pemeriksaan yang diperbolehkan dibawa masuk kamar,” ucap Bams lalu menunjuk pada troli berisi nampan yang ada di samping pintu.Dokter dan perawat menoleh ke troli itu lalu melakukan apa yang Bams katakan. Tas dan ponsel diletakkan di sana, baru kemudian mereka diperbolehkan masuk kamar.“Bagaimana perasaan Anda hari ini?” tanya dokter menyapa.Alina hanya menatap datar apalagi ada Bams di sana.Dokter itu memeriksa detak jantung dan lainnya, lalu melirik pada Bams yang berdiri di dekat ranjang.“Saya mau me

  • Pesona Istri Dadakan Presdir Tampan   Memikirkan Rencana

    Aksa masih menunggu dokter memeriksa kondisi Alina. Hingga beberapa saat kemudian dokter melipat stetoskop dan memasukkan ke saku snelli.“Kandungannya baik-baik saja. Mungkin stres dan tekanan berat membuat asam lambungnya naik sehingga mengalami muntah berlebih. Saya sarankan Bu Alina dibawa ke rumah sakit untuk observasi lebih lanjut,” ujar dokter menjelaskan.“Tidak, rawat dia secara intensif di sini. Datangkan peralatan yang dibutuhkan untuk merawatnya. Apa pun akan kusiapkan asal dia tidak keluar dari kamar ini,” ujar Aksa dengan nada tegas.Dokter itu terkejut. Dia sampai menoleh pada Bram yang pelayan yang ada di sana, semua orang menunduk.Dokter itu bingung, tetapi demi kesehatan Alina, akhirnya dokter menyanggupi permintaan Aksa. Dia mencatat beberapa alat kesehatan sebagai penunjang untuk perawatan Alina.**Di tempat Restu. Dia sedang menunggu orang suruhannya memberi laporan. Restu tentunya sangat cemas, apalagi sampai ada dokter yang datang ke rumah Aksa.Ponsel Restu b

DMCA.com Protection Status