Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba saja seseorang menyerahkan seorang anak berusia dua tahun, dan menyatakan kalau anak itu adalah putrinya, bagaimana Andre tidak menjadi bingung karenanya. Pasalnya hingga saat itu, belum pernah satu kalipun Andre berhubungan intim dengan wanita manapun, ia masih terus hidup selibat hingga saatnya menikah nanti. Namun dari hasil test DNA telah membuktikan kalau anak itu benar anaknya. Tapi, siapa ibunya? Sejak saat itu, hidup sang pewaris tampan tidak akan pernah sama lagi.
Lihat lebih banyakSiang itu cuaca yang terlihat di luar jendela kaca ruang kerja Andre amatlah cerah. Namun hati Andre yang tetap terasa mendung sejak kembalinya wanita yang sangat ia cintai Azalea, ke dalam pelukan Aaron, semakin terasa mendung saat mendapati surat pengunduran diri sekretarisnya yang selama ini selalu dapat ia andalkan.
Dengan kesal ia membanting surat itu ke atas mejanya,
“Kenapa bisa tiba-tiba Lydia mengundurkan diri? Apa kau bisa handle semuanya seorang diri, Jo?” tanyanya pada Joshua asisten pribadinya.
Sebenarnya Andre tidak menginginkan seorang asisten pribadi yang selalu mengikutinya dengan berbagai agenda yang harus ia lakukan. Melebihi tugas seorang sekretaris yang telah lama ikut dengannya itu. Namun daddynya memaksanya untuk menerima Joshua sebagai asisten pribadinya.
“Hanya menambah job desk pekerjaan saya saja, Tuan. Tentu saja saya sanggup. Sampai saya menemukan sekretaris yang handal untuk menggantikan posisi Lydia,” jawab Joshua.
"Tidak akan ada yang sehandal dia, Jo! Saya bisa pastikan itu! Daripada kau buang waktu mencari sekretaris lainnya, kenapa tidak kau datangi saja Lydia, tanyakan padanya apa yang menyebabkannya mengundurkan diri, kalau masalah salary, saya bisa naikkan dua kali lipat dari yang sebelumnya!" saran Andre.
Jo sedikit menunduk saat menjawab,
"Baik Tuan Andre. Saya akan mencari tahu dan membujuknya untuk mau kembali bekerja di sini lagi."
Dengan gerakan tangannya, Andre meminta Joshua keluar dari ruangannya,
"Pergilah, dan bawa wanita itu secepatnya!" perintahnya.
Joshua baru akan melangkah keluar saat terdengar ketukan pintu, asisten pribadinya itu pun langsung membukanya dan mendapati salah satu anak buahnya tengah menggendong seorang anak perempuan,
"Apa kau lupa ini masih jam kantor? Kenapa kau membawa anak ke sini?" tanya Joshua.
Suaranya terdengar tegas dan berwibawa saat berbicara dengan anak buahnya, tidak selembut saat berbicara dengan Andre.
"Maaf, Pak Jo. Tapi ini bukan anak saya," jawab anak buahnya.
"Kalau bukan anak kamu, kenapa kamu membawanya ke sini? Apa kau mau memancing kemarahan Tuan Andre?"
Apa mereka tidak tahu kalau suasana hati Andre selalu terlihat buruk. Sedikit saja kesalahan maka pria itu tidak akan segan-segan memecat mereka.
"Maaf Pak Jo, saya tidak akan berani. Tapi tadi seseorang menitipkan anak ini pada saya, dan menegaskan kalau anak ini adalah milik Tuan Andre."
"Jangan gila kamu! Sejak kapan Tuan andre memiliki anak? Menikah saja belum! Berhubungan ba ... " Joshua mengibas tangannya dengan tidak sabar,
"Sudahlah, bawa anak itu keluar! Dan kembalikan pada siapapun yang memberikannya padamu barusan!" perintahnya.
"Tapi ... "
"Apa kau sedang mencoba untuk mengabaikan perintah saya?"
Melihat tatapan tajam Joshua seketika itu juga anak buahnya menunduk, entah karena hormat atau ketakutan.
"Baik Pak Jo. Saya akan kembalikan lagi anak ini!"
Anak buahnya balik badan sambil menggerutu pelan,
"Apa Pak Jo tidak melihat mata anak ini sebiru mata Tuan Andre? Bukan anaknya darimana?"
"Apa yang kau ucapkan barusan?"
Pertanyaan Joshua membuat langkah anak buahnya terhenti. Punggungnya menegang karena ketakutannya akan amarah yang akan ia terima dari Joshua nantinya, ia tidak menyangka kalau gumamannya dapat tertangkap telinga atasannya itu.
Perlahan anak buahnya balik badan kembali ke arah Joshua. Dan saat itu, anak yang semula sedang tertidur dengan menyandarkan kepalanya di dada anak buahnya, sekarang mulai terbangun dan perlahan membuka kedua matanya.
Joshua mundur beberapa langkah ke belakangnya, karena apa yang anak buahnya ucapkan tadi ada benarnya juga, mata anak perempuan itu sama birunya dengan mata Andre. Mata yang saat ini amatlah langka.
"Mommy .... Mommy ... " rengek anak itu dengan bibir bawahnya yang bergetar, sebentar lagi pasti akan segera nangis mencari sosok yang anak itu kenali.
"Bawa masuk!" perintah Joshua, ia membuka pintu lebar-lebar dan menutupnya kembali setelah anak buahnya masuk sambil terus menggendong anak kecil itu.
Lebih baik mereka membicarakannya di dalam, untuk menghindari spekulasi buruk dari para karyawannya nantinya.
"Apa-apaan ini?" tanya Andre saat melihat seseorang memasuki ruangannya dengan seorang anak yang sedang merengek sedih.
"Bawa anak itu ke sana!" seru Joshua sambil menunjuk sofa melingkar di sisi jendela kaca besar yang menampakkan gedung-gedung bertingkat yang seolah berlomba-lomba meninggikan bangunannya.
"Jo! Jelaskan padaku sekarang!" geram Andre. Matanya mengikuti gerak langkah anak buahnya yang sedang menuju sofa tempat Andre biasanya duduk santai.
"Seseorang telah menyerahkan anak itu pada anak buah kita, Tuan. Menurut penuturannya, anak itu adalah milik anda Tuan," jelas Joshua.
Andre menyipitkan kedua matanya dengan dongkol,
"Dan kau percaya begitu saja?"
"Tentu saja saya tidak langsung percaya, Tuan. Mengingat saya tahu hidup selibat anda. Tapi, kalau anda melihat mata anak itu, anda akan mendapati mata yang sama dengan mata anda."
Bahkan Thomas adik kandung Andre sekalipun tidak memiliki mata yang sebiru cerah itu. Sama dengan birunya langit saat ini.
Penasaran dengan yang Joshua ucapkan barusan, Andre pun menoleh ke anak perempuan yang sedang fokus memandangi gedung perkantoran, juga lalu lalang mobil yang terlihat di atas jalan layang depan kantor Andre.
"Bawa ke sini anak itu!" perintahnya.
Dan saat anak buahnya melangkah mendekati Andre, anak yang tadinya terlihat merajuk kini wajahnya mulai terlihat ceria. Pandangan Andre pun langsung tertuju ke dua pasang mata berwarna biru sebiru warna mata Andre,
"Memangnya apa yang orang itu ucapkan saat menyatakan anak itu adalah anak saya?" tanya Andre pada anak buahnya itu.
"Tolong serahkan anak ini pada Tuan Beaufort, dia membutuhkan Daddynya, karena Mommynya sudah tidak sanggup lagi merawatnya," jawab anak buahnya.
"Beaufort siapa yang orang itu maksud? Saya, Daddy saya? atau Thomas?" cecar Andre.
Ia sedikit dongkol dengan cara kerja anak buahnya itu. Nanti, ia akan meminta Joshua untuk melatih kesigapan mereka lagi.
"Maaf, Tuan. Hanya itu yang diucapkan sebelum pria itu bergegas pergi dengan sangat terburu-buru."
Andre bisa mencoret Thomas dari daftar ayah anak ini, karena matanya yang tidak sebiru mata Andre dan mata daddy mereka. Thomas memiliki warna mata mommy mereka.
Dan mengingat Andre tidak pernah sekalipun menyentuh wanita, maka bisa dipastikan kalau anak perempuan itu adalah milik daddynya. Kedua tangannya pun mengepal erat,
"Sial! Apa aku punya adik lagi?" geramnya.
Menghadapi keliaran Thomas saja Andre sudah dibuat pusing, ditambah lagi satu orang adik yang masih batita.
Apa anak ini hasil hubungan daddynya dengan Kitty?
Mengetahui hal itu Andre semakin terbakar emosinya. Ia seolah tidak dapat menerima memiliki adik dari wanita yang pernah kedapatan mencoba menggoda dirinya.
"Jo! Segera hubungi Tuan Beaufort!" perintahnya dengan nada tajam.
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T
Akhirnya setelah rangkaian prosesi yang mengharukan, tibalah saatnya Catherine dan Andre melakukan wedding kiss. Ciuman pertama mereka setelah sah menjadi pasangan suami istri yang telah mengikat janji suci, untuk selalu setia dalam keadaan susah maupun senang, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan mereka.Dengan susah payah Catherine menelan salivanya saat Andre menatapnya dengan senyumannya yang menggoda. Terutama saat tatapan pria yang telah sah menjadi suaminya itu turun ke bibirnya, rasanya untuk bernapas saja pun Catherine sulit.Memang itu bukan ciuman pertama untuk mereka, tapi tetap saja jantung Catherine berdegup dengan kencangnya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang menyaksikannya.Catherine menahan dirinya untuk tidak bergerak mundur saat Andre mulai mendekatkan wajahnya, perlahan bibir Andre mulai bergerak mendekati bibirnya, dan kedua lutut Catherine melemah saat bibir mereka telah menyatu dalam ciuman lembut dan memabukkan.Seharusnya ciuman pernikahan itu hany
Lebih dari satu kali Chaterine melihat, tidak hanya penata riasnya saja yang terus menguap, tapi penata busana pengantinnya juga. Hal yang wajar setelah mereka semua bekerja keras demi bisa memenuhi keinginan Andre, membuat gaun pengantin yang indah kurang dari dua puluh empat jam.Meski berkali-kali daddy Isaac dan sahabat Andre membujuknya untuk bersabar hingga akhir minggu ini, namun Andre tetap bersikeras pada keputusan awalnya itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membuatnya goyah.Untung saja ada Lolita dan Monic yang selalu menenami Catherine. Celotehan kedua wanita belia itu sedikit banyaknya dapat membantu Catherine melewati malam pernikahannya tanpa rasa takut.Atau setidaknya Catherine sanggup menahan dirinya untuk tidak melarikan diri, tiap kali ia membayangkan akan mengucap janji pernikahan esok harinya bersama dengan Andre. Meski tidak menolak pernikahan itu, Catherine belum sepenuhnya menerima juga.Hanya demi Zee saja yang menjadi pertimbangan terbesar Catheri
Ya, seharusnya itulah yang dilakukan suami pada istrinya yang tengah hamil. Apa itu juga yang Cartherine harapkan dulu?Gelombang penyesalan semakin menghantam Andre tanpa ampun. Dan tanpa diminta semua sikap kasarnya pada Catherine selama ini terputar lagi di benaknya. Sungguh ingin ia memutar waktu untuk memperbaiki semuanya."Ethan benar. Dulu kami memang bodoh. Dulu, aku tidak pernah merasakan cinta yang begitu murni sebelum bertemu dengan Monic," aku Levin, ia menangkup kedua pipi Monic, sorot matanya terlihat penuh cinta saat menatap istrinya itu,"Dan sejujurnya itu sangat membuatku takut. Takut wanita ini akan mengubah hidupku yang sebelumnya kurasa sangat sempurna. Namun ternyata aku salah. Aku baru merasakan kesempurnaan itu setelah bertemu dengannya, setelah menikahinya dan membuatnya mengandung darah dagingku.""Kak, jangan membuatku malu," ucap Monic dengan wajah yang memerah. Andre semakin bingung dengan perubahan wanita itu. Dan sekarang ia semakin yakin kalau cinta da
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen