"Siapa yang bilang Lea akan melahirkan? Kami cuma memeriksa rutin kandungan Lea," tanya Aaron dengan nada dongkol.
Pasalnya tanpa angin tanpa hujan, Andre masuk begitu saja ke ruang praktek dokter Hera dan mengira Azalea telah melahirkan.
"Sial, jadi Daddy menipuku!" geram Andre, matanya menatap sayu saat bersitatap dengan Azalea, wanita yang sangat ia cintai itu, meski kini terlarang baginya untuk terus mencintainya.
"Kamu kenapa Ndre? Kelihatannya kuyu sekali, apa kamu ada masalah?" tanya Azalea dengan lembut.
Berniat memberikan privasi untuk mereka, dokter Hera melangkah keluar ruangan, dan Andre mneyadari hal itu.
"Kuyu? Ah, mungkin karena debu jalanan, aku menuju rumah sakit ini secepatnya dengan mengendarai motor begitu Daddyku memberi kabar kalau kamu sudah melahirkan," jawab Andre sebelum menyeringai lebar.
Namun Azalea telah berteman lama dengan Andre. Jadi ia tahu kalau pria itu sedang memiliki masalah.
"Apa kamu sedang membohongiku, Ndre? Aku tahu mengenal kamu dnegan sangat baik, jadi tidak ada gunanya kamu mengelak."
"Sayang, sudah jangan pedulikan Andre, lebih baik kamu pedulikan saja anak kita yang sedang kamu kandung ini," pinta Aaron.
Mata Andre tertuju pada jemari Aaron yang sedang membelai lembut perut Azalea yang membuncit. Andai saja dulu sahabatnya itu tidak kembali mencari Azalea, mungkin saat ini Andre lah yang tengah mengusap perut itu, dan anak Andre lah yang berada di dalamnya.
Cemburu ...
Ya, Andre masih saja merasakan tikaman rasa cemburu tiap kali melihat kedekatan mereka. Ia masih belum bisa terima kalau Azalea dan Aaron kembali rujuk lagi. Cintanya pada Azalea begitu besar hingga ia enggan untuk menerima kenyataan itu.
"Ndre, kenapa diam saja?"
Pertanyaan Azalea mengembalikan kesadaran Andre dari tatapan kosongnya pada tangan sahabat baiknya yang masih saja terus mengusap lembut perut Azalea.
Seolah Aaron dengan sengaja menegaskan kalau Azalea adalah miliknya, dan hanya akan menjadi miliknya.
Andre hanyalah seperti kucing jalanan yang berharap sisa-sisa makanan, yang ia tahu betul tidak akan pernah ia dapatkan. Mau sekeras apapun usahanya.
Tidak mau menyembunyikan rahasia sekecil apapun dari Azalea, tepatnya bukan tidak mau tapi tidak bisa, akhirnya Andre pun mendesah pelan tanda menyerah, ia menjatuhkan dirinya di atas sofa sambil menekan keningnya,
"Tiba-tiba saja aku sudah memiliki seorang putri," akunya.
Sontak saja pengakuan Andre itu tidak hanya membuat Azalea yang tersentak mendengarnya, Aaron juga.
Pasalnya selama ini Andre sama sekali tidak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita selain dengan Azalea, lalu bagaimana bisa tiba-tiba sahabat mereka itu memiliki seorang putri?
"Ndre, kamu tahu betul aku tidak suka becanda jika kita sedang membahas sesuatu yang serius," sungut Azalea.
Selama ia mengenal Andre, pria itu memang senang berbicara ngawur, mengadakan yang tidak pernah ada. Kemungkinan saat ini Andre pun sedang melakukan hal yang biasa pria itu lakukan dulu.
"Aku serius, Lea. Apa selama ini kamu pernah melihat aku becanda jika menyangkut dengan kehidupan pribadiku?" Andre balik bertanya.
"Well, tidak pernah sih. Ok, sekarang ceritakan pada kami kenapa bisa tiba-tiba hadir seorang putri di dalam hidupmu?"
Andre duduk tegak di sofanya untuk memulai ceritanya, tapi tidak ada satu kata pun yang bisa keluar dari dalam mulutnya, hingga akhirnya ia menyandarkan lagi punggungnya pada sandaran sofa mahal itu.
"Ndre!"
Azalea mulai terdengar tidak sabar. Sejak dulu Azalea memang selalu tidak sabaran dalam hal apapun, termasuk juga saat memutuskan untuk melakukan pernikahan kontrak dengan Aaron tanpa pertimbangan yang matang.
Hingga akhirnya pernikahan kontrak itu berujung pada perceraian, meski pada akhirnya mereka rujuk kembali dan menikah atas dasar cinta.
Lalu meninggalkan Andre yang patah hati seorang diri ...
Andre yang selalu ada untuk Azalea di saat-saat terpuruk wanita itu. Andre selalu menjadi orang pertama yang menghiburnya, yang mengembalikan lagi senyuman di wajah cantiknya.
Namun saat Andre yang tenggelam dalam patah hatinya yang sangat menyakitkan jiwa dan raganya itu, Azalea tidak mendatanginya. Azalea terlalu fokus pada kehidupan barunya dengan mantan suaminya itu.
Dan herannya meski demikian, Andre sama sekali tidak dapat membenci Azalea, ia masih saja terus mencintai wanita itu dengan tulus, dengan segenap hatinya.
Meski sebenarnya ia merasakan tikaman rasa bersalah pada Aaron, karena hingga kini ia masih belum bisa menghilangkan rasa cintanya pada Azalea, wanita yang telah secara resmi menjadi istri sahabatnya itu.
"Seseorang membawa anak perempuan berusia tiga tahun ke kantorku dan menyerahkannya pada anak buahku," mulai Andre.
Ia menceritakan semuanya tanpa ada yang ia sembunyikan. Sampai tes DNA yang ia lakukan atas desakan daddy Isaac. Hingga ia menutup ceritanya dengan,
"Dan aku yakin sekali kalau Zee bukanlah putriku."
"Bagaimana kamu bisa sangat yakin seperti itu?" tanya Aaron.
Alih-alih menjawab, tatapan Andre malah beralih pada Azalea saat meminta dukungan wanita itu,
"Kamu tahu sendiri kan Lea kalau selama ini aku tidak pernah menyentuh satu orang wanita pun. Apalagi sampai bercinta dengan mereka dan menghasilkan seorang anak."
"Iya juga sih ... Tapi kalau Zee berusia tiga tahun, itu berarti anak itu seusia Selena dong ya?"
"Nah, itu makanya aku bertambah yakin sekali kalau Zee bukan putriku. Karena tiga tahun lalu aku selalu bersamamu, Lea."
"Ya, kamu memang selalu bersamaku sampai aku menikah lagi dengan Aaron. Tapi bagaimana setelahnya? Aku nyaris tidak pernah melihatmu lagi selama setahun setelah pernikahanku."
"Ya Tuhan, apa kamu juga meragukanku, Lea? Aku kira kamu sudah cukup mengenalku hingga kamu tidak akan pernah percaya kalau aku menghamili wanita yang tidak aku nikahi," desah Andre.
Ia merasa sesuatu menusuk hatinya dengan sangat dalam. Ia tidak peduli pada orang lain yang tidak mempercayainya, asal jangan Azalea. Hanya wanita itu yang dapat menorehkan luka yang sangat dalam pada hatinya.
"Bukannya aku tidak percaya, Ndre. Aku tadi hanya bertanya saja. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, rasanya mustahil kamu bercinta tanpa ikatan pernikahan. Karena kamu telah menegaskan hal itu berkali-kali padaku," ralat Azalea.
Telah bertahun-tahun ia bersahabat dengan Andre, dan tidak pernah sekalipun Andre bersikap tidak sopan padanya. Bahkan Andre cenderung melindunginya dari tatapan tak senonoh pria lain padanya.
"Kamu percaya padaku, Lea?" tanya Andre penuh harap.
"Tentu saja aku percaya padamu, Ndre. Aku percaya kalau kamu selalu memegang komkitmenmu untuk tidak bercinta tanpa ikatan pernikahan," jawab Azalea tanpa keraguan sama sekali.
Luka di hati Andre seketika sembuh secara sempurna. Azalea memang mudah sekali menyakitinya, semudah wanita itu mengobatinya.
Hanya itu saja yang Andre butuhkan untuk saat ini, mendapatkan kepercayaan penuh Azalea padanya. Ia tidak peduli dengan pendapat orang lain, hanya pendapat Azalea sajalah yang akan ia pedulikan.
"Terima kasih, Lea. Kamu memang satu-satunya orang terdekatku yang tidak pernah meragukanku," ucapnya sambil tersenyum lembut. Bahkan daddynya sendiri saja meragukannya, dan bersikeras mengeaskan kalau Zee adalah putri Andre.
Melihat tatapan lembut Andre yang selembut senyumannya, tentu saja hal itu membuat Aaron berang, ia tidak terima Andre tersenyum seperti itu pada istrinya.
Apalagi Aaron tahu kalau Andre dan Azalea pernah dekat, meski hanya sekedar sahabat.
Namun hingga kini Aaron tetap yakin kalau tidak akan ada persahabatan murni di antara pria dan wanita. Pasti akan ada benih-benih cinta di antara keduanya, atau salah satunya.
Seperti halnya Andre yang telah jatuh cinta pada Azalea. Meski pria itu berusaha menyembunyikan perasaannya itu dari Azalea, namun bagi siapapun yang melihatnya, jelas sekali kalau pria itu sangat mencintai Azalea. Hanya saja Azalea terlalu polos hingga tidak pernah menyadarinya.
"Aku juga percaya padamu, Ndre. Sekarang kamu pulanglah!" seru Aaron dengan nada sedikit mengusir.
Ia sengaja melakukan itu agar Andre cepat-cepat menyingkir dari hadapannya, dari hadapan istrinya. Ia tidak pernah merasakan cemburu pada pria lain, kecuali pada Andre.
"Aku akan mengabarimu kalau Lea akan melahirkan. Ingat, hanya info dariku saja yang valid, bukan dari yang lainnya!" lanjutnya.
Andre baru akan merespon Aaron ketika notifikasi pesan singkatnya berbunyi dan pria itu pun melihatnya,
Kening Andre mengkerut dalam, sementara kedua matanya fokus melihat layar ponselnya,
"Sial! Ini tidak mungkin ... " umpatnya sambil menggeleng pelan.
"Ada apa, Ndre?" tanya Azalea dan Aaron bersamaan.
"Hasil tes menyatakan kalau DNAku dengan Zee cocok," jawab Andre, matanya menatap ponselnya tanpa berkedip, kemungkinan sedang membaca hasil tes itu.
"Ya Tuhan ... Jadi anak itu benar putrimu?" Azalea manangkup mulutnya.
Sama halnya dengan Andre, ia sama sekali tidak percaya kalau Andre telah menghamili seseorang. Andre bukanlah tipe pria yang dengan mudah mengabaikan komkitmen yang telah pria itu buat.
"Aku harus pergi!" seru Andre sambil bangkit dari kursinya dengan gerakan cepat.
"Ck, yang lain menikah secara diam-diam. Tapi yang satu itu malah diam-diam sudah memiliki anak. Dan bodohnya lagi malah tidak menyadarinya," desah Aaron.
"Tuan hasilnya sudah keluar!" lapor Joshua saat Andre baru saja memasuki ruang kerjanya lagi.Ia menyapu pandangannya ke seluruh ruang kerja itu untuk mencari sosok daddy Isaac, dan Joshua pun mengerti siapa yang tengah tuannya itu cari,"Tuan Isaac langsung pulang ke rumah setelah melihat hasil tes itu, Tuan. Beliau ingin menyiapkan kamar anak untuk Nona Zee.""Kamar anak? Jangan bilang kalau hasilnya benar-benar ... "Bahkan untuk melanjutkan pertanyaannya sendiri saja Andre merasa ngeri. Ya, ia takut pada jawaban yang akan ia dapatkan itu. Namun sepertinya mau tidak mau Andre tetap harus mendengarnya, padahal Joshua sudah menjelaskan padanya di telepon tadi,"Hasil DNA anda dengan Nona Zee cocok, Tuan. Hasil itu menegaskan kalau memang andalah ayah dari anak itu."Dengan tidak sabar Andre merebut tab yang tengah Joshua pegang. Kedua matanya membola saat membaca hasil tes yang asisten pribadinya itu jelaskan tadi."Tidak, ini tidak mungkin," desahnya."Coba anda ingat-ingat lagi, Tu
Setelah Joshua menutup pintunya, perlahan Andre berdiri dan melangkah ragu ke arah pintu rahasia yang akan menuju kamarnya yang sedikit terbuka.Ia mengira kalau Catherine ikut gtertidur di samping Zee, tapi ternyata kedua wanita beda generasi itu sedang bercanda di atas tempat tidurnya. Tawa melengking Zee terdengar saat Catherine menggelitiki pinggangnya,"Geli ... Geli, Mimi!" pekik Zee.Baik Catherine maupun Zee sama-sama tersentak kaget saat pintu kamar terbuka lebar,"Tempat tidurku bukan arena bermain untuk kalian!" keluh Andre dengan dongkol.Andre mengumpat pelan saat melihat wajah Zee yang semula ceria menjadi sedih. Bibir bawahnya mulai maju, sebelum akhirnya memeluk Belinda,“Mimi … ” isaknya.“Sst, tenang sayang. Mimi ada di sini kamu jangan nangis ya. Bagaimana kalau kita keluar untuk membeli ice cream? Kamu suka ice cream kan?” bujuk Catherine.Namun Zee masih terus terisak sambil menggelengkan kepalanya, sementara Catherine melihat Andre yang alih-alih ikut membujuk Ze
"Sial aku lupa! Aku ke sini menggunakan motor!""Aku bawa mobil.""Apa aku bertanya padamu?""Aku hanya peduli pada Zee, anak itu pasti akan masuk angin kalau kamu tetap ngotot ingin menggunakan motormu alih-alih mobilku."Andre menghela napas kasar sebelum akhirnya menyerah,"Ya sudah, parkir di mana mobil sialanmu itu?"Catherine melangkah ke arah parkir mobilnya. Lumayan jauh dari pintu keluar, hingga membuat Andre kembali emosi,"Kenapa jauh sekali? Zee sudah kepanasan!" keluhnya.Cukup sudah bersabar menghadapi sikap Andre yang selalu ketus padanya, Catherine pun memutar badannya ke arah pria itu. Meski kesal ia memelankan sedikit suaranya karena Zee kembali tertidur dengan menyandarkan kepalanya di pundak Andre,"Kamu kan tahu sendiri kalau ini bukan area parkir tamu, Ndre. Jadi aku parkir sedikit lebih jauh. Kalau kamu kelelahan karena harus menggendong Zee, serahkan saja Zee padaku!" desisnya."Sudah terus jalan, jangan banyak bicara!" seru Andre.Bulir-bulir keringat mulai me
Ternyata benar dengan yang dikatakan orang-orang selama ini, jika ada uang, maka sesuatu yang terlihat mustahil akan dapat terwujud juga.Seperti yang tengah Catherine lihat saat ini, kamar tidur anak yang menyatu dengan tempat bermainnya terlihat begitu indah. Semuanya terlihat tertata rapi pada tempatnya, dengan tata letak yang tepat, yang pastinya hasil dari desain interior ternama.Padahal Baru hari ini keluarga Andre mengetahui keberadaan Zaa yang merupakan cucu pertama mereka. Namun kamar untuk anak itu telah tersedia dalam waktu sekejap. Hanya dalam hitungan jam saja.“Kenapa diam saja, cepat rebahkan Zaa di tempat tidurnya, Kitty!” perintah Andre yang membuyarkan lamunan Catherine.Dan Catherine pun segera merebahkan Zaa yang masih terlelap sejak di dalam mobil. Dengan hati-hati ia menyelimuti anak itu agar tidak terbangun.“Kamu boleh pulang sekarang!” “Catherine akan tetap di sini! Daddy hanya percaya pengawasan Zee pad Catherine sepenuhnya! Sebaiknya, kamu saja yang kembal
“Ke kamarku Sekarang!” Perintah Andre pada Joshua melalui ponselnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Joshua memasuki kamar Andre setelah sebelumnya mengetuknya terlebih dahulu.“Jika ini mengenai identitas Ibu dari Nona Zee, saya nelum mendapatkannya, Tuan. Saya mohon anda bersabar sebentar,” tebak Joshua yang memahami betul leinginan tuannya itu.“Kenapa lama sekali? Biasanya informasi apapun kamu akan dengan cepat mendapatkannya!” sungut Andre.Sekembalinya ia dari rumah daddy Isaac, pikirannya terus berkelana ke putrinya. Dari tiga hasil tes DNA semuanya menyatakan kalau ia adalah ayah biologis Zee, namun ia sama sekali tidak pernah menyentuh satupun wanita, apalagi sampai menyetubuhinya dan menghasilkan seorang anak.Mau sekeras apapun Andre mengingatnya hasilnya tetap sama, ia sama sekali tidak menemukan jawabannya.“Sepertinya informasi sekecil apapun mengenai Nona Zee, mampu ditutupi dengan sangat sempurna hingga tidak memiliki celah sama sekali, Tuan. Dan saya menduga kalau
Keesokan harinya di jam yang telah Andre tentukan untuk sesi wawancaranya dengan calon pengasuh Zee, Andre mendapati dirinya tidak menemukan satupun pelamar yang cocok untuk posisi itu. Ada saja kelemahan dari mereka yang tidak dapat Andre tolerir, yang mungkin bagi sebagian orang akan dapat memakluminya, namun tidak untuk Andre.Baginya, keamanan dan juga kenyamanan keluarganya menjadi prioritas utama untuknya. Terutama kenyamanan putri yang baru saja ia miliki itu.“Apa semuanya sudah datang?” tanya Andre setelah calon pengasuh terakhir yang ia wawancara sudah keluar dari ruang kerjanya.“Sudah Tuan,” jawab Joshua lalu mendesah pelan sebelum melanjutkan,“Tapi sepertinya tidak ada satupun yang cocok dengan anda.”“Bukan tidak cocok dengan saya, tapi tidak cocok mengasuh Zee. Astaga, bahkan ada di antara mereka yang mencoba merayuku dengan gerakan sensualnya yang disengaja itu, Jo!”Joshua berdeham pelan untuk menahan tawanya. Melihat wajah pias Andre saat salah satu wanita itu men
“Ada apa dengan Zee?” tanya daddy Isaac pada Catherine yang tengah menimang Zee untuk menghentikan tangisnya.“Saya juga tidak tahu, Tuan. Sejak tadi Zee tidak berhenti nangis.”“Sakit? Badannya panas?”“Tidak, Tuan. Suhu tubuhnya normal, tidak batuk dan pilek juga. Hanya saja semalam tidurnya tidak lelap dan selalu gelisah.”“Apa Zee biasa seperti ini sebelumnya?”“Tidak pernah, Tuan.”Daddy Isaac mengambil Zee dari tangan Catherine. Ia turut serta mencoba menenangkan cucunya itu, namun Zee tangis Zee tidak juga berhenti.“Tuan, sepertinya Zee tidak nyaman berada di sini. Apa sebaiknya Tuan membatalkan rencana Tuan? Saya tidak tega melihat Zee seperti ini,” saran Catherine.“Kau sedang mencoba mengatur saya, Kate? Saya tahu mana yang terbaik untuk anak dan cucu saya.”“Maaf, Tuan. Saya sama sekali tidak berniat mengatur anda. Tapi …”“Kate, kalau kau ingin mengambil hati Andre, mulai lah dari Zee. Anak ini satu-satuya jalan untuk menraik perhatian Andre padamu. Percayalah, rencana sa
“Kau berharap bisa menenangkannya? Tadi pun kau tidak bisa melakukannya dengan baik, ya kan?”“Ndre … Percayalah padaku. Biarkan aku menggendongnya, Zee menginginkan itu.”Andre mengumpat kesal sebelum akhirnya menyerahkan Zee pada Catherine, sepertinya ia memang tidak memiliki pilihan lain lagi. “Bukan berarti aku percaya padamu! Hanya karena Zee” tegasnya.Tangisan Zee perlahan berkurang saat Catherine menenangkannya, dan Andre mau tidak mau mengakui kepiawaian Catherine dalam mengurus Zee.“Zee sudah tidur. Rebahkan kembali di tempat tidurnya!” perintah Andre, padahal tanpa Andre memberinya perintah, Catherine memang baru akan memindahkan Zee ke box bayinya.“Zee sudah tidur, kamu boleh pulang.”“Kau mengusirku? Apa kau lupa ini rumahku?”“Terserahmu. Tapi kalau kamu tidak keberatan, bisakah kamu kembali ke kamarmu? Aku mau berganti pakaian,” pinta Catherine yang masih mencoba bersabar menghadapi Andre.“Untuk apa? Jangan bilang kau tidur di kamar ini!” Andre mengedarkan pandanga
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T
Akhirnya setelah rangkaian prosesi yang mengharukan, tibalah saatnya Catherine dan Andre melakukan wedding kiss. Ciuman pertama mereka setelah sah menjadi pasangan suami istri yang telah mengikat janji suci, untuk selalu setia dalam keadaan susah maupun senang, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan mereka.Dengan susah payah Catherine menelan salivanya saat Andre menatapnya dengan senyumannya yang menggoda. Terutama saat tatapan pria yang telah sah menjadi suaminya itu turun ke bibirnya, rasanya untuk bernapas saja pun Catherine sulit.Memang itu bukan ciuman pertama untuk mereka, tapi tetap saja jantung Catherine berdegup dengan kencangnya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang menyaksikannya.Catherine menahan dirinya untuk tidak bergerak mundur saat Andre mulai mendekatkan wajahnya, perlahan bibir Andre mulai bergerak mendekati bibirnya, dan kedua lutut Catherine melemah saat bibir mereka telah menyatu dalam ciuman lembut dan memabukkan.Seharusnya ciuman pernikahan itu hany
Lebih dari satu kali Chaterine melihat, tidak hanya penata riasnya saja yang terus menguap, tapi penata busana pengantinnya juga. Hal yang wajar setelah mereka semua bekerja keras demi bisa memenuhi keinginan Andre, membuat gaun pengantin yang indah kurang dari dua puluh empat jam.Meski berkali-kali daddy Isaac dan sahabat Andre membujuknya untuk bersabar hingga akhir minggu ini, namun Andre tetap bersikeras pada keputusan awalnya itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membuatnya goyah.Untung saja ada Lolita dan Monic yang selalu menenami Catherine. Celotehan kedua wanita belia itu sedikit banyaknya dapat membantu Catherine melewati malam pernikahannya tanpa rasa takut.Atau setidaknya Catherine sanggup menahan dirinya untuk tidak melarikan diri, tiap kali ia membayangkan akan mengucap janji pernikahan esok harinya bersama dengan Andre. Meski tidak menolak pernikahan itu, Catherine belum sepenuhnya menerima juga.Hanya demi Zee saja yang menjadi pertimbangan terbesar Catheri
Ya, seharusnya itulah yang dilakukan suami pada istrinya yang tengah hamil. Apa itu juga yang Cartherine harapkan dulu?Gelombang penyesalan semakin menghantam Andre tanpa ampun. Dan tanpa diminta semua sikap kasarnya pada Catherine selama ini terputar lagi di benaknya. Sungguh ingin ia memutar waktu untuk memperbaiki semuanya."Ethan benar. Dulu kami memang bodoh. Dulu, aku tidak pernah merasakan cinta yang begitu murni sebelum bertemu dengan Monic," aku Levin, ia menangkup kedua pipi Monic, sorot matanya terlihat penuh cinta saat menatap istrinya itu,"Dan sejujurnya itu sangat membuatku takut. Takut wanita ini akan mengubah hidupku yang sebelumnya kurasa sangat sempurna. Namun ternyata aku salah. Aku baru merasakan kesempurnaan itu setelah bertemu dengannya, setelah menikahinya dan membuatnya mengandung darah dagingku.""Kak, jangan membuatku malu," ucap Monic dengan wajah yang memerah. Andre semakin bingung dengan perubahan wanita itu. Dan sekarang ia semakin yakin kalau cinta da