Taruhan Berujung Cinta

Taruhan Berujung Cinta

last updateLast Updated : 2023-10-09
By:  BicatikOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
51Chapters
4.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Yudis terperangkap dalam sebuah taruhan konyol yang diciptakan oleh teman-temannya. Demi menyelamatkan harga diri, pria tiga puluh tahun itu nekat menikahi perempuan yang sama sekali tak ia cintai. Laila Maharani, gadis berperangai lembut itu tak tahu jika dirinya dinikahi karena taruhan. Kehidupan Yudis yang penuh rahasia, membuat sang istri, Laila penasaran dan mencoba mencaritahu tentangnya. Hal itu menjadikan Yudis geram pada sang istri yang terus ikut campur perihal hubungannya dengan sang ibu yang tidak baik-baik saja. Sementara itu, di tengah kekisruhan rumah tangganya, muncullah wanita dari masa lalu Yudis. Mona janda satu anak itu menawarkan kembali pada Yudis untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat kandas.

View More

Chapter 1

Bab 1: Taruhan

Bab 1: Taruhan

Denting notifikasi pesan dari ponsel pria yang tengah fokus menatap layar laptop itu berbunyi. Yudistira Prasetya meraih benda pipih yang tergeletak di sampingnya.

Jarinya menggulir pesan masuk dari grup chat yang dibuat oleh teman-temannya. Grup beranggotakan empat orang pria itu mulai ramai.

Seperti biasa di akhir pekan teman-teman Yudis akan mengajaknya berkumpul. Namun, kali ini agak berbeda, bukan nongkrong di tempat biasa, melainkan di Cafe yang belum pernah mereka datangi.

Tepat pukul delapan malam Yudis tiba di Cafe yang di maksud teman-temannya tadi. Netranya memindai bangunan ruko yang di sulap menjadi sebuah Cafe, dengan gaya desain minimalis berwarna putih abu. Lumayan, batinnya.

Tak butuh waktu lama untuk menemukan ketiga temannya itu yang sudah lebih dulu tiba. Karena memang posisi meja yang mereka tempati tak jauh dari pintu masuk.

"Hai, Bro!” seru Rio. “Akhirnya datang juga loe, gue kira masih asyik kerja,” lanjut pria berambut cat pirang itu.

"Yudis juga manusia kali, bukan robot." Daniel menimpali, sembari menyesap rokoknya.

"Kalau dia bukan robot dan maniak kerja. Enggak mungkin diselingkuhi Mona." Tawa Rio membahana, dan saat itu juga mendapat ancaman bogem dari Yudis.

"Eh, santai Bro!” Rio mengangkat kedua telapak tangannya di depan dada, seraya meminta ampun.

"Sudah, sudah! jangan menggoda Yudis terus!" Adrian melerai, lantas memanggil pelayan wanita berkerudung pasmina hijau. "Pesan apa, Bro?" tanyanya pada Yudis yang baru datang.

Yudis pun menyebutkan salah satu menu kopi yang tertera pada kertas menu di hadapannya.

Tak lama pesanan tiba. Empat cangkir Espresso beserta kudapan yang terbuat dari roti tawar dengan isi daging dan selada itu tersedia di atas meja berbentuk kotak.

"Kenapa enggak ke tempat biasa saja!" komentar Yudis.

"Sorry, Bro, gue udah insaf," jawab Adrian.

"Insaf apa takut ama istri," timpal Daniel.

Adrian menggeleng sambil tersenyum lebar. "Alen gak suka lihat gue pulang mabuk. Yang kemarin itu terakhir."  

Semenjak menikah, Adrian memang sudah banyak berubah, tak lagi bebas nongkrong di klub seperti biasa. Istrinya memberi pengaruh kuat atas dirinya.

"Dasar ISTI, loe!" ejek Yudis.

"Ikatan Suami Takut Istri!" sambar Rio dan Daniel diikuti gelak tawa keduanya. Sementara Yudis hanya menarik sebelah sudut bibirnya.

"Iya, gue emang takut. Takut kehilangan istri paket komplit, udah cakep berakhlak pula. Beruntung banget gue yang nilai agama aja gak nyampe enam, bisa dapetin istri kek Alena." Senyum Adrian terukir, wajahnya menyiratkan sebuah kebahagiaan sekaligus kebanggaan.

Mendengar penuturan Adrian mengenai sang istri, Yudis menganggap itu semua hanya omong kosong. Baginya semua wanita di dunia ini sama saja, munafik. Kecuali Mbok Darmi, pembantu yang mengurus dirinya dari kecil hingga dewasa.

Ah, ia benci jika mengingat kembali masa lalu di mana kedua perempuan yang sangat ia cintai, pergi meninggalkan dirinya hanya untuk kepentingan pribadi, tanpa melihat ada seseorang yang menderita karenanya.

"Gue enggak mengerti jalan pikiran loe, semua wanita itu sama saja. Munafik!" tandas Yudis.

"Cieee, curahan hati!" ejek Rio.

"Penilaian tergantung pengalaman.” Daniel pun ikut menimpali.

"Ah, diam Loe berdua!" sewot Yudis menanggapi kelakar kedua temannya itu.

Adrian tersenyum menggeleng. “Enggak semua wanita seperti apa yang loe pikir."

“Bulshit!” Yudis berdecih.

"Begini saja kalau Loe enggak percaya tentang ucapan gue, Loe coba deh, ajak kenalan penjaga kasir itu." Adrian menunjuk seorang gadis berseragam khas Cafe Radya lengkap dengan kerudungnya. Gadis itu terlihat tengah sibuk melayani pengunjung yang akan membayar.

Ketiganya mengikuti arah pandang Adrian.

"Gue yakin, loe pasti bakal ditolak," tebaknya percaya diri.

Adrian yakin gadis kalem berhijab itu tidak mudah didekati, seperti Alena.

Yudis memerhatikan gadis yang di maksud teman paling kalem di antara ketiganya itu. Tampilan gadis itu terlihat biasa saja, tak ada yang menarik sama sekali.

Perempuan dengan berpenampilan seperti itu, bisa di pastikan hannyalah seorang gadis miskin yang hidup seadanya. Dan ia yakin, dapat merayunya dengan mudah, secara tak ada yang bisa menolak pesona CEO Prasetya Grup.

"Bagaimana kalau kita taruhan saja!" sambar Rio.

Membuat ketiganya menoleh ke arah pria yang rambutnya di cat pirang itu.

 "Kita buat taruhan, jika Yudis berhasil mengajak kenalan gadis itu, gue kasih mobil kesayangan gue buat loe." Rio meletakkan kunci mobilnya ke atas meja. Lantas diikuti oleh Adrian dan Daniel

Yudis tersenyum mengejek. Hanya itu yang berani mereka pertaruhkan. Sungguh, tidak ada apa-apanya di bandingkan taruhan yang akan ia pertaruhkan.

"Dua puluh lima persen keuntungan dari perusahaan gue," ucapnya pongah.

 Tentu saja hal itu membuat ketiga temannya saling tatap dengan mulut menganga.

Di antara mereka berempat Yudis yang paling sukses sebagai pengusaha muda dengan segudang prestasi yang tak main-main.

Perusahaannya yang bergerak di bidang otomotif itu banyak mendapat penghargaan baik nasional maupun internasional.

Bukan hanya milyaran keuntungan dari perusahaan miliknya melainkan triliunan. ketiganya tak bisa membayangkan berapa banyak keuntungan dari dua puluh lima persen tersebut.

Setelah meneguk habis sisa kopinya Yudis berdiri. Merapikan setelan Jas yang melekat ditubuhnya yang sedikit kusut. Kemudian bergerak menuju target.

Yudis berdehem untuk mengalihkan tatapan perempuan di depannya itu dari mesin komputer, dan benar saja gadis itu beralih menatapnya.

"Hai, gue Yudistira." Yudis mengulurkan tangannya ke hadapan perempuan itu.

Satu detik, dua detik, tiga detik hingga sepuluh detik, tangan yang masih menggantung di udara itu tak juga disambut oleh gadis bermata indah yang menatap datar ke arahnya.

Dalam hati, Yudis mengumpat ketika telinganya menangkap suara tawa teman-temannya.

Sombong sekali perempuan ini? Batinnya.

"Jika tidak ada yang dipesan, silakan duduk kembali!" ujar perempuan itu. Suaranya terdengar lembut. Namun, tegas. Baru kali ini Yudis ditolak bahkan diusir oleh seorang wanita.

Sebelum pergi Yudis tersenyum menyeringai pada gadis yang masih menatapnya datar. Untuk pertama kalinya ia diacuhkan seorang wanita.

Biasanya Yudis yang di kejar oleh para wanita dari yang muda sampai yang tua, karena memiliki wajah yang memesona tak ayal dirinya menjadi dambaan semua kaum hawa.

"Loe kalah, bro!” Tawa Rio membahana.

Tak terima dengan ejekan temannya, sontak Yudis mencengkeram kerah kemeja pria itu.

"Berengsek!” umpat Yudis.”

 “Dengar! gue belum kalah dan tidak akan pernah kalah!” Lanjutnya sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menghabisi temannya itu.

Refleks Daniel dan Adrian berdiri untuk melerai, khawatir terjadi baku hantam di antara keduanya.     

Beruntung Cafe ini tidak terlalu ramai jadi mereka tidak harus jadi tontonan gratis.

Yudis melepaskan cengkeraman tangannya kasar dari kerah kemeja Rio sehingga tubuh temannya itu sedikit terhuyung.

 "Gue enggak takut apa pun. Dan mengenai kegagalan barusan itu baru permulaan ...." ucapnya terjeda. "Gue pertaruhkan dua puluh lima persen lagi buat kalian, tapi beri gue waktu satu bulan untuk mendapatkan perempuan itu.”

Rio dan Adrian terbelalak mendengar pernyataan Yudis barusan. Sedangkan Daniel hampir tersedak kopi yang ia minum.

Yudis kembali menatap gadis berparas cantik itu yang kini menatap ke arahnya juga. Namun, sedetik kemudian dengan cuek perempuan itu memutus tatapannya dari Yudis dan kembali fokus bekerja.

Dalam hati Yudis berdecih, gadis itu benar-benar sudah melukai egonya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Uni
kok lama banget upx Thor ? sampe bosan nunggux
2023-04-04 22:21:10
0
51 Chapters
Bab 1: Taruhan
Bab 1: TaruhanDenting notifikasi pesan dari ponsel pria yang tengah fokus menatap layar laptop itu berbunyi. Yudistira Prasetya meraih benda pipih yang tergeletak di sampingnya.Jarinya menggulir pesan masuk dari grup chat yang dibuat oleh teman-temannya. Grup beranggotakan empat orang pria itu mulai ramai.Seperti biasa di akhir pekan teman-teman Yudis akan mengajaknya berkumpul. Namun, kali ini agak berbeda, bukan nongkrong di tempat biasa, melainkan di Cafe yang belum pernah mereka datangi.Tepat pukul delapan malam Yudis tiba di Cafe yang di maksud teman-temannya tadi. Netranya memindai bangunan ruko yang di sulap menjadi sebuah Cafe, dengan gaya desain minimalis berwarna putih abu. Lumayan, batinnya.Tak butuh waktu lama untuk menemukan ketiga temannya itu yang sudah lebih dulu tiba. Karena memang posisi meja yang mereka tempati tak jauh dari pintu masuk."Hai, Bro!” seru Rio. “Akhirnya datang juga loe, gue
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Bab 2: Penyesalan
 Yudis menutup pintu kamarnya kasar, hingga menimbulkan bunyi debum yang cukup keras. Ia masih sangat kesal pada Rio yang membuat taruhan dan sialnya Yudis menyetujui. Bukan itu saja, ia juga marah dengan perempuan yang bekerja di Cafe tadi. Sombong sekali, batinnya."Sialan!" umpatnya, melempar vas bunga di atas meja kamarnya ke sembarang tempat dengan dada bergemuruh penuh amarah.Tangannya bergerak meraih botol wisky, menuangkannya ke dalam gelas, lantas menenggaknya hingga tandas.Ketukan pintu terdengar dari luar, diiringi suara Mbok Darmi yang memanggil namanya."Masuk!""Tuan, maaf mengganggu, Nyonya besar sudah  datang dan sekarang beliau menunggu Anda di ruang keluarga." Mbok Darmi memberitahu sembari memindai keadaan kamar majikannya itu yang kacau. Pecahan beling berserakan di lantai.“Bilang padanya saya sibuk!”"Tapi, tu_”“Keluarlah!”“Baikl
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Bab 3: Rumah Sakit
  Yudis menatap datar wanita yang terbaring lemah di atas brankar. Wajah yang biasa terlihat cerah itu kini tampak pucat.“Tuan muda, sudah datang?" ucap Mbok Darmi.Wanita itu baru saja keluar dari toilet. Lantas menghampiri majikannya sembari tersenyum lembut. “Tuan muda sudah makan?” tanyanya.Yudis tersenyum samar, lantas mengangguk pelan.“Syukurlah,” ucap wanita tua di depannya. Sudah menjadi kebiasaan pembantunya itu selalu mengingatkan makan dan istirahat.Hal itu terkadang membuat Yudis berpikir konyol, kenapa ia tak dilahirkan dari rahim mbok Darmi saja.“Syukurlah, kata dokter nyonya sudah baik-baik saja. Beliau hanya kurang istirahat.” Mbok Darmi memberitahu, tanpa ditanya oleh Yudis. Pembantunya itu sudah paham jika sang majikan tak akan pernah menanyakan keadaan sang . Jadi, ia berinisiatif sendiri untuk menceritakan kondisi Miranda.
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Bab 4: Laila Maharani
  Deringan ponsel di atas nakas mengusik tidur Laila. Dengan malas tangannya menyambar benda pipih itu. Di tengah malam seperti ini siapa yang menelepon, batinnya.Tanpa melihat nama si penelepon di layar yang berkedip-kedip, Laila langsung menyentuh tombol hijau dan menempelkan Handphonenya ke telinga."Ila, Om kamu, Ila!" suara isak kesedihan terdengar dari seberang sana.Refleks Laila terduduk. Matanya yang tadi masih terpejam, karena rasa kantuk yang berat, kini terbuka lebar dengan wajah bingung setelah mendengar suara si penelepon, Ismi istri dari pamannya."Tante, ada apa? apa yang terjadi dengan Om?" cecar Laila."Laila, Om kamu masuk rumah sakit!" kemudian sambungan terputus begitu saja.“Halo! Tan_”Tak pikir panjang, Laila beranjak dari tempat tidur menyambar kerudung dan sweternya yang tergantung di kapstok belakang pintu kamar.Tangannya meraih kunci di atas na
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Bab 5: Prasetya Grup
  Yudis tersenyum menyeringai menatap kertas bertuliskan alamat Cafe Radya. Di otaknya terangkai berbagai rencana untuk mendekati gadis itu demi memenangkan taruhan. Perjuangannya akan segera dimulai, ia akan menjerat perempuan bernama Laila itu sampai bertekuk lutut di hadapannya. Suara ketukan pintu menyadarkan Yudis dari lamunannya. Sang asisten membuka benda persegi panjang itu setelah mendapat perintah masuk darinya. "Ada apa?" tanya Yudis sembari menyandarkan punggungnya di sandaran bangku kekuasaannya. "Ini informasi yang tuan minta." Sang asisten Jimmy meletakkan map di hadapannya. Yudis meraih map tersebut. Membukanya dan membaca lembar demi lembar jejeran huruf-huruf di atas kertas yang tersusun rapi. "Cafe itu sudah digadaikan pada pihak Bank, kemungkinan bulan depan akan di sita, karena pemiliknya belum membayar cicilannya selama tiga bulan." Jimmy menjelaskan secara terperinci. Asistennya tersebut bukan hanya
last updateLast Updated : 2022-02-24
Read more
Bab 6: Bubur Ayam
Yudis kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Hari ini ia menghadiri lima rapat sekaligus bersama para investor yang tertarik menanam saham di Prasetya Grup. Hingga menjelang malam lelaki itu belum juga bangkit dari duduknya di depan layar laptop yang berpendar menyorot wajah tegasnya. Hingga sang sekretaris masuk dan memberitahunya mengenai kepulangan Miranda besok. Jimmy memberitahu jika asisten rumah tangga dan sopir yang biasa mengantar jemput ibunya tak bisa mengurus kepulangan Miranda di rumah sakit, karena sang sopir izin mendadak harus pulang ke kampung halaman, sementara mbok Darmi sendiri sedang tak sehat. Yudis menutup laptopnya kasar, kenapa juga dirinya yang harus menjemput wanita itu. Sepertinya ibunya memang sengaja memanipulasi keadaan. Batinnya. Esok harinya sebelum berangkat ke kantor, Yudis ke rumah sakit terlebih dulu untuk mengurus kepulangan Miranda, sesuai informasi yang di sampaikan Jimmy kemarin. Saat tiba di l
last updateLast Updated : 2022-03-28
Read more
Bab 7 Bubur Ayam 2
Keluar dari rumah sakit, Laila tak langsung ke Cafe. Untuk menghilangkan penat ia pergi ke taman yang sering gadis itu kunjungi bersama kedua orang tuannya, saat dirinya berusia lima tahun. Laila mendaratkan bokongnya di kursi taman, menatap sekitar di mana banyak pasangan yang tengah bersenda gurau bersama buah hatinya. Ada juga yang tengah joging dengan berlari kecil memutari luasnya taman. Padahal bukan hari libur, tapi taman ini tak pernah sepi. Selain pemandangannya yang indah dan asri, juga ada beberapa permainan untuk anak-anak, seperti ayunan dan perosotan yang membuat betah si kecil. Laila tersenyum kala melihat seorang anak berlari kemudian ditangkap oleh sang ayah. Melihat hal itu ia jadi teringat pada almarhum kedua orang tuannya. Rasa rindu menyeruak begitu saja dalam batinnya. Laila mengangkat kepalanya ke atas kemudian menghembuskan napas, berusaha menghalau rasa sedih, karena rindunya kepada kedua orang tuannya. Setelah
last updateLast Updated : 2022-03-29
Read more
Bab 8: Lunas
Laila terkesiap saat melihat bukti lunas pembayaran Operasi sang paman dari wanita kemarin yang bertanggung jawab di bagian administrasi.“Si-siapa yang melunasinya?” tanya Laila masih tidak percaya dengan kenyataan di depannya. Tangannya yang memegang amplop cokelat berisi uang itu bergetar, lantaran tak percaya ada seseorang yang sudah baik membayarkan biaya operasi yang sangat besar itu.Kemudian wanita paru baya itu menjelaskan tentang seseorang yang telah melunasi semua biaya operasi sekaligus perawatan sang paman sampai sembuh.“Kenapa Anda tidak menanyakan hal ini kepada saya lebih dulu.” Laila masih tak mengerti.“Tapi orang ini bilang dia teman Anda, dan dia mengenal Anda,” jelas sang wanita dengan name tag Winda.“Teman?” gumam Laila bingung. Teman yang mana yang dimaksud wanita di depannya itu. Seingatnya tidak ada teman atau kerabat lainnya yang diberitahu perihal keadaan sang paman.Laila tipe orang yang tak ingin di kasihi.
last updateLast Updated : 2022-03-30
Read more
Bab 9: Mulai Dekat
Yudis tersenyum. “Saya hanya ingin membantu Anda Nona?”“Tapi saya tidak perlu bantuan Anda, saya bisa menyelesaikan masalah saya sendiri. Lagi pula apa urusan Anda?” Laila mulai tersulut emosi. Ia menduga jika Yudis melakukan semua ini karena menginginkan sesuatu darinya.“Maaf, jika saya sudah lancang. Tadi pagi saya tak sengaja mencuri dengar pembicaraan Anda dengan pihak rumah sakit mengenai biaya operasi. Dan saat itu juga saya ingin membantu Anda,” jelas Yudis panjang lebar.Ia berharap Laila dapat menerima alasannya.“Kenapa tidak bertanya pada saya lebih dulu?”“Jika saya bertanya pada Anda, sudah pasti Anda akan menolak, jadi saya putuskan untuk melunasinya tanpa sepengetahuan Anda.”Laila menghela napas kasar, lantas berdiri dari duduknya. “Baiklah Tuan, karena semua sudah terlanjur, jadi saya akan mengembalikan uang itu secepatnya.”“Tidak perlu, Anda tidak perlu melunasinya, saya ikhlas,” cegah Yudis.“Tidak Tuan, s
last updateLast Updated : 2022-03-30
Read more
Bab 10: Mulai Dekat
Pukul empat sore Yudis menyudahi pekerjaannya. Jimmy memberitahukan jika sore ini tak ada jadwal meeting dengan para investor.Karena tak ada lagi yang mesti di kerjakan Yudis pun berniat mengunjungi Cafe Radya, sekalian mau mengembalikan bolpoin milik Laila yang ia temukan lima hari lalu.Sesampainya di depan Cafe usai menepikan mobil, Yudis mengamati dari luar, sepertinya Cafe sedang ramai pengunjung, karena bertepatan dengan jam pulang kerja. Sudah pasti banyak orang yang mengunjungi Cafe untuk sekedar melepas penat usai bekerja dengan secangkir kopi Yudis membuka pintu lantas berpapasan dengan seorang pelayan Cafe yang belum ia ketahui namanya.“Tuan tampan!” seru gadis itu, terlihat begitu antusias. Bola matanya membulat seolah hendak melompat dari tempatnya. Kedua tangan gadis itu menggenggam erat bungkusan plastik hitam besar yang dapat Yudis tebak itu adalah sampah.Yudis tak merespons, ia justru menunjukkan muka datar. Lalu de
last updateLast Updated : 2022-03-31
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status