Dibalas Dengan Dusta

Dibalas Dengan Dusta

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Oleh:  nanderstoryBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
17Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Tiga tahun pernikahan tanpa buah hati, Nenek Lasmi mulai resah. Kehadiran Astari, mantan Raga, membangkitkan cinta lama diantara mereka. Kinanti curiga, firasatnya tak pernah salah... Rahasia apa yang disembunyikan Raga dan neneknya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

1. Janji

“Kalau saja waktu itu kamu jadi nikah sama Astari, mungkin kamu nggak akan kesulitan punya anak begini,” ujar Nenek Lasmini pada suatu pagi di hari Minggu kepada Cucu Kesayangannya, Raga Satria. Pria yang baru saja genap berusia 33 tahun itu hanya menarik napas panjang sebelum kemudian menghembuskannya sangat perlahan. “Mungkin belum jodoh aja kali,” jawab Raga singkat. “Belum jodoh tapi kok pacarannya lama banget. Dia itu cinta pertamamu, kan?” Nenek Lasmini mencibir pelan. Raga memilih untuk tidak menjawab. Diam-diam, dia melirik ke sebuah sekat tembok tanpa pintu yang mana ada istrinya, Kinanti Sahara sedang membuatkan makanan untuk mereka bertiga. Ia hanya tidak mau perkataan Neneknya akan membuat wanita yang sudah dinikahinya selama tiga tahun terakhir itu akan membuat huru-hara. “Dia yang nikahnya setahun lebih telat dari kamu aja bisa tuh langsung hamil. Tapi kenapa istrimu tidak bisa?” Mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Sang Nenek membuat dirinya menghembu...

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
9 Bab
1. Janji
“Kalau saja waktu itu kamu jadi nikah sama Astari, mungkin kamu nggak akan kesulitan punya anak begini,” ujar Nenek Lasmini pada suatu pagi di hari Minggu kepada Cucu Kesayangannya, Raga Satria. Pria yang baru saja genap berusia 33 tahun itu hanya menarik napas panjang sebelum kemudian menghembuskannya sangat perlahan. “Mungkin belum jodoh aja kali,” jawab Raga singkat. “Belum jodoh tapi kok pacarannya lama banget. Dia itu cinta pertamamu, kan?” Nenek Lasmini mencibir pelan. Raga memilih untuk tidak menjawab. Diam-diam, dia melirik ke sebuah sekat tembok tanpa pintu yang mana ada istrinya, Kinanti Sahara sedang membuatkan makanan untuk mereka bertiga. Ia hanya tidak mau perkataan Neneknya akan membuat wanita yang sudah dinikahinya selama tiga tahun terakhir itu akan membuat huru-hara. “Dia yang nikahnya setahun lebih telat dari kamu aja bisa tuh langsung hamil. Tapi kenapa istrimu tidak bisa?” Mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Sang Nenek membuat dirinya menghembu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
2. Kabar Mantan
“Assalamu’alaikum.” Kinan setengah berlari ke arah pintu dan menjawab salam. Terlihat seorang wanita yang tidak ia kenali itu tengah berdiri di luar pintu pagar yang terbuka. Sesuai dengan janji Raga, bahwa ia akan mengantarkan Nenek Lasmi untuk mengunjungi rumahnya yang sudah lama ditinggali. Selepas subuh, mereka semua sudah jalan agar menghindari macet dan agar mereka masih sempat berburu jajanan pasar kesukaan Raga. “Wa’alaikumsalam, cari siapa ya?” “Mau cari Nenek Lasmi, apa beliau ada di rumah?” “Oh, ada di dalam. Maaf dengan siapa ya?” “Astari, atau biasa dikenal sebagai Tari,” jawabnya dengan senyuman manis. Senyuman dari bibir Kinan sontak saja memudar secara perlahan. Ia ingat betul bagaimana suami dan neneknya tengah membahas seseorang dengan nama yang persis sama. ‘Astari? Apa dia Astari mantannya Mas Raga?’ tanya Kinan dari dalam hatinya saja. Tatapan meneliti seorang wanita bertubuh sedikit berisi tapi juga tidak bisa dikatakan gemuk. Wanita itu mengenakan rias
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
3. Pertanda
“Nenek yakin mau ditinggal sendirian disini?” tanya Raga sekali lagi pada keesokan harinya. Dengan keyakinan penuh Nenek Lasmi berkata bahwa ia tidak ingin ikut kembali bersama Raga kembali ke ibu kota. “Iya, Nenek mau tinggal disini lagi.” “Kenapa, Nek?” tanya Raga lagi. “Kok mendadak, Nek?” tanya Kinanti tak kuasa untuk menahan rasa penasarannya. Pasalnya, semenjak kepergian Sang Kakek, Nenek Lasmi kerap kali larut dalam kesedihan yang mendalam jika berada di rumah seorang diri. Hingga hal itu membuat Sang Nenek pun merengek ingin ikut bersama Raga di kota. “Nenek cuma kangen suasana disini yang tenang dan bisa ngobrol sama tetangga. Kalau di rumah kamu di kota kan Nenek nggak bisa kayak gitu,” tutur Nenek Lasmi kemudian berusaha keras untuk menghindari tatapan matanya. “Bukannya Nenek juga sudah berteman dengan ibu-ibu di komplek perumahan?” tanya Kinanti dengan nada lembut namun tetap saja disalahartikan oleh Nenek Lasmi. Ia hanya mendengus pelan. Matanya mendelik tak suka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
4. Kejadian
Mobil hitam yang dikendarai oleh Raga berhenti di pekarangan rumah Nenek yang cukup luas. Masih dari balik kemudi, ia melihat Sang Nenek tengah duduk di kursi santai di samping rumah yang disuguhkan dengan hamparan pegunungan dan persawahan yang hijau. Nenek tidak sendirian, di sampingnya ada Astari yang sudah berada di rumah pada jam sepagi ini. “Nah, itu Raga sudah datang.” Nenek menyambut kedatangannya ketika Raga sudah turun dari mobil dan menghampiri dua orang wanita yang berbeda generasi. “Bawakan pesanannya Nenek.” Raga mengangkat sebelah tangannya yang menggenggam sebuah tote bag berukuran sedang. Melihat itu Sang Nenek melebarkan senyumnya. “Raga…” Sementara Tari menyapanya dari tempatnya duduk. Senyumnya merekah begitu melihat pria yang pernah mengisi hidupnya dulu itu kini datang. “Tari, sudah ada disini pagi-pagi?” Tari memberi anggukan singkat. “Tari menginap tadi malam,” sambung Nenek Lasmi seraya mengambil tote bag dan mengintip pesanan yang dibawakan oleh cucuny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
5. Permintaan Nenek
Sayup-sayup Kinan mendengar dering ponsel dari dalam kamarnya. Buru-buru ia mematikan kompor dan setengah berlari mengambil ponsel yang layarnya tertera nama suaminya yang tengah memanggil. Kondisi dirinya saat ini sudah cukup jauh lebih baik, berkat istirahatnya yang cukup dan juga obat yang sempat ditinggalkan Raga untuk dirinya. Maka ketika sore hari menjelang, ia buru-buru bangkit untuk menyiapkan makan malam untuk kepulangan suaminya. “Halo, Mas Raga?” “Kinan, apa kamu belum baca pesanku?” sahut Raga dari seberang panggilan. Tersirat kecemasan dari nada suaranya. “Oh, maaf, Mas. Aku lagi di dapur tadi jadi nggak terdengar ada bunyi pesan masuk. Ada apa, Mas? Apa kamu sudah di jalan pulang?” “Sepertinya aku tidak bisa pulang malam ini.” Pria itu mendesah berat. Kinan mengerutkan keningnya. “Ada yang terjadi, Mas?” “Tadi Nenek jatuh di dapur dan sekarang sedang ada di puskesmas.” Kinan terkesiap. Matanya terbelalak saking terkejutnya. “Astaghfirullah. Bagaimana keadaan Nen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-26
Baca selengkapnya
6. Keanehan Suaminya
“Mas?” Kinan menyambut kedatangan suaminya dua hari kemudian. Pria itu tampaknya mengambil satu hari cuti dadakan karena kejadian ini.Kinan mengulurkan tangan dan mengecup lembut punggung tangan Raga yang tampak lebih diam dari biasanya. Tidak ada senyuman yang keluar dari bibir Raga. Wajah pria itu tampak berbeda dari biasanya.‘Mungkin itu karena Mas Raga terlalu lelah karena insiden kemarin.’ Kinan menepis pikiran negatif yang sudah mulai menari-nari dalam benaknya.Raga melangkahkan kakinya gontai menuju dalam rumah sederhana yang ia beli melalui proses KPR sebelum ia menikahi Kinan tiga tahun yang lalu. Kinan pikir, pria itu akan duduk di sofa tapi langkah kakinya masih berjalan mantap menuju dapur hingga membuka lemari pendingin dan mengambil satu botol air mineral dingin lalu meneguknya seperti orang yang kehausan atau seperti orang yang sedang ingin mendinginkan kepalanya yang panas? “Apa terjadi sesuatu, Mas?” Kinan tak kuasa menahan rasa penasarannya. Raga sontak terbatu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya
7. Harga Diri
Kecurigaan yang Kinan rasakan selama hampir sebulan terakhir perlahan mulai luntur setelah Raga akhirnya mulai sedikit terbuka dengan mengajaknya pulang menemui Nenek Lasmi setelah urusan seminarnya selesai. “Assalamualaikum.” Kinan mengucapkan salam seraya melangkahkan kaki di jalan setapak menuju pintu masuk. “Waalaikumsalam.” Seorang wanita berambut panjang yang digelung cepol muncul dari dalam rumah Nenek Lasmi. Seketika saja langkah Kinan terhenti. Matanya menatap penampilan Tari yang mengenakan baju terusan khas rumahan berwarna hijau muda bermotif bunga dan dedaunan. Keningnya mengerut dan benaknya sudah dipenuhi satu pertanyaan besar. Kenapa Tari sudah berkunjung sepagi ini dengan pakaian yang lebih pantas disebut baju tidur itu? “Halo Kinan,” sapaan Tari dengan suara yang terlalu kentara dibuat-buat itu menyadarkannya dari lamunan.Kinan menyunggingkan senyum terpaksa. “Tari? Sudah berkunjung sepagi ini?” Bukannya menjawab, wanita itu hanya menyunggingkan senyum penuh m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-02
Baca selengkapnya
8. Kepingan Puzzle
Setelah kejadian itu, perasaannya mulai makin tidak karuan. Berulang kali ia mengatakan bahwa sikap Raga yang kontradiktif dengan pernyataannya sebelumnya membuat mereka kerap kali dilanda pertikaian kecil. “Aku hanya spontan, Kinan. Kalaupun itu bukan Tari, aku juga pasti akan melakukan hal yang sama,” tuturnya pada saat itu. Tapi Kinan tentu saja tidak mudah langsung percaya. Firasatnya mengatakan hal yang lain. Namun, Kinan tidak bisa semakin mencecar suaminya hanya berdasarkan firasatnya saja. Terlebih mereka sudah beberapa kali berada dalam situasi panas. “Percaya sama aku, Kinan. Aku khawatir bukan berarti aku masih ada rasa sama dia. Aku hanya spontan dan kejadiannya itu begitu cepat. Kamu harus percaya aku yah,” tutup Raga malam hari itu. Katanya, apa yang kita takutnya, kemungkinan besar akan menjadi kenyataan bukan? Meski berat, tapi Kinan mencoba untuk menekan rasa tidak nyaman yang masih bercokol di hatinya. Setengah berharap bahwa ini semua hanya terjadi dalam kepala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya
9. Bukan Sebuah Kebetulan
“Sus, saya nggak apa-apa kan? Saya udah boleh pulang yah?” Kinan terus menanyakan hal yang sama sejak kedatangannya ke instalasi gawat darurat di sebuah rumah sakit swasta terdekat dari tempat kejadian tadi. “Sebentar ya, Bu. Dokter masih harus lihat hasil rontgen dulu,” jawab Suster ramah sebelum kemudian pergi berlalu. Kinan hanya bisa mendesah pelan di ranjang IGD yang diberi sekat kanan dan kirinya. Sekali lagi, ia terus mengecek ponselnya beberapa menit sekali hanya untuk memastikan bahwa Raga telah membaca pesannya. Namun, hasilnya nihil. Kinanti: Mas, kamu dimana? Apa sudah dalam perjalanan pulang? Seharusnya hari ini pulang kan? Serentetan pesan dan panggilan tak terjawab sudah ia lakukan tapi tak kunjung mendapatkan hasil. Suam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status