“Kau berharap bisa menenangkannya? Tadi pun kau tidak bisa melakukannya dengan baik, ya kan?”“Ndre … Percayalah padaku. Biarkan aku menggendongnya, Zee menginginkan itu.”Andre mengumpat kesal sebelum akhirnya menyerahkan Zee pada Catherine, sepertinya ia memang tidak memiliki pilihan lain lagi. “Bukan berarti aku percaya padamu! Hanya karena Zee” tegasnya.Tangisan Zee perlahan berkurang saat Catherine menenangkannya, dan Andre mau tidak mau mengakui kepiawaian Catherine dalam mengurus Zee.“Zee sudah tidur. Rebahkan kembali di tempat tidurnya!” perintah Andre, padahal tanpa Andre memberinya perintah, Catherine memang baru akan memindahkan Zee ke box bayinya.“Zee sudah tidur, kamu boleh pulang.”“Kau mengusirku? Apa kau lupa ini rumahku?”“Terserahmu. Tapi kalau kamu tidak keberatan, bisakah kamu kembali ke kamarmu? Aku mau berganti pakaian,” pinta Catherine yang masih mencoba bersabar menghadapi Andre.“Untuk apa? Jangan bilang kau tidur di kamar ini!” Andre mengedarkan pandanga
“Apa Zee sudah tidur?” tanya Andre saat Joshua memasuki ruang kerjanya.“Sepertinya sudah, Tuan. Ada yang bisa saya bantu lagi? Kalau tidak istri saya sudah menunggu saya di rumah.”“Kau masih memikirkan istrimu di saat saya sedang pusing dengan wanita sialan itu yang sekarang tinggal satu atap dengan saya?”“Maaf, Tuan. Meskipun satu atap, tapi kalian tidur di kamar yang terpisah.”“Apa kamu lupa Jo? Dulu saat di rumah Daddy kami juga tidur terpisah, tapi wanita itu pernah menyelinap masuk ke dalam kamar saya dan berniat menggoda saya! Apa kamu lupa?”Joshua terdiam saat memutar ingatannya pada peristiwa yang Andre maksud. Namun seingatnya tidak pernah sekalipun Catherine menggoda Andre, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam.Andre mengibas tangannya saat kening Joshua makin mengkerut dalam,“Sudah lupakan saja. Saya lupa kalau saya tidak pernah memberitahukan siapapun perihal masalah itu.”“Termasuk juga dengan Tuan Isaac?”“Oh kecuali Daddy saya itu tentunya. Tapi pri
“Saya tidak bertanya mengenai posisi sekretaris, Pak Jo. Saya bertanya mengenai calon istri untuk Tuan Andre. Apa itu masih berlaku?”Andre dan Joshua saling bertukar pandang sebelum sama-sama kembali menatap Lydia dengan penuh tanda tanya,“Kenapa kamu menginginkan posisi itu?” Kali ini Andre yang bertanya.“Karena saya baru saja kehilangan putri saya. Jadi, saya bersedia menjadi Mommy untuk putri anda, Tuan,” jawab Lydia.“Kehilangan putrimu?” ulang Andre. Bukan sebuah kebetulan kan?“Ya, Tuan Andre.”“Hilang dalam artian putrimu telah tiada atau …”“Daddynya telah merebutnya dariku.” Lydia menjawabnya dengan tegas, tanpa memutus kontak matanya dengan Andre. Seolah menuduh Andre lah yang telah mengambil putrinya.“Tunggu dulu! Apa sebenarnya kau lah mommynya Zee?” Alih-alih menjawab, Lydia malah balik bertanya, “Adakah kebetulan seperti itu, Tuan Andre?”Andre menatap intens Lydia. Mungkinkah wanita itu tidak menjawab pertanyaannya karena masih enggan membahas malam yang menghas
“Wanita itu memang tidak tahu malu!” geram Andre saat Catherine sudah menghilang di balik pintu yang tertutup rapat.“Kenapa kamu tidak menikah dengannya saja, Ndre?” tanya Lydia sambil meletakkan Zee yang sudah tidur pulas ke tempat tidurnya.\“Mimpi buruk untukku kalau menikahi wanita simpanan Daddyku itu!”"Bagaimana denganku? Aku memiliki anak diluar pernikahan. Apa kamu akan memperlakukan aku seperti kamu memperlakukan Kate?" tanya Lydia."Kamu mau memberitahuku siapa pria yang menghamilimu itu?""Tidak, aku tidak akan memberitahumu, Ndre. Boleh aku memanggil namamu saja kan? Toh sebentar lagi kita akan menikah.""Ya, silahkan.""Meski aku tidak mencintai pria itu, tapi aku tetap akan terus merahasiakan identitasnya."Andre ingin bertanya apakah dia lah pria itu? Tapi pertanyaan yang keluar dari mulutnya hanyalah,"Untuk apa? Untuk menjaga nama baik pria itu?""Bukan, tapi karena saat ini putriku berada di tangannya. Pria itu sangat berpengaruh, aku takut kalau aku salah langkah
Catherine sedang merayakan pesta bersama teman-temannya selepas wisuda mereka hari itu di sebuah kafe di bilangan Jakarta Selatan ketika ponselnya berdering. Ia baru akan menerima panggilan telepon dari nomor asing itu ketika panggilan itu berakhir, yang ternyata sudah ada lima panggilan tak terjawab dari nomor yang sama sebelumnya.Karena berasal dari nomor asing, Catherine tidak terlalu mengambil pusing panggilan telepon itu. Ia pun memasukkannya kembali ke dalam tasnya lalu ikut bergabung lagi ke dalam obrolan teman-temannya.Sejurus kemudian ponselnya kembali berdering. Catherine mendesah kesal sebelum mengeluarkan lagi ponselnya itu, masih dari nomor yang sama hingga kedongkolannya semakin memuncak,"Selamat malam. Maaf, apa saya sedang bicara dengan Ibu Catherine?" tanya penelepon itu.Dipanggil ibu saat jelas-jelas usianya sedang berada di puncak keemasannya tentu saja membuat kesabaran Catherine habis,"Kalau anda mau menawarkan pinjaman, maaf saya tidak tertarik!" ketus Caher
Setelah memastikan Zee sudah pulas, Andre melangkah keluar kamar diikuti dengan Lydia yang mengekor di belakangnya. Sesuai perintah Andre tadi kalau mereka akan membahas detail kontrak pernikahan mereka setelah Zee tidur.Joshua baru saja memperlihatkan isi surat kontrak itu saat telepon apartment Andre berdering. Joshua pun segera mengangkat telepon yang hanya petugas keamanan dan pengelola apartment saja yang bisa menghubunginya,"Selamat malam dengan kediaman Andre Beaufort."Entah apa yang dibicarakan sang penelepon hingga Joshua hanya fokus mendengarkannya saja. Sampai akhirnya Joshua bertanya sambil menatap Andre,"Seorang wanita dengan pakaian berwarna pastel?"Andre tahu kalau wanita yang Joshua maksud adalah Catherine, jadi ia melangkah cepat untuk meraih gagang telepon dari Joshua,"Wanita itu tamu saya! Ada apa dengannya? Apa dia membuat keributan di bawah?" cecar Andre. Apapun tentang Catherine tidak ada yang positif untuk pria itu."Tamu wanita anda pingsan di depan lobby
"Kamu mau pulang, Kate?" tanya salah satu dari dokter itu dengan lembut.Andre dapat melihat binar ceria di mata Catherine saat mengenali dokter muda nan tampan itu,"Alvin, kamu tugas di sini sekarang?" tanyanya."Ya, aku cukup terkejut ketika melihat namamu di daftar pasien," jawab Alvin sambil matanya seperti mencari seseorang,"Umm, di mana si cantik, aku tidak melihatnya?" tanyanya, wajah Catherine pun seketika memucat.Tidak mau Andre tahu kalau ia lah mommy kandung Zee yang sebenarnya, Catherine pun mengalihkan pembicaraan dengan cepat,"Maksudmu Diana? Aku tidak tahu keberadaan dia sekarang!"Alivin pun mengerjapkan matanya dengan bingung dan Catherine menariknya menjauh. Ia tidak mau rahasianya terbongkar saat itu juga. Atau Daddy Isaac akan melarangnya bertemu dengan Zee lagi. Catherine tidak bisa hidup tanpa putrinya itu."Maaf saya pinjam dokter Alvin sebentar!" serunya pada yang lainnya. Sontak saja semua mata menatap bingung mereka, mungkin baru kali ini mendapatkan pasi
"Kamu lihat sendiri kan betapa tidak tahu malunya wanita itu karena menghilang bersama pria lain di saat masih ada kita!" geram Andre pada Lydia dalam perjalan pulang menuju apartmentnya."Karena ada yang ingin mereka bicarakan secara pribadi, Ndre.""Mau apapun alasannya, kenapa tidak menunggu kita pulang saja baru mereka bicara apapun yang ingin mereka bicarakan?""Aku yakin sekali kalau dokter tampan tadi pasti teman dekat Kate, mereka terlihat akrab.""Dokter tampan? Cih, jadi seleramu hanya sebatas pria itu saja?""Astaga, Ndre. Caramu mengeluh seperti seseorang yang sedang cemburu saja," kekeh Lydia, sontak saja hal itu membuat Andre berang karenanya,"Cemburu? Hah! Aku cemburu pada pria itu? Aku hanya cemburu pada pria yang status sosialnya berada jauh di atasku!" elak Andre.Seperti Aaron yang sudah merebut Azalea darinya. Satu-satunya pria di muka bumi yang dapat membuat Andre cemburu setengah mati.'Kalau bukan cemburu lalu apa namanya? Ndre, aku sudah cukup lama bekerja den
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T
Akhirnya setelah rangkaian prosesi yang mengharukan, tibalah saatnya Catherine dan Andre melakukan wedding kiss. Ciuman pertama mereka setelah sah menjadi pasangan suami istri yang telah mengikat janji suci, untuk selalu setia dalam keadaan susah maupun senang, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan mereka.Dengan susah payah Catherine menelan salivanya saat Andre menatapnya dengan senyumannya yang menggoda. Terutama saat tatapan pria yang telah sah menjadi suaminya itu turun ke bibirnya, rasanya untuk bernapas saja pun Catherine sulit.Memang itu bukan ciuman pertama untuk mereka, tapi tetap saja jantung Catherine berdegup dengan kencangnya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang menyaksikannya.Catherine menahan dirinya untuk tidak bergerak mundur saat Andre mulai mendekatkan wajahnya, perlahan bibir Andre mulai bergerak mendekati bibirnya, dan kedua lutut Catherine melemah saat bibir mereka telah menyatu dalam ciuman lembut dan memabukkan.Seharusnya ciuman pernikahan itu hany
Lebih dari satu kali Chaterine melihat, tidak hanya penata riasnya saja yang terus menguap, tapi penata busana pengantinnya juga. Hal yang wajar setelah mereka semua bekerja keras demi bisa memenuhi keinginan Andre, membuat gaun pengantin yang indah kurang dari dua puluh empat jam.Meski berkali-kali daddy Isaac dan sahabat Andre membujuknya untuk bersabar hingga akhir minggu ini, namun Andre tetap bersikeras pada keputusan awalnya itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membuatnya goyah.Untung saja ada Lolita dan Monic yang selalu menenami Catherine. Celotehan kedua wanita belia itu sedikit banyaknya dapat membantu Catherine melewati malam pernikahannya tanpa rasa takut.Atau setidaknya Catherine sanggup menahan dirinya untuk tidak melarikan diri, tiap kali ia membayangkan akan mengucap janji pernikahan esok harinya bersama dengan Andre. Meski tidak menolak pernikahan itu, Catherine belum sepenuhnya menerima juga.Hanya demi Zee saja yang menjadi pertimbangan terbesar Catheri
Ya, seharusnya itulah yang dilakukan suami pada istrinya yang tengah hamil. Apa itu juga yang Cartherine harapkan dulu?Gelombang penyesalan semakin menghantam Andre tanpa ampun. Dan tanpa diminta semua sikap kasarnya pada Catherine selama ini terputar lagi di benaknya. Sungguh ingin ia memutar waktu untuk memperbaiki semuanya."Ethan benar. Dulu kami memang bodoh. Dulu, aku tidak pernah merasakan cinta yang begitu murni sebelum bertemu dengan Monic," aku Levin, ia menangkup kedua pipi Monic, sorot matanya terlihat penuh cinta saat menatap istrinya itu,"Dan sejujurnya itu sangat membuatku takut. Takut wanita ini akan mengubah hidupku yang sebelumnya kurasa sangat sempurna. Namun ternyata aku salah. Aku baru merasakan kesempurnaan itu setelah bertemu dengannya, setelah menikahinya dan membuatnya mengandung darah dagingku.""Kak, jangan membuatku malu," ucap Monic dengan wajah yang memerah. Andre semakin bingung dengan perubahan wanita itu. Dan sekarang ia semakin yakin kalau cinta da