"Tuan hasilnya sudah keluar!" lapor Joshua saat Andre baru saja memasuki ruang kerjanya lagi.
Ia menyapu pandangannya ke seluruh ruang kerja itu untuk mencari sosok daddy Isaac, dan Joshua pun mengerti siapa yang tengah tuannya itu cari,
"Tuan Isaac langsung pulang ke rumah setelah melihat hasil tes itu, Tuan. Beliau ingin menyiapkan kamar anak untuk Nona Zee."
"Kamar anak? Jangan bilang kalau hasilnya benar-benar ... "
Bahkan untuk melanjutkan pertanyaannya sendiri saja Andre merasa ngeri. Ya, ia takut pada jawaban yang akan ia dapatkan itu. Namun sepertinya mau tidak mau Andre tetap harus mendengarnya, padahal Joshua sudah menjelaskan padanya di telepon tadi,
"Hasil DNA anda dengan Nona Zee cocok, Tuan. Hasil itu menegaskan kalau memang andalah ayah dari anak itu."
Dengan tidak sabar Andre merebut tab yang tengah Joshua pegang. Kedua matanya membola saat membaca hasil tes yang asisten pribadinya itu jelaskan tadi.
"Tidak, ini tidak mungkin," desahnya.
"Coba anda ingat-ingat lagi, Tuan. Kira-kira empat tahun yang lalu anda melakukannya dengan siapa?" tanya Joshua.
Sebenarnya ia enggan untuk menanyakan hal pribadi itu pada Andre, namun sebelum daddy Isaac pulang tadi, daddy Isaac menegaskan padanya untuk bertanya perihal itu pada Andre.
Bagaimana Joshua bisa menolak permintaan daddy dari tuannya itu. Lagipula, sejujurnya Joshua pun penasaran dengan asal-muasal anak perempuan yang sekarang masih tidur di kamar tersembunyi di ruang kerja ini.
Awalnya Joshua pun ragu kalau anak perempuan itu adalah putri Andre. Karena selama ia bekerja dengan Andre, tidak satu kalipun Joshua melihat Andre bersama dengan wanita selain Azalea.
Joshua malah menduga kalau kemungkinan besar Thomas lah yang ayah anak itu. Tapi nyatanya DNA Zee lebih cocok dengan Andre alih-alih Thomas.
Ya, tanpa sepengetahuan Andre, Joshua juga membawa sample DNA Thomas dari sisir pria itu yang tertinggal di meja kerja Andre. Dua pria itu lah yang dicurigai sebagai ayah dari cucunya.
Nada tinggi Andre membuat Joshua tersadar dari lamunannya,
"Bagaimana hasil dari rumah sakit lainnya?"
"Hasilnya pun sama, Tuan. Anda adalah ayah biologis Nona Zee."
"Tapi bagaimana mungkin?"
"Kalau anda saja yang menanam saham tidak tahu, apalagi saya Tuan. Itu makanya saya barusan bertanya, dengan siapa anda berhubungan empat tahun yang lalu?"
"Kau pun tahu sendiri kalau tidak ada satupun wanita yang dekat dengan saya selain Lea! Jadi bagaimana mungkin saya berhubungan begitu saja dengan wanita lain kalau dengan Lea saja saya masih bisa menahan diri?"
"Jadi, empat tahun lalu anda masih bersama dengan Nona Lea? Apa mungkin Nona Zee ... "
"Jaga bicaramu! Kalau Aaron mendengarnya bukan hanya dirimu yang akan pindah ke alam lain, saya juga! Saya tidak pernah melakukan hal gila itu pada Lea, cinta saya begitu besar padanya hingga tidak ingin bercinta dengannya tanpa ikatan pernikahan!" sangkal Andre.
"Kalau begitu siapa Mommynya Nona Zee?"
"Itu menjadi tugasmu untuk menyelidiki siapa Mommynya. Kau bisa memulainya dari pria yang menyerahkan Zee pada anak buah kita. Pelajari profile wajahnya dari rekaman CCTV, minta bantuan Mr. Gerrard untuk mencari tahu identitas pria itu, sekaligus mencari tahu tujuan pria itu setelah menyerahkan Zee melalui rekaman CCTV jalan!" perintah Andre.
Kepalanya sudah nyaris mau pecah karena Zee. Ia masih menolak kenyataan kalau Zee adalah putrinya.
Karena mau sekeras apapun ia mencoba mengingat-ingat wanita mana yang telah merenggut keperjakaannya, hasilnya tetap nihil, ia sama sekali tidak dapat mengingatnya.
"Baik, Tuan. Ada yang lainnya?"
"Untuk sementara itu dulu. Menemukan. identitas Mommynya pasti akan membantu saya mengingat pernah tidaknya saya berhubungan dengannya dan menghasilkan Zee."
"Baik, Tuan."
"Di mana Zee? Apa anak itu ikut dengan Daddy?" tanya Andre, ia enggan menanyakan Catherine, yang pastinya sedang bersama dengan Zee sekarang ini.
"Nona Zee dan Nona Cath masih berada di kamar, Tuan. Sepertinya Nona Zee tidur pulas, karena hingga saat ini saya tidak mendengar suara tangisannya," jawab Joshua.
"Bahkan mereka sudah mulai menguasai kamar saya!" sungut Andre.
Ia mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya, lalu memutarnya untuk melihat gedung-gedung pencakar langit di sekitar kantornya itu.
Andre tidak senang berbagi selain dengan Azalea. Bahkan dengan Thomas pun ia enggan berbagi, apalagi dengan wanita murahan yang menjadi pengasuh putrinya itu.
Membayangkan wanita itu tidur di atas kasurnya membuat Andre berkeinginan besar untuk segera menyingkirkan tempat tidurnya itu.
"Jo! Segera pesankan tempat tidur baru!" perintah Andre dengan sedikit mual.
"Untuk Nona Zee, Tuan? Anda tidak perlu repot-repot melakukan itu, karena Tuan Isaac yang dengan senang hati menyiapkan semua kebutuhan Nona Zee."
Dengan dongkol Andre memutar kembali kursinya hingga ia dapat melihat asisten pribadinya itu,
"Bukan untuk Zee, tapi untuk mengganti tempat tidur saya yang di dalam sana dengan yang baru!" ralat Andre.
"Ah, saya mengerti. Baiklah Tuan, saya akan segera memesankan yang baru untuk anda."
Saat Joshua menghubungi toko mebel langganan Andre melalui pesawat telepon yang berada di atas meja kerjanya, Andre membuka dokumen yang tengah ia baca tadi.
Andre menutup dokumennya saat ia teringat kalau tugas sepele seperti menghubungi toko mebel bukanlah tugas asisten pribadinya itu, melainkan tugas sekretaris andre.
"Di mana Lydia?" tanyanya.
"Apa anda lupa kalau Lydia telah mengundurkan diri?"
Ah ya, Andre lupa kalau sekretarisnya yang handal itu sudah mengundurkan diri. Tapi kenapa mendadak mengundurkan diri?
"Jo, segera hubungi Lydia. Saya baru akan menerima pengunduran dirinya setelah wanita itu menjelaskan sendiri kepada saya alasan pengunduran dirinya yang sangat mendadak itu. Seperti yang kita semua ketahui kalau pengunduran diri baru bisa dilakukan satu bulan sebelum tanggal pengunduran dirinya. Jadi jelas sekali Lydia telah menyalahi aturan, dan ini bukanlah tipe Lydia sama sekali."
Selama bekerja dengannya, Lydia selalu memahami semua aturan kantor, baik yang tertulis maupun yang tidak. Bahkan cenderung mengingatkan Andre saat ia melupakan salah satu peraturan kantornya sendiri.
"Saya pun sedikit curiga, Tuan. Baiklah saya akan segera menghubungi Lydia. Tapi sebelumnya saya mohon izin keluar sebentar, ada masalah di bagian HRD yang memerlukan bantuan saya sebagai orang kepercayaan anda.""Ya sudah sana, dan segera kembali setelah selesai!"
"Baik, Tuan!"
Setelah Joshua menutup pintunya, perlahan Andre berdiri dan melangkah ragu ke arah pintu rahasia yang akan menuju kamarnya yang sedikit terbuka.
Ia mengira kalau Catherine ikut gtertidur di samping Zee, tapi ternyata kedua wanita beda generasi itu sedang bercanda di atas tempat tidurnya. Tawa melengking Zee terdengar saat Catherine menggelitiki pinggangnya,
"Geli ... Geli, Mimi!" pekik Zee.
Baik Catherine maupun Zee sama-sama tersentak kaget saat pintu kamar terbuka lebar,
"Tempat tidurku bukan arena bermain untuk kalian!" keluh Andre dengan dongkol.
Setelah Joshua menutup pintunya, perlahan Andre berdiri dan melangkah ragu ke arah pintu rahasia yang akan menuju kamarnya yang sedikit terbuka.Ia mengira kalau Catherine ikut gtertidur di samping Zee, tapi ternyata kedua wanita beda generasi itu sedang bercanda di atas tempat tidurnya. Tawa melengking Zee terdengar saat Catherine menggelitiki pinggangnya,"Geli ... Geli, Mimi!" pekik Zee.Baik Catherine maupun Zee sama-sama tersentak kaget saat pintu kamar terbuka lebar,"Tempat tidurku bukan arena bermain untuk kalian!" keluh Andre dengan dongkol.Andre mengumpat pelan saat melihat wajah Zee yang semula ceria menjadi sedih. Bibir bawahnya mulai maju, sebelum akhirnya memeluk Belinda,“Mimi … ” isaknya.“Sst, tenang sayang. Mimi ada di sini kamu jangan nangis ya. Bagaimana kalau kita keluar untuk membeli ice cream? Kamu suka ice cream kan?” bujuk Catherine.Namun Zee masih terus terisak sambil menggelengkan kepalanya, sementara Catherine melihat Andre yang alih-alih ikut membujuk Ze
"Sial aku lupa! Aku ke sini menggunakan motor!""Aku bawa mobil.""Apa aku bertanya padamu?""Aku hanya peduli pada Zee, anak itu pasti akan masuk angin kalau kamu tetap ngotot ingin menggunakan motormu alih-alih mobilku."Andre menghela napas kasar sebelum akhirnya menyerah,"Ya sudah, parkir di mana mobil sialanmu itu?"Catherine melangkah ke arah parkir mobilnya. Lumayan jauh dari pintu keluar, hingga membuat Andre kembali emosi,"Kenapa jauh sekali? Zee sudah kepanasan!" keluhnya.Cukup sudah bersabar menghadapi sikap Andre yang selalu ketus padanya, Catherine pun memutar badannya ke arah pria itu. Meski kesal ia memelankan sedikit suaranya karena Zee kembali tertidur dengan menyandarkan kepalanya di pundak Andre,"Kamu kan tahu sendiri kalau ini bukan area parkir tamu, Ndre. Jadi aku parkir sedikit lebih jauh. Kalau kamu kelelahan karena harus menggendong Zee, serahkan saja Zee padaku!" desisnya."Sudah terus jalan, jangan banyak bicara!" seru Andre.Bulir-bulir keringat mulai me
Ternyata benar dengan yang dikatakan orang-orang selama ini, jika ada uang, maka sesuatu yang terlihat mustahil akan dapat terwujud juga.Seperti yang tengah Catherine lihat saat ini, kamar tidur anak yang menyatu dengan tempat bermainnya terlihat begitu indah. Semuanya terlihat tertata rapi pada tempatnya, dengan tata letak yang tepat, yang pastinya hasil dari desain interior ternama.Padahal Baru hari ini keluarga Andre mengetahui keberadaan Zaa yang merupakan cucu pertama mereka. Namun kamar untuk anak itu telah tersedia dalam waktu sekejap. Hanya dalam hitungan jam saja.“Kenapa diam saja, cepat rebahkan Zaa di tempat tidurnya, Kitty!” perintah Andre yang membuyarkan lamunan Catherine.Dan Catherine pun segera merebahkan Zaa yang masih terlelap sejak di dalam mobil. Dengan hati-hati ia menyelimuti anak itu agar tidak terbangun.“Kamu boleh pulang sekarang!” “Catherine akan tetap di sini! Daddy hanya percaya pengawasan Zee pad Catherine sepenuhnya! Sebaiknya, kamu saja yang kembal
“Ke kamarku Sekarang!” Perintah Andre pada Joshua melalui ponselnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Joshua memasuki kamar Andre setelah sebelumnya mengetuknya terlebih dahulu.“Jika ini mengenai identitas Ibu dari Nona Zee, saya nelum mendapatkannya, Tuan. Saya mohon anda bersabar sebentar,” tebak Joshua yang memahami betul leinginan tuannya itu.“Kenapa lama sekali? Biasanya informasi apapun kamu akan dengan cepat mendapatkannya!” sungut Andre.Sekembalinya ia dari rumah daddy Isaac, pikirannya terus berkelana ke putrinya. Dari tiga hasil tes DNA semuanya menyatakan kalau ia adalah ayah biologis Zee, namun ia sama sekali tidak pernah menyentuh satupun wanita, apalagi sampai menyetubuhinya dan menghasilkan seorang anak.Mau sekeras apapun Andre mengingatnya hasilnya tetap sama, ia sama sekali tidak menemukan jawabannya.“Sepertinya informasi sekecil apapun mengenai Nona Zee, mampu ditutupi dengan sangat sempurna hingga tidak memiliki celah sama sekali, Tuan. Dan saya menduga kalau
Keesokan harinya di jam yang telah Andre tentukan untuk sesi wawancaranya dengan calon pengasuh Zee, Andre mendapati dirinya tidak menemukan satupun pelamar yang cocok untuk posisi itu. Ada saja kelemahan dari mereka yang tidak dapat Andre tolerir, yang mungkin bagi sebagian orang akan dapat memakluminya, namun tidak untuk Andre.Baginya, keamanan dan juga kenyamanan keluarganya menjadi prioritas utama untuknya. Terutama kenyamanan putri yang baru saja ia miliki itu.“Apa semuanya sudah datang?” tanya Andre setelah calon pengasuh terakhir yang ia wawancara sudah keluar dari ruang kerjanya.“Sudah Tuan,” jawab Joshua lalu mendesah pelan sebelum melanjutkan,“Tapi sepertinya tidak ada satupun yang cocok dengan anda.”“Bukan tidak cocok dengan saya, tapi tidak cocok mengasuh Zee. Astaga, bahkan ada di antara mereka yang mencoba merayuku dengan gerakan sensualnya yang disengaja itu, Jo!”Joshua berdeham pelan untuk menahan tawanya. Melihat wajah pias Andre saat salah satu wanita itu men
“Ada apa dengan Zee?” tanya daddy Isaac pada Catherine yang tengah menimang Zee untuk menghentikan tangisnya.“Saya juga tidak tahu, Tuan. Sejak tadi Zee tidak berhenti nangis.”“Sakit? Badannya panas?”“Tidak, Tuan. Suhu tubuhnya normal, tidak batuk dan pilek juga. Hanya saja semalam tidurnya tidak lelap dan selalu gelisah.”“Apa Zee biasa seperti ini sebelumnya?”“Tidak pernah, Tuan.”Daddy Isaac mengambil Zee dari tangan Catherine. Ia turut serta mencoba menenangkan cucunya itu, namun Zee tangis Zee tidak juga berhenti.“Tuan, sepertinya Zee tidak nyaman berada di sini. Apa sebaiknya Tuan membatalkan rencana Tuan? Saya tidak tega melihat Zee seperti ini,” saran Catherine.“Kau sedang mencoba mengatur saya, Kate? Saya tahu mana yang terbaik untuk anak dan cucu saya.”“Maaf, Tuan. Saya sama sekali tidak berniat mengatur anda. Tapi …”“Kate, kalau kau ingin mengambil hati Andre, mulai lah dari Zee. Anak ini satu-satuya jalan untuk menraik perhatian Andre padamu. Percayalah, rencana sa
“Kau berharap bisa menenangkannya? Tadi pun kau tidak bisa melakukannya dengan baik, ya kan?”“Ndre … Percayalah padaku. Biarkan aku menggendongnya, Zee menginginkan itu.”Andre mengumpat kesal sebelum akhirnya menyerahkan Zee pada Catherine, sepertinya ia memang tidak memiliki pilihan lain lagi. “Bukan berarti aku percaya padamu! Hanya karena Zee” tegasnya.Tangisan Zee perlahan berkurang saat Catherine menenangkannya, dan Andre mau tidak mau mengakui kepiawaian Catherine dalam mengurus Zee.“Zee sudah tidur. Rebahkan kembali di tempat tidurnya!” perintah Andre, padahal tanpa Andre memberinya perintah, Catherine memang baru akan memindahkan Zee ke box bayinya.“Zee sudah tidur, kamu boleh pulang.”“Kau mengusirku? Apa kau lupa ini rumahku?”“Terserahmu. Tapi kalau kamu tidak keberatan, bisakah kamu kembali ke kamarmu? Aku mau berganti pakaian,” pinta Catherine yang masih mencoba bersabar menghadapi Andre.“Untuk apa? Jangan bilang kau tidur di kamar ini!” Andre mengedarkan pandanga
“Apa Zee sudah tidur?” tanya Andre saat Joshua memasuki ruang kerjanya.“Sepertinya sudah, Tuan. Ada yang bisa saya bantu lagi? Kalau tidak istri saya sudah menunggu saya di rumah.”“Kau masih memikirkan istrimu di saat saya sedang pusing dengan wanita sialan itu yang sekarang tinggal satu atap dengan saya?”“Maaf, Tuan. Meskipun satu atap, tapi kalian tidur di kamar yang terpisah.”“Apa kamu lupa Jo? Dulu saat di rumah Daddy kami juga tidur terpisah, tapi wanita itu pernah menyelinap masuk ke dalam kamar saya dan berniat menggoda saya! Apa kamu lupa?”Joshua terdiam saat memutar ingatannya pada peristiwa yang Andre maksud. Namun seingatnya tidak pernah sekalipun Catherine menggoda Andre, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam.Andre mengibas tangannya saat kening Joshua makin mengkerut dalam,“Sudah lupakan saja. Saya lupa kalau saya tidak pernah memberitahukan siapapun perihal masalah itu.”“Termasuk juga dengan Tuan Isaac?”“Oh kecuali Daddy saya itu tentunya. Tapi pri
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T
Akhirnya setelah rangkaian prosesi yang mengharukan, tibalah saatnya Catherine dan Andre melakukan wedding kiss. Ciuman pertama mereka setelah sah menjadi pasangan suami istri yang telah mengikat janji suci, untuk selalu setia dalam keadaan susah maupun senang, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan mereka.Dengan susah payah Catherine menelan salivanya saat Andre menatapnya dengan senyumannya yang menggoda. Terutama saat tatapan pria yang telah sah menjadi suaminya itu turun ke bibirnya, rasanya untuk bernapas saja pun Catherine sulit.Memang itu bukan ciuman pertama untuk mereka, tapi tetap saja jantung Catherine berdegup dengan kencangnya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang menyaksikannya.Catherine menahan dirinya untuk tidak bergerak mundur saat Andre mulai mendekatkan wajahnya, perlahan bibir Andre mulai bergerak mendekati bibirnya, dan kedua lutut Catherine melemah saat bibir mereka telah menyatu dalam ciuman lembut dan memabukkan.Seharusnya ciuman pernikahan itu hany
Lebih dari satu kali Chaterine melihat, tidak hanya penata riasnya saja yang terus menguap, tapi penata busana pengantinnya juga. Hal yang wajar setelah mereka semua bekerja keras demi bisa memenuhi keinginan Andre, membuat gaun pengantin yang indah kurang dari dua puluh empat jam.Meski berkali-kali daddy Isaac dan sahabat Andre membujuknya untuk bersabar hingga akhir minggu ini, namun Andre tetap bersikeras pada keputusan awalnya itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membuatnya goyah.Untung saja ada Lolita dan Monic yang selalu menenami Catherine. Celotehan kedua wanita belia itu sedikit banyaknya dapat membantu Catherine melewati malam pernikahannya tanpa rasa takut.Atau setidaknya Catherine sanggup menahan dirinya untuk tidak melarikan diri, tiap kali ia membayangkan akan mengucap janji pernikahan esok harinya bersama dengan Andre. Meski tidak menolak pernikahan itu, Catherine belum sepenuhnya menerima juga.Hanya demi Zee saja yang menjadi pertimbangan terbesar Catheri
Ya, seharusnya itulah yang dilakukan suami pada istrinya yang tengah hamil. Apa itu juga yang Cartherine harapkan dulu?Gelombang penyesalan semakin menghantam Andre tanpa ampun. Dan tanpa diminta semua sikap kasarnya pada Catherine selama ini terputar lagi di benaknya. Sungguh ingin ia memutar waktu untuk memperbaiki semuanya."Ethan benar. Dulu kami memang bodoh. Dulu, aku tidak pernah merasakan cinta yang begitu murni sebelum bertemu dengan Monic," aku Levin, ia menangkup kedua pipi Monic, sorot matanya terlihat penuh cinta saat menatap istrinya itu,"Dan sejujurnya itu sangat membuatku takut. Takut wanita ini akan mengubah hidupku yang sebelumnya kurasa sangat sempurna. Namun ternyata aku salah. Aku baru merasakan kesempurnaan itu setelah bertemu dengannya, setelah menikahinya dan membuatnya mengandung darah dagingku.""Kak, jangan membuatku malu," ucap Monic dengan wajah yang memerah. Andre semakin bingung dengan perubahan wanita itu. Dan sekarang ia semakin yakin kalau cinta da