Karena jelas-jelas selama ini ia tidak pernah menyentuh wanita bahkan Azalea sekalipun, jadi sudah bisa dipastikan kalau anak perempuan itu adalah putri daddy Isaac, adik tirinya.
Andre baru saja akan membalas ucapan daddy Isaac saat diluar dugaannya, anak perempuan itu mengulurkan kedua tangannya pada Andre untuk meminta Andre menggendongnya,
"Daddy ... Endong Daddy ... "
"Daddy, aku bukan Daddymu, Nak!" sangkal Andre. Sontak saja bibir anak itu mulai bergetar sebelum akhirnya tangisannya pecah, memenuhi ruang kerjanya dengan tangisannya itu,
"Hey, siapa namamu?" tanya Andre pada anak buah yang membawa anak itu masuk,
"Beni Tuan," jawab Anak buahnya.
"Beni, cepat diamkan anak itu! Saya pusing mendengarnya!" perintahnya dengan tidak sabar sambil menunjuk anak yang berada di gendongan daddy Isaac.
"Kau! Diam di tempatmu!" perintah tegas daddy Isaac dengan tatapan tajamnya. Hingga Beni pun seolah terpaku di lantai seketika.
"Dad ... "
"Gendong anak ini, Ndre! Apa kau tega menolak anak secantik ini? Tidak ada salahnya kamu menggendongnya sebentar, siapa tahu anak ini menjadi tenang selama berada di dalam dekapanmu," saran daddy Isaac.
"Tapi Dad ... "
Ucapan Andre kembali terpotong saat daddy Isaac menyerahkan Zee begitu saja padanya. Sama halnya dengan Beni, Andre seolah terpaku ditempat, bahkan untuk bergerak sedikitpun ia merasa takut. Ya, takut menyakiti anak sekecil Zee.
"Dad, aku tidak bisa menimang anak kecil!" desis Andre, dan diluar dugaannya tangisan Zee seketika terhenti saat Andre mengusap lembut punggungnya.
"See? Anak itu langsung terdiam. Yang. berarti benar kamu adalah daddynya."
"Jangan konyol Dad, tidak pernah satu kalipun aku bercinta dengan wanita manapun!" sangkal Andre masih terus mengusap punggung Zee.
"Tidak pernah? Jangan bilang kalau selama ini kamu hanya bercinta dengan sesama jenis!" tukas daddy Isaac dengan dongkol.
Andre memutar kedua bola matanya, kebiasaan yang ia ambil dari Azalea,
"Jaga ucapanmu, Dad! Ada anak kecil di sini," sungutnya.
"Zee belum akan mengerti, dia masih terlalu kecil. Sudah jawab saja, benar atau tidak?"
"Tentu saja tidak Dad, astaga! Aku masih normal dan tidak akan pernah menyimpang!" tegas Andre.
"Lalu kenapa sudah setua ini kamu masih tetap saja perjaka? Bahkan dengan Lea pun kalian tidak pernah melakukannya? Atau jangan-jangan Zee adalah anakmu dengan Lea," tebak daddy Isaac.
"Ya Tuhan, jangan sampai Aaron mendengarnya. Atau saat itu juga aku sudah pasti pindah ke alam lain," desah Andre.
"Jadi dengan Lea pun kamu tidak melakukannya? Padahal kalian sudah sedekat itu, kalian pun pernah bekerja di tempat yang sama, apa kalian tidak terbawa kondisi dan situasi tempat kalian kerja itu?"
"Dad! Tolong jangan sangkut-pautkan Lea denganku lagi. Sekarang Lea telah menjadi milik Aaron sepenuhnya, aku tidak mau hanya karena ucapan Daddy, persahabatan kami menjadi renggang."
"Ah ya maaf, bukankah wanita itu sekarang tengah hamil anak kedua? Menurut Ronald bulan ini adalah perkiraan lahirannya. Apa kamu sudah mengetahui kabar terakhirnya? Apa lea sudah melahirkan?" tanya daddy Isaac.
"Belum, Dad. Lea pasti akan langsung memberitahuku kalau memang ia telah melahirkan," jawab Andre lalu memekik pelan saat tiba-tiba daddy Isaac memukul kencang pundaknya, untung saja tidak mengenai Zee yang baru saja tertidur di bahunya.
"Dan kau! Kapan kau akan memberikan cucu pada daddy? Jangan sampai Thomas yang lebih dulu melangkahimu!"
"Nah, bisa saja Thomas sudah melangkahiku lebih dulu, Dad. Mungkin Zee adalah putrinya."
"Mata anak ini berbeda dengan mata Thomas kita, Ndre! Tapi sama persis dengan matamu,. bahkan mata Daddy saja kalah birunya dengan mata kalian."
Tidak mau terlalu lama berdebat dengan daddy Isaac perihal Zee, Andre pun mulai mengeluarkan perintahnya pada asisten pribadi yang masih setia berdiri tidak jauh darinya,
"Jo, tolong lakukan tes DNA kami berdua, supaya tidak akan ada lagi yang menuduh saya telah menghamili seseorang hingga melahirkan anak ini!"
"Baik, Tuan."
Perlahan Joshua mendekati Andre untuk mengambil rambut Zee. Anak itu bergumam tidak jelas sebentar sebelum mulut kecilnya kembali menutup rapat lagi.
"Stop! Jangan beraninya kau mencabut rambut saya!" geram Andre saat Joshua akan menarik rambutnya.
"Ah ya saya lupa,saya ambil dari sisir anda saja, Tuan."
Setelah mengatakan itu, Joshua membuka laci meja Andre untuk mengambil beberapa helai rambutnya di sisir itu.
"Pastikan hasilnya langsung keluar! Bayar berapapun yang mereka minta, saya tidak mau terus dibebani dengan anak yang sudah pasti bukan milik saya!" tegas Andre.
Setelah mengangguk pelan, Joshua pun melangkah keluar, lalu merasa tidak diperlukan lagi Beni juga turut keluar dari ruang kerja bossnya itu.
"Kamu akan merasa bersalah kalau ternyata anak ini adalah benar anakmu, Ndre. Sebaiknya kau ingat-ingat lagi, siapa wanita yang kau tiduri tiga tahun lalu?"
"Astaga, Dad. Harus berapa kali aku katakan kalau aku sama sekali belum pernah melakukan itu. Selama ini aku hanya bersolo karir saja, dan tidak mungkin kan hal itu dapat membuat seorang wanita hamil? Memangnya pasukanku bisa terbang dan memilih rahim wanita tertentu?" cecar Andre dengan sengitnya.
"Mungkin saja kamu pernah melakukannya saat mabuk," kata daddy Isaac sambil lalu.
"Meski mabuk pun aku tidak akan melakukan hal itu, Dad. Lagipula, tidak pernah satu kalipun aku mabuk hingga lupa diri," sanggah Andre.
Ya, ia yakin betul tidak pernah menyentuh wanita lain. Hanya dengan Azalea saja ia pernah melakukannya, itu pun hanya di dalam mimpi saja. Dan Andre selalu terbangun dengan tubuh yang berpeluh keringat, dan senjatanya yang lengket akibat dari cairannya yang keluar karena mimpi basahnya itu dengan wanita yang telah terlarang untunya.
"Sudahlah, lebih baik sekarang kamu rebahkan Zee ke sofa, kasihan badannya pasti sakit kalau tidur dengan posisi yang tidak nyeman seperti itu," saran daddy Isaac.
Ia melangkah lebih dulu ke arah sofa panjang dan meletakkan bantalan sofa kecil sebagai bantalan kepala Zee.
"Pelan-pelan, nanti dia bangun."
"Bagaimana kalau Daddy saja yang meindahkannya, aku takut kalau Zee akan terbangun nantinya. Atau parahnya lagi aku takut menjatuhkannya."
"Daddy juga tidak bisa memindahkannya. Lagipula tangan Daddy tidak sekuat tanganmu."
"Jadi, siapa yang akan memindahkannya selain kita Dad? Lagipula Daddy lebih berpengalaman dengan dua anak, apa Daddy lupa caranya?" tanya Andre dengan putus asa.
Daddy Isaac mendesah pelan sebelum menjawab,
"Sejak kamu lahir, Daddy sama sekali tidak berani memindahkanmu ke tempat tidurmu, pun demikian dengan Thomas. Mommy kalian yang selalu melakukannya untuk Daddy. Tunggu sebentar!"
Daddy Isaac mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang,
"Ke ruangan Andre sekarang, kami membutuhkan bantuanmu!" serunya sebelum mengakhiri panggilan teleponnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana panjangnya.
"Daddy minta bantuan siapa?"
"Kate. Sebagai seorang wanita, dia pasti bisa membentu kita."
"Astaga, apa tidak ada wanita lain di kantor ini, Dad? Batalkan, aku tidak mau gundikmu itu memasuki ruanganku! Lebih baik aku meminta Jo saja untuk mencari karyawan wanita yang sudah memiliki anak untuk membantu kita!" sungut Andre.
"Ke ruangan Andre sekarang, kami membutuhkan bantuanmu!" serunya sebelum mengakhiri panggilan teleponnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana panjangnya."Daddy minta bantuan siapa?""Kate. Sebagai seorang wanita, dia pasti bisa membantu kita.""Astaga, apa tidak ada wanita lain di kantor ini, Dad? Batalkan, aku tidak mau gundikmu itu memasuki ruanganku! Lebih baik aku meminta Jo saja untuk mencari karyawan wanita yang sudah memiliki anak untuk membantu kita!" sungut Andre.Untungnya Joshua sudah kembali lagi ke ruangannya setelah menyerahkan sample Andre dan Zee untuk tes DNA.Daddy Isaac melotot tajam pada Andre,"Mau sampai kapan kamu mencari karyawan wanita yang bisa membantumu? Daddy tidak setuju kalau harus melibatkan karyawan kita dalam hal ini, belum lagi spekulasi yang akan beredar nantinya.""Memangnya wanita sialanmu itu sedang berada di kantor ini alih-alih menunggumu di rumah?" tanya Andre."Oh ya ada, Kate sedang menunggu Daddy di Lobby bawah. Tidak lama
"Zee putrimu, Ndre! Bagaimana bisa kamu melarang putrimu sendiri masuk ke dalam sana?""Dad ... ""Duduklah! Kita bahas masalah Zee sampai hasil tesnya keluar. Selama hasilnya itu belum keluar dan menyatakan kalau Zee memang benar bukan putrimu, maka Daddy akan terus menganggap sebaliknya!" potong Daddy Isaac tegas.Setelah Andre duduk, Daddy Isaac kembali melanjutkan, ia akan membuka kedua mata putranya itu yang masih saja tidak dapat melihat kemiripan antara dirinya dengan putrinya."Dengar, dari penampilan Zee saja sudah terlihat jelas kalau dia adalah anakmu, Ndre. Mau sampai kapan kamu menyangkalnya? Coba lah diingat-ingat lagi, kamu melakukannya dengan siapa saja?"Dan sama seperti pertanyaan daddy Isaac sebelumnya, Andre meresponnya dengan setengah frustasi, seolah ia tengah dihadapkan pada hukuman atas dosa yang tidak pernah ia lakukan."Astaga, Dad. Harus dengan apa lagi aku meyakinkan Daddy kalau aku sama sekali belum pernah melakukan itu? Tuhan, aku bahkan tidak malu mengak
"Siapa yang bilang Lea akan melahirkan? Kami cuma memeriksa rutin kandungan Lea," tanya Aaron dengan nada dongkol.Pasalnya tanpa angin tanpa hujan, Andre masuk begitu saja ke ruang praktek dokter Hera dan mengira Azalea telah melahirkan."Sial, jadi Daddy menipuku!" geram Andre, matanya menatap sayu saat bersitatap dengan Azalea, wanita yang sangat ia cintai itu, meski kini terlarang baginya untuk terus mencintainya."Kamu kenapa Ndre? Kelihatannya kuyu sekali, apa kamu ada masalah?" tanya Azalea dengan lembut.Berniat memberikan privasi untuk mereka, dokter Hera melangkah keluar ruangan, dan Andre mneyadari hal itu."Kuyu? Ah, mungkin karena debu jalanan, aku menuju rumah sakit ini secepatnya dengan mengendarai motor begitu Daddyku memberi kabar kalau kamu sudah melahirkan," jawab Andre sebelum menyeringai lebar.Namun Azalea telah berteman lama dengan Andre. Jadi ia tahu kalau pria itu sedang memiliki masalah."Apa kamu sedang membohongiku, Ndre? Aku tahu mengenal kamu dnegan sanga
"Tuan hasilnya sudah keluar!" lapor Joshua saat Andre baru saja memasuki ruang kerjanya lagi.Ia menyapu pandangannya ke seluruh ruang kerja itu untuk mencari sosok daddy Isaac, dan Joshua pun mengerti siapa yang tengah tuannya itu cari,"Tuan Isaac langsung pulang ke rumah setelah melihat hasil tes itu, Tuan. Beliau ingin menyiapkan kamar anak untuk Nona Zee.""Kamar anak? Jangan bilang kalau hasilnya benar-benar ... "Bahkan untuk melanjutkan pertanyaannya sendiri saja Andre merasa ngeri. Ya, ia takut pada jawaban yang akan ia dapatkan itu. Namun sepertinya mau tidak mau Andre tetap harus mendengarnya, padahal Joshua sudah menjelaskan padanya di telepon tadi,"Hasil DNA anda dengan Nona Zee cocok, Tuan. Hasil itu menegaskan kalau memang andalah ayah dari anak itu."Dengan tidak sabar Andre merebut tab yang tengah Joshua pegang. Kedua matanya membola saat membaca hasil tes yang asisten pribadinya itu jelaskan tadi."Tidak, ini tidak mungkin," desahnya."Coba anda ingat-ingat lagi, Tu
Setelah Joshua menutup pintunya, perlahan Andre berdiri dan melangkah ragu ke arah pintu rahasia yang akan menuju kamarnya yang sedikit terbuka.Ia mengira kalau Catherine ikut gtertidur di samping Zee, tapi ternyata kedua wanita beda generasi itu sedang bercanda di atas tempat tidurnya. Tawa melengking Zee terdengar saat Catherine menggelitiki pinggangnya,"Geli ... Geli, Mimi!" pekik Zee.Baik Catherine maupun Zee sama-sama tersentak kaget saat pintu kamar terbuka lebar,"Tempat tidurku bukan arena bermain untuk kalian!" keluh Andre dengan dongkol.Andre mengumpat pelan saat melihat wajah Zee yang semula ceria menjadi sedih. Bibir bawahnya mulai maju, sebelum akhirnya memeluk Belinda,“Mimi … ” isaknya.“Sst, tenang sayang. Mimi ada di sini kamu jangan nangis ya. Bagaimana kalau kita keluar untuk membeli ice cream? Kamu suka ice cream kan?” bujuk Catherine.Namun Zee masih terus terisak sambil menggelengkan kepalanya, sementara Catherine melihat Andre yang alih-alih ikut membujuk Ze
"Sial aku lupa! Aku ke sini menggunakan motor!""Aku bawa mobil.""Apa aku bertanya padamu?""Aku hanya peduli pada Zee, anak itu pasti akan masuk angin kalau kamu tetap ngotot ingin menggunakan motormu alih-alih mobilku."Andre menghela napas kasar sebelum akhirnya menyerah,"Ya sudah, parkir di mana mobil sialanmu itu?"Catherine melangkah ke arah parkir mobilnya. Lumayan jauh dari pintu keluar, hingga membuat Andre kembali emosi,"Kenapa jauh sekali? Zee sudah kepanasan!" keluhnya.Cukup sudah bersabar menghadapi sikap Andre yang selalu ketus padanya, Catherine pun memutar badannya ke arah pria itu. Meski kesal ia memelankan sedikit suaranya karena Zee kembali tertidur dengan menyandarkan kepalanya di pundak Andre,"Kamu kan tahu sendiri kalau ini bukan area parkir tamu, Ndre. Jadi aku parkir sedikit lebih jauh. Kalau kamu kelelahan karena harus menggendong Zee, serahkan saja Zee padaku!" desisnya."Sudah terus jalan, jangan banyak bicara!" seru Andre.Bulir-bulir keringat mulai me
Ternyata benar dengan yang dikatakan orang-orang selama ini, jika ada uang, maka sesuatu yang terlihat mustahil akan dapat terwujud juga.Seperti yang tengah Catherine lihat saat ini, kamar tidur anak yang menyatu dengan tempat bermainnya terlihat begitu indah. Semuanya terlihat tertata rapi pada tempatnya, dengan tata letak yang tepat, yang pastinya hasil dari desain interior ternama.Padahal Baru hari ini keluarga Andre mengetahui keberadaan Zaa yang merupakan cucu pertama mereka. Namun kamar untuk anak itu telah tersedia dalam waktu sekejap. Hanya dalam hitungan jam saja.“Kenapa diam saja, cepat rebahkan Zaa di tempat tidurnya, Kitty!” perintah Andre yang membuyarkan lamunan Catherine.Dan Catherine pun segera merebahkan Zaa yang masih terlelap sejak di dalam mobil. Dengan hati-hati ia menyelimuti anak itu agar tidak terbangun.“Kamu boleh pulang sekarang!” “Catherine akan tetap di sini! Daddy hanya percaya pengawasan Zee pad Catherine sepenuhnya! Sebaiknya, kamu saja yang kembal
“Ke kamarku Sekarang!” Perintah Andre pada Joshua melalui ponselnya.Tidak membutuhkan waktu lama untuk Joshua memasuki kamar Andre setelah sebelumnya mengetuknya terlebih dahulu.“Jika ini mengenai identitas Ibu dari Nona Zee, saya nelum mendapatkannya, Tuan. Saya mohon anda bersabar sebentar,” tebak Joshua yang memahami betul leinginan tuannya itu.“Kenapa lama sekali? Biasanya informasi apapun kamu akan dengan cepat mendapatkannya!” sungut Andre.Sekembalinya ia dari rumah daddy Isaac, pikirannya terus berkelana ke putrinya. Dari tiga hasil tes DNA semuanya menyatakan kalau ia adalah ayah biologis Zee, namun ia sama sekali tidak pernah menyentuh satupun wanita, apalagi sampai menyetubuhinya dan menghasilkan seorang anak.Mau sekeras apapun Andre mengingatnya hasilnya tetap sama, ia sama sekali tidak menemukan jawabannya.“Sepertinya informasi sekecil apapun mengenai Nona Zee, mampu ditutupi dengan sangat sempurna hingga tidak memiliki celah sama sekali, Tuan. Dan saya menduga kalau
"Kenapa? Kamu takut aku akan menyakitimu? Aku tidak akan menggigitnya."Astaga, bisakah seseorang mati karena menahan gairahnya sendiri? Bahkan dengan hanya membayangkan Catherine melakukan itu saja sudah membuat Andre semakin tersiksa.Satu-satunya yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah menghujamkan dirinya dalam-dalam ke gua kehangatan Catherine yang baru saja ia rasakan itu."Berjanjilah, kamu akan berhenti kalau kamu sudah mulai merasakan sakit," pinta Andre."Katamu tadi, hanya sakit untuk yang pertama kalinya saja, sementara untuk yang selanjutnya aku sudah bisa menikmatinya.""Memang benar seperti itu, Kitty. Hanya saja, sudah tiga tahun lebih tidak ada yang memasukimu, rasanya pasti akan sedikit menyakitkan juga untukmu.""Aku percaya padamu, Ndre."Melihat keraguan di wajah Andre, Catherine kembali menegaskan,"Sepenuhnya!"Catherine memekik pelan saat dalam sekejap mata Andre sudah kembali mengungkungnya di bawahnya,"Biarkan aku memberikan kenikmatan lagi untukmu.""Ndre,
"Untuk yang pertama memang akan sakit, Sayang. Tapi tidak untuk selanjutnya. Kamu boleh bertanya pada wanita manapun yang telah berkali-kali melakukan hubungan intim, atau kamu mau aku sambungkan ke Loli atau Monic sekarang? Mumpung mereka juga bermalam di hotel yang sama dengan kita.""Astaga, tidak perlu, Ndre. Aku tidak mau mengusik mereka malam-malam begini," tolak Catherine."Kalau begitu berbaringlah sekarang, ada yang akan aku lakukan padamu. Dan tenang saja, aku hanya akan memuaskanmu. Kalau pun kamu tetap tidak nyaman dengan yang aku lakukan, kamu bisa memintaku untuk berhenti."Dari raut wajah Catherine, terlihat jelas kalau wanita itu tengah berperang dengan batinnya. Sesekali helaan napas panjang menghembus keluar dari mulutnya, sementara matanya terus tertukju pada mata Andre, seolah mencari jawaban dari sorot Andre yang terlihat teduh, menandakan keseriusan dengan setiap kata yang pria itu ucapkan sebelumnya."Baiklah. Tapi ... Kalau aku memintamu untuk menghentikannya,
"Alvin terlalu baik untuk aku, Ndre. Alvin berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku.""Tidak ada yang lebih baik darimu, Sayang. Kamulah yang terbaik! Dan aku beruntung karena telah mengikatmu dengan pernikahan dan juga seorang putri. Ah ya, akan segera hadir juga adik Zee, putri kedua kita!" tegas Andre. Entah kenapa ia benci tiap kali mendengar Catherine tidak percaya dengan dirinya sendiri.Apa wanita itu selalu insecure dalam hal apapun?"Baru sekarang ini kamu bilang aku yang gterbaik. Sebelumnya ... " Keluhan Catherine terhenti saat jari Andre menutup bibirnya,"Dulu aku memang bodoh karena telah menghabiskan waktuku dengan terobsesi pada seseorang. Mau bagaimana lagi, saat itu aku belum bisa membedakan perasaan sayang sebagai seorang sahabat atau sayang karena cinta."Catherine menjauhkan tanga Andre dari bibirnya, "Malam itu, kamu mengira aku sebagai Lea. Itu apa namanya kalau bukan cinta?""Aku akui malam itu aku memang sangat kecewa pada Lea karena dengan bodohnya kem
Padahal itu hanyalah sekedar ucapan Andre saja, tapi anehnya Catherine merasakan darahnya yang berdesir, tubuhnya sendiri seolah terbujuk oleh kata manis suaminya itu. Oleh janji-janji memabukkan pria itu. Dan meleleh sepenuhnya ketika Andre menurunkan kepalanya untuk mengulum salah satu puncak bukitnya.Refleks tangan Catherine menelusup masuk ke rambut Andre, ia sendiri tidak yakin ingin menghentikan pria itu, atau ingin menahannya seperti itu agar ia dapat terus merasakan kenikmatan demi kenikmatan yang dihasilkan dari permainan lidah Andre di sana.Tanpa memutuskan ciuman mereka, Andre membantu Catherine berdiri, membiarkan gaun pengantin Catherine turun hingga menumpuk di kaki mereka, dan hanya menyisakan G-String yang tidak dapat menutupi sepenuhnya bagian inti Catherine.Andai saja Andre tidak mengenal Catherine, mungkin ia akan mengira kalau wanita itu sengaja menggodanya. Ia pun menanggalkan juga G-String berwarna hitam itu hingga Catherine sepenuhnya polos."Ndre, ka ... kam
"Kamu yang telah berubah menjadi jauh lebih baik, itu sangat membuatku bahagia, Ndre. Sesuatu yang dulu aku anggap mustahil, kini telah menjadi kenyataan, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Maafkan aku yang sempat meragukan ketulusanmu."Senyuman lembut mulai terukir kembali di wajah Andre, ia cukup lega mendengar pengakuan istrinya itu, "Apa itu tandanya kamu sudah jatuh cinta padaku, Sayang?" tanyanya penuh harap."Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Sayang? Apa kamu sudah mulai jatuh cinta padaku?" Catherine balik bertanya, meski rasanya mustahil untuk ia mendapatkan cinta Andre sepenuhnya. Even ia pernah mendengar Andre mencintainya sekalipun."Mungkin,"Hanya itu jawaban yang Andre berikan, satu kata yang dapat mengandung dua maksud. Mungkin Andre mencintainya, atau mungkin juga tidak. Sedikit kecewa, tapi memang seperti itulah Andre.Catherine membiarkan Andre mengusap puncak kepalanya, lalu turun ke belakang kepalanya untuk menarik lepas aksesoris rambut yang Cather
Duduk di kaki tempat tidur, tanpa sadar jemari Catherine memutar cincin kawin yang tersemat di jari manisnya, selama ia menunggu Andre mengunci pintu kamar mereka. Berkali-kali ia menghela napas berat saat rasa takut, cemas dan bingung membaur menjadi satu. Meski Andre adalah daddy putrinya dan mereka juga telah resmi menikah, Andre tetaplah orang asing bagi Catherine. Kegugupan masih bisa menyiksa dirinya saat membayangkan seperti apa berbagi tempat tidur dengan pria asing.Penyatuan mereka dulu tidak bisa dijadikan acuan untuk Catherine, karena dulu hanya rasa sakit yang luar biasa saja yang dapat Catherine rasakan. Ia bahkan berniat menghindar dari penyatuan seperti itu lagi. Rasanya sungguh menyiksa.Ya, nanti Catherine akan mencari alasan agar Andre tidak bisa melakukan penyatuan lagi, setidaknya sampai ia siap."Apa yang sedang kamu lamunkan di malam pengantin kita?" Pertanyaan Andre menghentak Catherine dari lamunannya. Tatapannya seketika tertuju pada suaminya itu,"Ti ... T
Akhirnya setelah rangkaian prosesi yang mengharukan, tibalah saatnya Catherine dan Andre melakukan wedding kiss. Ciuman pertama mereka setelah sah menjadi pasangan suami istri yang telah mengikat janji suci, untuk selalu setia dalam keadaan susah maupun senang, sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan mereka.Dengan susah payah Catherine menelan salivanya saat Andre menatapnya dengan senyumannya yang menggoda. Terutama saat tatapan pria yang telah sah menjadi suaminya itu turun ke bibirnya, rasanya untuk bernapas saja pun Catherine sulit.Memang itu bukan ciuman pertama untuk mereka, tapi tetap saja jantung Catherine berdegup dengan kencangnya, apalagi dengan puluhan pasang mata yang menyaksikannya.Catherine menahan dirinya untuk tidak bergerak mundur saat Andre mulai mendekatkan wajahnya, perlahan bibir Andre mulai bergerak mendekati bibirnya, dan kedua lutut Catherine melemah saat bibir mereka telah menyatu dalam ciuman lembut dan memabukkan.Seharusnya ciuman pernikahan itu hany
Lebih dari satu kali Chaterine melihat, tidak hanya penata riasnya saja yang terus menguap, tapi penata busana pengantinnya juga. Hal yang wajar setelah mereka semua bekerja keras demi bisa memenuhi keinginan Andre, membuat gaun pengantin yang indah kurang dari dua puluh empat jam.Meski berkali-kali daddy Isaac dan sahabat Andre membujuknya untuk bersabar hingga akhir minggu ini, namun Andre tetap bersikeras pada keputusan awalnya itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang dapat membuatnya goyah.Untung saja ada Lolita dan Monic yang selalu menenami Catherine. Celotehan kedua wanita belia itu sedikit banyaknya dapat membantu Catherine melewati malam pernikahannya tanpa rasa takut.Atau setidaknya Catherine sanggup menahan dirinya untuk tidak melarikan diri, tiap kali ia membayangkan akan mengucap janji pernikahan esok harinya bersama dengan Andre. Meski tidak menolak pernikahan itu, Catherine belum sepenuhnya menerima juga.Hanya demi Zee saja yang menjadi pertimbangan terbesar Catheri
Ya, seharusnya itulah yang dilakukan suami pada istrinya yang tengah hamil. Apa itu juga yang Cartherine harapkan dulu?Gelombang penyesalan semakin menghantam Andre tanpa ampun. Dan tanpa diminta semua sikap kasarnya pada Catherine selama ini terputar lagi di benaknya. Sungguh ingin ia memutar waktu untuk memperbaiki semuanya."Ethan benar. Dulu kami memang bodoh. Dulu, aku tidak pernah merasakan cinta yang begitu murni sebelum bertemu dengan Monic," aku Levin, ia menangkup kedua pipi Monic, sorot matanya terlihat penuh cinta saat menatap istrinya itu,"Dan sejujurnya itu sangat membuatku takut. Takut wanita ini akan mengubah hidupku yang sebelumnya kurasa sangat sempurna. Namun ternyata aku salah. Aku baru merasakan kesempurnaan itu setelah bertemu dengannya, setelah menikahinya dan membuatnya mengandung darah dagingku.""Kak, jangan membuatku malu," ucap Monic dengan wajah yang memerah. Andre semakin bingung dengan perubahan wanita itu. Dan sekarang ia semakin yakin kalau cinta da