"Aku tidak mengenalmu. Kumohon jangan lakukan. Le-lepaskan aku!!" pekik Carmen, meronta-ronta agar dibebaskan oleh seorang pria yang berniat merampas mahkotanya. --- Carmen Gaura Wijaya dijual oleh ibu tirinya pada pria pengusaha di kota mereka, untuk diperistri. Masalahnya Carmen sudah memiliki suami. Meski suaminya belum pernah kembali selama lima tahun terakhir ini akan tetapi Carmen tetap menunggu. Carmen melarikan diri dan bersembunyi di hotel tempatnya bekerja. Naas, Carmen salah memasuki kamar. Pria dalam kamar itu tiba-tiba menariknya ke atas ranjang lalu memaksa Carmen untuk melayani nafsunya. Carmen sangat syok, tetapi lebih syok ketika pria yang merampas mahkotanya tersebut mengaku sebagai suami Carmen. Dia Raymond Kaizer Abraham, pria misterius yang menikahi Carmen lima tahun lalu. "Bagaimana bisa kau tak mengenali suamimu sendiri, Wifey?" Raymond Kaizer Abraham.
View MoreCarmen semakin ketakutan dan khawatir. Dia mulai berkeringat dingin, jantungnya berdebar lebih kencang dari yang sebelumnya dan tubuhnya gemetar hebat. "Ma-Mas Kaizer …," gumamnya pelan. Perasaan Carmen mulai kacau, matanya terasa panas dan pada akhirnya bulir kristal berhasil jatuh dari pelupuk. Dia sangat khawatir pada kondisi Raymond! Suara tembakan itu …- Ti-tidak! Tidak mungkin! Suaminya pasti baik-baik saja. Mu-mungkin tadi bukan suara tembakan, tetapi suara ban meledak a-atau petasan. Carmen berusaha positif thinking. Dia berdiri lalu berjalan cepat tetapi dengan lutut gemetar–sehingga beberapa kali hampir terjatuh, dia berusaha ke tempat tadi untuk menemui suaminya. Di sisi lain, wajah seorang pria memucat. Bodyguardnya tersisa sedikit dan pria mengerikan ini berdiri tepat di depannya, menodong senjata tepat ke kepalanya yang berlutut di tanah–menghadap iblis berwujudkan manusia ini. Wajahnya bagai malaikat, tampan dan penuh pesona. Namun, lihatlah apa yang pria i
Raymond mencium daun telinga Carmen lalu beralih mencium kening istrinya, dia sengaja melakukan itu supaya Carmen lebih tenang. "Beraninya kau menyentuh calon istriku, Bajingan!" marah Gerry, langsung mengeluarkan pisau dari balik jas kemudian berlari ke arah pria yang memeluk Carmen, berniat melukai pria itu. Dia marah karena pria sok jagoan itu mencium Carmen di dalamnya. Cih! Dia akan membunuh pria itu, dan akan melenyapkannya di depan Carmen supaya Carmen tahu bahwa dia seorang yang berkuasa serta mengerikan! Dengan begitu, Carmen akan tunduk dan patuh padanya. Ah yah, pria itu sepertinya tidak dalam kondisi baik, kepalanya diperban dan begitu juga dengan telapak tangannya. Gerry yakin sekali bisa melenyapkan pria ini dengan mudah. Terlebih dia hanya sendiri. "Pulanglah lebih dulu," bisik Raymond pelan pada istrinya, setelah itu melepas Carmen dari pelukannya–bersamaan saat dia menangkap pisau yang ingin Gerry tikam ke arah wajahnya. Tubuh Carmen membeku, menatap tangan s
Cincin ini pantas disingkirkan! Hanya cincin darinya yang boleh menghiasi jari manis Carmen. Setelah dia menikahi gadis ini, maka cincin darinya lah yang akan melingkar di jari manis Carmen–calon istri yang telah ia beli dari ibu tiri perempuan ini. "Cincinku!" pekik Carmen dengan mata yang sudah memerah dan berair, menatap sedih ke arah Gerry melempar cincinnya. Entah kenapa hatinya terasa sangat sakit saat Gerry mencopot cincin tersebut dari jari manisnya. Lalu ketika Gerry melempar cincin itu, rasa sakit serta kesedihan itu semakin terasa nyata. "Hahahaha … Sayang, kau menangisi cincin jelak dari suamimu yang lumpuh itu? Cih, untuk apa kau menangisi pria lumpuh, Heh?!" ucap Gerry dengan nada mengejek. Dia sudah tahu Carmen menikah karena Tiara yang memberitahu. Tiara memberi tahu jika Carmen menikah dengan pria cacat yang hanya bisa duduk di kursi roda, dan pria itu telah meninggalkan Carmen semenjak awal pernikahan. Carmen yang bodoh karena terus menunggu suaminya pulang,
"Carmen!" teriak Gerry marah, nadanya menggelegar dan penuh kemarahan. Dia sangat geram karena Carmen sulit ditangkap, perempuan itu lincah dan gesit. Carmen tak menoleh, dia juga tak menyahut pada Gerry yang meneriaki namanya. Carmen hanya fokus berlari. Dia tidak boleh tertangkap oleh Gerry, pria itu bukan hanya akan menikahinya tetapi juga akan membawa Carmen kembali ke kota itu. "Kal, kenapa kamu bisa berurusan dengan Tuan Gerry?" tanya Tersia, berlari sekuat tenaga bersama Carmen. "Aku dijual Tiara ke dia," jawab Caen cepat, menarik Teresia untuk berlari ke arah sebuah gang. Jalan itu lebih dekat ke arah rumahnya. Carmen hapal sebuah jalan menuju rumah suaminya–Raymond. Dia berniat membawa Teresia untuk bersembunyi di rumah itu karena ada banyak pengawal di sana! Yah, pengawal Raymond pasti akan melindunginya dan Teresia di sana. Namun, untuk menuju rumah itu, mereka harus melewati jalan yang sepi karena lokasi rumah Raymond memang jauh dari keramaian. Sebelumnya mer
"Tadi itu siapa, Kal?" tanya Teresia, di mana saat ini dia dan Carmen sedang menikmati jajanan pinggir jalan–mereka duduk di tempat yang disediakan oleh pedagang. Angin malam berhembus, menambah rasa dingin yang menyapa kulit keduanya. Akan tetapi, itu membuat mereka semakin semangat mengunyah makanan. Rasa dingin membuat tubuh membakar lebih banyak energi untuk menghasilkan panas. Sehingga perut mudah lapar. "Itu Ayah mertuaku," jawab Carmen singkat, tersenyum di akhir kalimat. "Kalian terlihat akrab yah," ujar Teresia, mendapat anggukkan kepala dari Carmen. "Oh iya, kamu nggak apa-apa kan? Kamu …-" Teresia berhenti makan, memperhatikan ekspresi Carmen dengan teliti. Wajah Carmen memang terlihat ceria, akan tetapi tatapan perempuan ini sendu dan sayu–menandakan jika Carmen sedang menyembunyikan kesedihannya. Teresia yakin sekali Carmen sakit hati, akan tetapi dia memilih menyembunyikannya karena tak ingin sedihnya mempengaruhi orang di sekitarnya. Carmen menoleh ke arah Tere
"Baiklah." Lennon menganggukkan kepala pelan, "intinya kau tidak perlu khawatir mengenai nama baik Ayah. Perempuan itu lah yang menjebak Ayah, dan Ayah punya bukti kebusukan perempuan itu." Awalnya Raymond ingin membantah. Bukan ingin memihak pada Siran, akan tetapi ayahnya memang brengsek. Ayahnya tukang selingkuh dan seorang lady killer. Dia pria bejad! Namun, setelah ayahnya menjelaskan, Raymond akhirnya percaya pada ayahnya. Karena apa yang Lennon katakan, sangat masuk diakal. Berawal dari Siran tahu jika Harlen berkemungkinan tidak akan menjadi pewaris utama Abraham karena Harlen tak memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Selain itu, Harlen berselingkuh dengan sekretarisnya, sehingga sekalipun Harlen menjadi pewaris, Harlen bisa saja mencampakkan Siran. Akhirnya Siran berencana untuk menjebak Raymond. Namun, karena saat itu Raymond masih lumpuh, Siran enggan tidur dengan pria lumpuh lalu berakhir menjadi istrinya. Akhirnya dia memutuskan menjebak Lennon. Jika d
Raymond membuka mata, segera mengambil posisi duduk karena langsung mengingat jika istrinya berniat kabur. "Ah, kau akhirnya bangun," ucap seseorang dengan nada rendah dan pelan. Raymond menoleh ke arah sumber suara, langsung berdecak ketika melihat siapa yang ada di ruangannya. Ayahnya! Hell! Raymond baru ingin jika dia kecelakaan–itu karena terlalu memikirkan istrinya yang dikabarkan kabur dari rumah. "Kau mau kemana, Ray?" Lennon langsung mendekat ke arah putrinya kemudian menahan Raymond yang berniat mencabut jarum infus dari tangan. Dia menekan pundak Raymond supaya tidak bangkit dari tempat tidur. "Ck, aku harus mencari Ura. Dia ingin kabur," ucap Raymond dengan nada kesal, akan tetapi terkesan lemas karena dia baru terbangun. Raymond sama sekali tak peduli pada kepalanya yang sakit, yang ada dipikirannya hanya Carmen. Perempuan itu tidak boleh kabur, Carmen harus selalu berada di sisinya. "Chestnut baru pergi dari sini." Raymond langsung mendongak pada ayahnya, c
"Raymond, setelah kamu sadar, berjanjilah untuk menikahiku …. Hanya aku yang mencintaimu," ucap Siran kembali, sengaja untuk memanas-manasi Carmen. Carmen semakin membeku di tempat saat mendengar perkataan Siran tersebut. Hatinya terasa sakit dan hancur, Raymond rela kecelakaan hanya demi melindungi Siran dan Talita. Itu sudah membuktikan siapa sebenarnya yang diinginkan oleh Raymond. Mungkin sebenarnya Raymond masih mencintai Siran, akan tetapi karena Siran telah dilecehkan oleh ayahnya, Raymond tidak bisa menikahinya sehingga menjadikan Carmen sebagai pelampiasan. Semuanya semakin terasa jelas, mengingat jika Raymond dan ayahnya bertengkar. Mungkin penyebabnya adalah Siran. Dengan pundak melorot dan wajah lesu, Carmen beranjak dari sana. Teresia hanya mengikuti, tak bisa mengatakan apa-apa karena-- dia ikut sakit hati melihat Siran memeluk Raymond. Carmen adalah sahabatnya, hal seperti ini pasti sangat menyakiti Carmen. Saat akan masuk ke lift, Carmen bertemu dengan rombongan Le
"Aku yang membawa Siran, Raymond. Kami pergi karena ayahmu mengancam akan membunuh Talita." Bukan Siran yang menjawab, tetapi Zack yang juga ikut turun dari mobil. Zack memang tahu kalau Talita adalah anak Lennon. Dia kembaran Siran, dan Siran tak pernah berbohong padanya. Sedangkan Raymond, dia tahu banyak tentang Raymond karena dia pernah menjadi tangan kanan Raymond. "Serahkan Talita pada kami, dia lebih berhak bersama ibu kandungnya daripada kau, Raymond," ucap Zack kembali. Raymond berdecis sinis, melayangkan tatapan membunuh pada Zack. "Lebih berhak? Cih, aku bisa menjebloskan Siran ke penjara karena menyiksa anaknya sendiri!" "Kau tidak bisa melakukan itu, Raymond. A-atau kami akan menyebarkan pada semua orang siapa sebenarnya Talita. Citra keluargamu bisa hancur!" Zack mengancam balik. "Aku tidak peduli!" dingin Raymond. Namun, sejujurnya dia khawatir karena … ayahnya! Di sisi lain, Diego menjauh karena kepala maid menghubunginya. Setelah itu, Diego mendekati R
"A-aku tidak mengenalmu! Lep-lepaskan aku …." Carmen menjerit pada seorang pria yang saat ini berada di atas tubuhnya. Pria tersebut berniat melepas pakaian yang membungkus tubuh Carmen. "Ti-tidak!" Carmen menggelengkan kepala, suaranya bergetar hebat dan air mata jatuh deras. Dia ketakutan, punggung sudah panas dingin dan tubuh terasa membeku. Pria ini berhasil melepas bajunya–di mana kini Carmen hanya mengenakan bra hitam. Perut mulusnya diraba oleh pria tersebut–menatap Carmen penuh letupan gairah, sembari menyunggingkan smirk yang mengerikan. Tangan pria dewasa tersebut naik ke atas undukan indah Carmen, membuat Carmen semakin takut dan terus menangis. "Ja-jangan … hiks … jangan …." Carmen memohon sembari menyingkirkan tangan pria itu dari atas undukan indahnya. Dia berhasil menjauhkan tangan pria itu akan tetapi tindakan pria tersebut semakin jauh. Pria itu menelusup pada ceruk leher Carmen, lalu mencium kulit leher Carmen secara rakus. Carmen benar-benar geli, jijik dan kot...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments