Share

6. Wanita Lain?

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 08:17:20

"Kau mencintai pria lain?" dingin Raymond, menguatkan cengkeramannya pada lengan Carmen. "Jawab!"

Carmen menggelengkan kepala gugup, kepalanya mendongak untuk menatap Raymond yang jauh lebih tinggi darinya. Carmen ketakutan! Pria ini sangat kasar.

"A-aku habis berbicara dengan Teresia, dia bu-bukan seorang pria. Dia perempuan tulen," jawab Carmen buru-buru, nadanya tergesa-gesa dan gugup.

Raymond melepaskan cengkeramannya pada lengan Teresia. Dia meraih handphone-nya yang berada di atas nakas untuk memeriksa.

"Aku minta maaf mengunakan handphonemu," ucap Carmen sembari mengusap lengannya yang dicengkeram kuat oleh Raymond. Sejujurnya dia kesal pada pria ini, akan tetapi Carmen takut untuk mengekspresikan rasa kesalnya.

Raymond menoleh tajam pada Carmen, meletakkan handphone kembali ke atas nakas.

"Aku minta maaf mengunakan handphone Mas Kaizer," ulang Carmen, gugup bercampur takut karena tatapan Raymond yang begitu tajam. Dia yakin sekali Raymond pasti marah karena handphonenya dipegang oleh Carmen. Bagaimanapun handphone itu privasi seseorang.

Namun anehnya, ekspresi marah Raymond langsung hilang. Pria ini bahkan tersenyum lembut padanya. Aneh!

"Humm." Raymond berdehem singkat, mengulurkan tangan untuk mengusap rambut pada pucuk kepala Carmen.

Carmen memperhatikan perubahan ekspresi pria ini, raut mukanya tampak konyol–campuran takut dan bingung sebab merasa aneh pada Raymond. Tadi, pria ini marah tetapi sekarang tersenyum lembut padanya.

Raymond sepertinya psychophat!

"Maafkan aku," ucap Raymond, semakin membuat Carmen merasa aneh.

Kenapa pria ini mendadak meminta maaf padanya?

Carmen menunjuk diri sendiri, kemudian menoleh ke sana kemari. Aneh saja rasanya. Raymond meminta maaf tanpa ada sebab.

"Humm." Raymond menganggukkan kepala. Dia kemudian menarik Carmen dalam pelukannya, mengusap pucuk kepala Carmen lalu mendaratkan kecupan di sana. "Aku salah menilaimu. Maaf …."

"O-okey." Carmen mangut-mangut.

"Istriku perempuan baik, seharusnya aku tidak meragukannnya," lanjut Raymond. Lagi-lagi Carmen hanya menganggukkan kepala, tak tahu harus merespon apa karena dia tak paham apa yang Raymond bicarakan.

Raymond tiba-tiba mengangkup pipinya, menundukkan kepala sehingga membuat Carmen reflek memejamkan mata. Dia takut dicium oleh Raymond.

Raymond menyunggingkan smirk tipis, lucu melihat Carmen memejamkan mata.

Cup'

Raymond menempelkan bibirnya di atas bibir Carmen. Setelah itu menghujani wajah perempuan tersebut dengan kecupan ringan darinya.

"Sekarang, kau satu-satunya keluargaku dan aku tak akan melepasmu," ucap Raymond, menarik Carmen kembali dalam dekapannya.

Carmen hanya diam dalam pelukan Raymond. Dia tidak mengerti kenapa Raymond menyebut dia satu-satunya keluarga pria ini. Raymond masih punya ayah. Dia masih punya keluarga!

Yang benar, Carmen lah seharusnya yang mengatakan hal tersebut pada Raymond. Karena … hanya Raymond, suaminya, satu-satunya keluarga dan harapan Carmen.

***

Carmen bangun dan tak menemukan Raymond berada di sebelahnya. Sebenarnya Carmen tak peduli, malah senang karena dengan begini dia tak harus menghadapi Raymond di pagi ini.

"Ahgk." Carmen meringis pelan, merasa sakit ada bagian bawah tubuhnya. Tadi malam, Raymond kembali menyentuhnya. "Dia pasti hyper!" gumam Carmen pelan, kesal pada Raymond.

Raymond pria yang panas dan sangat menggoda. Tetapi sisi buruknya, dia-- ck, Carmen tidak bisa jika harus melayani nafsu pria itu sepanjang waktu.

Carmen menoleh ke arah tubuhnya, menatap sebuah piyama kebesaran yang membungkus tubuhnya. Ini piyama milik Raymond.

"Ouh, iya. Hari ini aku kan ingin bertemu dengan Teresia. Aku harus cepat-cepat bergegas," monolognya, kembali bersemangat karena mengingat kalau hari ini Teresia--sahabatnya, akan bertemu dengannya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Carmen keluar dari kamar. Dia berjalan menuju lantai bawah, terlihat riang karena hari ini dia akan menemui sahabatnya. Sebetulnya Carmen cukup deg deg kan, takut Raymond tidak mengizinkannya untuk ke luar rumah.

"Raymond sayang, percayalah padaku. Aku tidak tidur dengannya. Aku menjaga diriku untukmu."

Mendengar suara itu, Carmen menghentikan langkah. Dia mendekat ke sumber suara tersebut–pada sebuah ruangan yang cukup luas dan nyaman. Carmen mengintip dari balik tembok, ingin melihat siapa yang berbicara.

Mata Carmen melebar dan jantung berdegup kencang. Raymond sedang bersama seorang perempuan, dan perempuan itu memeluk mesra lengan Raymond.

"Aku tidak percaya, Selin," jawab Raymond, mengulurkan tangan untuk mengusap pucuk kepala perempuan itu. Namun, tangannya berhenti di udara saat menangkap bayangan seseorang dari balik tembok. Raymond menarik tangannya dan tak jadi mengusap pucuk kepala Selin.

"Ji-jika kamu tak percaya, kita bisa melakukannya. Aku akan menyerahkan tubuhku padamu. Bagaimana?" Selin meyakinkan Raymond.

"Bagaimana jika kau bunuh suamimu untukku, Selin? Dengan begitu, aku akan mempercayaimu," ucap Raymond, tersenyum manis pada Selin. Dia mendorong agar Selin menjauh darinya lalu berdiri sembari berjalan menuju pembatas ruang.

"Apa?!" Selin terkejut mendengar ucapan Raymond. "Ta-tapi dia ayah kandungmu, Raymond. Dan bagaimana mungkin kamu berniat membunuh ayah kandungmu sendiri?"

Raymond menghentikan langkahnya–Carmen memanfaatkan untuk segera kabur dari sana. Gila! Apa yang dia dengar sangat gila!

"Bukan aku, tetapi kau lah yang akan membunuhnya," jawab Raymond, menoleh sejenak pada Selin, "pulanglah. Aku ada urusan," lanjutnya, kembali melangkahkan kaki untuk melihat siapa di balik tembok.

Namun, sayangnya orang tersebut sudah tak ada. Akan tetapi, Raymond tahu siapa penguping itu. Dengan wajah dingin dan tatapan tajam, dia segera beranjak dari sana, mencari-cari kemana penguping kecil itu bersembunyi.

***

"Ya ampun!" Carmen menepuk-nepuk pipi, masih tak menyangka dengan apa yang dia dengar tadi. Saat ini dia sudah keluar dari rumah tersebut, berniat menemui temannya. Dia membawa handphone Raymond karena pria itu memberikan handphone ini pada Carmen.

Mengenai handphone milik Carmen, Raymond mengaku telah menghancurkannya. Awalnya Carmen sedih karena handphone itu pemberian papanya. Akan tetapi karena Raymond menggantinya dengan handphonenya sendiri–jauh lebih bagus dan keluarga baru juga, Carmen menahan kekesalannya.

"Dia ingin membunuh Papanya sendiri. Di-dia benar-benar Mas Kaizer yang menikahiku atau orang lain yah? Dia sangat berbeda dengan Mas Kaizer yang kukenal." Carmen terus bermonolog sendiri, berjalan ke arah sebuah cafe yang akan menjadi tempat ia dan Teresia bertemu, "walau aku hanya mengenalnya lewat pesan, tetapi Mas Kaizer terlihat baik. Dia suami yang perhatian dan … selalu mengirim ku pesan sebelum tidur. Ck, sangat berbeda dengan Raymond."

"Carmen."

Mendengar namanya dipanggil, Carmen langsung mendongak. Matanya melebar penuh kegembiraan, melihat ke arah sosok perempuan yang melambaikan tangan padanya. Dia adalah Teresia, sahabat Carmen.

"Teresia," seru Carmen, berlari kecil ke arah Teresia.

Keduanya berpelukan dan melompat kecil karena akhirnya bertemu kembali setelah sekian lama tak berjumpa.

Tanpa Carmen ketahui, sejak tadi seseorang terus mengikutinya dan memperhatikannya dari kejauhan.

"Tuan, apa saya perintahkan bodyguard untuk menjemput Nyonya Ura ke sana?" tanya Diego, menoleh ke arah belakang, di mana Raymond duduk di kursi penumpang.

Yah, mereka dalam mobil. Terus mengikuti kemana Carmen melangkah.

"Tidak perlu. Perempuan itu tidak berbahaya," jawab Raymond tenang, tanpa melepas pandangannya dari Carmen.

***

Carmen pulang ke rumah Raymond, setelah hari sudah malam. Dia kebablasan dan lupa waktu karena terlalu senang bertemu dengan Teresia. Setelah mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel–tempat Teresia bekerja, sahabatnya tersebut mengajaknya berkeliling kota. Carmen sangat gembira sehingga dia lupa kalau hari sudah malam dan dia tinggal di rumah suaminya.

Carmen mengendap-endap, takut Raymond melihatnya lalu memarahinya. Sempat terbesit di otak Carmen untuk kabur, saking takutnya dia kembali ke rumah ini karena terlambat pulang. Namun, Raymond tiba-tiba menghubunginya, bertanya padanya apakah Carmen ingin pulang sendiri atau dijemput oleh Raymond.

"Tidak ada dia di sini," gumam Carmen pelan, mengendap-endap di tembok sembari mengintip ke arah ruang keluarga yang luas. Dia melakukan itu untuk memastikan apakah Raymond ada di sana atau tidak. "Hah, syukurlah," gumamnya lagi.

"Kau sedang apa di sini, Ura?" Tiba-tiba saja suara dingin mengalun dari belakang tubuhnya, membuat Carmen tersentak kaget dan melompat kecil–efek terkejut.

"Aaa …." Carmen menjerit pelan. Setelah melihat siapa yang mengejutkannya, Carmen langsung mengelus dada sembari nyengir kaku.

"Kenapa harus mengintip dahulu? Langsung masuk saja, Ura," ucap Raymond kembali, tersenyum tipis pada Carmen.

'Dia tidak marah?' batin Carmen, bingung bercampur gugup.

Carmen lagi-lagi menunjukan cengiran pada Raymond lalu segera beranjak dari sana. Namun, dia masih tidak aman! Dia berjalan gelisah dan dengan mata sedikit membulat karena panik. Raymond mengikutinya, berjalan tepat di belakang Carmen.

Setelah dalam kamar, Raymond ikut masuk dan langsung menutup pintu. Tiba-tiba dia menarik Carmen ke arah ranjang, mendorong perempuan itu sehingga terjatuh dan berakhir berbaring di atas kasur.

Raymond mengambil posisi di atas tubuh Carmen, menyunggingkan smirk tipis sembari memainkan rambut halus dan panjang istrinya. Carmen yang gugup dan takut, memilih memalingkan wajah–tak ingin menatap wajah Raymond.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Untuk sekarang yang bisa dilihat, Raymond benci dengan ayah kandungnya sendiri, Kak. Kedepannya akan terungkap yah kenapa Raymond benci pada ayahnya sendiri. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
goodnovel comment avatar
Valenka Lamsiam
ada apa dengan ayahnya raymond? kenapa raymond menginginkan kematian ayahnya sendiri ? terus siapa cewek gatel itu?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   7. Suamiku Seorang ….

    Carmen yang gugup dan takut, memilih memalingkan wajah–tak ingin menatap wajah Raymond. "Coba ceritakan, apa yang kau dengar dari balik tembok saat tadi pagi, Wifey," ucap Raymond dengan nada berat dan rendah. Suaranya serak dan seksi, tetapi bagi Carmen itu sangat horor. Buktinya dia merinding mendengarnya! Mata Carmen melebar, jantungnya berpacu kencang dan tubuhnya panas dingin. Raymond tahu dia menguping?! Habislah dia! "A-aku tidak dengar apa-apa. Aku hanya melihatmu bersama seorang perempuan," ucap Carmen gugup. "Kalau kamu suka padanya, kenapa tidak menikahinya?" lanjut Carmen. "Dia ibu tiriku," jawab Raymond santai, mengigit pelan daun telinga Carmen lalu meniupnya secara sensual. Carmen memejamkan mata, bukan karena menikmati apa yang pria ini lakukan padanya. Tetapi lebih tepatnya karena merinding dan tak nyaman. 'Fix, dia memang gila. Dia berselingkuh dengan ibu tirinya sendiri dan bahkan menyuruh ibu tirinya mengbunuh ayah kandungnya. Tuhan! Sudah benar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   8. Bekerja dibawah Perintah Suami

    "Apa?" Carmen memekik kaget, tak menduga kalau suaminya adalah mantan chef hebat. "Pelankan suaramu, Carmen," bisik Teresia, meringis karena Carmen tiba-tiba memekik dan sekarang semua orang menoleh pada Carmen. Carmen menutup mulut sendiri, cukup kikuk karena semua orang saat ini sedang memperhatikannya. Carmen semakin gelisah karena dia telah dilihat oleh Raymond. Namun, entah kenapa, pria itu melayangkan tatapan marah dan dingin padanya. Apa kesalahan yang Carmen lakukan? Tidak ada bukan?! "Ambilkan seragam kokiku," titah Raymond pada Diego, nadanya dingin dan datar–terus menatap ke arah sosok perempuan yang terlihat menunduk dalam, berdiri di belakang seorang pria. Cara perempuan itu bersembunyi di balik tubuh pria tersebut, seperti sedang mencari perlindungan. Apakah Raymond menakutkan baginya? Raymond terus menatap, menunggu Carmen mendongak dan melihat ke arahnya. Akan tetapi, perempuan memilih terus menunduk, sepertinya tak ingin dikenali oleh Raymond. Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   9. Hidangan Lezat dari Suamiku

    "Bagiamana dengan ini, Mas?" tanya Carmen, keceplosan memanggil 'mas pada Raymond. Untung suaranya pelan. Raymond menoleh pada istrinya, lalu menatap udang yang telah Carmen bersihkan. "Sudah rapi tetapi kau memakan waktu cukup lama hanya untuk membersihkan satu udang, Sweetheart," jawab Raymond dengan nada bersahabat dan hangat. Carmen dibuat menganga karena perubahan nada bicara Raymond. Dia terkejut! Sebelumnya Raymond terkesan dingin dan ketus, tetapi mendadak sangat lembut. Suaranya yang berat dan hangat, menyapa kalbu dengan mesra. Carmen dibuat terkesima. Carmen lagi-lagi merasa kalau Raymond ini aneh. Emosi pria ini mudah berubah-ubah. Sayang sekali, Carmen belum bisa memastikan apa yang membuat emosi Raymond berubah-ubah. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, Carmen merasa senang. Dia seperti merasakan kehadiran 'Mas Kaizer-nya yang sopan dan manusiawi. Yah, walaupun masa itu dia berinteraksi dengan suaminya hanya lewat pesan, akan tetapi Carmen sangat mengagumi 'Mas Kaize

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   10. Melupakan Suami

    "Habiskan makananmu, Wifey." Deg deg deg' Carmen membulatkan mata, senyuman manis di bibir seketika lenyap. Ekspresi muka yang awalnya terlihat ceria berubah gugup, pucat, dan tegang. Mata bulat Carmen bergerak melirik pria tampan yang duduk santai di sebelahnya. Tampang wajah pria matang nan penuh pesona tersebut terlihat tenang, seakan ucapannya barusan bukan hal yang memberikan dampak apapun. Dengan muka yang masih terpasang kaku, Carmen menoleh pada sahabatnya– ekspresi Teresia terlihat terkejut, bola mata perempuan itu hampir meloncat dari tempat. Di sisi lain, Bayu tak kalah kaget dari Teresia. Tak hanya mereka berdua, orang yang berada dalam ruangan itu juga terlihat kaget. "A- ahahaha … typo." Carmen tertawa kaku, menunjuk Raymond dengan jari telunjuk yang mungil. "Maksudku disartria." Raymond meraih telunjuk Carmen yang menunjuk ke arahnya. Dia menyentak tangan perempuan itu sehingga Carmen berakhir duduk di atas pangkuannya. "Jangan bilang kau lupa lagi pada suamimu,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   11. Istri dan Cinta Masa Kecil

    Carmen menatap sejenak pada mobil lalu kembali menatap layar HP, memeriksa siapa yang menelponnya. 'Suamiku tercinta.' "Is, nama kontaknya kenapa begini?" Carmen bermonolog sendiri, kaget melihat nama kontak yang menelponnya. Namun mengingat jika handphone ini adalah handphone pemberian Raymond, pasti yang menamai kontak di sini adalah Raymond. Handphone ini adalah handphone milik Raymond. Sebelum pria itu berikan padanya, Raymond lebih dulu me-riset ulang. Mungkin beberapa file penting, telah pria itu pindahkan ke handphone miliknya yang lain. Carmen belum sempat mengotak atik handphone ini, selain menambah nomor baru rekan kerjanya–tadi. Sedangkan kontak dengan nama 'Suamiku tercinta' ini, pasti ulah Raymond. Tapi-- apa iya Raymond?! Ah, jelas Raymond. Tidak mungkin Carmen melakukanya tanpa sadar. Tiba-tiba saja sebuah tangan terulur ke hadapan Carmen. Jemari tangan kokoh tersebut menyentuh ikon berwarna hijau sehingga sambungan telepon terhubung. Setelah itu, dia memeg

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   12. Hanya Hiasan?

    "Aku Siran Aurlesya, cinta masa kecil Raymond," ucap Siran dengan nada bangga, tersenyum tipis pada Carmen, "tetapi itu hanya masa lalu. Sudah menjadi histori untukku dan Raymond," lanjutnya–masih berbicara dengan nada anggun dan lembut. Raymond mengatupkan rahang, tidak suka pada Siran yang memperkenalkan diri seperti ini. Seharusnya yang telah berlalu tak perlu diungkit, bagaimana jika Ura-nya salah …- "Wah, daebak," puji Carmen dengan nada riang dan manis, menyambut tangan Siran dengan semangat, "kebetulan aku memang sangat ingin ke museum. Namaku Carmen Gaura Ab--" Ucapan Carmen berhenti karena dia kurang pede memperkenalkan diri dengan menyertakan nama belakang keluarga suaminya. Sedangkan Raymond, rahangnya semakin mengatup kuat, menahan kemarahan karena Carmen tak menyertakan nama keluarganya di belakang nama Carmen. Ini membuktikan kalau Carmen belum menerimanya dengan sepenuhnya. Siran menatap bingung pada Carmen, sedikit merasa aneh kerena Carmen tiba-tiba menying

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   13. Ingin Membuatmu Jatuh Cinta

    "Raymond, makanan Talita belum habis." Siran langsung mengcekal pergelangan tangan Raymond, membuat pria itu berhenti melangkah. Melihat itu, Carmen hanya dapat tersenyum getir. "Aku terbiasa terluka, aku tidak apa-apa. Maksudku … aku bisa mengobati sendiri. Aku pamit, Mas Kaizer," ucap Carmen, segera beranjak dari sana. "Ura." Carmen pura-pura mengangkat telepon supaya bisa mengabaikan Raymond yang memanggilnya. Dia juga berjalan cepat, terlihat tergesa-gesa. Mungkin orang-orang di ruangan itu mengira Carmen terburu-buru karena takut terlambat ke tempat kerja, akan tetapi Carmen tergesa-gesa karena dia tak ingin bertahan lama di ruangan itu. Melihat Raymond bersama Siran dan Talita, Carmen semakin sadar kalau dia hanya sebatas hiasan. *** Carmen sudah tiba di tempat kerja, dapur untuk para koki mengolah makanan. Karena Raymond sudah tak datang, Carmen bekerja dengan Bayu. "Carmen, tolong bantu aku membuat adonan tepung basah," pinta Bayu secara sopan dan lembut pada

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   14. Impian Raymond Ada Pada Carmen

    Tuk' Raymond menyentil kening Carmen. Dang! Cerai?! Apa itu cerai?! "Tidak ada perceraian!" dingin Raymond. Dia berdecak ketika melihat cara Carmen menggoreng ayam. Raymond langsung mematikan kompor, memanggil salah satu chef senior dan menyuruhnya melanjutkan tugas Carmen. "Kau perlu memulai dari awal, Wifey. Caramu menggoreng masih berantakan," ucap Raymond datar, bersedekap dingin sembari melayangkan tatapan tajam pada Carmen. Carmen meneguk saliva susah payah, jantungnya berdebar sangat kencang dan firasatnya tak enak. Dari cinta ke ayam. Apakah karena cinta ditolak Raymond dendam pada Carmen?! Habislah dia! **** Ini ke dua puluh kalinya Carmen menggoreng ayam dan Raymond selalu mengatakan dia gagal. Padahal Carmen merasa jika ayam hasil gorengannya sudah berhasil akan tetapi tetap saja di mata Raymond, ayamnya jelek serta tak layak. Para koki senior dan beberapa teman dekat Carmen–seperti Teresia maupun Bayu, menatap iba padanya. Vincen dan koki senior tahu s

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   120. Aku Ingin Ura Cemburu

    "Aaah … aku malas banget untuk bangun," gumam Carmen, menyandar pada kepala ranjang sambil mengucek mata. Alarm sudah terdengar, waktunya dia bangun. Namun karena dia sangat kelelahan, Carmen malas bangun. Hanya saja, dia harus bekerja. "Aaaa ...-" Carmen menjerit tertahan, reflek membekap mulut supaya tak berkelanjutan untuk menjerit, dia kaget luar biasa ketika mendongak mendapati Raymond duduk bersila sambil bertopang dagu. Pria itu menghadap ke arahnya dan ada bantal di pangkuan pria itu–tempat ia meletakkan siku yang menopang dagu. "A-aku kaget," ucap Carmen pelan, menatap bingung pada suaminya. "Mas Kaizer kenapa?" "Teka-teki." "Ah, ya ampuuuuun!" keluh Carmen, seketika melototkan tubuh lalu berakhir berbaring ke samping. Nyawa saja belum terkumpul, tetapi suaminya sudah memberi beban pikiran pada Carmen. "Cepatlah, Ura. Waktuku tidak banyak!" tagih pria itu, "jika kau tidak memberiku teka-teki seperti kemarin, aku tidak akan berangkat kerja." 'Kupikir ujian pernikahan

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   119. Kita Rawat Bersama

    Dia gugup! Sesampainya di dalam kamar, Selin segera membersihkan diri dan menganti pakaian. Setelah itu dia berjalan kikuk ke arah ranjang, di mana Lennon sedang duduk di sana, pria tua yang masih sangat tampan itu sudah mengganti pakaian. "Tuan, apa anda memikirkan sesuatu?" tanya Selin ketika melihat Lennon hanya diam dan termenung. Sebetulnya Selin cukup takut menunjukkan perhatian atau peduli pada pria ini. Pertama kali serta terakhir kali dia melakukannya, Lennon berakhir menyentuhnya. Saat itu-- pria tua bangka menyebalkan ini sepertinya terbawa suasana oleh perhatian Selin, sehingga entah kerasukan apa, pria itu berakhir menidurinya. Selin tak akan pernah melupakan hari itu, akan tetapi dia tak bisa menyalahkan Lennon. Sebab pria ini jelas-jelas meminta izin padanya dan Selin memperbolehkan. Yang ada dipikiran Selin saat itu-- ini kesempatannya membuktikan diri kalau dia masih bersih walau sebelumnya pernah menggoda Raymond. "Duduklah di sini, lebih dekat," ucap Lenno

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   118. Rasa Gugup Karena Satu Kamar

    Namun, tiba-tiba saja Talita berlari ke arah Raymond. Anak kecil itu memeluk kaki Raymond secara erat. "Tuan Lemon, Tata ingin di sini," cicit anak kecil itu, mendongak ke arah Raymond–memandang kakaknya dengan tatapan penuh permohonan. Matanya yang berkaca-kaca membuat hati tersentuh sehingga merasa simpati. "Jangan mengganggu putraku!" Lennon menarik kasar lengan Talita, membuat anak kecil itu tersentak–melepas paksa pelukannya pada kaki kakaknya. Tubuhnya yang kecil begitu mudah ditarik, terhuyung ke belakang dan hampir terjatuh kalau saja Lennon tak menahan tubuhnya. Mendengar nada bentakan itu, Talita menundukkan kepala. Bibirnya melengkung ke bawah dengan manik yang sudah diselimuti kristal bening. Talita ingin menangis tetapi dia tak berani. 'Tuan Lennon hanya menyayangi Raymond, tidak menerima siapapun sebagai anaknya. Bahkan Tuan Lennon lebih menyayangi Carmen dibandingkan Talita yang notabene-nya adalah putri kandungnya. Hanya karena Carmen istri dari putra kesayangan

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   117. Bertemu Keluarga Carmen Yang Sesungguhnya

    "Nona muda," pekik para pelayan di rumah itu, berlari berhambur pada Carmen--setelah suasana jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Carmen tak tahu apa yang akan Raymond lakukan pada Clarissa, Tiara dan keluarganya yang lain. Dia hanya berharap suaminya tak terlalu kejam. Yah, Tiara, Clarissa telah dibawa oleh para bodyguard–disuruh oleh Raymond. Begitu juga dengan keluarga Wijaya lainnya. Sekarang Carmen lebih tenang, lega karena rumah ini akhirnya menjadi miliknya. Jika bukan karena rumah ini milik mamanya, Carmen tak akan bersikeras memilikinya! "Ibuuu …." Carmen memekik senang, berpelukan pada para maid. Tadi, saat Raymond di sini, Carmen sudah melihat mereka–pelayan di rumahnya. Akan tetapi, mereka terlihat mengintip dari balik tembok, sepertinya takut menghampiri Raymond. Lalu setelah Raymond pergi, mereka langsung berlari ke arah Carmen. "Kami sangat merindukan Nona," ucap kepala maid dengan nada bergetar, terharu karena akhrinya kembali bertemu dengan nonanya. "Aku juga me

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   116. Suamiku Penghasut

    "Mas Kaizer!" pekik Carmen, sudah gemetaran karena tak sanggup melihat kekerasan di depan matanya. "Cukup!"Raymond langsung menoleh ke arah istrinya, seketika berdecak karena kesenangannya diganggu oleh Carmen. "Kita sudah sepakat. Jangan menghentikanku, Ura!" peringat Raymond pada istrinya. "Mas Kaizer menyayangiku kan?" cicit Carmen, berkata pelan dan lirih sambil menatap sayu pada Raymond. Raymond berdehem. "Humm. Jadi kau mau apa?" ucap Raymond datar. Dia tak suka Carmen menghentikan kesenangannya akan tetapi dia tak berdaya oleh perkataan dan tatapan Carmen."Cukup usir mereka dari rumah ini, dan … memastikan mereka tidak akan bertemu denganku lagi. Itu saja, Mas," pinta Carmen, tersenyum tipis supaya Raymond luluh dan mendengarkan permintaannya. Carmen sangat ingin Tiara dan Clarissa dikirim ke desa terpencil yang dipenuhi orang-orang budi pekerti dan sederhana. Kehidupan Tiara dan Clarissa selalu bergelimang harta, dengan mengirim mereka ke desa tersebut, keduanya akan ters

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   115. Kamu Suamiku Bukan Lucifer Mas!

    "Kau juga harus angkat kaki, Bitch! Rumah ini milik istriku, bukan milikmu, Jalang rendahan!" Suara bariton yang terdengar dingin dan mengintimidasi, mengalun di ruangan tersebut. Clarissa dan orang-orang di sana langsung menoleh ke arah suara tersebut. Clarissa melebarkan mata, menatap terkejut ke arah Raymond dan Carmen. Kedua orang itu tiba-tiba sudah ada di rumah ini, tak hanya berdua akan tetapi membawa banyak bodyguard. "Kalian." Raymond yang tengah merangkul mesra pinggang istrinya, menoleh ke arah kepala bodyguard. Dia ingin menurunkan sebuah perintah penting dan menyenangkan, "usir orang-orang tidak berguna ini.""Baik, Tuan." Kepala bodyguard menganggukkan kepala dengan patuh. Di sisi lain, Clarissa dan Tiara terlihat panik. "Tu-tuan Raymond, to-tolong jangan mengusir kami dari rumah ini." Clarissa mendorong seorang bodyguard yang berniat menyeretnya keluar. Dia segera berlari ke arah Raymond, berhenti tepat di depan pria itu kemudian langsung berlutut, "a-aku dan Mamaku

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   114. Rumah Istriku

    "Bukan karena cinta ada masanya, tetapi mereka yang tak ingin kau merusak cinta baru dalam kehidupan mereka." Carmen menatap intens pada suaminya, terkesima sekaligus merasa perkataan suaminya ada benarnya. Benar sepertinya, ayahnya takut Carmen merusak kebahagiaan barunya sehingga dia mengurangi cintanya pada Carmen, bahkan tak tersisa sedikitpun. Raymond menangkup pipi istrinya kemudian mendaratkan ciuman singkat di atas bibir ranum Carmen. "Kau mau sesuatu, Sweetheart?" Carmen menggelengkan kepala, akan tetapi detik berikutnya dia menganggukkan kepala. "Aku ingin tidur tetapi aku mau Mas Kaizer mengusap kepalaku sampai aku tertidur." "Humm." "Tidak apa-apa kan, Mas?" tanya Carmen ragu-ragu, "atau … aku merepotkan?" "Tidak sama sekali. Aku suka menyentuh rambutmu, ini sama sekali tidak merepotkan," jawab Raymond, tersenyum lembut agar Carmen berhenti merasa tak enak. Semenjak istrinya hamil, Carmen menjadi lebih perasa, sensitif, dan mudah tersentuh. Oleh sebab itu Ca

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   113. Arti Kematian

    "Bukan." "Jadi apa, Mas?" Carmen menatap ragu pada suaminya. "Cinta tak memiliki masa, Sweetheart. Contohnya, cinta ibumu padamu atau cintamu pada ibumu. Bukankah sampai detik ini kau masih mencintai ibu?" Carmen menganggukkan kepala, sampai kapanpun dia tetap akan mencintai mamanya–sosok malaikat yang mengajarkan banyak kebaikan padanya. Meskipun ibunya sudah beda dunia dengannya, akan tetapi cintanya pada sang ibu tak akan pernah pudar. Raymond benar! Cinta ibu pada anaknya sepanjang masa, dan bagi Carmen cintanya pada ibunya juga setiap saat. Hanya saja, kenapa ayahnya tidak? "Tapi, Ayahku … dia seperti melupakanku setelah dia memiliki kehidupan baru. Itu yang disebut cinta yang memiliki masa. Masa dia dengan ibuku, dia mencintaiku, dan masanya dia dengan istri barunya, dia mencintai putri dari istri barunya. Aku dilupakan begitu saja," jelas Carmen. "Aku jadi takut … semisal aku pulang lebih dulu dari Mas Kaizer, dan Mas Kaizer menikah lagi--" Carmen menjeda sejenak, m

  • Jatuh Cinta Setelah One Night Stand   112. Cinta dan Masanya

    "Mas, terimakasih yah, sudah membelaku di hadapan mereka-mereka tadi," ucap Carmen tiba-tiba, saat setelah mereka sampai di rumah–lebih tepatnya dalam kamarnya dan Raymond. Wanita cantik dengan mata bulat itu, menatap suaminya dengan teduh. Seulas senyuman lembut mengukir di bibirnya, memancarkan perasaan bahagia, senang, dan haru. Sepanjang perjalanan pulang, Carmen sudah ingin mengatakan ini pada suaminya–berterimakasih. Namun, rasanya momentnya tidak pas sehingga Carmen memilih menahan diri hingga akhirnya mereka pulang. "Kau tak perlu berterimakasih, Sweethert. Sudah kewajiban ku untuk melindungimu," ucap Raymond, tersenyum tipis pada istrinya. Carmen mendekati Raymond, tanpa disuruh ataupun diminta oleh pria itu, dia duduk di pangkuan Raymond. Hal tersebut membuat Raymond terkejut, karena biasanya harus dialah yang meminta barulah istrinya bersedia duduk di pangkuannya. Itupun-- kerap kali Carmen menolak serta protes. Namun, kali ini Carmen sendiri yang datang padanya. "Aku

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status