9. Hidangan Lezat dari Suamiku

"Bagiamana dengan ini, Mas?" tanya Carmen, keceplosan memanggil 'mas pada Raymond. Untung suaranya pelan.

Raymond menoleh pada istrinya, lalu menatap udang yang telah Carmen bersihkan. "Sudah rapi tetapi kau memakan waktu cukup lama hanya untuk membersihkan satu udang, Sweetheart," jawab Raymond dengan nada bersahabat dan hangat.

Carmen dibuat menganga karena perubahan nada bicara Raymond. Dia terkejut! Sebelumnya Raymond terkesan dingin dan ketus, tetapi mendadak sangat lembut. Suaranya yang berat dan hangat, menyapa kalbu dengan mesra. Carmen dibuat terkesima.

Carmen lagi-lagi merasa kalau Raymond ini aneh. Emosi pria ini mudah berubah-ubah. Sayang sekali, Carmen belum bisa memastikan apa yang membuat emosi Raymond berubah-ubah. Namun, jauh dalam lubuk hatinya, Carmen merasa senang. Dia seperti merasakan kehadiran 'Mas Kaizer-nya yang sopan dan manusiawi.

Yah, walaupun masa itu dia berinteraksi dengan suaminya hanya lewat pesan, akan tetapi Carmen sangat mengagumi 'Mas Kaizer-nya. Pria itu sopan dan perhatian!

Raymond lalu menarik tangan Carmen ke wastafel, kemudian dia menunjukan bagaimana cara membersihkan udang dengan cara yang cepat dan rapi.

"Paham?" tanya Raymond setelah menunjukkan caranya membersihkan udang.

Carmen menganggukkan kepala, kemudian mencoba membersihkan udang dengan cara yang sama persis dengan teknik yang Raymond tunjukan padanya tadi.

"Bagus," puji Raymond. "Lanjutkan."

"Baik, Executive Chef," jawab Carmen dengan nada semangat.

Diam-diam orang-orang memperhatikan keduanya, mereka cukup kaget karena Raymond bersedia mengajari Carmen. Beberapa chef di sini adalah chef lama, mereka pernah satu dapur dengan Raymond dan mereka tahu semengerikan apa Raymond saat di dapur.

Raymond sangat perfeksionis, tidak menerima koki yang melakukan kesalahan, kurang cekatan dan pemula.

Aneh, karena seorang Raymond bersedia mengajari Carmen. Bukankah seharusnya Raymond memarahinya karena membersihkan udang saja tidak bisa?

***

Carmen dan beberapa koki lain dipersilahkan untuk makan siang. Carmen begitu kikuk dan merasa bingung. Semua orang membawa kotak bekal sedangkan dia tidak.

"Aku tidak membawa kotak bekal makan siang," ucap Carmen malu-malu pada Teresia, di mana dia duduk di sebelah sahabatnya tersebut–sedang dia ruangan khusus untuk para koki makan siang.

"Kita makan sama-sama saja, Carmen. Karena kalau kamu memesan makanan, pasti datangnya lama. Waktu istirahat kita hanya sebentar," ucap Teresia pada Carmen, "tapi … makan siangku hanya sedikit. Tidak apa-apa kan?" lanjutnya sembari menunjukan isi kotak bekalnya yang hanya sedikit–porsi kecil, nasi sedikit karena Teresia berniat untuk diet.

Carmen menatap kotak bekal Teresia dengan tampang muka muram dan ragu. "Aku tidak akan makan, Tere. Aku lupa kalau aku puasa," jawab Carmen kikuk.

Nasi Teresia sangat sedikit, dia tak enak memintanya.

"Heiih … aku tahu kamu tidak puasa. Ini memang tidak cukup untuk kita berdua, tetapi kita bisa berbagi. Kata pepatah, makanan yang dibagi rasanya akan jauh lebih nikmat," ujar Teresia dengan nada semangat, supaya Carmen mau memakan kotak bekalnya.

Kasihan kalau Carmen sampai tidak makan siang. Pekerjaan koki sangat sibuk, apalagi Carmen bekerja dengan sang CEO dingin pemilik hotel ini–di mana tadi Teresia melihat jika Carmen mondar mandir karena disuruh-suruh oleh Raymond.

Pasti Carmen lelah!

"Makananmu terlalu sedikit." Tiba-tiba saja seorang pria bergabung dengan mereka, tak lain adalah Bayu–chef senior di sini, "Carmen makan denganku saja. Isi kotak bekal makan siangku sangat banyak," lanjutnya, melempar senyuman manis pada Carmen.

Dia mengambil piring dan memindahkan bagian untuk Carmen ke sana. Lalu dia meletakkan piring tersebut di depan Carmen. Namun, sebelum makanan darinya–piringnya ia letakkan di depan Carmen, piring lain lebih dulu diletakkan di depan Carmen.

Sebuah tangan besar dan kokoh terulur di hadapan Carmen, meletakkan sepiring nasi dengan ayam goreng yang memiliki aroma harum yang membuat perut keroncongan, warna ayam tersebut golden brown–sempurna dan cantik, sangat menggugah selera. Ayam goreng tersebut sudah dipotong rapi dan pas untuk sekali suapan, saus spesial diletakkan pada mangkok berukuran kecil. Tak lupa semangkuk sayur sup diletakkan di sebelah piring nasi.

Tuk'

Terakhir, sosok itu meletakkan segelas air putih.

Carmen mendongak pada sosok tersebut, terlihat gugup bercampur kaget. Raymond bukan hanya memberikan makanan untuknya tetapi juga melayaninya, dan pria ini melakukannya di depan banyak orang.

"Makan," titah Raymond, menarik sebuah kursi lalu duduk di sebelah Carmen.

Carmen mengagukkan kepala kaku, dia begitu gugup karena semua orang tengah memperhatikannya. Tidak! Carmen harus bisa mencairkan suasana dan membuat orang-orang tidak curiga padanya.

Dia mencicipi makanan yang dibawa oleh Raymond, di mana matanya langsung membelalak ketika ayam tersebut menyapa lidahnya. 'I-ini sangat enak dan gurih. Wah ….' batin Carmen.

"I-ini sangat enak, Master. Angkat aku jadi muridmu!" Carmen berdiri lalu membungkuk pada Raymond, selain karena memang terpesona dengan cita rasa dari masakan pria ini, dia juga melakukannya supaya orang-orang tak curiga. Namun ….

"Jangan banyak tingkah. Duduk dan kembali makan, Wifey."

Deg deg deg'