Bercerita tentang seorang gadis introvert—Keira Lilac, yang menjalin hubungan dengan seorang pria penuh luka—Elgin Zoidern. Awalnya, mereka merasa dunia ini hanya milik mereka berdua. Mereka dimabuk asmara, hingga lupa pada satu kalimat, "Tidak ada yang abadi di dunia ini". Suatu hari, Elgin Zoidern menghilang dari semua sosial media, di kala Keira sangat membutuhkannya. Pilihan berat pun menghantui Keira. Hanya ada dua jalan: menyusul El di seberang pulau, atau menerima perjodohan dari orang tuanya. Pilihan apa yang akan dipilih oleh Keira? Apakah yang sebenarnya terjadi pada Elgin? Bagaimana perjalanan Keira dalam menggapai cinta sejatinya?
View More"Kenapa!? Kenapa kamu jahat banget sama aku, El!? Kamu pembohong! Kamu bilang, kamu cinta sama aku. Tapi kenapa kamu ninggalin aku kayak gini!?" Aku menangis, menjerit keras, hingga lelah sendiri berteriak-teriak seperti orang gila.
Sudah hampir sembilan bulan kamu, Elgin Zoidern, menghilang. Padahal tidak lama lagi, kita akan merayakan anniversary yang ke-tiga tahun. Ya, hubungan kita telah terjalin lama, tetapi rasa sayangku sudah melebihi kapasitas.Ibarat tangki, kurasa air yang ditampung sudah membanjiri dunia. Terlalu cinta itu memang tidak baik. Namun, aku masih saja melakukannya.Aku menceritakan keluh-kesahku tentang hubungan kita pada Wita—adikku. Ya, seperti yang kamu tahu, aku adalah seorang remaja yang memiliki sikap introvert. Bagiku, menyendiri adalah teman yang paling mengerti, di kala sunyi. Saat itu, adikku menyarankan agar, aku menabung untuk membeli tiket ke Palangkaraya—Kalimantan Tengah.Bukannya aku tidak mau berjuang, El. Kamu tahu, kan? Aku belum mempunyai pekerjaan, semenjak lulus dari SMA. Sudah dua tahun aku menganggur, karena sering sakit-sakitan. Fisikku terlalu lemah, untuk mendaki tingginya tebing pemisah. Dulunya, aku pernah bertanya padamu,"Kenapa kamu nggak mau ke sini? Bukannya cowok yang harus nemuin cewek? Masa iya, kamu nyuruh aku, sih!"Kemudian, kamu menjawab dengan lembut, saat ditelpon, "Aku belum punya uang, Cantik. Tapi aku janji suatu hari, aku akan membawamu menyeberangi lautan, dan memperkenalkanmu dengan mamah."Aku berdesis, "Sttt! Buaya darat kayak kamu, mana bisa dipercaya, tahu!""Hahaha. Oh iya, By, nanti teleponnya jangan dimatiin, ya? Aku mau sleep call sama kamu." Tawamu terdengar sangat renyah. Hanya suara itu yang menjadi candu, sebelum menjelang tidur. Aku menyukai sifat manjamu, yang mungkin tidak bisa kutemui, di dalam diri pria lain.Masa-masa itu indah, bukan? Apakah kamu masih mengingatnya? Ah, kurasa tidak. Kamu punya sifat gampang pelupa, alias jika tidak diingatkan, kamu akan bertanya-tanya kenapa, dan bagaimana peristiwa itu terjadi.Aku berfikir keras, untuk mencari jalan keluar dari masalah kita. Berhari-hari aku tidak keluar kamar, dan hanya sibuk menarik ulur beranda I*******m.Seringkali, aku membaca histori pesan lama kita. Senyuman yang terukir, berubah menjadi tangis yang tertahan. Aku tidak sanggup, ketika mengingat kembali caramu meninggalkanku tanpa sebuah kata pamit.Ada dua pilihan di dalam hidupku. Membiarkanmu hilang, atau mencarimu dengan usahaku sendiri. Cinta bukan tentang siapa yang paling banyak berjuang, tetapi tentang siapa yang tidak menyerah dengan keadaan."Dek, nanti kalau misalnya Kakak kerja kamu mau dibeliin apa?" tanyaku sambil tersenyum hangat pada Dek Wita."Hilih, Kakak mau kerja? Kakak mau cari uang buat ketemuan sama pacar virtual Kakak itu, kan? Ya ampun, udahlah, Kak! Ngapain juga dibegoin sama Kak El? Kalau udah ditinggal, di-ghosting, nggak dihubungi lagi, ya udah, nggak usah dikejar. Kasihan sama diri kakak sendiri. Apa dia tahu rasa sakitnya kakak? Enggak, kan?" Dek Wita menimpali dengan raut kecemasan di wajahnya.Senyumku perlahan memudar. Kemudian, menghilang sepenuhnya. Kenyataan pedih, ya? Kenapa rasanya tidak adil, ketika aku yang tidak sempurna, dikeroyok oleh ribuan masalah? Aku gagal di percintaan, di bisnis, bahkan di segala bidang. Aku lelah.Latar belakang keluargaku yang tidak pernah mendukung, memang sudah menjadi makanan sehari-hari. Tekanan mental yang kualami, membentuk jiwa introvert yang tebal. Aku tidak punya teman. Tidak ada satu pun yang mau. Oleh karena itulah, aku selalu butuh kamu, di sisiku selalu. Rumahku bukanlah rumah. Aku tidak punya kebahagiaan apa pun. Meski, kebanyakan tetangga bilang, aku beruntung menjadi bagian Keluarga Lilac.Malam itu, aku mengikuti seminar yang berlangsung pada pukul tujuh, hingga pukul sembilan malam. Entah kebetulan atau apa, aku berhasil masuk ke salah satu grup kumpulan penulis. Di sana, ada banyak author terkenal, yang membuatku terinsipirasi untuk mengikuti jejak mereka, di berbagai platform tulis."Jika kamu nggak bisa nemuin aku, maka aku yang bakal nemuin kamu, El!" Aku mengirimkan pesan suara ke nomor WhatsAppmu. Hanya ceklis satu. Tidak ada terakhir dilihat, karena mungkin kamu sudah terlampau lama offline.Kamu bohong! Kamu bilang mau kerja, dan harus berangkat pagi-pagi. Namun, kenapa kita malah tidak kunjung berbalas pesan lagi? Semudah itu ya, hati seorang lelaki melupakan janji-janji yang dilontarkan lisannya? Bertahan itu sulit. Apalagi, di tengah-tengah gempuran banyak yang suka.Tiga hari setelahnya, aku memulai pekerjaan rumahan, yang mungkin bisa menghasilkan uang jutaan. Hanya dengan menulis, aku mungkin bisa mengubah derajat keluarga, serta membeli tiket ke Kalteng. Kumulai satu kalimat yang indah, di atas kertas kosong. Otakku yang masih terus lengket memikirkanmu, membuatku tidak bisa fokus. Aku bodoh, jika sudah mengenal asmara.Aku suka film Dilan 1990 yang pernah tayang di bioskop. Aku bilang padamu, kalau aku suka hal romantis. Kukira kita sama, nyatanya tidak. Kamu tidak suka seorang Dilan, jalan-jalan ke pelosok Nusantara, ataupun menulis layaknya hobiku.Kubuang kertas terakhir dari buku tulis. Aku menggeserkan kursi, sambil memijit dahi. Kamar tidur minimalis dengan satu ranjang usang tampak berantakan. Kujatuhkan tubuh di kasur empuk, lalu meraih gawai.Sambil rebahan, aku membuka internet, untuk memeriksa benefit di platform menulis impianku. Mataku berbinar, saat melihat keuntungan menulis yang ditawarkan. Pasti bahagianya bukan main, setelah mendapatkan pendapatan dollar sebesar itu. Sungguh, ingin sekali rasanya, aku segera lulus kontrak eksklusif.Akan tetapi, perasaan senang tak karuan itu tiba-tiba sirna. Sebuah nomor asing masuk ke dalam percakapan WhatsAppku. Perasaan was-was mulai mengendalikan jiwa. Siapa yang mengirim pesan malam-malam? Karena penasaran, aku pun membukanya. Di sana, orang itu menulis,"Selamat malam, Dek. Ini nomor Kakaknya Elgin. Kamu Keyra, kan? Kamu bener pacarnya Si El?"Aku pun mengetikkan pesan balasan dengan cepat, "Selamat malam juga, Kak. Iya, benar, saya pacarnya Elgin. Mohon maaf ini siapa, ya?"Belum selesai aku menekan tombol pesawat terbang—mengirim, ia sudah mengirimi pesan lagi."Dek, ini Kak Irene. Elgin pasti pernah cerita sama kamu tentang Kakak. Mohon maaf ya, Dek. Bukannya Kakak pengen ngehancurin hubungan kalian. Tapi kamu harus tahu kelakuan adekku dibelakang kamu."Bagai disambar petir, aku kaget. Kamu yang selama ini kukenal sebagai sosok yang setia, malah bermain belakang dengan wanita lain. Pantas saja, kamu memutuskan komunikasi denganku. Ternyata, kamu menyimpan orang lain, di balik hubungan kita.Terburu-buru, aku membalas pesan Kak Irene sambil berderaian air mata. "Elgin selingkuh sama siapa, Kak?""Dengan Rossa. Itu, loh, cewek yang pernah deket dengan dia pas SMP. Kakak kira dia udah putus, nyatanya nggak, Dek. Kakak lihat sendiri, dia kemarin abis jual hp, langsung jalan sama tuh cewek. Mana mesra banget lagi."Aku menutup ponsel dengan tangis di pipi. Belum kering air mata, aku dikagetkan dengan pintu yang diketuk, dengan tempo cepat. Kuraih handle, dan mendapati seorang gadis cantik berkepang dua, di depan sana."Kenapa, Dek?""Kakak, kata ibu, kakak mau dijodohkan.""Hah!? Apa!?""Sumpah, Kak! Lihat aja tuh, ada cowok ganteng di ruang tengah! Kudenger tadi, Kakak mau dilamar.""Kamu jangan main-main, Dek!""Serius, kalau nggak percaya, Kakak lihat sendiri aja sana!" cetusnya sambil menunjuk ke arah tangga.Sontak aku langsung menuju ruang tengah, untuk memastikannya. Sesampainya di sana, ternyata apa yang adikku itu katakan, memang terbukti benar."Selamat malam, Cantik," sapa pria tampan berkulit putih, hidung mancung, dan berlesung pipi itu. Kemeja yang ia pakai terlihat rapi, serta pas sekali dengan postur tubuhnya yang seksi."Si siapa kamu?" Bibirku kelu, terasa bergetar, ketika berhadapan dengannya.Sudah terjatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa itu cocok disandangkan padamu, Elgin. Setelah lima belas hari ibumu berpulang, ayahmu juga ikut kembali ke langit.Banyak tetangga yang mencibir, jikalau keluarga Zoidern terkena covid. Ya meksi, ayahmu sempat panas tinggi, Dokter Farhat tidak membenarkan itu adalah gejala covid 19.Penghujung tahun yang mengenaskan. Siapa yang dapat memperhitungkan kematian secara akurat? Tanda-tanda mungkin saja bisa disadari. Namun, apakah bisa ditentukan?Batu nisan yang ada di sana, kamu peluk erat seakan tak ingin lepas lagi. Mata yang paling indah di semesta tak kunjung berhenti mengeluarkan permata indahnya. Kamu terlihat sangat rapuh, ketika menangis.Payung-payung hitam yang ada di atas kepala, satu per satu mulai bepergian. Masker yang kita kenakan basah terkena derasnya musim hujan. Saat itu, hanya tersisa aku, kamu, dan Rossa. Gadis cantik di sampingku masih setia memayungimu. Ketulusannya berbahaya untuk hubungan kita. Aku akui, ra
"Kau pikir ini bukan kesalahanmu? Kau lihat sendiri surat ini baik-baik!" Kak Lintang meletakkan kertas yang sebelumnya kamu remukan di atas meja."Kalau saja mamah nulis nama kamu sebagai alasan dia bunuh diri, kamu mungkin udah beneran masuk penjara, El." Kak Meri yang baru datang malah memanaskan emosi.Kita berempat berkumpul di gudang belakang, setelah pemakaman selesai dilakukan. Dalam suasana duka, kedua kakak tirimu itu masih saja menaruh dendam.Ayahmu memanggil, mungkin tak keenakan karena pertengkaran itu terdengar hingga ke luar, "Elgin, Keyra, Meri, Lintang, kalian di dalam, kan?"Kak Meri meletakkan jari telunjuk ke bibirnya. "Sttt! Awas aja ada yang ngomong!"Aku sedikit menundukkan kepala, takut pada wajah bengis kakak perempuanmu. Tidak lama setelahnya, ayahmu tak lagi berteriak memanggil nama kita. Tampaknya dia sudah cukup bosan berdiri di depan pintu yang masih saja tertutup itu. Karena tak ingin ayahmu menguping, Kak Lintang memastikan, apakah dia pergi atau mas
"Aku punya kabar baik untukmu, Ra." Kamu berjingkrak-jingkrak, seperti orang yang menang undian seratus milyar."Apa?" Aku antusias mendengarkan apa yang ingin kamu sampaikan, di kala senja itu. Rinai hujan yang mengguyur kita, tak kugubris.Kamu mendekat, memegangi kedua bahuku. "Kita akan segera menikah."Aku bahagia bukan kepalang. Rasanya, hanya aku yang paling beruntung. Sayap-sayap cinta kita yang selalu gagal terbang, akhirnya melebar jua."Kamu seneng, kan? Sama, aku juga." Kamu memelukku dengan sangat erat. "Aku nggak bakalan nyakitin kamu lagi, Ra."Aku menyadari sesuatu yang aneh. Tiba-tiba mataku membulat, lebar seperti lingkaran sempurna. "Elgin?" aku memanggilmu seraya membuat jarak di antara kita.Kamu bertanya dengan keterkejutan di wajah, "Kamu kenapa kayak nggak senang gitu, Ra? Kamu nggak suka ya kalo kita nikah? Atau jangan-jangan kamu masih mikirin Si Ganta?"Tuduhan yang kamu layangkan, kubalas dengan satu pertanyaan, "Apakah kita mendapatkan restu dari keduanya?
Satria membuatkan mie celor yang sangat lezat. Kurasa dia lebih cocok jadi chef. Pria itu memberikan sejumput bunga kol sebagai hiasan. Makan siang telah siap, tinggal menyantapnya saja."Jadi, kamu terima tawarannya?" dia bertanya, "kalo misal tidak, itu mungkin jauh lebih baik.""Apa rasanya mencintai orang yang memiliki banyak drama di dalam hidupnya, Sat?" aku balik bertanya pada pria yang memakai apron biru, di depan kompor.Tangan kanannya memutar pengatur besar-kecil api, menjadi off. Kemudian, berbalik ke arahku. Mata hitam pekat itu menatap khawatir, seakan ingin menyerahkan bahagianya untuk melindungi perasaanku.Aku benci situasi konyol seperti itu. Lagi pula, hidupku bukan untuk dikasihani. Kuhentakkan meja, terdengar keras sekali."Itu bukan tingkah laku yang baik, Keyra," Satria memperingatkan, tetap dengan nada lembut. Mungkin dia tak ingin menyakiti perasaanku yang hancur, karena kamu ingin menjadikanku istri sirih, Elgin.Kita bertemu, tetapi tak kunjung bersatu juga.
Kamu meminum banyak air putih. Itu merupakan ke-lima belas kali kamu menuangkan air di dalam teko. Wajahmu merana, ingin cepat keluar dari masalah."Aku nggak pengen mamah kecewa sama aku, Ra. Berbakti pada orang tua itu memang sulit. Lihatlah aku, hancur." Kamu menyandarkan tubuh ke kursi kayu.Mungkinkah aku meminta pada ibumu, agar kita bisa bersatu? Ataukah perlu mengemis, menangis, memohon tanpa jeda, untuk mendapatkan restunya? Kenapa dia tak menyukai hubungan kita?Aku mungkin bisa saja memilih Ganta sebagai pendamping hidup; merahasiakan segalanya tentangmu, setelah pulang dari Kalimantan Tengah. Namun, sosokmu, ya, hanyalah dirimu, Elgin. Aku merasa tak bisa mendapatkan orang yang sama, dalam raga berbeda.Yang paling sulit itu adalah menghancurkan kenangan, yang kita lalui selama ini. Mengapa masih ada sesak, ketika aku ingin berkata ikhlas? Nyatanya, sebaik apa pun Ganta, sampai detik itu pun, dia belum bisa menggeserkanmu sepenuhnya.Dua lelaki yang berbeda, tetapi seperti
Tri Muryani adalah adik angkat Rossa. Dia adalah gadis berusia dua puluh tahunan. Kami pernah tak sengaja bertemu di sebuah antrian Boba. Saat itu, aku mana tahu, kalau Tri–yang pakaiannya tertumpah Boba Hana, adalah adiknya Rossa."Maaf, Mbak, nanti saya ganti rugi, deh." Hana melepaskan jaket Dilannya, lalu memberikannya pada Tri.Dia hanya mengangguk, mungkin tak enakan jika ingin marah pada orang berada. "Ra, kasih uang seratus ribu buat dia, besok aku ganti," ujar Hana meminta padaku.Aku membuka dompet, dan memberikan selembar uang berwarna merah kepada Tri. Gadis yang mempunyai rambut pendek sebahu dengan potongan bob itu menerimanya, tanpa berkata apa-apa.Kupikir di hari itu adalah pertemuan terakhir kami. Namun nyatanya, kami bertemu lagi, saat kita mengunjungi rumah Rossa."Dia bukan gadis miskin seperti perkiraan Hana," gumamku sambil melihat-lihat pagar setinggi empat meteran itu."Rumahnya punya banyak keamanan tingkat tinggi. Wajar sih, orang yang punya rumah aja harga
Kita mampir ke sebuah rumah yang dihuni oleh keluargamu. Tempat tinggal yang tergolong minimalis, tetapi cukup lengkap perabotnya itu menggetarkan benak. Apakah kamu tidak merasa sesak berada di dalamnya?Sofa yang terlihat usang, dan warnanya sudah berubah itu kududuki dengan sedikit ketidaknyamanan. Aku menatapmu, mengode ingin cepat-cepat pulang saja.Bukannya tidak betah. Aku justru ketakutan karena mungkin akan bertemu dengan ibumu. Apa yang harus kulakukan, ketika bersalaman dengan ibumu? Argh! Otakku hampir meledak memikirkannya.Kamu meletakkan dua cangkir teh hangat, di depanku. Makanan ringan yang kamu bawa tak lupa juga ditaruh. Kamu berlaku sopan, dan nampak baik."Harus ya mengunjungi rumah kamu, El? Bukannya kita bakalan ke rumah Rossa, ya?" Aku memulai obrolan, tidak ingin terlibat kecanggungan.Kamu mengernyitkan dahi. "Loh, kok nggak mau? Ini, kan, bakalan jadi rumah kamu juga, Ra. Masa nggak mau sih ketemu sama camer sendiri."Aku memandang ke sebuah potret pernikaha
Cincin Semanggi Empat yang pernah kita bicarakan, sebelum bertemu. Sebelumnya, aku begitu menginginkan benda melingkar kecil, khusus hiasan jemari itu."Kenapa Semanggi, By? Bukannya bisa motif yang lain? Misalnya kayak bentuk yang lain kayak kucing, bunga, naga," saranmu, saat itu.Bagi mereka yang tak mengerti makna, mungkin tak bisa memahami secara detail. Daun semanggi empat adalah variasi langka dari daun semanggi tiga yang umum. Perbandingan dengan daun semanggi berhelai tiga adalah 1:10.000. Itu sebabnya, ada legenda yang mengatakan bahwa, daun semanggi berhelai empat membawa keberuntungan.Aku memang tak terlalu percaya pada hal seperti itu. Namun, keinginan memilikinya sudah menjadi bagian dari impian. Rumit, kan? Ya, salah sendiri resiko mencintai seorang gadis tukang khayal.Pernikahan bukanlah ajang permainan, ataupun lomba agar tak terus dihujat tetangga, karena belum juga mendapatkan pasangan hidup. Kata ibu, hubungan sehidup semati pun bisa putus–cerai atau talak. Oleh
Kain penutup mataku dilepaskan olehmu. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar. Ada banyak lilin yang menyala, di pinggiran jalan setapak kecil. Taman kecil itu dipenuhi dengan bunga-bunga mawar berwarna merah muda, merah terang, dan putih. "Aku ingin kamu menjadi orang yang kusebut sebagai istri. Kamu tahu, aku nggak bisa romantis-romantis kayak di film Dilan. Tapi aku selalu punya cara untuk mencintaimu, lebih dari kamu mencintaiku, Ra." Kamu yang mengenakan toxedo memasangkan sebuah cincin di jari manisku.Kamu sangat sempurna, meksi tak bisa menjadi pria romantis, Elgin. Aku jatuh cinta bukan pada caramu memperlakukan, tetapi karena hati. Ketulusan yang kulihat dari matamu yang indah. Aku jatuh hati padamu, dan akan selalu begitu.Dritt!Nada ponselku mengacaukan suasana bahagia kita. Masih malu-malu, aku pun meminta izin, untuk mengangkat telepon sebentar. Kamu mengiyakan.Aku berjalan sekitar lima belas langkah darimu. Buru-buru kuangkat panggilan dari Ganta. Kenapa dia? Apakah ad
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments