Siapa yang tidak ingin bertahan lama dalam menjalani sebuah hubungan rumah tangga? Mempunyai suami dan juga anak-anak yang lucu adalah impian sederhana bagi setiap wanita. Namun, nasib malang kini menimpa Thalisa. Ia dinyatakan mandul oleh dokter. Hidupnya berubah mencekam, penuh tekanan dan juga hinaan dari ibu mertuanya. Wira sebagai suaminya pun melepas tanggungjawab atas Thalisa. Ia meninggalkan Thalisa demi perempuan lain yang bisa memberinya keturunan untuk mewariskan segala kekayaannya.
Lihat lebih banyak"Apa kabar?" tanya seseorang dengan perawakan tinggi besar itu dengan senyum yang mengembang. "K-alandra?" Thalisa menyebutkan nama teman sekolah SMA-nya itu dengan ragu-ragu. Ia ingat namanya. Namun, sepertinya ia lupa dengan pemilik wajah tampan yang saat ini sedang ia pandang. Melihat Thalisa yang tampak ragu itu pun membuat lelaki tersebut tertawa dengan girangnya. "Kamu masih mengingatku rupanya, Thalisa," kelakarnya dengan wajah memerah karena tawanya. "Ternyata benar? Kamu Kalandra?" Thalisa meyakinkan kembali tebakannya seraya meraih tangan teman lamanya itu dengan reflek. "Ya. Kalandra si cupu yang selalu kamu bela saat ada yang mencoba untuk merundungku," ungkap Kalandra dengan sumringah. Ia menjabat tangan Thalisa dengan lembut, memperkenalkan kembali wajah barunya yang lebih gentle. "Oh Tuhan ... Kalandra, sudah lama kita tidak bertemu
"Bunda, hari ini aku ingin berkunjung ke rumah Mama Windy bersama Mas Wira." Shofia menghadang Arasya yang sedang memasak di dapur bersama Bibi Erna. Arasya tidak menjawab atau pun menanggapi perkataan Shofia padanya. Lebih tepatnya, Arasya mengabaikan Shofia."Bunda dengerin aku, nggak, sih?" bentak Shofia dengan kesal. Ia sangat marah karena sejak keributan tadi malam, Arasya mulai mendiamkannya. Tidak menjawab sepatah kata pun perkataan Shofia.Arasya menarik napasnya dengan berat. Masih tidak menjawab, Arasya hanya menyuruh Bibi Erna untuk memotong sayuran. Sedangkan Arasya melanjutkan kembali kegiatannya yang sedang menumis cabai dan bawang yang sudah berada di atas wajan."Bi, jangan lupa untuk mengiris tomat dan mencuci seladanya, ya. Saya mau membawakan Thalisa salad untuk sarapan," perintah Arasya dengan wajah datarnya.Mendengar sang ibu menyebut nama wanita sialan itu, Shofia mengepalkan kedua tangannya s
"Tunggu!" teriak Arden dengan suara yang terdengar menggelegar hingga seisi halaman rumah Thalisa.Ibu-ibu komplek yang semula menarik paksa Thalisa langsung berhenti dan melepaskan genggamannya dari tangan Thalisa."Apa-apaan ini? Kenapa kalian kasar sekali?" sambung Arden."Alah, kamu itu nggak tahu apa-apa, mending diam dan ikuti saja perkataan kami!" teriak salah satu ibu-ibu yang ikutserta meramaikan rumah Thalisa."Dasar wanita jalang! Lelaki siapa yang kau ajak ke rumah ini? Hah?" hardik Ibu Ratri yang rumahnya tepat bersampingan dengan Thalisa. Ibu yang pertama kali Thalisa kenal dengan keramahannya, kini berubah menjadi ganas. Penuh amarah."Tunggu sebentar! Biar saya jelaskan." Thalisa menarik napasnya dalam dan mengembuskannya perlahan sebelum membuka suara kembali. "Arden ini adalah atasan saya di kantor. Kami tidak memiliki hubungan apa pun selain rekan kerja!"
Hayooo, pada nungguin, ya? HeheMadam datang lagi, nih. Membawakan cerita yang membuat darah kalian mendidih! AhaaayHappy reading yaay! ๐๐**"Kamu gimana, sih? Kenapa bodoh banget!" bentak Wira dengan emosi yang meninggi. Ia tidak peduli jika citranya di depan Shofia menjadi buruk. Bagaimana Wira tidak kesal dengan istrinya, kerjasama yang seharusnya berjalan dengan lancar harus gagal hanya karena Shofia yang melihat Thalisa pada acara pertemuan itu."Ya, aku minta maaf, Mas. Aku tuh paling nggak bisa lihat dia! Bawaannya emosi terus, kamu tahu sendiri kan kalau aku benci banget sama dia?" kilah Shofia. Wajahnya terlihat ketakutan. Jantungnya berdebar dengan sangat kencang karena bentakan Wira yang mengejutkannya."Kalau sudah hancur kayak gini, siapa yang mau tanggungjawab?! Dengan kerjasama dengan Zac Company kita bisa mendapatkan keuntungan besar!"
"Asal apa?" ketus Arden dengan wajah yang sudah tidak bisa dikondisikan lagi. Bisakah mereka menyelesaikan urusan pribadi mereka di luar pekerjaan?"Asal ... Thalisa tidak ikutserta dalam meeting siang ini," ucap Shofia dengan ujung bibirnya yang sedikit ditarik ke atas menampakkan senyuman licik di wajahnya yang cantik.Arden semakin geram. Mana bisa ia menjalankan meeting ini jika tidak ada Thalisa? Thalisa adalah manager keuangan di perusahaannya. Dalam masalah ini, Thalisa harus ikutserta karena ini juga menyangkut keuangan perusahaan."Saya tidak setuju, Nona Shofia." Arden menolak mentah-mentah permintaan Shofia yang terbilang sangat kekanak-kanakan.Shofia mengangkat kedua tangannya di atas meja, menautkan jemarinya satu sama lain."Kalau begitu, aku tidak bisa melanjutkan kerjasama ini, Tuan Arden," tolak Shofia."Tidak masalah. Saya pun tidak bisa be
Setelah menyelesaikan makan siangnya Thalisa langsung pamit meninggalkan meja makan kantin untuk pergi ke ruangan kerjanya. Thalisa bingung harus berbuat apa, ia takut jika nanti yang meeting bersamanya adalah mantan suami yang selalu menghantui dirinya selama ini. Ia merasa belum siap untuk kembali bertemu dengan lelaki itu.Pada langkah kakinya menuju lift Thalisa terus saja menggigit kuku jarinya, ia merasa gugup. Apa yang harus ia lakukan jika itu adalah Wira? Haruskah ia mengundurkan diri dari meetingnya siang ini? Ah tidak, itu sangat tidak profesional sekali dan Thalisa pun tidak mungkin dengan tiba-tiba mengundurkan diri dari rapat yang akan diselenggarakan sebentar lagi.Thalisa menaiki lift dan menekan angka dua puluh tanpa disadari. Ia melewati lantai yang seharusnya ia datangi. Begitu suara lift berdenting dan pintu terbuka, Thalisa keluar dan berjalan ke arah pintu ruangan, saat Thalisa melihat tata letak ruangan dan juga vas bunga yang biasa ada di
Pagi ini Thalisa pergi ke kantor seperti biasa, Thalisa memulai aktifitasnya kembali setelah kemarin merasakan kegalauan yang membuatnya amat terpuruk.Kini, Thalisa tidak ingin mempedulikan atau mendengarkan perkataan orang lain terhadapnya. Ia hanya perlu tutup telinga jika ada orang yang membicarakan tentang dirinya. Begitulah saran dari dua orang wanita yang mempunyai peran penting dalam hidupnya saat ini. Mereka adalah Liona dan juga Cheryl.Kemarin adalah hari terburuk bagi Thalisa, karena ia kembali mengingat masa lalu yang membuatnya semakin tersiksa. Namun, dengan kehadiran dua sahabatnya ini, Thalisa bisa kembali percaya diri terhadap hidupnya. Kedua sahabat yang membawa dirinya dalam lingkungan yang positif.***Pekerjaan di kantor yang ia tinggalkan selama dua hari kemarin karena kecelakaan yang ia alami membuatnya harus kembali bekerja lembur sampai malam hari. Walaupun begitu, pekerjaan ini tidak membuat
Thalisa membanting pintu rumah dengan kondisi panik, bayang-bayang masa lalunya terasa semakin menghantui, dan suara orang-orang yang menghinanya pun begitu menusuk di telinga Thalisa.Ia pun menutup semua gorden hingga ruangannya menjadi gelap gulita tanpa pencahayaan lampu sedikit pun. Thalisa menutup kedua telinganya dengan kasar, air matanya mengucur deras membasahi pipi, ia hanya bisa berharap bahwa ini hanyalah mimpi buruk.Ia tidak menyadari, bahwa dibalik semua ini adalah salah satu bagian dari rencana sang mantan suami, Wira.Di depan rumah Thalisa sudah ada seseorang yang memperhatikan, berpakaian serba hitam, memakai topi dan juga masker untuk menutupi wajahnya. Ia mengikuti Thalisa mulai sepulang dari kafe hingga Thalisa sampai di rumah dalam keadaan yang memperihatinkan.Terpancar seulas senyuman bangga di sana. Ya, orang itu sangat senang melihat Thalisa menderita. Mencari kelemahan jan
Wira dan Shofia memberanikan diri masuk ke dalam kamar Bunda untuk melancarkan rencana yang mereka buat agar Bibi Erna tidak tinggal lagi di rumah ini.Shofia bertugas untuk mencari barang peninggalan sang ayah di lemari pakaian sang bunda dan mengambilnya untuk diletakkan di dalam lemari Bibi Erna. Sedangkan Wira bertugas menjaga pintu kamar Bunda, takut-takut jika nanti Bunda pulang dari acara arisannya dan memergoki Wira dan juga Shofia sedang mengacak-acak kamarnya. Rencana mereka bisa gagal, dan Shofia tidak akan mendapatkan harta warisan.Dapat! Shofia menemukan sebuah kalung berinisial huruf S yang mana itu adalah kalung yang diberikan almarhum ayahnya untuk diberikan pada Shofia. Ia memang belum ingin memakainya, maka dari itu ia menyuruh sang bunda untuk menyimpannya, dan akan sang bunda kembalikan begitu Shofia memintanya.Shofia pun langsung memanggil Wira dan menyuruhnya untuk menaruh kalung itu di tempat Bibi Erna. Kebe
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen