TAMU SELEPAS SUBUH

TAMU SELEPAS SUBUH

last updateLast Updated : 2023-01-29
By:  Anggrek BulanCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
180Chapters
107.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang wanita muda, mengetuk pintu rumah Dewi selepas subuh. Dia menyerahkan seorang bayi dan meminta Dewi untuk merawatnya. Selang beberapa jam, di sebuah kampung yang tak jauh dari rumah Dewi, ditemukan mayat wanita, dengan mulut berbusa.

View More

Chapter 1

Bab 1

Tokk tokk tokk

Suara ketukan pintu depan, terdengar nyaring. Aku yang baru saja selesai melaksanakan salat subuh, langsung menuju ke depan, tanpa menyahut.

Tokk tokk tokk

"Mbak..."

Suara ketukan dan panggilan dari seorang wanita. Tanpa menyahut lagi, aku pun mengintip dari balik korden jendela, memastikan siapa yang mengetuk pintu rumahku di pagi buta seperti ini.

"Mbak, tolong bukakan pintunya!" ucap suara di depan lagi.

Seorang wanita muda dengan rambut dicepol, memakai hem kotak-kotak biru, dipadu dengan celana jeans hitam, tengah berdiri tepat di depan pintu rumahku.

Wanita cantik itu, menggendong seorang bayi, sambil membawa sebuah tas besar.

Tok tok tokk

"Mbak!"

Kali ini, segera kubuka pintu rumah, setelah yakin, jika yang mengetuk pintuku ini, adalah manusia tulen.

"Cari siapa ya, Mbak?" ucapku lembut, membuka obrolan, saat pintu telah kubuka.

Gerbang rumah, memang sengaja tak kukunci sejak semalam, karena suamiku bilang akan pulang. Tapi, sampai sekarang dia belum sampai juga.

"Ini Mbak Dewi, ya?!" tanyanya lirih.

Meski masing gelap, aku bisa melihat dari sorot lampu, jika gadis ini amat caantik, dengan rambut warna merah yang diponi.

Tampak bulir-bulir keringat, yang membuat poninya itu basah.

Kenapa  di pagi buta yang dingin ini, dia malah berkeringat? Apa mungkin dia tadi habis berlari-lari?

"Iya, benar, saya Dewi. Mbak ini siapa ya? Kok sepertinya, saya belum pernah bertemu sebelumnya," ucapku sambil tersenyum.

"Mbak Dewi nggak perlu tahu siapa aku...aku ke sini, hanya ingin menitipkan anakku ini, Mbak. Tolong rawat dia dengan baik, sayangi dia seperti anakmu sendiri. Demi Allah, tolong jaga dia baik-baik."

Wanita itu, kemudian menyerahkan bayi mungil dalam gendongannya padaku. Kudengar dia mulai menangis terisak.

"Tapi, Mbak, ini anak siapa? Aku nggak mau nanti ada polisi yang datang, dan menuduhku mengambil bayi ini," ucapku yang akan kembali menyerahkan bayi mungil ini.

"Tolong, Mbak...ini anakku sendiri kok. Usianya masih seminggu, Mbak. Aku tak punya banyak waktu. Jadi, untuk terakhir kalinya, aku mohon, jadilah ibu selamanya untuk putraku," ucapnya sembari makin menangis.

Melihat nya seperti itu, aku jadi tak tega. Sepertinya, dia sedang tidak berbohong. Dan aku bisa melihat, jika dia meminta dengan sungguh-sungguh.

"Memangnya kamu mau kemana, Mbak?"

"Ke suatu tempat, Mbak. Terima kasih, ini ada sedikit perlengkapan dan susu," ucapnya lagi, sambil menaruh tas bayi di samping kakiku.

Dia kemudian menciumi bayi mungil yang ada di gendonganku, sambil menangis dan berucap, "maafin mama ya, Nak. Mama nggak bisa jagain kamu untuk selamanya. Mama sayang Lio."

"Mbaknya ini sebenarnya siapa? Kok tahu rumahku, dan tahu namaku?!" Aku tentunya masih sangat penasaran dengannya.

"Suatu hari, pasti Mbak Dewi akan tahu semuanya. Terima kasih, Mbak...aku pamit dulu!"

Tanpa menunggu persetujuannku, dia langsung lari secepat mungkin, tanpa menoleh lagi. Sebenarnya, aku ingin berteriak menanyakan namanya dan agar dia tidak pergi , namun aku tak ingin membuat tetangga  terbangun.

Bayi mungil yang terbungkus selimut tebal itu, matanya terbuka. Tampan dan sempurna, namun raut wajahnya, mengingatkan pada seseorang, entah siapa itu.

Segera kubawa masuk, karena udara di luar amat dingin dan juga berangin. Kubawa masuk ke kamar bayi itu, dan menurunkannya di ranjang. Selimut yang melilit tubuhnya kubuka, sambil mengecek  popok sekali pakainnya.

Seketika, bayi mungil itu mengeliat, dan ya ampun, dia amat lucu sekali. Matanya menatapku, dan dia menghadiahi sebuah senyum. Sungguh teramat gemas aku dibuatnya. Saat kuteliti, ada sebuah tanda lahir di punggungnya.

Sebenarnya, sudah dari dulu, aku dan Mas Hasan, suamiku, ingin seorang anak laki-laki. Namun, itu adalah hal yang mustahil, karena rahimku sudah lama diangkat, setelah adanya banyak fibroid di rahimku. Jadi, pupus sudah harapan untuk memiliki seorang anak lagi.

Sebuah chat masuk ke handphoneku, yang kuletakkan di nakas. Segera kubaca pesan di wa tersebut.

[Ma, maaf ya, papa nggak jadi pulang semalam. Soalnya di lapangan ada kendala, dan harus segera diselesaikan. Jadi mungkin aku baru bisa pulang, tiga atau empat hari ke depan.]

Sebuah chat kuterima dari Mas Hasan, suamiku.

[Memangnya nggak biaa gitu Pa, pulang sebentar? Hari ini 'kan, ulang tahunnta Fika, dia juga akan pulang, harusnya Papa juga pulang sebentar.] Balasku.

[Aduh, nggak bisa ini. Lagi genting! Lagian Fika kan uda gede, Ma. Masak mau diulang tahunin terus? Biar nanti kutransfer uang saja padanya, sebagai hadiah.]

[Ya sudah, terserah kamu saja deh, Pa.]

Sebenarnya, ingin aku menceritakan  tentang bayi ini pada  Mas Hasan, tapi kuurungkan. Aku takut dia nanti malah marah.

Bayi kecil yang tadi dipanggil mamanya Lio itu, kini tiba-tiba menangis. Segera kuambil botol susu dari saku tas bayi, dan dia langsung diam saat sudah  minum susu.

"Jangan nangis lagi ya, Sayang. Mulai sekarang, aku mama kamu, ya, " ucapku sembari mengelus pipi halusnya.

Entah hanya perasaanku saja, atau memang benar adanya. Saat diamati, wajahnya jadi amat mirip sekali dengan Mas Hasan suamiku. Seketika pikiran buruk keluar, namun coba kutepis, karena tak mungkin suamiku itu macam-macam di luar.

***********

Jam di dinding dapur sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sambil menggendong Lio, aku memasak dari tadi dan kini sudah selesai. Masakan ini kubuat spesial untuk puteri semata wayangku, yang kini genap berusia dua puluh tahun.

Handphoneku tiba-tiba berbunyi, tanda panggilan masuk, ternyata itu dari Fika, anakku. Langsung kuangkat panggilan itu, siapa tahu ada yang penting.

"Assalamualaikum, ada apa, Fik?" ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon ini.

"Waalaikum salam. Ma, ada mayat ditemukan, di kampung Wonorejo. Ini aku mampir dulu untuk melihatnya," jawab Fika dari ujung sana.

"Innalillahi...Mayat? Laki-laki atau perempuan, Fik?" tanyaku penasaran.

"Perempuan, Ma. Masih muda dan cantik sekali, dari mulutnya keluar banyak busa, seperti habis keracunan gitu."

"Ya ampun kasihan sekali. Wonorejo itu 'kan, nggak jauh dari rumah kita, Fik...sudah kamu sekarang cepat pulang, Mama sudah masak kesukaanmu ini. Hati-hati. Assalamualaikum."

"Oke, baik Ma...waalaikumsalam."

Setelah mengakhiri panggilan itu, aku pun menuju ke kamar, untuk meletakkan Lio yang telah tidur. Karena, aku akan membersihkam diri, sebelum nanti sarapan berasama Fika.

Lima belas menit kemudian, Fika sudah sampai di rumah, saat aku sedang menata makanan di meja.

"Ma...iniloh foto wanita muda yang meninggal tadi, aku sempat memfotonya," ucap Fika sambil menunjukkan handphonenya padaku.

Deg!

Foto mayat yang diperlihatkan Fika itu, sama persis dengan wanita yang menyerahkan bayi Lio tadi. Memakai hem kotak-kotak warna biru, dan celana jeans hitam. Dan tentu saja, aku masih sangat mengenali wajah yang tadi menangis, saat menyerahkan anaknya itu.

Tapi, mengapa dia tiba-tiba meninggal dengan mulut berbusa? Padahal tadi kulihat dia baik-baik saja.ç

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Agus Irawan
hai kak izin promosi mampir juga ke Novelku judul" Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan status buku " Telah Selesai
2023-04-28 18:52:24
1
user avatar
Bella
...️...️...️...️...️
2023-01-07 21:19:46
2
user avatar
Endah Spy
tega banget mas hasan bohongin istrinya untung fika sebagai anak selalu menjadi penguat untuk dewi, mamanya ..
2023-01-05 19:28:48
1
user avatar
Bella
...️...️...️...️...️
2023-01-05 16:40:57
0
user avatar
JP
Mampir kak numpang promo ya ... REVENGE Pembalasan gadis yang teraniaya sampai hampir mati. Banyak misteri dan romance yang menyelimuti kisah ini. Semangat thor! Thanks ^-^
2023-01-03 23:47:28
0
user avatar
Endah Spy
ceritanya bagus banget .. miris dengan kehidupan dewi yg ternyta selama ini di bohongi oleh suaminya sendiri bahkan wanita yg selingkuh di belakang bersama suaminya tiba2 datang menyerahkan anak laki2 yg tak berdosa .. sekejam itulah takdir pada dewi .. huhu penasaran dengan kelanjutan ceritanya
2022-12-31 13:12:19
0
180 Chapters
Bab 1
Tokk tokk tokkSuara ketukan pintu depan, terdengar nyaring. Aku yang baru saja selesai melaksanakan salat subuh, langsung menuju ke depan, tanpa menyahut.Tokk tokk tokk"Mbak..."Suara ketukan dan panggilan dari seorang wanita. Tanpa menyahut lagi, aku pun mengintip dari balik korden jendela, memastikan siapa yang mengetuk pintu rumahku di pagi buta seperti ini."Mbak, tolong bukakan pintunya!" ucap suara di depan lagi.Seorang wanita muda dengan rambut dicepol, memakai hem kotak-kotak biru, dipadu dengan celana jeans hitam, tengah berdiri tepat di depan pintu rumahku.Wanita cantik itu, menggendong seorang bayi, sambil membawa sebuah tas besar.Tok tok tokk"Mbak!"Kali ini, segera kubuka pintu rumah, setelah yakin, jika yang mengetuk pintuku ini, adalah manusia tulen."Cari siapa ya, Mbak?" ucapku lembut, membuka obrolan, saat pintu telah kubuka.Gerbang rumah, memang sengaja tak kukunci sejak semalam, karena suamiku bilang akan pulang. Tapi, sampai sekarang dia belum sampai juga.
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 2
Adelia"Ma...Mama nggak kenapa? Kok kayaknya kaget banget gitu?" tanya Fika tiba-tiba.Memang, saat melihat foto tersebut, aku langsung shock, hingga terduduk di kursi yang berada di dapur."Nggak kok, Fik. Mama cuma kasihan saja melihatnya," ucapku sembari menetralkan perasaan, "mayat ini tadi ditemukan di mana?""Di halaman sebuah rumah kosong, Ma. Yang menemukan pertama kali, adalah seorang tukang becak," jawab Fika lugas.Aku masih amat syok, sekitar tiga jam yang lalu, wanita ini masih menangis di hadapanku, dan dia juga menyerahkan anaknya. Apa mungkin ini motivasinya menyerahkan bayinya, untuk kujaga?Padahal, dia punya banyak hutang penjelasan padaku. Bahkan, aku tadi masih berharap bisa bertemu lagi dengannya."Apa dia meninggal karena bunuh diri atau dibunuh, Fik?""Belum tahu, Ma. Pas tadi aku di sana, polisi belum datang," jawab Fika singkat.Oekk Oekk OekkTiba-tiba, Lio memangis dengan kerasnya, dan tentu saja hal itu membuat kager Fika."Ma...suara bayi siapa itu?! Kok
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 3
Topeng Suamiku"Astaghfirullahaladzim!" ucapku sembari menghirup nafas dalam-dalam."Ma...Mama nggak apa-apa 'kan? Alu ambilin minum dulu ya!"Fika segera berlari ke luar kamar, dan sepertinya dia tahu apa yang kini tengah kurasakan.Apalagi ini, ya Allah? Pagi ini, Engkau sungguh memberiku banyak sekali kejutan."Ini, Ma. Diminum dulu airnya," ucap Fika, sambil mengangsurkan segelas air putih padaku, "yang sabar ya, Ma. Jangan berfikiran buruk pada Papa, bisa saja 'kan, wanita itu hanya berbohing.""Iya, Fik. Mama nggak apa-apa kok. Coba cari lagi, siapa tahu di dalam tas itu, kita bisa menemukan petunjuk lagi," perintahku.Fika kemudian kembali mencari dalam tas itu, di saku samping, ada sebuah dompet koin kecil, dan tentu saja langsung dibukannya."Isinya, ternyata perhiasan Ma. Ada kalung, empat cincin dan dua gelang," ucap Fika sambil menunjukkan perhiasan berwarna emas itu."Sepertinya, ini perhiasan emas murni. Ada surat penjualannya nggak, Fik?""Nggak ada, Ma. Cuman perhiasan
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 4
Jangan Terpuruk"Ma...ini ada satu lagi, Fika temukan di saku samping. Sebuah tanda pengenal sepertinya," ucap Fika sembari menunjukkan sebuah benda, yang mirip KTP.Saat kami teliti, ternyata itu adalah karti tanda mahasiswa, disebuah universitas swasta di kota sebelah. Adelia Putri Cahyani, nama yang cantik secantik orangnya, dan usianya pun masih amat belia, masih 20 tahun, hanya beda bulan saja dengan putriku."Dia ternyata masih muda sekali, Ma. Dia seumuranku," ucap Fika lirih, sambil menghela nafas.Terlihat sekali kemarahan dan juga gurat kekecewaan di mata putriku itu. Papanya menjalin hubungan gelap dengan seorang gadis sepantarannya, dan kini meninggalkan seorang anak, sungguh aku dapat merasakan hancurnya hati putriku itu.Air mata tak terasa membasahi pipiku ini, bagaimana tidak, suami yang sudah kutemani dari titik nol sejak dua puluh satu tahun yang lalu, kini malah ketahuan sering bermain api dengan gadis muda. Hati istri mana yang tak sakit, hati istri mana yang tak
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 5
Part 5Anakku PendukungkuTiba-tiba handphone Fika berbunyi, dan dia pun langsung mengambilnya dari saku celana."Ma...ini Papa," bisik Fika di telingaku, sambil memberi isyarat agar aku tak bersuara.Aku pun paham, dan mengangguk, sembari tetap memangku Lio. Fika pun me-loudspeaker panggilan itu, agar aku juga bisa mendengarnya.Fika : "Assalamuaikum. Ada apa, Pa?" ucap Fika, memulai obrolan dengan Mas Hasan melalui sambungan telepon itu.Mas Hasan: "Waalaikum salam. Lagi dimana, Fik?" tanya Mas Hasan.Fika : "Ini lagi di kost."Mas Hasan : "Loh, katanya pulang? Kan hari ini kamu ulang tahun. Kasihan, Mamamu pasti sudah menunggu di rumah."Fika: "Iya...memang hari ini aku lagi ulang tahun, tapi malas aja pulang. Toh papa juga nggak pulang 'kan? Biarin aja Mama senndiri." Fika berucap, seolah dia sedang ngambek.Mas Hasan : "Kok kamu ngomong begitu? Papa nggak pulang, soalnya 'kan kerja. Sekarang cepat kamu pulang, kasihan Mama."Seperti biasa, Mas Hasan tetap perhatian dengan kami.F
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 6
Firasat Tentang Adelia"Tapi, Papa menaruh semua surat berhargadi rumah 'kan?"Fika terlihat makin semangat kali ini, dia pun sepertinya tak risih dengan kehadiran Lio, dan hal itu tentu saja membuatku merasa semakin bahagia.Jika saja tak ada Fika, entahlah...mungkin saat ini, aku sudah down dengan semua kejadian ini."Iya, ada. Papamu menaruh semua surat berharga di lemari, bersama dengan semua perhiasan mama. Ada apa memangnya?" tanyaku sembari membaringkan Lio di ranjang."Ih...Mama kok pakai nanya lagi, sih? Ya untuk diamankan dong....duh, Mama polos banget deh! Kalau Papa bisa mengakali kita selama bertahun-tahun, maka kita juga wajib membalasnya, kalau bisa sih lebih kejam!" ujar Fika sambil mengelus pipi Lio yang sedang tertidur.Sepertinya, putriku ini amat kecewa dengan Papanya, hingga terlihat kebencian mendalam di matanya. Padahal selama ini, dimanapun berada, dan kapanpun itu,dia selama ini selalu membanggakan papanya itu."Ya sudah, kamu ambil saja kuncinya ada di tas m
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 7
Aku Juga Bisa BerbohongAku pun langsung memberi isyarat pada Fika untuk tetap di ranjang itu bersama Lio, sedang aku menerima video call dari Mas Hasan itu di sofa , yang masih berada di kamar juga. Kuhapus sisa air mata yang berada di pipi. Sesuai rencana, tentu aku akan bersikap biasa saja, dan melihat bagaimana mimik wajah suamiku itu."Assalamualaikum...ada apa, Pa?" ucapku membuka obrolan melalui sambungan telepon itu.Nampak saat ini, Mas Hasan tengah duduk di sebuah kursi, tepatnya dalam sebuah ruangan. Dibelakangnya, nampak sebuah jendela yang tertutup korden warna putih, dengan atasanya ada LCD dan AC."Waalaikum salam. Lagi dimana, Ma?" tanyanya sembari menghisap r***knya.Saat ini, Mas Hasan memakai kaos putih polos kesukaannya. Dan itu adalah salah satu hadiah dariku, saat anniversary ke dua puluh pernikahanku tahun kemarin.Rambutnya nampak basah, namun kurasa itu bukan karena selesai mandi, karena wajahnya kelihatan berminyak. Menurutku seperti orang habis berolahraga,
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more
Bab 8
Amankan Semuanya Sekarang"Omm...sshhh..." suara desahan dari seorang wanita terdengar amat lirih.Sontak Mas Hasan langsung menoleeh kearahku, dan tentu saja dia terlihat amat panik. Hemmm...ternyata suamiku ini sedang berada di kamar bersama dengan seorang wanita.Mungkin jika hal ini terjadi kemarin, pasti aku langsung saja aku akan emosi, dan menangis. Tapi setelah kejadian Adelia ini, aku pun jadi bisa lebih kuat, dan mencoba bersikap biasa saja. Aku juga bisa berakting sepertimu kok, Mas."Pa, kenapa wajahnya kok kelihatan panik gitu, sih?" ucapku berlagak bodoh.Mas Hasan kini membawa handhonenya keluar kamar, pastinya dia masih takut aku menanyakan suar wanita itu. Tapi tenang, Mas. Aku tak akan menanyakan hal itu, karena aku sudah tahu kebusukanmu."Ah, nggak apa-apa kok, Ma. Panas aja tadi rasanya di dalam, jadi sekarang aku pindah keluar. Habis ini, langsung di eksekusi itu berliannya, Ma. Jangan sampai diambil orang lain.Jika nanti sudah kita jual kembali, aku ingin jug
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more
Bab 9
Kembalilah Ke Asalmu"Hemmm....boleh juga tuh, Ma. Aku sangat setuju sekali. Tahun ini, akan menjadi tahun paling bersejarah dalam hidupku. Karena tepat saat ulang tahunku, kedok Papa malah terbongkar, padahal hal itu mungkin telah ditutupinya selama bertahun-tahun," ucap Fika sembari tersenyum kecut."Maafin ya, Sayang. Kamu harus mendenagar ini semua tepat di hari kelahiranmu. Semoga saja, ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita ke depannya. Dan membuat hidup kita jauh ñlebih baik lagi ke depannya.Mama yakin, dengan ini nanti kamu akan menjadi seorang wanita yang kuat, yang tak mudah menyerah."Aku pun kemudian memeluk kembali memeluk Fika, karena kutahu, meski terlihat tegar, pasti saat ini hatinya hancur."Aku pasti kuat, Ma. Dan kita akan bareng-bareng melewati ini semua. Dan memulai hidup baru bersama Lio," ucap Fika tersenyum sembari mengurai pelukanku.Di dunia ini, aku memang sudah tak punya siapa-siapa lagi. Karena ibu dan saudara kembarku sudah meninggal saat menga
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more
Bab 10
Memang Buaya DaratTok tok tokk"Assalamualaikum, Nyonya..."Suara panggilan dari Bik Nur terdengar di depan. Dengan sigap, Fika pun langsung membukakan pintu."Yeay! Ma...lihat, aku dibawain oleh-oleh getuk pisang loh sama Bik Nur," ucap Fika girang sambil menunjukkan makanan kesukaanya itu, "makasih banyak ya, Bik!"Bik Nur, memang sudah sejak tiga hari yang lalu, pamit berkunjung ke rumah adiknya yang ada di Kediri. Karena adik satu-satunya itu, sedang menikahkan anaknya.Fika, memang sangat dekat dengan Bik Nur, karena Bik Nur ini sudah bekerja padaku sejak tujuh belas tahun yang lalu, tepatnya bersamaan dengan aku membeli rumah ini. Namun, dulu rumah yang kutempati ini, amat sederhana. Tapi, sepuluh tahun yang lalu, Mas Hasan telah membangunnya menjadi rumah yang mewah.Usia Bik Nur, tak jauh beda denganku, mungkin terpaut lima tahun saja. Karena dia juga amat baik dan penyabar, maka kami sudah mengaggapnya sebagi saudara sendiri."Wah...terima kasih, Bik. Sudah bawain banyak ole
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status