Share

TAMU SELEPAS SUBUH
TAMU SELEPAS SUBUH
Author: Anggrek Bulan

Bab 1

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2022-11-17 11:08:03

Tokk tokk tokk

Suara ketukan pintu depan, terdengar nyaring. Aku yang baru saja selesai melaksanakan salat subuh, langsung menuju ke depan, tanpa menyahut.

Tokk tokk tokk

"Mbak..."

Suara ketukan dan panggilan dari seorang wanita. Tanpa menyahut lagi, aku pun mengintip dari balik korden jendela, memastikan siapa yang mengetuk pintu rumahku di pagi buta seperti ini.

"Mbak, tolong bukakan pintunya!" ucap suara di depan lagi.

Seorang wanita muda dengan rambut dicepol, memakai hem kotak-kotak biru, dipadu dengan celana jeans hitam, tengah berdiri tepat di depan pintu rumahku.

Wanita cantik itu, menggendong seorang bayi, sambil membawa sebuah tas besar.

Tok tok tokk

"Mbak!"

Kali ini, segera kubuka pintu rumah, setelah yakin, jika yang mengetuk pintuku ini, adalah manusia tulen.

"Cari siapa ya, Mbak?" ucapku lembut, membuka obrolan, saat pintu telah kubuka.

Gerbang rumah, memang sengaja tak kukunci sejak semalam, karena suamiku bilang akan pulang. Tapi, sampai sekarang dia belum sampai juga.

"Ini Mbak Dewi, ya?!" tanyanya lirih.

Meski masing gelap, aku bisa melihat dari sorot lampu, jika gadis ini amat caantik, dengan rambut warna merah yang diponi.

Tampak bulir-bulir keringat, yang membuat poninya itu basah.

Kenapa  di pagi buta yang dingin ini, dia malah berkeringat? Apa mungkin dia tadi habis berlari-lari?

"Iya, benar, saya Dewi. Mbak ini siapa ya? Kok sepertinya, saya belum pernah bertemu sebelumnya," ucapku sambil tersenyum.

"Mbak Dewi nggak perlu tahu siapa aku...aku ke sini, hanya ingin menitipkan anakku ini, Mbak. Tolong rawat dia dengan baik, sayangi dia seperti anakmu sendiri. Demi Allah, tolong jaga dia baik-baik."

Wanita itu, kemudian menyerahkan bayi mungil dalam gendongannya padaku. Kudengar dia mulai menangis terisak.

"Tapi, Mbak, ini anak siapa? Aku nggak mau nanti ada polisi yang datang, dan menuduhku mengambil bayi ini," ucapku yang akan kembali menyerahkan bayi mungil ini.

"Tolong, Mbak...ini anakku sendiri kok. Usianya masih seminggu, Mbak. Aku tak punya banyak waktu. Jadi, untuk terakhir kalinya, aku mohon, jadilah ibu selamanya untuk putraku," ucapnya sembari makin menangis.

Melihat nya seperti itu, aku jadi tak tega. Sepertinya, dia sedang tidak berbohong. Dan aku bisa melihat, jika dia meminta dengan sungguh-sungguh.

"Memangnya kamu mau kemana, Mbak?"

"Ke suatu tempat, Mbak. Terima kasih, ini ada sedikit perlengkapan dan susu," ucapnya lagi, sambil menaruh tas bayi di samping kakiku.

Dia kemudian menciumi bayi mungil yang ada di gendonganku, sambil menangis dan berucap, "maafin mama ya, Nak. Mama nggak bisa jagain kamu untuk selamanya. Mama sayang Lio."

"Mbaknya ini sebenarnya siapa? Kok tahu rumahku, dan tahu namaku?!" Aku tentunya masih sangat penasaran dengannya.

"Suatu hari, pasti Mbak Dewi akan tahu semuanya. Terima kasih, Mbak...aku pamit dulu!"

Tanpa menunggu persetujuannku, dia langsung lari secepat mungkin, tanpa menoleh lagi. Sebenarnya, aku ingin berteriak menanyakan namanya dan agar dia tidak pergi , namun aku tak ingin membuat tetangga  terbangun.

Bayi mungil yang terbungkus selimut tebal itu, matanya terbuka. Tampan dan sempurna, namun raut wajahnya, mengingatkan pada seseorang, entah siapa itu.

Segera kubawa masuk, karena udara di luar amat dingin dan juga berangin. Kubawa masuk ke kamar bayi itu, dan menurunkannya di ranjang. Selimut yang melilit tubuhnya kubuka, sambil mengecek  popok sekali pakainnya.

Seketika, bayi mungil itu mengeliat, dan ya ampun, dia amat lucu sekali. Matanya menatapku, dan dia menghadiahi sebuah senyum. Sungguh teramat gemas aku dibuatnya. Saat kuteliti, ada sebuah tanda lahir di punggungnya.

Sebenarnya, sudah dari dulu, aku dan Mas Hasan, suamiku, ingin seorang anak laki-laki. Namun, itu adalah hal yang mustahil, karena rahimku sudah lama diangkat, setelah adanya banyak fibroid di rahimku. Jadi, pupus sudah harapan untuk memiliki seorang anak lagi.

Sebuah chat masuk ke handphoneku, yang kuletakkan di nakas. Segera kubaca pesan di wa tersebut.

[Ma, maaf ya, papa nggak jadi pulang semalam. Soalnya di lapangan ada kendala, dan harus segera diselesaikan. Jadi mungkin aku baru bisa pulang, tiga atau empat hari ke depan.]

Sebuah chat kuterima dari Mas Hasan, suamiku.

[Memangnya nggak biaa gitu Pa, pulang sebentar? Hari ini 'kan, ulang tahunnta Fika, dia juga akan pulang, harusnya Papa juga pulang sebentar.] Balasku.

[Aduh, nggak bisa ini. Lagi genting! Lagian Fika kan uda gede, Ma. Masak mau diulang tahunin terus? Biar nanti kutransfer uang saja padanya, sebagai hadiah.]

[Ya sudah, terserah kamu saja deh, Pa.]

Sebenarnya, ingin aku menceritakan  tentang bayi ini pada  Mas Hasan, tapi kuurungkan. Aku takut dia nanti malah marah.

Bayi kecil yang tadi dipanggil mamanya Lio itu, kini tiba-tiba menangis. Segera kuambil botol susu dari saku tas bayi, dan dia langsung diam saat sudah  minum susu.

"Jangan nangis lagi ya, Sayang. Mulai sekarang, aku mama kamu, ya, " ucapku sembari mengelus pipi halusnya.

Entah hanya perasaanku saja, atau memang benar adanya. Saat diamati, wajahnya jadi amat mirip sekali dengan Mas Hasan suamiku. Seketika pikiran buruk keluar, namun coba kutepis, karena tak mungkin suamiku itu macam-macam di luar.

***********

Jam di dinding dapur sudah menunjukkan pukul delapan pagi, sambil menggendong Lio, aku memasak dari tadi dan kini sudah selesai. Masakan ini kubuat spesial untuk puteri semata wayangku, yang kini genap berusia dua puluh tahun.

Handphoneku tiba-tiba berbunyi, tanda panggilan masuk, ternyata itu dari Fika, anakku. Langsung kuangkat panggilan itu, siapa tahu ada yang penting.

"Assalamualaikum, ada apa, Fik?" ucapku membuka percakapan melalui sambungan telepon ini.

"Waalaikum salam. Ma, ada mayat ditemukan, di kampung Wonorejo. Ini aku mampir dulu untuk melihatnya," jawab Fika dari ujung sana.

"Innalillahi...Mayat? Laki-laki atau perempuan, Fik?" tanyaku penasaran.

"Perempuan, Ma. Masih muda dan cantik sekali, dari mulutnya keluar banyak busa, seperti habis keracunan gitu."

"Ya ampun kasihan sekali. Wonorejo itu 'kan, nggak jauh dari rumah kita, Fik...sudah kamu sekarang cepat pulang, Mama sudah masak kesukaanmu ini. Hati-hati. Assalamualaikum."

"Oke, baik Ma...waalaikumsalam."

Setelah mengakhiri panggilan itu, aku pun menuju ke kamar, untuk meletakkan Lio yang telah tidur. Karena, aku akan membersihkam diri, sebelum nanti sarapan berasama Fika.

Lima belas menit kemudian, Fika sudah sampai di rumah, saat aku sedang menata makanan di meja.

"Ma...iniloh foto wanita muda yang meninggal tadi, aku sempat memfotonya," ucap Fika sambil menunjukkan handphonenya padaku.

Deg!

Foto mayat yang diperlihatkan Fika itu, sama persis dengan wanita yang menyerahkan bayi Lio tadi. Memakai hem kotak-kotak warna biru, dan celana jeans hitam. Dan tentu saja, aku masih sangat mengenali wajah yang tadi menangis, saat menyerahkan anaknya itu.

Tapi, mengapa dia tiba-tiba meninggal dengan mulut berbusa? Padahal tadi kulihat dia baik-baik saja.ç

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Endah Spy
duhh lio kasihan bgt sii kamu nak .. penasaran sii sama wanita yg menyerahkan anaknya ke dewi
goodnovel comment avatar
Endah Spy
koq curiga ya kalo wanitabyg meninggal itu ada hubungannya sama mas hasan
goodnovel comment avatar
nando076077
mantap sekali
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 2

    Adelia"Ma...Mama nggak kenapa? Kok kayaknya kaget banget gitu?" tanya Fika tiba-tiba.Memang, saat melihat foto tersebut, aku langsung shock, hingga terduduk di kursi yang berada di dapur."Nggak kok, Fik. Mama cuma kasihan saja melihatnya," ucapku sembari menetralkan perasaan, "mayat ini tadi ditemukan di mana?""Di halaman sebuah rumah kosong, Ma. Yang menemukan pertama kali, adalah seorang tukang becak," jawab Fika lugas.Aku masih amat syok, sekitar tiga jam yang lalu, wanita ini masih menangis di hadapanku, dan dia juga menyerahkan anaknya. Apa mungkin ini motivasinya menyerahkan bayinya, untuk kujaga?Padahal, dia punya banyak hutang penjelasan padaku. Bahkan, aku tadi masih berharap bisa bertemu lagi dengannya."Apa dia meninggal karena bunuh diri atau dibunuh, Fik?""Belum tahu, Ma. Pas tadi aku di sana, polisi belum datang," jawab Fika singkat.Oekk Oekk OekkTiba-tiba, Lio memangis dengan kerasnya, dan tentu saja hal itu membuat kager Fika."Ma...suara bayi siapa itu?! Kok

    Last Updated : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 3

    Topeng Suamiku"Astaghfirullahaladzim!" ucapku sembari menghirup nafas dalam-dalam."Ma...Mama nggak apa-apa 'kan? Alu ambilin minum dulu ya!"Fika segera berlari ke luar kamar, dan sepertinya dia tahu apa yang kini tengah kurasakan.Apalagi ini, ya Allah? Pagi ini, Engkau sungguh memberiku banyak sekali kejutan."Ini, Ma. Diminum dulu airnya," ucap Fika, sambil mengangsurkan segelas air putih padaku, "yang sabar ya, Ma. Jangan berfikiran buruk pada Papa, bisa saja 'kan, wanita itu hanya berbohing.""Iya, Fik. Mama nggak apa-apa kok. Coba cari lagi, siapa tahu di dalam tas itu, kita bisa menemukan petunjuk lagi," perintahku.Fika kemudian kembali mencari dalam tas itu, di saku samping, ada sebuah dompet koin kecil, dan tentu saja langsung dibukannya."Isinya, ternyata perhiasan Ma. Ada kalung, empat cincin dan dua gelang," ucap Fika sambil menunjukkan perhiasan berwarna emas itu."Sepertinya, ini perhiasan emas murni. Ada surat penjualannya nggak, Fik?""Nggak ada, Ma. Cuman perhiasan

    Last Updated : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 4

    Jangan Terpuruk"Ma...ini ada satu lagi, Fika temukan di saku samping. Sebuah tanda pengenal sepertinya," ucap Fika sembari menunjukkan sebuah benda, yang mirip KTP.Saat kami teliti, ternyata itu adalah karti tanda mahasiswa, disebuah universitas swasta di kota sebelah. Adelia Putri Cahyani, nama yang cantik secantik orangnya, dan usianya pun masih amat belia, masih 20 tahun, hanya beda bulan saja dengan putriku."Dia ternyata masih muda sekali, Ma. Dia seumuranku," ucap Fika lirih, sambil menghela nafas.Terlihat sekali kemarahan dan juga gurat kekecewaan di mata putriku itu. Papanya menjalin hubungan gelap dengan seorang gadis sepantarannya, dan kini meninggalkan seorang anak, sungguh aku dapat merasakan hancurnya hati putriku itu.Air mata tak terasa membasahi pipiku ini, bagaimana tidak, suami yang sudah kutemani dari titik nol sejak dua puluh satu tahun yang lalu, kini malah ketahuan sering bermain api dengan gadis muda. Hati istri mana yang tak sakit, hati istri mana yang tak

    Last Updated : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 5

    Part 5Anakku PendukungkuTiba-tiba handphone Fika berbunyi, dan dia pun langsung mengambilnya dari saku celana."Ma...ini Papa," bisik Fika di telingaku, sambil memberi isyarat agar aku tak bersuara.Aku pun paham, dan mengangguk, sembari tetap memangku Lio. Fika pun me-loudspeaker panggilan itu, agar aku juga bisa mendengarnya.Fika : "Assalamuaikum. Ada apa, Pa?" ucap Fika, memulai obrolan dengan Mas Hasan melalui sambungan telepon itu.Mas Hasan: "Waalaikum salam. Lagi dimana, Fik?" tanya Mas Hasan.Fika : "Ini lagi di kost."Mas Hasan : "Loh, katanya pulang? Kan hari ini kamu ulang tahun. Kasihan, Mamamu pasti sudah menunggu di rumah."Fika: "Iya...memang hari ini aku lagi ulang tahun, tapi malas aja pulang. Toh papa juga nggak pulang 'kan? Biarin aja Mama senndiri." Fika berucap, seolah dia sedang ngambek.Mas Hasan : "Kok kamu ngomong begitu? Papa nggak pulang, soalnya 'kan kerja. Sekarang cepat kamu pulang, kasihan Mama."Seperti biasa, Mas Hasan tetap perhatian dengan kami.F

    Last Updated : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 6

    Firasat Tentang Adelia"Tapi, Papa menaruh semua surat berhargadi rumah 'kan?"Fika terlihat makin semangat kali ini, dia pun sepertinya tak risih dengan kehadiran Lio, dan hal itu tentu saja membuatku merasa semakin bahagia.Jika saja tak ada Fika, entahlah...mungkin saat ini, aku sudah down dengan semua kejadian ini."Iya, ada. Papamu menaruh semua surat berharga di lemari, bersama dengan semua perhiasan mama. Ada apa memangnya?" tanyaku sembari membaringkan Lio di ranjang."Ih...Mama kok pakai nanya lagi, sih? Ya untuk diamankan dong....duh, Mama polos banget deh! Kalau Papa bisa mengakali kita selama bertahun-tahun, maka kita juga wajib membalasnya, kalau bisa sih lebih kejam!" ujar Fika sambil mengelus pipi Lio yang sedang tertidur.Sepertinya, putriku ini amat kecewa dengan Papanya, hingga terlihat kebencian mendalam di matanya. Padahal selama ini, dimanapun berada, dan kapanpun itu,dia selama ini selalu membanggakan papanya itu."Ya sudah, kamu ambil saja kuncinya ada di tas m

    Last Updated : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 7

    Aku Juga Bisa BerbohongAku pun langsung memberi isyarat pada Fika untuk tetap di ranjang itu bersama Lio, sedang aku menerima video call dari Mas Hasan itu di sofa , yang masih berada di kamar juga. Kuhapus sisa air mata yang berada di pipi. Sesuai rencana, tentu aku akan bersikap biasa saja, dan melihat bagaimana mimik wajah suamiku itu."Assalamualaikum...ada apa, Pa?" ucapku membuka obrolan melalui sambungan telepon itu.Nampak saat ini, Mas Hasan tengah duduk di sebuah kursi, tepatnya dalam sebuah ruangan. Dibelakangnya, nampak sebuah jendela yang tertutup korden warna putih, dengan atasanya ada LCD dan AC."Waalaikum salam. Lagi dimana, Ma?" tanyanya sembari menghisap r***knya.Saat ini, Mas Hasan memakai kaos putih polos kesukaannya. Dan itu adalah salah satu hadiah dariku, saat anniversary ke dua puluh pernikahanku tahun kemarin.Rambutnya nampak basah, namun kurasa itu bukan karena selesai mandi, karena wajahnya kelihatan berminyak. Menurutku seperti orang habis berolahraga,

    Last Updated : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 8

    Amankan Semuanya Sekarang"Omm...sshhh..." suara desahan dari seorang wanita terdengar amat lirih.Sontak Mas Hasan langsung menoleeh kearahku, dan tentu saja dia terlihat amat panik. Hemmm...ternyata suamiku ini sedang berada di kamar bersama dengan seorang wanita.Mungkin jika hal ini terjadi kemarin, pasti aku langsung saja aku akan emosi, dan menangis. Tapi setelah kejadian Adelia ini, aku pun jadi bisa lebih kuat, dan mencoba bersikap biasa saja. Aku juga bisa berakting sepertimu kok, Mas."Pa, kenapa wajahnya kok kelihatan panik gitu, sih?" ucapku berlagak bodoh.Mas Hasan kini membawa handhonenya keluar kamar, pastinya dia masih takut aku menanyakan suar wanita itu. Tapi tenang, Mas. Aku tak akan menanyakan hal itu, karena aku sudah tahu kebusukanmu."Ah, nggak apa-apa kok, Ma. Panas aja tadi rasanya di dalam, jadi sekarang aku pindah keluar. Habis ini, langsung di eksekusi itu berliannya, Ma. Jangan sampai diambil orang lain.Jika nanti sudah kita jual kembali, aku ingin jug

    Last Updated : 2022-11-28
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 9

    Kembalilah Ke Asalmu"Hemmm....boleh juga tuh, Ma. Aku sangat setuju sekali. Tahun ini, akan menjadi tahun paling bersejarah dalam hidupku. Karena tepat saat ulang tahunku, kedok Papa malah terbongkar, padahal hal itu mungkin telah ditutupinya selama bertahun-tahun," ucap Fika sembari tersenyum kecut."Maafin ya, Sayang. Kamu harus mendenagar ini semua tepat di hari kelahiranmu. Semoga saja, ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita ke depannya. Dan membuat hidup kita jauh ñlebih baik lagi ke depannya.Mama yakin, dengan ini nanti kamu akan menjadi seorang wanita yang kuat, yang tak mudah menyerah."Aku pun kemudian memeluk kembali memeluk Fika, karena kutahu, meski terlihat tegar, pasti saat ini hatinya hancur."Aku pasti kuat, Ma. Dan kita akan bareng-bareng melewati ini semua. Dan memulai hidup baru bersama Lio," ucap Fika tersenyum sembari mengurai pelukanku.Di dunia ini, aku memang sudah tak punya siapa-siapa lagi. Karena ibu dan saudara kembarku sudah meninggal saat menga

    Last Updated : 2022-11-28

Latest chapter

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Ending

    Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 179

    Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 178

    Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 177

    Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 176

    Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 175

    Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 174

    Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 173

    Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 172

    Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai

DMCA.com Protection Status