Share

Bab 3

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 11:10:00

Topeng Suamiku

"Astaghfirullahaladzim!" ucapku sembari menghirup nafas dalam-dalam.

"Ma...Mama nggak apa-apa 'kan? Alu ambilin minum dulu ya!"

Fika segera berlari ke luar kamar, dan sepertinya dia tahu apa yang kini tengah kurasakan.

Apalagi ini, ya Allah? Pagi ini, Engkau sungguh memberiku banyak sekali kejutan.

"Ini, Ma. Diminum dulu airnya," ucap Fika, sambil mengangsurkan segelas air putih padaku, "yang sabar ya, Ma. Jangan berfikiran buruk pada Papa, bisa saja 'kan, wanita itu hanya berbohing."

"Iya, Fik. Mama nggak apa-apa kok. Coba cari lagi, siapa tahu di dalam tas itu, kita bisa menemukan petunjuk lagi," perintahku.

Fika kemudian kembali mencari dalam tas itu, di saku samping, ada sebuah dompet koin kecil, dan tentu saja langsung dibukannya.

"Isinya, ternyata perhiasan Ma. Ada kalung, empat cincin dan dua gelang," ucap Fika sambil menunjukkan perhiasan berwarna emas itu.

"Sepertinya, ini perhiasan emas murni. Ada surat penjualannya nggak, Fik?"

"Nggak ada, Ma. Cuman perhiasan itu saja."

"Ya sudah, kembalikan. Lalu kamu cari lagi."

Dalam saku rahasia di kantung utama,  Fika menemukan sebuah dompet besar, berwarna marun. Dan beberapa lembar kertas, sepertunya itu hasil print.

"Itu kertas apa, Fik?" tanyaku.

"Ini hasil tangkapan layar, Ma. Dan sepertinya, si Adelia ingin mengabadikannya, dan mungkin tujuan utamanya, adalah menunjukkan hal ini pada , Mama."

"Coba lihat..."

Fika pun memberikan beberapa kertas itu padaku. Dalam satu kertas berisi tangkapan layar, dan isi chat menunjukkan pesan dari seorang dengan kontak 'Om Tajir', sepertinya yang dimaksud di sini adalah suamiku.

Mataku terbelalak, saat melihat beberapa isi chat itu. Rata-rata isinya adalah chat yang tak pantas, dan sepertinya suamiku itu, memang seperti singa yang lapar ketiak di luar rumah. Benar-benar menjijikkan.

Ada sebuah chat, yang benar-benar membuat emosiku naik. Tak kusangka. Mas Hasan, bisa berkata seperti itu. Sepertinya, itu adalah chat awal-awal mereka berhubungan dulu.

Adelia : [gimana, Om! Service Delia Ok, Kan?]

Om Tajir : [tentu dong, mangkanya Om ke*agihan, hahaha.]

Adelia : [ih...masak sih. Beda nggak sama istrimu di rumah?]

Om Tajir : [tentu amat jauh berbeda dong, Sayang. Nenek lampir itu, sudah nggak bertenaga, sudah turun mesin. Melihatnya saja, aku sudah jijik!]

Adelia : [masak sih, Om? Tapi kok, Om masih mempertahankannya sih? Apa nggak mending dibuang saja wanita itu, dan kita nikah. Janji deh, aku akan melayani Om dengan sepenuh hati.]

Om Tajir : [aku nggak bisa menceraikan nenek lampir itu, karena kami punya anak. Jadi, kita tetap begini saja, ya. Yang penting aku p*as dan kamu kuberi limpahan materi. Sabar ya, Sayang. Pasti nggak lama lagi, nenek lampir itu akan mati kok!]

Selama ini, jika di depanku, Mas Hasan memang sangat sabar menghadapiku yang cerewet ini. Namun, ternyata di belakangku dia bersikap seperti itu.

"Ma...lihat ini. Ini sepertinya chat terakhir kali mereka," ucap Fika sembari mengangsurkan satu kertas lagi.

Aku pun segera membaca isi, tangakapan layar itu.

Adelia : [Om, bagaimana dengan kehamilanku ini? Om juga lama sekali nggak main ke kost ku.]

Om Tajir : [sudah kubilang 'kan, gugurkan bayi itu! Aku tak mau punya resiko di kemudian hari. Apalagi sampai istri dan anakku tahu semua perbuatanku. Jika kamu masih mau kuperhatikan dan kuberi uang, cepat gugurkan kandunganmu!]

Adelia : [ tapi ini 'kan darah dagingmu sendiri, masak kamu tega menggugurkannya, Om?]

Om Tajir: [hahaha...sok tahu kamu! Aku saja sama sekali tak percaya jika itu anakku! Perempuan bisa pakai macam kamu itu, pasti sudah sering di t**** laki-laki lain. Nggak usah sok ngaku-ngaku deh! ]

Adelia: [jahat sekali mulutmu, Om. Aku tak pernah melakukan hubungan ini dengan pria lain! Dan kamu juga kan, yang telah membeli mahkotaku. Ini anakmu, dan aku ini setia hanya padamu, meski aku hanya wanita simpanan!]

Om Tajir : [hahaha...mana ada yang percaya dengan mulutmu itu! Demi uang, kamu pasti melakukan segalanya. Sudah...jika masih ingin denganku, segera gugurkan kandunganmu. Hubungi aku lagi, setelah bayi itu hilang!]

Sungguh tega sekali Mas Hasan, tapi aku juga tak tahu, apa benar Lio ini anak biologis suamiku.

"Ma, ini juga ada beberapa foto Papa dan Adelia itu." Fika memberikan beberapa foto padaku.

Dalam foto-foto mesra itu, tampak sekali Mas Hasan sangat bahagia. Tak hanya itu, ada juga beberapa foto mesra suamiku dengan beberapa wanita berbeda, dalam dompet itu.

Kini, aku sangat yakin, jika apa yang dituliskan Adelia, tentang suamiku itu benar adanya. Pintar sekali kamu berlakon, Mas. Dihadapan kami, kamu seolah bersikap seorang Family Man. Tapi diluaran sana, kau tebar na**u pada banyak gadis muda, dengan mengandalkan kekayaanmu.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
yg sabar Dewi pasti hasan akan kena batu nya dn akan kena karma dn ajab yg parah untuk nya laki2 penzina ..
goodnovel comment avatar
Endah Spy
rahasia mau serapat apaoun pasti akan tercium jugaa
goodnovel comment avatar
Endah Spy
astaga b3jad bgt brti kelakuan mas hasan di belakang dewi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 4

    Jangan Terpuruk"Ma...ini ada satu lagi, Fika temukan di saku samping. Sebuah tanda pengenal sepertinya," ucap Fika sembari menunjukkan sebuah benda, yang mirip KTP.Saat kami teliti, ternyata itu adalah karti tanda mahasiswa, disebuah universitas swasta di kota sebelah. Adelia Putri Cahyani, nama yang cantik secantik orangnya, dan usianya pun masih amat belia, masih 20 tahun, hanya beda bulan saja dengan putriku."Dia ternyata masih muda sekali, Ma. Dia seumuranku," ucap Fika lirih, sambil menghela nafas.Terlihat sekali kemarahan dan juga gurat kekecewaan di mata putriku itu. Papanya menjalin hubungan gelap dengan seorang gadis sepantarannya, dan kini meninggalkan seorang anak, sungguh aku dapat merasakan hancurnya hati putriku itu.Air mata tak terasa membasahi pipiku ini, bagaimana tidak, suami yang sudah kutemani dari titik nol sejak dua puluh satu tahun yang lalu, kini malah ketahuan sering bermain api dengan gadis muda. Hati istri mana yang tak sakit, hati istri mana yang tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 5

    Part 5Anakku PendukungkuTiba-tiba handphone Fika berbunyi, dan dia pun langsung mengambilnya dari saku celana."Ma...ini Papa," bisik Fika di telingaku, sambil memberi isyarat agar aku tak bersuara.Aku pun paham, dan mengangguk, sembari tetap memangku Lio. Fika pun me-loudspeaker panggilan itu, agar aku juga bisa mendengarnya.Fika : "Assalamuaikum. Ada apa, Pa?" ucap Fika, memulai obrolan dengan Mas Hasan melalui sambungan telepon itu.Mas Hasan: "Waalaikum salam. Lagi dimana, Fik?" tanya Mas Hasan.Fika : "Ini lagi di kost."Mas Hasan : "Loh, katanya pulang? Kan hari ini kamu ulang tahun. Kasihan, Mamamu pasti sudah menunggu di rumah."Fika: "Iya...memang hari ini aku lagi ulang tahun, tapi malas aja pulang. Toh papa juga nggak pulang 'kan? Biarin aja Mama senndiri." Fika berucap, seolah dia sedang ngambek.Mas Hasan : "Kok kamu ngomong begitu? Papa nggak pulang, soalnya 'kan kerja. Sekarang cepat kamu pulang, kasihan Mama."Seperti biasa, Mas Hasan tetap perhatian dengan kami.F

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 6

    Firasat Tentang Adelia"Tapi, Papa menaruh semua surat berhargadi rumah 'kan?"Fika terlihat makin semangat kali ini, dia pun sepertinya tak risih dengan kehadiran Lio, dan hal itu tentu saja membuatku merasa semakin bahagia.Jika saja tak ada Fika, entahlah...mungkin saat ini, aku sudah down dengan semua kejadian ini."Iya, ada. Papamu menaruh semua surat berharga di lemari, bersama dengan semua perhiasan mama. Ada apa memangnya?" tanyaku sembari membaringkan Lio di ranjang."Ih...Mama kok pakai nanya lagi, sih? Ya untuk diamankan dong....duh, Mama polos banget deh! Kalau Papa bisa mengakali kita selama bertahun-tahun, maka kita juga wajib membalasnya, kalau bisa sih lebih kejam!" ujar Fika sambil mengelus pipi Lio yang sedang tertidur.Sepertinya, putriku ini amat kecewa dengan Papanya, hingga terlihat kebencian mendalam di matanya. Padahal selama ini, dimanapun berada, dan kapanpun itu,dia selama ini selalu membanggakan papanya itu."Ya sudah, kamu ambil saja kuncinya ada di tas m

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 7

    Aku Juga Bisa BerbohongAku pun langsung memberi isyarat pada Fika untuk tetap di ranjang itu bersama Lio, sedang aku menerima video call dari Mas Hasan itu di sofa , yang masih berada di kamar juga. Kuhapus sisa air mata yang berada di pipi. Sesuai rencana, tentu aku akan bersikap biasa saja, dan melihat bagaimana mimik wajah suamiku itu."Assalamualaikum...ada apa, Pa?" ucapku membuka obrolan melalui sambungan telepon itu.Nampak saat ini, Mas Hasan tengah duduk di sebuah kursi, tepatnya dalam sebuah ruangan. Dibelakangnya, nampak sebuah jendela yang tertutup korden warna putih, dengan atasanya ada LCD dan AC."Waalaikum salam. Lagi dimana, Ma?" tanyanya sembari menghisap r***knya.Saat ini, Mas Hasan memakai kaos putih polos kesukaannya. Dan itu adalah salah satu hadiah dariku, saat anniversary ke dua puluh pernikahanku tahun kemarin.Rambutnya nampak basah, namun kurasa itu bukan karena selesai mandi, karena wajahnya kelihatan berminyak. Menurutku seperti orang habis berolahraga,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 8

    Amankan Semuanya Sekarang"Omm...sshhh..." suara desahan dari seorang wanita terdengar amat lirih.Sontak Mas Hasan langsung menoleeh kearahku, dan tentu saja dia terlihat amat panik. Hemmm...ternyata suamiku ini sedang berada di kamar bersama dengan seorang wanita.Mungkin jika hal ini terjadi kemarin, pasti aku langsung saja aku akan emosi, dan menangis. Tapi setelah kejadian Adelia ini, aku pun jadi bisa lebih kuat, dan mencoba bersikap biasa saja. Aku juga bisa berakting sepertimu kok, Mas."Pa, kenapa wajahnya kok kelihatan panik gitu, sih?" ucapku berlagak bodoh.Mas Hasan kini membawa handhonenya keluar kamar, pastinya dia masih takut aku menanyakan suar wanita itu. Tapi tenang, Mas. Aku tak akan menanyakan hal itu, karena aku sudah tahu kebusukanmu."Ah, nggak apa-apa kok, Ma. Panas aja tadi rasanya di dalam, jadi sekarang aku pindah keluar. Habis ini, langsung di eksekusi itu berliannya, Ma. Jangan sampai diambil orang lain.Jika nanti sudah kita jual kembali, aku ingin jug

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 9

    Kembalilah Ke Asalmu"Hemmm....boleh juga tuh, Ma. Aku sangat setuju sekali. Tahun ini, akan menjadi tahun paling bersejarah dalam hidupku. Karena tepat saat ulang tahunku, kedok Papa malah terbongkar, padahal hal itu mungkin telah ditutupinya selama bertahun-tahun," ucap Fika sembari tersenyum kecut."Maafin ya, Sayang. Kamu harus mendenagar ini semua tepat di hari kelahiranmu. Semoga saja, ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kita ke depannya. Dan membuat hidup kita jauh ñlebih baik lagi ke depannya.Mama yakin, dengan ini nanti kamu akan menjadi seorang wanita yang kuat, yang tak mudah menyerah."Aku pun kemudian memeluk kembali memeluk Fika, karena kutahu, meski terlihat tegar, pasti saat ini hatinya hancur."Aku pasti kuat, Ma. Dan kita akan bareng-bareng melewati ini semua. Dan memulai hidup baru bersama Lio," ucap Fika tersenyum sembari mengurai pelukanku.Di dunia ini, aku memang sudah tak punya siapa-siapa lagi. Karena ibu dan saudara kembarku sudah meninggal saat menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 10

    Memang Buaya DaratTok tok tokk"Assalamualaikum, Nyonya..."Suara panggilan dari Bik Nur terdengar di depan. Dengan sigap, Fika pun langsung membukakan pintu."Yeay! Ma...lihat, aku dibawain oleh-oleh getuk pisang loh sama Bik Nur," ucap Fika girang sambil menunjukkan makanan kesukaanya itu, "makasih banyak ya, Bik!"Bik Nur, memang sudah sejak tiga hari yang lalu, pamit berkunjung ke rumah adiknya yang ada di Kediri. Karena adik satu-satunya itu, sedang menikahkan anaknya.Fika, memang sangat dekat dengan Bik Nur, karena Bik Nur ini sudah bekerja padaku sejak tujuh belas tahun yang lalu, tepatnya bersamaan dengan aku membeli rumah ini. Namun, dulu rumah yang kutempati ini, amat sederhana. Tapi, sepuluh tahun yang lalu, Mas Hasan telah membangunnya menjadi rumah yang mewah.Usia Bik Nur, tak jauh beda denganku, mungkin terpaut lima tahun saja. Karena dia juga amat baik dan penyabar, maka kami sudah mengaggapnya sebagi saudara sendiri."Wah...terima kasih, Bik. Sudah bawain banyak ole

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 11

    Satu Langkah Terlewati"Ma...kok aku jadi makin benci deh sama Papa! Nggak nyangka aku, Papa punya kelakuan serendah itu! Benar-benar kecewa aku!" Fika terlihat amat marah."Sabar, Fik. Bertahun-tahun kita dibohingi, dan kini kita tahu semuanya, segala kebusukan Papa-mu. Bersyukurlah, jika sekarang kita tahu semua ini, sebelum terlambat," ucapku sambil mengelus pundaknya.Memang pantas sekali, jika Fika amat kecewa dan benci dengan Papanya. Karena dia memang bukan anak kecil lagi, yang bisa dibohongi. Entahlah, aku juga tak pernah menyangka, jika Mas Hasan punya kelakuan seburuk itu."Maafkan saya ya, Nyonya. Karena selama ini tak berani mengungkapkan semua. Sekarang Nyonya dan Non Fika harus sabar, insyaallah nanti dibelakang ada kebahagiaan yang lebih besar." Bik Nur pun memberi semangat pada kami."Pasti, Bik, aku percaya itu. Terima kasih ya, karena sudah selalu menjaga kepercayaanku. Sekarang, kami pergi dulu, titip Lio ya. Pintu depan kunci saja, jika ada yang datang, lihat dulu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01

Bab terbaru

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Ending

    Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 179

    Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 178

    Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 177

    Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 176

    Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 175

    Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 174

    Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 173

    Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 172

    Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai

DMCA.com Protection Status