Why Not?

Why Not?

By:  Dera_05  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
16 ratings
29Chapters
5.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Rheyner Aditya Effendi dan Nadira Almira adalah sepasang sahabat yang tumbuh bersama sejak balita. Di akhir masa putih abu-abu Rheyner menyadari kalau ternyata dirinya memiliki rasa sayang sebagai seorang pria pada Nadira. Rheyner menahan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Namun, ia sudah mulai merancang masa depan untuk dilalui bersama Nadira. Rheyner akan menjadikan Nadira ratu dalam kehidupannya kelak. Sayangnya, tidak semua hal berjalan sesuai jalan pikiran Rheyner. Apalagi sejak dirinya mendapatkan beasiswa ke Jepang. Kesalahpahaman kerap menghampiri. “Nggak usah peduli sama aku lagi. Jangan jadi sahabatku lagi. Jangan lagi urusin kehidupanku. Kamu urusin aja hidup kamu. Kita sampai di sini aja. Kalau perlu kita nggak usah saling kenal lagi. Kamu bebas sekarang." Air mata Nadira sudah membanjiri wajah. Ia hempaskan tangan Rheyner. Ego Rheyner tersentil. Amarah menguasai diri. “OKE, GUE NGGAK AKAN PEDULI SAMA LO LAGI! GUE NGGAK MAU JADI SAHABAT LO LAGI!” Nadira segera berlalu dari hadapan Rheyner. Napas Rheyner terengah. Matanya memerah. Kedua tangannya masih terkepal. Pelan tapi pasti cairan bening keluar dari sudut matanya. Apakah semua benar-benar akan berakhir sampai di sini? Apakah pernikahan yang dibayangkan oleh Rheyner tidak akan pernah menjadi nyata?

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Fitrie Amalia Waon
lanjutan sahabat jadi cinta, syuka deh pokoknya
2024-07-21 15:54:28
1
user avatar
Al El Dul
next bab Thor
2022-06-09 23:19:12
2
user avatar
Robby Afrisal
gak di lanjut ini
2022-05-06 10:59:20
2
user avatar
Al Ghozali
sudah tamat kah
2022-04-10 00:10:07
3
user avatar
Chelsada Simanjuntak
RIP story..
2022-03-22 17:30:56
0
user avatar
LASKAR SINGO ID
lanjut cerita nya thor, baru 12 bab masa dah selesai
2022-03-21 12:34:20
0
user avatar
Chelsada Simanjuntak
cerita nya di gantung gitu aja nih kayak perasaan
2022-03-04 16:56:09
0
user avatar
Al El Dul
ga ada niat nulis nih author
2022-02-24 00:45:25
1
user avatar
Ernita Imoet
mana lanjutanny thor...
2022-02-22 10:54:41
1
user avatar
Al Ghozali
nice story, semangat Thor sampai tamat
2022-02-18 00:41:46
1
user avatar
Robby Afrisal
udah tamat kah
2022-02-17 23:01:07
1
user avatar
Al El Dul
lanjut thor
2022-02-17 20:15:36
0
user avatar
Rinie
suka bgt karna ga ada konflik yg trllu berat dan ga bosen bacanya
2022-01-24 01:35:51
0
user avatar
Narkoboy Official
kok belom lanjut2 ceritanya kak
2022-01-10 18:15:02
1
user avatar
karina ika fitri
suka ceritanya, baca mulai yg novel pertama
2021-09-15 07:35:06
2
  • 1
  • 2
29 Chapters

Pembuka

  “Aku bakal panggil kamu ‘Mas’ secara permanen kalo aku jadi istri kamu.” “Benar ya?”  Tawa Nadira malah pecah. “Benar, tapi ‘kan itu nggak mungkin terjadi Rheyn.” Sesuatu dalam dada Rheyner berdesir. Entah mengapa benaknya menolak ucapan Nadira barusan. Bayangan hidup bersama Nadira dalam ikatan pernikahan membuat jantung Rheyner berdentum-dentum. Perasaan macam apa ini?                                    *** “Pa, seandainya someday aku nikah sama Nadira gimana?”
Read more

1. Sebuah Kebersamaan

Nadira berjalan ke arah gerbang fakultas dengan tergesa. Rheyner telah menunggunya sedari tadi. Nadira sama sekali tidak membuka ponsel sejak dua jam setelah kelas terakhirnya usai. Gadis itu sibuk mengerjakan tugas di perpustakaan fakultas. Ternyata Rheyner menjemputnya sejak tadi karena pemuda itu memang tahu jadwal kuliahnya. Bukan salah Nadira juga sebenarnya kalau tidak tahu. Pasalnya mereka memang tidak janjian. Rheyner sedang disibukkan oleh banyak hal.Nadira dan Rheyner adalah sepasang sahabat yang sudah seperti kakak adik. Sejak balita mereka sudah bersama. Rumah mereka pun berhadapan dan hanya terpisahkan jalan selebar lima meter.Semenjak masuk kuliah kesibukan Rheyner semakin menjadi-jadi, padahal pemuda itu tidak lagi mengajar karate. Sudah berkurang satu kegiatan. Namun, Rheyner masih sibuk mengurus usaha ini-itu. Ia mulai fokus dengan proyeknya
Read more

2. Rheyner Wisuda

Keluarga Rheyner dan Nadira kembali ke rumah setelah acara wisuda di kampus Rheyner berakhir. Rheyner sempat berkumpul dengan teman-teman akrabnya sebentar sebelum ikut pulang. Keluarga Rheyner dan Nadira akan melakukan foto keluarga di rumah. Tentu saja Bima—adik pertama Rheyner—yang akan menjadi fotografernya. Setelah foto bersama mereka akan syukuran kecil-kecilan untuk merayakan kelulusan Rheyner.Hari ini sebenarnya bukan hari libur untuk anak sekolah, tetapi Adiguna Effendi mengizinkan Bima dan Fian untuk membolos. Rendra—ayah Nadira—pun mengambil jatah liburnya dua hari lebih cepat demi bisa menghadiri kelulusan Rheyner.Foto resmi dilakukan di dalam rumah. Bima dan Shinta Effendi sudah menata sedemikian rupa kemarin. Latar foto terlihat sama seperti di studio. Hasil foto pun tak perlu diragukan mengingat peralatan fotografi Bima
Read more

3. Kepergian

Suara gemuruh hujan masih menyambangi gendang telinga Nadira. Ia mengangkat nampan yang berisi 8 cangkir teh panas menuju ruang keluarga di vila keluarga Rheyner. Keluarganya dan keluarga Rheyner baru saja tiba sebelum hujan deras mengguyur daerah puncak. Sebenarnya Nadira heran karena mereka tiba-tiba saja pergi berlibur, padahal bukan musim liburan dan tidak sedang dalam perayaan apa pun. Wisuda Rheyner sudah sebulan berlalu, lagi pula sudah dirayakan di rumah.Ketika Nadira masuk ke ruang keluarga, atmosfir di sana terasa berbeda dengan sebelum ia ke dapur. Orang tua Rheyner masih belum ada di sana. Namun, tadi Nadira samar-samar mendengar perbincangan yang berakhir begitu ia sampai. Semua bungkam, keadaan senyap. Tanda tanya di benak Nadira semakin besar.“Kok tiba-tiba pada diam sih?” Nadira meletakkan nampan di atas meja dan langsung menurunka
Read more

4. Masa Berjauhan

Setelah mengantar Rheyner ke bandara, Nadira segera memblokir semua kontak Rheyner. Ia takut tiba-tiba menghubungi Rheyner dan meminta pemuda itu pulang. Ini pertama kalinya mereka akan berjauhan. Nadira belum tahu rasanya berjauhan lama dengan Rheyner.Nadira menahan air mata yang sudah mengintip di sudut mata agar tidak terjatuh. Sejak dulu memang dia cenderung cengeng. Namun, kali ini Nadira mencoba untuk tegar. Tidak ada Rheyner yang menghiburnya. Lagi pula Nadira juga tidak pantas menangisi kepergian Rheyner. Rheyner pergi untuk mengejar cita-citanya. Apa haknya melarang Rhyener? Bukankah ini waktu yang pas untuk belajar hidup mandiri tanpa Rheyner?Nadira menghela napas. Dia yakin akan melewati hari-hari yang akan datang dengan lebih ceria. Mungkin sebaiknya mulai besok ia menyibukkan diri agar tidak memiliki kesempatan untuk memikirkan Rheyner.
Read more

5. Perputaran Waktu

Waktu melakukan tugasnya dengan baik. Selalu berputar, tetapi tak mengizinkan pengulangan keadaan. Secara tidak langsung manusia dituntut menerima dan mengikuti ritmenya. Bagi Rheyner pergerakan waktu terasa sangat lambat. Banyak hal yang telah ia lakukan, tetapi ia merasa belum banyak hari terlampaui. Padahal kenyataannya sudah 1,5 tahun terlewati. Waktu 1,5 tahun ini adalah saat-saat terberat bagi Rheyner. Ia berada jauh dari keluarga, dari sahabat-sahabatnya, dan terutama dari gadis yang disayanginya. Rheyner juga harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Enam bulan pertama ia harus belajar bahasa Jepang—meski kuliahnya menggunakan bahasa Inggris, mengejar ketertinggalan materi, menyamakan ritme belajar, dan masih banyak hal yang harus ia sesuaikan. Namun, Rheyner mencoba untuk menikmati semua itu. Terlebih berkat semua kesibukan tersebut bisa membuat Rheyner abai dengan rindu yang mendera.
Read more

6. Pulang Sebentar

Semua berjalan sesuai dengan perhitungan Rheyner. Dua hari yang lalu ia baru saja sidang untuk gelar S-2-nya di Tokyo Institute of Technology atau sering disebut Tokodai. Rencananya, dua minggu lagi Rheyner akan pulang ke Indonesia. Rheyner membuka website pembelian tiket pesawat via online. Selesai melakukan transaksi, Rheyner keluar dari kamar untuk mencari makanan. Shinar sedang kuliah sehingga Rheyner berada di apartemen sendiri.Ponsel di atas meja makan berbunyi secara beruntun menandakan banyak pesan masuk. Rheyner terus mengunyah makanannya sembari menunggu nada pesan berhenti berbunyi. Sekon kelima belas barulah ponselnya senyap. Namun, Rheyner belum kunjung menyentuh. Mungki
Read more

7. Pulang Sebentar (2)

Subuh tadi turun hujan. Tidak lama, tetapi meninggalkan mendung berkepanjangan. Rheyner baru saja mengantarkan adik bungsunya ke sekolah. Sedikit aneh bagi Rheyner karena adiknya sudah duduk di kelas 7 dan sebentar lagi naik ke kelas 8. Padahal rasanya baru kemarin Rheyner mengantarkannya ke sekolah dasar. Time flies. Mungkin setelah ini Fian tidak akan mau diantar-jemput.Rheyner memasuki rumah Nadira dengan senyum cerah. Senyumnya kontras sekali dengan cuaca pagi ini. Rheyner melihat Rendra membaca koran di ruang keluarga ditemani Dewi. Rheyner menyapa keduanya.“Mau ibu bikinin kopi, Nak?” tawar Dewi.“Nggak usah, Bu. Tadi udah ngopi. Lagian nanti kalau mau Rhey bikin sendiri. Kayak siapa aja sih, Bu, segala d
Read more

8. Waktu yang Dianggap Tepat

Rheyner tersentak. Tiba-tiba ingatannya pulih. Tadi bukankah ia akan menemui Nadira? Rheyner pun segera mematikan laptop. Ia segera keluar dari kamar. Memang begitu makan malam usai Rheyner langsung masuk ke kamar. Sesampainya di anak tangga terakhir Rheyner berpapasan dengan Shinta. Rheyner hanya berpamitan pada Shinta. Ia abaikan papa dan kedua adiknya yang masih di ruang keluarga.Anak sulung dari pemilik perusahaan properti cukup ternama tersebut berlari kecil menuju rumah di seberang jalan. Rheyner mengetuk pintu utama rumah sekali sebelum mendorong pintu itu agar terbuka. Ia ulukkan salam sembari melangkahkan kaki masuk lebih dalam. Terdengar jawaban salam dari ruang keluarga. Rheyner percepat langkahnya ke sana.“Rhey, ada apa?” tanya Rendra yang sedang menonton berita di salah satu televisi swasta.
Read more

9. Kembali LDR

“Kenapa cepat banget, sih.”Itu adalah keluhan yang entah sudah berapa kali Nadira lontarkan. Rheyner hanya akan mengusap kepala Nadira sebagai balasan. Sesungguhnya itu juga menjadi keluhan Rheyner.“Kamu benaran cuma mau dibawain kue satu jenis aja?” tanya Nadira yang sibuk memasukkan nastar ke stoples berukuran lumayan besar.“Hm. Nanti lo repot bikinnya kalau banyak-banyak.”“Enggak apa-apa, Rheyn.”“Udah segitu aja.” Dagu Rheyner menunjuk stoples di tangan Nadira.“Yakin cuma satu stoples? Enggak kurang?” tanya Nadira lagi.“Yakin,” tegas Rheyner.
Read more
DMCA.com Protection Status