Di tengah kemewahan kehidupan bangsawan, Lady Cleo Austin dijodohkan dengan Duke Muda Sander Dorian, seorang bangsawan yang dihormati dan sahabat dekat Pangeran Mahkota Alden. Pernikahan mereka tampak sempurna, namun ada rahasia yang tersembunyi: Pangeran Alden diam-diam mencintai Lady Cleo. Di sisi lain, Putri Mahkota Zelda, istri Pangeran Alden, juga menyimpan rasa cemburu yang mendalam terhadap Lady Cleo. Desakan keluarga dan tekanan politik membuat Zelda merencanakan balas dendam keji yang mengancam kebahagiaan Lady Cleo dan Duke Muda Sander. Ketika sebuah skandal memalukan terjadi di Dorian Manor, kehidupan Cleo dan Sander terbalik. Skandal itu melibatkan seorang pelayan yang mengaku hamil anak Duke Muda Sander. Lady Cleo yang patah hati harus berhadapan dengan pilihan sulit: mempertahankan pernikahannya atau membiarkan diri hancur oleh intrik politik yang lebih dalam daripada yang ia bayangkan.
Lihat lebih banyak…..“Lady Austin,” sapa seorang pria paruh baya dengan tongkat kayu yang menghampiri tempat Cleo bersama istrinya. “Kita bertemu lagi.”Cleo mengangguk sopan. “Baron Abellard.”“Di pertemuan pertama kita, saya sedang terburu-buru. Maaf jika sikap saya kepada Anda terkesan dingin,” ujarnya ingin dimaklumi.“Oh, tidak sama sekali. Waktu Anda terlalu berharga untuk disia-siakan.”Istri Baron Abellard, seorang wanita anggun dengan gaun lavender dan rambut yang digelung sederhana—tersenyum malu-malu sembari memandangi Cleo. Kulitnya yang berkeriput halus siang ini tampak tertutupi lapisan bedak tipis dan perona pipi, membuat tampilannya lebih segar.“Lady Austin, izinkan saya memperkenalkan istri saya, Ariana,” ujar Baron Abellard. “Pesta ini adalah acara sosial pertamanya setelah sekian lama beristirahat.”Ariana mengangguk sopan. Suaranya halus saat berbicara, “Saya sempat menarik diri dari banyak kegiatan sosial setelah kelahiran anak bungsu kami. Senang bisa berjumpa dengan Anda, Lady
…..Hari baru saja berganti. Istana Elinor dipenuhi suara langkah tergesa dan teriakan pelayan yang bersahutan dari satu lorong ke lorong lain. Kain-kain mewah dibentangkan, karpet merah dibersihkan hingga bersinar, bunga segar dikirim dalam jumlah tak terhitung ke aula yang menjadi tempat resepsi. Di dapur, aroma manis dan gurih bercampur menjadi satu—puluhan juru masak sibuk mempersiapkan jamuan kenegaraan yang harus sempurna hingga gigitan terakhir.Sementara itu, para pejabat tinggi dan tamu undangan dari berbagai kerajaan mulai berdatangan. Mereka membawa rombongan masing-masing, menyulut percakapan hangat bercampur bisik-bisik politik di sela senyuman diplomatik. Di istana Dahlia, keributan mencapai puncaknya di kamar pengantin wanita. Zelda Adler, sang calon putri mahkota, berjalan mondar-mandir dengan gaun pengantin dan tudung tille menutupi kepala.“Tolong periksa lagi!” serunya panik, membuat dua pelayannya saling menatap ngeri. “Aku tidak akan membiarkan satu pun lipatan be
…..Di sisi barat Ibu Kota, jauh dari pusat perdagangan dan kawasan industri yang mulai padat, berdiri sebuah mansion bergaya klasik dalam kesunyian yang elegan. Dikelilingi pepohonan mapel dan taman kecil yang selalu terawat, bangunan bercat putih gading itu adalah kediaman resmi keluarga Dorian setiap kali mereka berkunjung ke Elinor. Lokasinya sengaja dipilih di daerah pinggiran—bukan karena kemewahan, melainkan demi udara bersih dan ketenangan yang sulit didapat di pusat kota.Rombongan kereta kuda berhenti di depan gerbang besi tempa yang dihiasi lambang keluarga. Cleo memandangi rumah besar itu dengan mata berbinar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali menginjakkan kakinya di Ibu Kota. Kini ia kembali sebagai bagian dari Keluarga Dorian—sebuah perubahan yang terasa seperti potongan mimpi yang entah dari kapan menjadi nyata.Sander berdiri di samping Cleo, tampak sedikit lelah setelah mengatur semua persiapan perjalanan dan kedatangan mereka. Ia telah memeriksa setiap sudut ruma
…..Untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun membatasi diri karena kondisi kesehatan yang memburuk, Madam Victoria memutuskan untuk keluar dari kamar. Kejutan manis ini tentunya membahagiakan semua penghuni Dorian Manor. Tak seorang pun mengira, sesuatu yang gaib telah membisiki wanita itu. Sebuah bisikan gaib yang memberikan petunjuk bahwa mungkin waktunya di dunia sudah tidak lama lagi. Menyadari mungkin ini kesempatan terakhirnya menyenangkan hati semua orang, Madam Victoria ingin menghabiskan sisa waktunya bersama keluarga terkasih.“Pegang erat tanganku, jangan dilepaskan,” ujar Duke Adam yang tengah memapah istrinya menuruni anak tangga.Merasa tubuhnya sudah jauh lebih sehat dan kuat, Madam Victoria mengatakan jika ia sudah tidak membutuhkan kursi roda lagi. Madam juga berusaha keras meyakinkan para pelayan yang khawatir sepanjang waktu bahwa ia mampu berjalan-jalan tanpa perlu bantuan. Namun, Duke Adam menolak keras ide tersebut.“Sejak kapan Anda menjadi setua ini, Lord?
…..Semalaman Zelda panas dingin karena Abby. Bukannya tidak percaya James, wanita itu hanya khawatir kepala pelayannya akan melaporkan masalah asal-usul gadis lusuh yang dipungutnya dari jalan itu kepada Duke Simon. Meskipun James sudah bersumpah akan tutup mulut, pemilik Sky Hall tetaplah ayahnya.“Milady, kereta kerajaan menunggu di halaman depan,” lapor Lyn, pelayan pribadi Zelda. “Saya akan mengangkut barang-barang Anda keluar.”Tingga sisa sebulan saja. Zelda menunggu hari di mana ia akan melepas status lajangnya dan menikah dengan Pangeran Alden. Tradisi di hampir semua kerajaan di Benua Utama, calon pengantin wanita biasanya akan hidup seatap dengan keluarga calon suaminya—tentu saja di bawah pengawasan ketat. Tujuan dari tradisi ini adalah tak lain untuk mempermudah persiapan acara pernikahan mereka. Dan hari ini, tibahlah momen yang telah lama ditunggu-tunggu Zelda. Pangeran Alden dijadwalkan datang menjemputnya untuk membawanya ke istana.“Di mana Yang Mulia?” tanya Zelda p
…..Sepulangnya dari agenda di istana, Zelda memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang baca selagi menunggu Duke Simon kembali dari urusan parlemen. Ketika tengah mencari-cari toples permen yang biasa disimpan dalam laci meja, perhatian wanita itu teralihkan pada kehadiran amplop cokelat asing yang tergeletak di atas meja belajar.“James, ini dokumen siapa?” tanya Zelda sembari menunjuk benda yang dimaksud. “Mungkinkah pekerjaan lain dari ayah untukku?”Si kepala pelayan Sky Hall menggeleng cepat. “Itu informasi yang Anda minta carikan beberapa minggu yang lalu, Milady.”“Yang aku minta? Ah… tentang gadis lusuh yang aku pungut dari jalanan kemarin ya?” ujar Zelda, perlahan mengingatnya. Setelah memasukkan Abby ke rumah, Zelda sengaja memerintahkan kepala pelayan untuk menyelidiki identitas tukang cuci barunya. Ia tidak ingin tempat tinggalnya dipenuhi orang-orang bermasalah, atau yang paling parah, kriminal dalam pelarian.“Benar, Milady.”“Kenapa lama sekali? Untuk mengumpulkan
…..Udara di pelabuhan Dorian selalu dipenuhi aroma garam dan kayu basah. Riuh suara buruh angkut yang bekerja menggerakkan peti-peti besar bercampur dengan teriakan awak kapal yang sibuk mengatur layar dan tali tambat. Lautan membentang luas dengan kapal-kapal niaga berjajar di dermaga, lambang kekuatan perdagangan Dorian yang tak tertandingi di pesisir selatan.Di antara kesibukan itu, Sander Dorian berdiri tegap di ujung dermaga dengan tangan terlipat di depan dada. Seragamnya yang sederhana dan rapi menunjukkan kedisiplinannya sebagai Duke Muda sekaligus wakil Duke Adam dalam urusan perdagangan. Mata rubinya tajam mengawasi para pekerja yang mengangkut peti-peti berisi pedang dan perisai. Beberapa peti ditandai dengan lambang Kerajaan Elinor—seekor singa berjubah emas yang mengaum angkuh di atas perisai biru.Tak jauh dari Sander, Alden berdiri dengan sikap santai. Jubah kebesarannya berkibar tertiup angin laut, rambut pirangnya yang terawat berkilauan di bawah sinar matahari pagi
…..Hamparan rumput menguning terbentang luas di taman Panti Asuhan Miracle, berpayung awan-awan putih yang menggumpal ringan bagaikan permen kapas. Wangi manis dan pedas bunga krisan semerbak mengarungi udara, bersama dedaunan layu yang bergoyang lembut diterpa angin musim gugur. Suara tawa anak-anak mengalun riang, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan hati para tamu di pesta kebun tahunan Badan Amal Dorian.Cleo berdiri di tengah-tengah taman, mengenakan gaun berwarna hijau yang membingkai anggun siluetnya. Rambut cokelat tuanya tersisir rapi, dihiasi ornamen perak. Senyum wanita itu mengembang lebar ketika seorang anak perempuan bermata bulat besar menarik ujung gaunnya."Nyonya, Anda sangat cantik seperti peri hutan!" seru si gadis kecil penuh kekaguman.Cleo tertawa ringan, berjongkok untuk menyamai tingginya. "Oh, kalau begitu kau peri lucu dari negeri ajaib, ya?"Si gadis kecil mengangguk cepat dengan pipi memerah, membuat beberapa temannya ikut mendekat karena penasara
…..Cleo menyusuri koridor panjang manor, mengikuti seorang wanita tua cakap yang telah lama mengabdi pada Keluarga Dorian. Ruangan-ruangan di banguna utama terasa lebih sunyi dibandingkan bagian lain kediaman megah itu. Cahaya matahari pagi menyelinap melalui tirai renda yang setengah terbuka, menciptakan bayangan lembut di lantai marmernya."Hari ini, Anda akan menemani Madam Victoria berkegiatan," ujar pelayan itu dengan nada hormat. "Beliau sudah menunggu di kamar."Cleo mengangguk, lalu membetulkan lipatan gaunnya sebelum memasuki kamar besar tempat Duchess Dorian menghabiskan sebagian besar harinya.Ketika pintu terbuka, Cleo disambut oleh pemandangan kamar yang elegan bernuansa hangat. Dindingnya kosong tanpa hiasan, menjadi latar belakang kursi roda dengan bantalan lembut yang diletakkan di dekat jendela besar. Di salah satu sudut ruangan, terdapat meja kecil tempat peralatan menyilam tergeletak.Seorang wanita tua duduk tenang di pinggir ranjang. Rambut peraknya tertata rapi,
Pendahuluan.Di tengah panasnya musim kering yang merayapi seluruh wilayah Austin, angin dari selatan membawakan kesunyian yang menyesakkan dada. Ladang-ladang tandus dan tanah yang merekah menjadi saksi bisu kegagalan panen yang telah melumpuhkan banyak keluarga. Kelaparan mulai menghantui setiap rumah, sedikit demi sedikit mengikis harapan yang tersisa.Sebuah kereta kuda melaju menuju Austin Grange dengan kecepatan yang tak biasa. Di dalamnya, Duke Adam Dorian merenung dalam keheningan. Tawaran bantuan pangan yang baru saja ia berikan kepada Marquess William Austin bukan hanya soal kemanusiaan, melainkan tanda persahabatan yang telah terjalin lebih dari jumlah tahun yang bisa dihitung jari. Mereka memulai kisah persahabatan ini ketika berdiri tak gentar di medan perang, bersama-sama membela tanah air mereka dari invasi musuh."Duke Adam," suara Marquess William Austin terdengar lemah tetapi penuh tekad, "Bukan hanya nyawa saya yang Anda selamatkan. Anda juga menyelamatkan banyak nya...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen