…..
Selepas menyampaikan niat baik keluarganya, Marquess William diam-diam menghadiahkan Sander foto kelulusan Cleo Austin supaya pria itu tahu seperti apa paras putrinya. Ketika pertemuan di aula Akademi Kerajaan terjadi, bukan hal mengherankan jika Sander langsung menyadari bahwa salah satu wanita yang ia temui adalah calon tunangannya.
“Dibandingkan foto, wujud nyatanya jauh lebih cantik,” puji Sander sambil memandangi foto Cleo yang tersimpan di jam saku.
Suara ketukan dari arah pintu mengejutkan Sander. Pria itu buru-buru menyimpan jamnya ke laci meja belajar. Setelah merapikan diri, ia bergegas memeriksa tamu yang datang berkunjung. Saat pintu dibuka, terlihat seorang pelayan asrama telah menunggu.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Surat untuk Anda, Lord Sander.”
“Terima kasih.”
Meski tak kentara, air muka Sander berubah cerah begitu menemukan nama Cleo Brisena Austin. Tak berniat membuang waktunya lebih lama lagi, Sander membuka segel surat tersebut. Ia berharap Cleo membawakannya berita baik.
“Dia menerimaku,” seru Sander, sontak bernapas lega. “Syukurlah. Aku tidak mengecewakan ayah.”
Perjodohan Sander dengan Cleo adalah keinginan pribadi Duke Adam Dorian. Menurut beliau, pasangan Sander haruslah wanita dari keluarga pendukung setia Keluarga Dorian. Duke tidak ingin orang luar ikut campur urusan dukedom, apalagi memanfaatkan posisi Sander sebagai penerus tampuk kepemimpinan, entah untuk kepentingan pribadi ataupun golongan.
Keluarga Austin yang keturunannya dikenal cerdas dan terdidik, lalu ditambah fakta bahwa mereka sudah mengabdi lama kepada Keluarga Dorian dinilai cukup memenuhi kualifikasi Duke Adam. Fakta umur Cleo yang lebih tua lima tahun dari Sander pun tidak jadi halangan.
Sander melipat surat balasan Cleo dengan hati-hati. Senyuman samar masih terulas di bibirnya. Saat hendak menyimpan surat itu ke laci, wangi bunga mawar tak sengaja tercium. Ia berhenti sejenak, mengangkat surat tersebut, menghirupnya ragu.
Sang Duke Muda termenung, menyadari bahwa wangi ini mirip aroma parfum yang ia cium saat pertama kali bertemu Cleo di sekolah. Sudut bibirnya kini melengkung lebih lebar, tak disangka merasa tergoda.
Sander menatap surat itu lama, menyusuri kembali setiap baris tulisan tangannya. Kata-kata yang sopan, terasa hangat dan akrab. Wangi mawar itu menyempurnakan sentuhan personal yang membuat Sander merasa semakin dekat dengan sosok yang sebelumnya hanya diketahui lewat selembar foto.
“Cleo dan mawar, mereka cocok,” gumam Sander. Pria itu menyandarkan punggung ke kursi, menatap langit-langit kamar dalam keheningan. “Aku harus berterima kasih kepada ayah.”
Suara pintu yang dibuka kasar menyentakkan Sander. Ia geleng-geleng kepala, pasrah ketika mengetahui siapa pelakunya. Alden dengan segala tingkah laku liarnya, masuk ke kamar Sander tanpa mengucapkan permisi.
“Aku mengganggumu?” tanya Alden saat menemukan kawannya duduk santai di meja belajar. “Kalau iya, aku keluar lagi.”
“Sudahlah, Yang Mulia.” Sander bergegas menyimpan surat Cleo ke laci, menguncinya cepat. “Masalah apa lagi yang sedang Anda kerjakan?”
Alden melemparkan tubuhnya ke ranjang Sander. Pria itu tertawa melihat reaksinya yang sesuai prediksi. “Berteman denganku membuatku hidupmu tidak pernah tenang, ya Sander? Kalau begini terus, lama-lama kau bisa mati muda karena darah tinggi.”
Ujian kelulusan—cobaan terberat siswa tahun akhir telah lama berlalu. Kebanyakan teman-teman angkatan mereka memilih pulang ke rumah, menunggu pengumuman nilai ujian akhir bersama keluarga. Sander yang notabennya bukan warga asli Ibu Kota menganggap pilihan menetap di asrama sampai acara kelulusan jauh lebih efesien dibandingkan kembali ke Dorian.
Pria itu sedikit menyesali keputusannya setelah mengetahui sahabatnya—Alden, senang menganggu dengan mengajaknya menghabiskan waktu untuk hal-hal tak berguna.
“Minggu depan Carl keluar dari asrama, kan?” tanya Alden kepada Sander. “Kudengar, tanggal pernikahannya dipercepat. Dia juga bilang tidak bisa menghadiri pestaku.”
“Carl ingin menyelesaikan semua urusan di rumah sebelum berangkat menggantikan Duke Leander berjaga di perbatasan utara.” Sander memutar kursi agar tidak membelakangi Alden. “Anak itu sudah berpamitan?”
Alden mengangguk. “Tadi aku menyapanya di lapangan.”
“Anda terlihat sedih.”
“Mau bagaimana lagi. Waktu muda kita berjalan begitu cepat. Terkadang aku gelisah memikirkan masa depanku sendiri.”
Alden, Sander dan Carl, peran mereka di masyarakat telah ditentukan sejak mereka dilahirkan ke dunia. Setelah keluar dari Akademi Kerjaan, sudah tugas mereka untuk menjalankan perannya masing-masing, tidak peduli siap atau tidak. Peran yang dimaksud adalah peran mereka sebagai raja Kerajaan Elinor, sebagai duke dari Dorian Dukedom, sebagai duke dari Leander Dukedom. Seiring berjalannya waktu, dipisahkan jarak dan kewajiban, kehangatan pertemanan mereka bisa dipastikan memudar mengikuti tata aturan yang berlaku.
Sander menyilangkan kedua tangan di dada, menyadari ekspresi murung Alden meluruh, digantikan senyum menjengkelkan biasanya. Perubahan suasana hati yang sangat mencolok itu membuat Sander heran. Jangan-jangan sahabatnya memiliki gangguan mental?
“Siang ini aku bertemu Cleo,” ujar Alden girang.
Mendengar nama Cleo, Sander merasakan dadanya yang mengencang. Ia kurang suka dengan cara akrab Alden menyebutkan namanya. “Di mana Anda bertemu Lady Austin?”
“Di butik La Belle Epoque,” jawab Alden sambil duduk tegak. Pria itu kelihatan tidak sabar, ingin menjelaskan secara detail pertemuan tersebut.
“Oh begitu. Dunia ini memang sempit.”
“Aku pergi ke butik, memesan pakaian yang akan kuhadiahkan kepada beberapa wanita kenalanku. Dan kau tahu, ternyata Cleo sedang berbelanja di sana.”
“Lalu, apa yang terjadi?”
Alden melanjutkan dengan semangat menggebu-gebu. “Keanggunan dan pembawaannya berhasil mengalihkan jiwaku. Jangan lupakan wangi mawar yang selalu mengiringi ke mana pun dia melangkah.”
Wajah Sander tegang, matanya sedikit menyipit hingga membentuk bulan sabit. Mawar. Wangi itu lagi. Cerita Alden seolah mempertegas bayangan Lady Austin yang memenuhi pikirannya sepanjang hari. “Apa yang Anda lakukan?”
“Aku mengajaknya ke toko kue. Awalnya dia tampak ragu, tetapi pada akhirnya dia setuju. Kami mengobrol banyak, dan aku harus bilang, berbincang-bincang dengannya terasa menyenangkan. Dia memiliki cara bicara yang cerdas, terbuka terhadap segala hal.”
Sander mengamati sahabatnya dengan seksama. Cara Alden menceritakan kisahnya bersama Cleo terasa tidak asing. Benar. Alden selalu kegirangan setiap kali menemukan target baru untuk kesenangannya. Perasaan khawatir sontak menggenangi benak Sander. Alden memang hobi menggoda wanita, dan kebanyakan dari mereka menikmati perhatian yang diberikan Alden. Sander tidak ingin calon tunangannya menjadi bagian dari salah satu keisengan masa muda sang sahabat.
“Apa tujuan Anda mendekati Lady Austin, Yang Mulia?” tanya Sander tak lagi menahan diri.
Alden menoleh, menatap Sander dengan alis terangkat. “Kau membuatku terdengar seperti seorang penjahat kelamin, Sander.”
“Saya ingin memastikan bahwa Anda tidak membuat masalah lagi,” balas Sander tanpa basa-basi.
Alden tertawa kecil, tidak ada niatan buruk. “Aku menghargainya, Sander. Tetapi jangan khawatirkan Cleo, dia bukan wanita biasa. Berdasarkan penilaianku, Cleo memiliki kepribadian yang sulit ditaklukan. Sepanjang percakapan, meski selalu antusias menanggapi ceritaku, aku menyadari jika Cleo secara sadar membangun batasan di antara kami.”
Penjelasan Alden tidak serta merta melegakan kegelisahan di hati Sander. Ia tahu, Alden sering bertindak spontan tanpa memikirkan konsekuensi dari permainannya. “Saya tetap khawatir. Jika kabar ini sampai ke telinga para penggemar Anda, mereka yang pendek akal akan berbondong-bondong merundung Lady Austin.”
“Hahaha, astaga Sander. Aku tahu hatimu lembut, tapi otak kreatifmu jago sekali mengarang cerita gila.”
Sander memalingkan wajah, menyembunyikan ekspresi cemas yang mulai menyeruak ke permukaan. Pria itu bangkit dari kursi, melangkah ke jendela, memandangi langit sore yang terlihat memerah. Tak kunjung mendapatkan ketenangan yang dicari, Sander menghela napas panjang, tangannya secara refleks meremas tepian jendela.
“Sander?” Suara Alden memecah keheningan sore itu. “Kau mendengarkanku?”
“Ya?”
“Kau terlalu serius belakangan ini,” Alden berkomentar sambil merenggangkan tubuhnya di atas ranjang. “Oh ya, nanti malam senggang?”
“Jam tujuh saya diminta menghadiri pertemuan siswa tingkat empat angkatan akhir. Anda juga diundang, bukan?”
“Ayolah, kawan,” suara menjengkelkan Alden kembali memenuhi ruangan. “Perkumpulan itu hanya buang-buang waktu. Sebentar lagi kita lulus. Apa gunanya membicarakan masa depan dengan orang-orang yang jelas akan sibuk sendiri?”
“Perkumpulan itu penting. Kita bisa saling bertukar informasi dan strategi,” jawab Sander tegas, mempertahankan pendirian. “Dan seperti yang Anda katakan, sebentar lagi kita semua lulus. Artinya, tidak ada waktu lagi untuk bermain-main.”
Alden mendecakkan lidah, bangkit dari ranjang dengan gerakan malas. Ia berjalan mendekati Sander sambil mengibaskan tangan, seakan argumen Sander tidak berarti apa-apa. “Dengar, malam ini aku punya janji kencan dengan Lady Violet. Dia siswa baru di tingkat tiga. Aku berencana mengajaknya nonton opera. Karena aku teman yang baik, aku mengajakmu ikut denganku.”
Sander menatap Alden skeptis. “Anda serius?”
Alden mengangkat bahu. “Tentu saja.”
“Yang Mulia,” suara Sander penuh penekanan. “Saya mempunyai kewajiban lain malam ini. Undangan pertemuan siswa bukan sesuatu yang bisa saya abaikan begitu saja.”
Alden mengerutkan kening, tertawa mengejek. “Kau tidak bosan dengan segala formalitas dan diskusi kaku itu, Sander? Apa salahnya melewatkan satu malam, menikmati sedikit kebebasan?”
“Saya menolak tawaran Anda.”
Sang pengeran mendekati Sander, menepuk santai bahu sahabatnya. “Terkadang aku benar-benar tidak mengerti dirimu, kawan. Namun baiklah, aku tidak akan memaksa. Kalau kau berubah pikiran, temui kami di depan gedung budaya jam delapan.”
…..
…..Menggantikan tugas ibunya yang telah meninggal dunia, menjadi rutinitas bulanan Zelda Adler, mengadakan acara minum teh meriah di Sky Hall. Tujuan acara tersebut tidak lain adalah untuk bersosialisasi dan menegaskan posisi tingginya di dunia sosialita. Ia mengundang beberapa wanita dari keluarga bereputasi baik, termasuk di antaranya Lady Cleo dari Keluarga Austin.“Oh Tuhan, ini cantik sekali,” seru Cleo setibanya di tempat acara.“Kemarin tukang kebun memberitahuku, taman belakang mansion sedang dipenuhi Bunga Candytuft liar,” jelas Zelda. “Rugi membiarkan mereka mati tak terurus, jadi aku manfaatkan sebagai dekorasi tambahan.”“Musim panas memang waktu bagi Bunga Candytuft bermekaran.” Cleo memetik setangkai bunga berwarna putih, mengendus harumnya.Zelda menyapukan pandangan ke sekitar, memantau para tamu menikmati sajian mewah sembari berbincang santai di tengah keindahan taman. “Aku lega semua orang menyukainya. Tidak sia-sia usahaku memindakan meja besar dan belasan kursi k
…..Usai berpamitan dengan sang tuan acara, Cleo menaiki kereta kuda sewaan untuk pulang ke penginapan. Membiarkan kepalanya bersandar pada jendela, di sepajang jalan wanita itu termenung memikirkan nasibnya. Ia sangat menyukai pesta, tetapi pada kenyataannya, bersosialisasi menguras banyak energi. Selain pandai merayu, keramahan palsu adalah kemampuan yang harus dimiliki setiap wanita.Kusir memelankan laju kuda, menghentikan kendaraan mereka tepat di depan bangunan penginapan. Cleo bergegas turun, lalu mengucapkan salam perpisahan. Sesampainya di ruang tengah, ia melihat Dory telah menunggunya di sana.“Hadiah dari siapa, Dory?” tanya Cleo begitu menerima buket besar bunga mawar merah yang dirangkai cantik. “Bunganya masih segar, pasti baru diantar.”“Hadiah dari Duke Muda Dorian, Milady.”Pipi Cleo pelan-pelan merona. Hatinya ikut berbunga-bunga sehingga rasa resah dan lelah yang dibawanya pulang seketika sirna. “Beliau yang mengantarkannya sendiri?”Dory menggeleng cepat. “Kurir y
…..Dua pria bertampang sangar yang menjaga The Amour House mempersilakan pelanggan kesayangan bos mereka masuk. Mengetahui sumber uangnya telah datang, Madam Rosseti selaku pemilik rumah bordil itu tanpa ragu meninggalkan tamu yang sedang dilayani untuk memberikan sambutan meriah. Sesampainya di serambi, dahi wanita tua yang kesehariannya selalu tertutup bedak tebal justru berkerut sempurna ketika mendapati tampang lesu pangeran.“Astaga! Manusia mana yang tega membuat Anda bersedih hati seperti ini.”Alden melepaskan tawa hambar, berharap kelesuannya sedikit memudar. “Di mana yang lain?” tanya Alden sembari menyugar rambutnya menggunakan jemari tangan, matanya bergerak gelisah memeriksa sekeliling ruangan. “Mereka belum datang, Madam?”“Oh, teman-teman minum Anda?” tanya Madam Rosseti memastikan. Bukan Sander ataupun Carl, teman-teman yang dicari Alden adalah para bangsawan muda nakal kenalannya, yang biasa menghabiskan waktu senggang di tempat ini. “Sudah di sini sejak sore.”“Raji
…..Rutinitas Alden di istana selain membantu menyelesaikan tugas administrasi kerajaan adalah menemani sang ibu, Ratu Shopie di ruang bersantai. Wanita nomor satu di Elinor itu sangat hobi menyulam. Keahliannya telah diakui oleh para bangsawan wanita. Sapu tangan hasil sulamannya dikatakan menjadi hadiah langka yang ditunggu-tunggu. Saking indah dan berkelasnya sulaman Ratu Shopie, Raja Edward sendiri mengizinkan istrinya menghiasi jubah kebesaran raja-raja Elinor dengan sulamannya.“Semalam kau pulang jam berapa, Nak?” tanya Ratu Shopie. Mata birunya yang cemerlang mengikuti gerakan tangannya yang lihai memainkan jarum dan benang. “Aku mulai risau dengan lingkungan pertemananmu.”Alden memanggil pelayan, meminta dibawakan teh baru karena tehnya sudah dingin. “Yang Mulia, pernahkah saya mengecewakan Anda? Saya selalu menjaga diri saya dengan baik. Buktinya, sejauh ini saya belum pernah menghamili wanita yang saya kencani.”“Dasar anak nakal,” seru Ratu Shopie, pusing menghadapi tingk
…..Khawatir hasil tangannya mengecewakan Sander, Cleo sengaja mendatangkan penata rias handal bernama Oskar ke penginapan, kendati harus membayar lebih jika dibandingkan berkunjung langsung ke salon. Setelah berbagai persiapan dan proses merias diri yang panjang, tangan ajaib pria yang lebih senang dipanggil Madam itu sukses menyulap Cleo menjadi sosok Dewi Aphrodite yang menawan.“Dari butik manakah kau menyewa gaun ini, Sayang?” tanya Oskar yang penasaran dengan asal muasal gaun merah marun Cleo. “Pasti harganya selangit. Kau tahu, bulu kudukku merinding ketika menyentuhnya.”Cleo tertawa mendengar celotehan Oskar. Pria itu pintar sekali merangkai pujian aneh. “Madam, apa yang sebenarnya kau takutkan?”“Oh ayolah, Cleo. Aku takut tanganku merusaknya. Meski terbuat dari bahan berkualitas tinggi, barang apapun yang harganya mahal, di mataku mereka terlihat ringkih.”“Benarkah itu?”“Kasarnya, aku hanya sadar diri. Penghasilanku selama setengah tahun mungkin tak akan cukup untuk mengg
…..Ditemani putra semata wayangnya, Duke Adam Dorian mengawasi kinerja para bawahan yang sibuk memindahkan ratusan karung bantuan gandum dan bahan pangan lain dari kereta barang ke gudang penyimpanan Austin Grange. Ketelatenan mereka, ikut turun tangan langsung membantu rakyat membuat hati Marquess William tersentuh.“Duke Adam, izinkan saya menjamu Anda dan putra Anda. Di rumah, istri saya sudah memasakkan beberapa sajian lezat untuk makan siang kita,” ajak Marquess William kepada Duke Adam.Pemimpin Dorian Dukedom sekaligus pemilik pelabuhan terbesar di Benua Utama itu mengernyitkan dahinya sejenak, mempertimbangan ajakan beristirahat yang ditawarkan sang tuan rumah. “Kemurahan hatimu patut dipuji, William. Tentu saja aku mengizinkanmu menjamu kami. Sebuah kehormatan bisa menikmati masakan Marchioness.”Senyuman lega mewarnai wajah lelah Marquess William. Setelah semua bantuan besar yang diterimanya dari sang sahabat, makan siang dengan menu terlezat adalah sebuah kesederhanaan yan
…..Kumpulan pelajar segera menyingkirkan diri begitu rombongan Pangeran Alden melintasi koridor sekolah. Sembari berbisik-bisik dan sesekali mencuri pandang, para penghuni Akademi Kerajaan yang diharapkan menjadi generasi penerus kejayaan Elinor menyapa ramah ketiga pria muda berbakat, calon pemimpin mereka di masa depan.Alden Lysander Elinor—putra sulung Raja Edward dan Ratu Shopie membalas sapaan mereka dengan anggukan singkat. Pria yang hobi menghabiskan waktu pergi berkencan dengan sembarang wanita itu kabarnya tengah membatasi diri. Belakangan ini, ia sering diceramahi sang ayah untuk menjaga sikap di depan rakyat, mengingat dirinya telah resmi diangkat menjadi pangeran mahkota.“Gadis yang berdiri di sebelah patung zirah besi nomor dua,” ujar Alden kepada salah seorang kawannya, “senyumnya manis, bukan?”“Tolong berhenti memangsa gadis-gadis polos di tempat ini, Yang Mulia. Jangan buat geger istana lagi. Skandal Anda yang kemarin baru saja dibereskan,” seru Sander Arthur Doria
…..“Lukisannya mengingatkanku pada pemandangan langit sore di pantai Pulau Selatan? Bagaimana menurutmu, Cleo?”Wanita muda berparas cantik dalam balutan gaun sutra biru yang panjang dan longgar—pilihan bijak untuk hari terik di tengah musim panas, tampak mengangguk setuju. Dari balik hiasan topi berbulu di kepala, mata cokelat tuanya yang sebening Sungai Luminari memandang teduh lukisan yang dimaksud.“Dilihat dari pembangunan ide, penguasan teknik, kreativitas dan keharmonisan warna, kualitas anak-anak akademi di bidang seni meningkat cukup pesat ya. Jika seseorang datang kepadaku dan berbohong bahwa lukisan ini karya seorang pelukis ternama, mungkin aku akan mempercayainya begitu saja.”“Komentarmu terlalu berlebihan, Cleo. Aku tahu, kau tidak mungkin sebodoh itu.”Cleo mengangkat bahunya ringan. “Mau bagaimana lagi, aku berkata jujur.”Terhitung sudah setahun lulus dari pendidikan tingkat tiga Akademi Kerajaan, beberapa bulan yang lalu, Zelda mendapatkan undangan untuk menghadiri
…..Khawatir hasil tangannya mengecewakan Sander, Cleo sengaja mendatangkan penata rias handal bernama Oskar ke penginapan, kendati harus membayar lebih jika dibandingkan berkunjung langsung ke salon. Setelah berbagai persiapan dan proses merias diri yang panjang, tangan ajaib pria yang lebih senang dipanggil Madam itu sukses menyulap Cleo menjadi sosok Dewi Aphrodite yang menawan.“Dari butik manakah kau menyewa gaun ini, Sayang?” tanya Oskar yang penasaran dengan asal muasal gaun merah marun Cleo. “Pasti harganya selangit. Kau tahu, bulu kudukku merinding ketika menyentuhnya.”Cleo tertawa mendengar celotehan Oskar. Pria itu pintar sekali merangkai pujian aneh. “Madam, apa yang sebenarnya kau takutkan?”“Oh ayolah, Cleo. Aku takut tanganku merusaknya. Meski terbuat dari bahan berkualitas tinggi, barang apapun yang harganya mahal, di mataku mereka terlihat ringkih.”“Benarkah itu?”“Kasarnya, aku hanya sadar diri. Penghasilanku selama setengah tahun mungkin tak akan cukup untuk mengg
…..Rutinitas Alden di istana selain membantu menyelesaikan tugas administrasi kerajaan adalah menemani sang ibu, Ratu Shopie di ruang bersantai. Wanita nomor satu di Elinor itu sangat hobi menyulam. Keahliannya telah diakui oleh para bangsawan wanita. Sapu tangan hasil sulamannya dikatakan menjadi hadiah langka yang ditunggu-tunggu. Saking indah dan berkelasnya sulaman Ratu Shopie, Raja Edward sendiri mengizinkan istrinya menghiasi jubah kebesaran raja-raja Elinor dengan sulamannya.“Semalam kau pulang jam berapa, Nak?” tanya Ratu Shopie. Mata birunya yang cemerlang mengikuti gerakan tangannya yang lihai memainkan jarum dan benang. “Aku mulai risau dengan lingkungan pertemananmu.”Alden memanggil pelayan, meminta dibawakan teh baru karena tehnya sudah dingin. “Yang Mulia, pernahkah saya mengecewakan Anda? Saya selalu menjaga diri saya dengan baik. Buktinya, sejauh ini saya belum pernah menghamili wanita yang saya kencani.”“Dasar anak nakal,” seru Ratu Shopie, pusing menghadapi tingk
…..Dua pria bertampang sangar yang menjaga The Amour House mempersilakan pelanggan kesayangan bos mereka masuk. Mengetahui sumber uangnya telah datang, Madam Rosseti selaku pemilik rumah bordil itu tanpa ragu meninggalkan tamu yang sedang dilayani untuk memberikan sambutan meriah. Sesampainya di serambi, dahi wanita tua yang kesehariannya selalu tertutup bedak tebal justru berkerut sempurna ketika mendapati tampang lesu pangeran.“Astaga! Manusia mana yang tega membuat Anda bersedih hati seperti ini.”Alden melepaskan tawa hambar, berharap kelesuannya sedikit memudar. “Di mana yang lain?” tanya Alden sembari menyugar rambutnya menggunakan jemari tangan, matanya bergerak gelisah memeriksa sekeliling ruangan. “Mereka belum datang, Madam?”“Oh, teman-teman minum Anda?” tanya Madam Rosseti memastikan. Bukan Sander ataupun Carl, teman-teman yang dicari Alden adalah para bangsawan muda nakal kenalannya, yang biasa menghabiskan waktu senggang di tempat ini. “Sudah di sini sejak sore.”“Raji
…..Usai berpamitan dengan sang tuan acara, Cleo menaiki kereta kuda sewaan untuk pulang ke penginapan. Membiarkan kepalanya bersandar pada jendela, di sepajang jalan wanita itu termenung memikirkan nasibnya. Ia sangat menyukai pesta, tetapi pada kenyataannya, bersosialisasi menguras banyak energi. Selain pandai merayu, keramahan palsu adalah kemampuan yang harus dimiliki setiap wanita.Kusir memelankan laju kuda, menghentikan kendaraan mereka tepat di depan bangunan penginapan. Cleo bergegas turun, lalu mengucapkan salam perpisahan. Sesampainya di ruang tengah, ia melihat Dory telah menunggunya di sana.“Hadiah dari siapa, Dory?” tanya Cleo begitu menerima buket besar bunga mawar merah yang dirangkai cantik. “Bunganya masih segar, pasti baru diantar.”“Hadiah dari Duke Muda Dorian, Milady.”Pipi Cleo pelan-pelan merona. Hatinya ikut berbunga-bunga sehingga rasa resah dan lelah yang dibawanya pulang seketika sirna. “Beliau yang mengantarkannya sendiri?”Dory menggeleng cepat. “Kurir y
…..Menggantikan tugas ibunya yang telah meninggal dunia, menjadi rutinitas bulanan Zelda Adler, mengadakan acara minum teh meriah di Sky Hall. Tujuan acara tersebut tidak lain adalah untuk bersosialisasi dan menegaskan posisi tingginya di dunia sosialita. Ia mengundang beberapa wanita dari keluarga bereputasi baik, termasuk di antaranya Lady Cleo dari Keluarga Austin.“Oh Tuhan, ini cantik sekali,” seru Cleo setibanya di tempat acara.“Kemarin tukang kebun memberitahuku, taman belakang mansion sedang dipenuhi Bunga Candytuft liar,” jelas Zelda. “Rugi membiarkan mereka mati tak terurus, jadi aku manfaatkan sebagai dekorasi tambahan.”“Musim panas memang waktu bagi Bunga Candytuft bermekaran.” Cleo memetik setangkai bunga berwarna putih, mengendus harumnya.Zelda menyapukan pandangan ke sekitar, memantau para tamu menikmati sajian mewah sembari berbincang santai di tengah keindahan taman. “Aku lega semua orang menyukainya. Tidak sia-sia usahaku memindakan meja besar dan belasan kursi k
…..Selepas menyampaikan niat baik keluarganya, Marquess William diam-diam menghadiahkan Sander foto kelulusan Cleo Austin supaya pria itu tahu seperti apa paras putrinya. Ketika pertemuan di aula Akademi Kerajaan terjadi, bukan hal mengherankan jika Sander langsung menyadari bahwa salah satu wanita yang ia temui adalah calon tunangannya.“Dibandingkan foto, wujud nyatanya jauh lebih cantik,” puji Sander sambil memandangi foto Cleo yang tersimpan di jam saku.Suara ketukan dari arah pintu mengejutkan Sander. Pria itu buru-buru menyimpan jamnya ke laci meja belajar. Setelah merapikan diri, ia bergegas memeriksa tamu yang datang berkunjung. Saat pintu dibuka, terlihat seorang pelayan asrama telah menunggu.“Ada yang bisa saya bantu?”“Surat untuk Anda, Lord Sander.”“Terima kasih.”Meski tak kentara, air muka Sander berubah cerah begitu menemukan nama Cleo Brisena Austin. Tak berniat membuang waktunya lebih lama lagi, Sander membuka segel surat tersebut. Ia berharap Cleo membawakannya b
…..“Dengan siapa kau datang ke pesta besok, Sander?” tanya Carl di tengah waktu istirahatnya selepas berlatih pedang tiga jam. Pria itu tampak memeras sehelai handuk kecil yang basah kuyup oleh keringat. “Sepertinya aku datang sendiri.”“Keputusan ayahmu?”Carl mengangguk. “Demi keamanan calon istriku.”Lama terjun di bidang kemiliteran, Keluarga Leander memiliki pengaruh besar pada pertahanan Elinor. Mereka biasanya ditugaskan untuk membantu prajurit kerajaan menekan pemberontakan, menangani aksi terorisme, menjaga perbatasan serta menghalau serangan musuh. Pekerjaan kotor berisiko tinggi dengan bayaran tinggi adalah makanan sehari-hari para ksatria Leander yang gagah dan pemberani.Namun, belakangan ini permintaan jasa Elinor rupanya mulai berganti haluan. Jika sebelumnya, kerajaan memanfaatkan kekuatan Leander untuk mengamankan wilayahnya. Tujuan mereka sekarang berubah ke arah ekstrim, yakni rencana invasi wilayah lain. Tentu saja situasi ini memanaskan hubungan Elinor dengan ker
…..Pulang ke penginapannya di Ibu Kota, pelayan bernama Dory menyambut Cleo dengan sepucuk surat di tangan. Ia mengatakan, petugas pos terlambat mengirimkan surat Cleo, beralasan jika kereta mereka mengalami kendala di perjalanan sehingga surat yang seharusnya sampai seminggu yang lalu baru bisa tiba siang ini.“Terima kasih,” ucap Cleo saat menerima surat itu.Duduk di depan meja rias, kepala Cleo diliputi banyak pertanyaan. Ia mengira, Sander hanya membual saja. Faktanya, surat dari rumah telah datang.Usai membersihkan diri dan mengenakan gaun tidur, Cleo yang beres mengoleskan krim kecantikan di wajahnya, membawa surat itu ke atas ranjang. Sembari berbaring, ia membacanya di bawah temaram cahaya lilin.“Duke Dorian melamarku untuk putranya?!” seru Cleo terkejut sampai terduduk kembali.Mendadak, wajah tampan Sander bertebaran di benak Cleo. Pria muda yang sukses menarik perhatiannya di pertemuan pertama mereka ternyata calon tunangannya. Pantas saja, sepanjang bincang-bincang mer
…..“Lukisannya mengingatkanku pada pemandangan langit sore di pantai Pulau Selatan? Bagaimana menurutmu, Cleo?”Wanita muda berparas cantik dalam balutan gaun sutra biru yang panjang dan longgar—pilihan bijak untuk hari terik di tengah musim panas, tampak mengangguk setuju. Dari balik hiasan topi berbulu di kepala, mata cokelat tuanya yang sebening Sungai Luminari memandang teduh lukisan yang dimaksud.“Dilihat dari pembangunan ide, penguasan teknik, kreativitas dan keharmonisan warna, kualitas anak-anak akademi di bidang seni meningkat cukup pesat ya. Jika seseorang datang kepadaku dan berbohong bahwa lukisan ini karya seorang pelukis ternama, mungkin aku akan mempercayainya begitu saja.”“Komentarmu terlalu berlebihan, Cleo. Aku tahu, kau tidak mungkin sebodoh itu.”Cleo mengangkat bahunya ringan. “Mau bagaimana lagi, aku berkata jujur.”Terhitung sudah setahun lulus dari pendidikan tingkat tiga Akademi Kerajaan, beberapa bulan yang lalu, Zelda mendapatkan undangan untuk menghadiri