Share

6. Godaan Hidup Bebas

Author: Amethyst re
last update Last Updated: 2025-01-30 16:41:55

…..

Selepas menyampaikan niat baik keluarganya, Marquess William diam-diam menghadiahkan Sander foto kelulusan Cleo Austin supaya pria itu tahu seperti apa paras putrinya. Ketika pertemuan di aula Akademi Kerajaan terjadi, bukan hal mengherankan jika Sander langsung menyadari bahwa salah satu wanita yang ia temui adalah calon tunangannya.

“Dibandingkan foto, wujud nyatanya jauh lebih cantik,” puji Sander sambil memandangi foto Cleo yang tersimpan di jam saku.

Suara ketukan dari arah pintu mengejutkan Sander. Pria itu buru-buru menyimpan jamnya ke laci meja belajar. Setelah merapikan diri, ia bergegas memeriksa tamu yang datang berkunjung. Saat pintu dibuka, terlihat seorang pelayan asrama telah menunggu.

“Ada yang bisa saya bantu?”

“Surat untuk Anda, Lord Sander.”

“Terima kasih.”

Meski tak kentara, air muka Sander berubah cerah begitu menemukan nama Cleo Brisena Austin. Tak berniat membuang waktunya lebih lama lagi, Sander membuka segel surat tersebut. Ia berharap Cleo membawakannya berita baik.

“Dia menerimaku,” seru Sander, sontak bernapas lega. “Syukurlah. Aku tidak mengecewakan ayah.”

Perjodohan Sander dengan Cleo adalah keinginan pribadi Duke Adam Dorian. Menurut beliau, pasangan Sander haruslah wanita dari keluarga pendukung setia Keluarga Dorian. Duke tidak ingin orang luar ikut campur urusan dukedom, apalagi memanfaatkan posisi Sander sebagai penerus tampuk kepemimpinan, entah untuk kepentingan pribadi ataupun golongan.

Keluarga Austin yang keturunannya dikenal cerdas dan terdidik, lalu ditambah fakta bahwa mereka sudah mengabdi lama kepada Keluarga Dorian dinilai cukup memenuhi kualifikasi Duke Adam. Fakta umur Cleo yang lebih tua lima tahun dari Sander pun tidak jadi halangan.

Sander melipat surat balasan Cleo dengan hati-hati. Senyuman samar masih terulas di bibirnya. Saat hendak menyimpan surat itu ke laci, wangi bunga mawar tak sengaja tercium. Ia berhenti sejenak, mengangkat surat tersebut, menghirupnya ragu.

Sang Duke Muda termenung, menyadari bahwa wangi ini mirip aroma parfum yang ia cium saat pertama kali bertemu Cleo di sekolah. Sudut bibirnya kini melengkung lebih lebar, tak disangka merasa tergoda.

Sander menatap surat itu lama, menyusuri kembali setiap baris tulisan tangannya. Kata-kata yang sopan, terasa hangat dan akrab. Wangi mawar itu menyempurnakan sentuhan personal yang membuat Sander merasa semakin dekat dengan sosok yang sebelumnya hanya diketahui lewat selembar foto.

“Cleo dan mawar, mereka cocok,” gumam Sander. Pria itu menyandarkan punggung ke kursi, menatap langit-langit kamar dalam keheningan. “Aku harus berterima kasih kepada ayah.”

Suara pintu yang dibuka kasar menyentakkan Sander. Ia geleng-geleng kepala, pasrah ketika mengetahui siapa pelakunya. Alden dengan segala tingkah laku liarnya, masuk ke kamar Sander tanpa mengucapkan permisi.

“Aku mengganggumu?” tanya Alden saat menemukan kawannya duduk santai di meja belajar. “Kalau iya, aku keluar lagi.”

“Sudahlah, Yang Mulia.” Sander bergegas menyimpan surat Cleo ke laci, menguncinya cepat. “Masalah apa lagi yang sedang Anda kerjakan?”

Alden melemparkan tubuhnya ke ranjang Sander. Pria itu tertawa melihat reaksinya yang sesuai prediksi. “Berteman denganku membuatku hidupmu tidak pernah tenang, ya Sander? Kalau begini terus, lama-lama kau bisa mati muda karena darah tinggi.”

Ujian kelulusan—cobaan terberat siswa tahun akhir telah lama berlalu. Kebanyakan teman-teman angkatan mereka memilih pulang ke rumah, menunggu pengumuman nilai ujian akhir bersama keluarga. Sander yang notabennya bukan warga asli Ibu Kota menganggap pilihan menetap di asrama sampai acara kelulusan jauh lebih efesien dibandingkan kembali ke Dorian.

Pria itu sedikit menyesali keputusannya setelah mengetahui sahabatnya—Alden, senang menganggu dengan mengajaknya menghabiskan waktu untuk hal-hal tak berguna.

“Minggu depan Carl keluar dari asrama, kan?” tanya Alden kepada Sander. “Kudengar, tanggal pernikahannya dipercepat. Dia juga bilang tidak bisa menghadiri pestaku.”

“Carl ingin menyelesaikan semua urusan di rumah sebelum berangkat menggantikan Duke Leander berjaga di perbatasan utara.” Sander memutar kursi agar tidak membelakangi Alden. “Anak itu sudah berpamitan?”

Alden mengangguk. “Tadi aku menyapanya di lapangan.”

“Anda terlihat sedih.”

“Mau bagaimana lagi. Waktu muda kita berjalan begitu cepat. Terkadang aku gelisah memikirkan masa depanku sendiri.”

Alden, Sander dan Carl, peran mereka di masyarakat telah ditentukan sejak mereka dilahirkan ke dunia. Setelah keluar dari Akademi Kerjaan, sudah tugas mereka untuk menjalankan perannya masing-masing, tidak peduli siap atau tidak. Peran yang dimaksud adalah peran mereka sebagai raja Kerajaan Elinor, sebagai duke dari Dorian Dukedom, sebagai duke dari Leander Dukedom. Seiring berjalannya waktu, dipisahkan jarak dan kewajiban, kehangatan pertemanan mereka bisa dipastikan memudar mengikuti tata aturan yang berlaku.

Sander menyilangkan kedua tangan di dada, menyadari ekspresi murung Alden meluruh, digantikan senyum menjengkelkan biasanya. Perubahan suasana hati yang sangat mencolok itu membuat Sander heran. Jangan-jangan sahabatnya memiliki gangguan mental?

“Siang ini aku bertemu Cleo,” ujar Alden girang.

Mendengar nama Cleo, Sander merasakan dadanya yang mengencang. Ia kurang suka dengan cara akrab Alden menyebutkan namanya. “Di mana Anda bertemu Lady Austin?”

“Di butik La Belle Epoque,” jawab Alden sambil duduk tegak. Pria itu kelihatan tidak sabar, ingin menjelaskan secara detail pertemuan tersebut.

“Oh begitu. Dunia ini memang sempit.”

“Aku pergi ke butik, memesan pakaian yang akan kuhadiahkan kepada beberapa wanita kenalanku. Dan kau tahu, ternyata Cleo sedang berbelanja di sana.”

“Lalu, apa yang terjadi?”

Alden melanjutkan dengan semangat menggebu-gebu. “Keanggunan dan pembawaannya berhasil mengalihkan jiwaku. Jangan lupakan wangi mawar yang selalu mengiringi ke mana pun dia melangkah.”

Wajah Sander tegang, matanya sedikit menyipit hingga membentuk bulan sabit. Mawar. Wangi itu lagi. Cerita Alden seolah mempertegas bayangan Lady Austin yang memenuhi pikirannya sepanjang hari. “Apa yang Anda lakukan?”

“Aku mengajaknya ke toko kue. Awalnya dia tampak ragu, tetapi pada akhirnya dia setuju. Kami mengobrol banyak, dan aku harus bilang, berbincang-bincang dengannya terasa menyenangkan. Dia memiliki cara bicara yang cerdas, terbuka terhadap segala hal.”

Sander mengamati sahabatnya dengan seksama. Cara Alden menceritakan kisahnya bersama Cleo terasa tidak asing. Benar. Alden selalu kegirangan setiap kali menemukan target baru untuk kesenangannya. Perasaan khawatir sontak menggenangi benak Sander. Alden memang hobi menggoda wanita, dan kebanyakan dari mereka menikmati perhatian yang diberikan Alden. Sander tidak ingin calon tunangannya menjadi bagian dari salah satu keisengan masa muda sang sahabat.

“Apa tujuan Anda mendekati Lady Austin, Yang Mulia?” tanya Sander tak lagi menahan diri.

Alden menoleh, menatap Sander dengan alis terangkat. “Kau membuatku terdengar seperti seorang penjahat kelamin, Sander.”

“Saya ingin memastikan bahwa Anda tidak membuat masalah lagi,” balas Sander tanpa basa-basi.

Alden tertawa kecil, tidak ada niatan buruk. “Aku menghargainya, Sander. Tetapi jangan khawatirkan Cleo, dia bukan wanita biasa. Berdasarkan penilaianku, Cleo memiliki kepribadian yang sulit ditaklukan. Sepanjang percakapan, meski selalu antusias menanggapi ceritaku, aku menyadari jika Cleo secara sadar membangun batasan di antara kami.”

Penjelasan Alden tidak serta merta melegakan kegelisahan di hati Sander. Ia tahu, Alden sering bertindak spontan tanpa memikirkan konsekuensi dari permainannya. “Saya tetap khawatir. Jika kabar ini sampai ke telinga para penggemar Anda, mereka yang pendek akal akan berbondong-bondong merundung Lady Austin.”

“Hahaha, astaga Sander. Aku tahu hatimu lembut, tapi otak kreatifmu jago sekali mengarang cerita gila.”

Sander memalingkan wajah, menyembunyikan ekspresi cemas yang mulai menyeruak ke permukaan. Pria itu bangkit dari kursi, melangkah ke jendela, memandangi langit sore yang terlihat memerah. Tak kunjung mendapatkan ketenangan yang dicari, Sander menghela napas panjang, tangannya secara refleks meremas tepian jendela.

“Sander?” Suara Alden memecah keheningan sore itu. “Kau mendengarkanku?”

“Ya?”

“Kau terlalu serius belakangan ini,” Alden berkomentar sambil merenggangkan tubuhnya di atas ranjang. “Oh ya, nanti malam senggang?”

“Jam tujuh saya diminta menghadiri pertemuan siswa tingkat empat angkatan akhir. Anda juga diundang, bukan?”

“Ayolah, kawan,” suara menjengkelkan Alden kembali memenuhi ruangan. “Perkumpulan itu hanya buang-buang waktu. Sebentar lagi kita lulus. Apa gunanya membicarakan masa depan dengan orang-orang yang jelas akan sibuk sendiri?”

“Perkumpulan itu penting. Kita bisa saling bertukar informasi dan strategi,” jawab Sander tegas, mempertahankan pendirian. “Dan seperti yang Anda katakan, sebentar lagi kita semua lulus. Artinya, tidak ada waktu lagi untuk bermain-main.”

Alden mendecakkan lidah, bangkit dari ranjang dengan gerakan malas. Ia berjalan mendekati Sander sambil mengibaskan tangan, seakan argumen Sander tidak berarti apa-apa. “Dengar, malam ini aku punya janji kencan dengan Lady Violet. Dia siswa baru di tingkat tiga. Aku berencana mengajaknya nonton opera. Karena aku teman yang baik, aku mengajakmu ikut denganku.”

Sander menatap Alden skeptis. “Anda serius?”

Alden mengangkat bahu. “Tentu saja.”

“Yang Mulia,” suara Sander penuh penekanan. “Saya mempunyai kewajiban lain malam ini. Undangan pertemuan siswa bukan sesuatu yang bisa saya abaikan begitu saja.”

Alden mengerutkan kening, tertawa mengejek. “Kau tidak bosan dengan segala formalitas dan diskusi kaku itu, Sander? Apa salahnya melewatkan satu malam, menikmati sedikit kebebasan?”

“Saya menolak tawaran Anda.”

Sang pengeran mendekati Sander, menepuk santai bahu sahabatnya. “Terkadang aku benar-benar tidak mengerti dirimu, kawan. Namun baiklah, aku tidak akan memaksa. Kalau kau berubah pikiran, temui kami di depan gedung budaya jam delapan.”

…..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   7. Persaingan Para Wanita

    …..Menggantikan tugas ibunya yang telah meninggal dunia, menjadi rutinitas bulanan Zelda Adler, mengadakan acara minum teh meriah di Sky Hall. Tujuan acara tersebut tidak lain adalah untuk bersosialisasi dan menegaskan posisi tingginya di dunia sosialita. Ia mengundang beberapa wanita dari keluarga bereputasi baik, termasuk di antaranya Lady Cleo dari Keluarga Austin.“Oh Tuhan, ini cantik sekali,” seru Cleo setibanya di tempat acara.“Kemarin tukang kebun memberitahuku, taman belakang mansion sedang dipenuhi Bunga Candytuft liar,” jelas Zelda. “Rugi membiarkan mereka mati tak terurus, jadi aku manfaatkan sebagai dekorasi tambahan.”“Musim panas memang waktu bagi Bunga Candytuft bermekaran.” Cleo memetik setangkai bunga berwarna putih, mengendus harumnya.Zelda menyapukan pandangan ke sekitar, memantau para tamu menikmati sajian mewah sembari berbincang santai di tengah keindahan taman. “Aku lega semua orang menyukainya. Tidak sia-sia usahaku memindakan meja besar dan belasan kursi ke

    Last Updated : 2025-01-31
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   8. Penolakan yang Berujung Neraka

    …..Usai berpamitan dengan sang tuan acara, Cleo menaiki kereta kuda sewaan untuk pulang ke penginapan. Membiarkan kepalanya bersandar pada jendela, di sepajang jalan wanita itu termenung memikirkan nasibnya. Ia sangat menyukai pesta, tetapi pada kenyataannya, bersosialisasi menguras banyak energi. Selain pandai merayu, keramahan palsu adalah kemampuan yang harus dimiliki setiap wanita.Kusir memelankan laju kuda, menghentikan kendaraan mereka tepat di depan bangunan penginapan. Cleo bergegas turun, lalu mengucapkan salam perpisahan. Sesampainya di ruang tengah, ia melihat Dory telah menunggunya di sana.“Hadiah dari siapa, Dory?” tanya Cleo begitu menerima buket besar bunga mawar merah yang dirangkai cantik. “Bunganya masih segar, pasti baru diantar.”“Hadiah dari Duke Muda Dorian, Milady.”Pipi Cleo pelan-pelan merona. Hatinya ikut berbunga-bunga sehingga rasa resah dan lelah yang dibawanya pulang seketika sirna. “Beliau yang mengantarkannya sendiri?”Dory menggeleng cepat. “Kurir y

    Last Updated : 2025-02-01
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   9. Kebebasan tanpa Batasan

    …..Dua pria bertampang sangar yang menjaga The Amour House mempersilakan pelanggan kesayangan bos mereka masuk. Mengetahui sumber uangnya telah datang, Madam Rosseti selaku pemilik rumah bordil itu tanpa ragu meninggalkan tamu yang sedang dilayani untuk memberikan sambutan meriah. Sesampainya di serambi, dahi wanita tua yang kesehariannya selalu tertutup bedak tebal justru berkerut sempurna ketika mendapati tampang lesu pangeran.“Astaga! Manusia mana yang tega membuat Anda bersedih hati seperti ini.”Alden melepaskan tawa hambar, berharap kelesuannya sedikit memudar. “Di mana yang lain?” tanya Alden sembari menyugar rambutnya menggunakan jemari tangan, matanya bergerak gelisah memeriksa sekeliling ruangan. “Mereka belum datang, Madam?”“Oh, teman-teman minum Anda?” tanya Madam Rosseti memastikan. Bukan Sander ataupun Carl, teman-teman yang dicari Alden adalah para bangsawan muda nakal kenalannya, yang biasa menghabiskan waktu senggang di tempat ini. “Sudah di sini sejak sore.”“Raji

    Last Updated : 2025-02-02
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   10. Hati Pangeran yang Gelisah

    …..Rutinitas Alden di istana selain membantu menyelesaikan tugas administrasi kerajaan adalah menemani sang ibu, Ratu Shopie di ruang bersantai. Wanita nomor satu di Elinor itu sangat hobi menyulam. Keahliannya telah diakui oleh para bangsawan wanita. Sapu tangan hasil sulamannya dikatakan menjadi hadiah langka yang ditunggu-tunggu. Saking indah dan berkelasnya sulaman Ratu Shopie, Raja Edward sendiri mengizinkan istrinya menghiasi jubah kebesaran raja-raja Elinor dengan sulamannya.“Semalam kau pulang jam berapa, Nak?” tanya Ratu Shopie. Mata birunya yang cemerlang mengikuti gerakan tangannya yang lihai memainkan jarum dan benang. “Aku mulai risau dengan lingkungan pertemananmu.”Alden memanggil pelayan, meminta dibawakan teh baru karena tehnya sudah dingin. “Yang Mulia, pernahkah saya mengecewakan Anda? Saya selalu menjaga diri saya dengan baik. Buktinya, sejauh ini saya belum pernah menghamili wanita yang saya kencani.”“Dasar anak nakal,” seru Ratu Shopie, pusing menghadapi tingk

    Last Updated : 2025-02-03
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   11. Perang Dingin

    …..Khawatir hasil tangannya mengecewakan Sander, Cleo sengaja mendatangkan penata rias handal bernama Oskar ke penginapan, kendati harus membayar lebih jika dibandingkan berkunjung langsung ke salon. Setelah berbagai persiapan dan proses merias diri yang panjang, tangan ajaib pria yang lebih senang dipanggil Madam itu sukses menyulap Cleo menjadi sosok Dewi Aphrodite yang menawan.“Dari butik manakah kau menyewa gaun ini, Sayang?” tanya Oskar yang penasaran dengan asal muasal gaun merah marun Cleo. “Pasti harganya selangit. Kau tahu, bulu kudukku merinding ketika menyentuhnya.”Cleo tertawa mendengar celotehan Oskar. Pria itu pintar sekali merangkai pujian aneh. “Madam, apa yang sebenarnya kau takutkan?”“Oh ayolah, Cleo. Aku takut tanganku merusaknya. Meski terbuat dari bahan berkualitas tinggi, barang apapun yang harganya mahal, di mataku mereka terlihat ringkih.”“Benarkah itu?”“Kasarnya, aku hanya sadar diri. Penghasilanku selama setengah tahun mungkin tak akan cukup untuk mengg

    Last Updated : 2025-02-15
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   12. Wanita Pilihan Ratu Shopie

    …..Kurang fokus ketika mengelap perabotan, seorang pelayan paruh baya tak sengaja memecahkan guci kesayangan mendiang Duchess Adler. Setelah menghitung kerugian dan memberikan hukuman yang pantas, Zelda bergegas kembali ke taman belakang, khawatir meninggalkan tamunya terlalu lama.Suasana taman yang awalnya ramai berubah lengang begitu Zelda tiba. Ia mencari-cari keberadaan Cleo, lalu menemukannya tengah menyendiri di sisi lain taman. Para bangsawan tampak menjauhi wanita itu dan situasi ganjil ini mendapatkan kejelasan tatkala Mysie datang dengan ekspresi tegang.“Apa yang terjadi? Kenapa semua orang bertingkah aneh?” tanya Zelda kebingungan.Mysie meraih lengan Zelda, mengajaknya pergi ke tempat sepi. “Zelda, dengarkan aku. Baru saja Pangeran Alden mengundang Cleo ke pesta kerajaan.”Kening Zelda berkerut, belum menemukan kesalahan pada berita tersebut. Pesta kerajaan diselenggarakan untuk merayakan pencapaian Alden. Sebagai tuan acara, pria itu berhak mengundang siapapun yang diin

    Last Updated : 2025-02-17
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   13. Batu Sandungan

    …..Kerajaan Elinor mengundang banyak tamu penting ke istana. Salah satu di antaranya, Duke Simon Adler, yang rela datang jauh-jauh dari ujung utara Elinor untuk menghadiri perayaan keberhasilan sang keponakan, Pangeran Alden. Pemimpin Fraksi Bangsawan Tinggi di Parlemen Kerajaan sekaligus kakak kandung Ratu Shopie itu terlihat menyambut ramah Sander ketika duke muda dan pasangannya datang menyapanya.“Kau tambah besar, Nak.” Duke Simon menjabat tangan Sander, lalu menarik bahunya untuk dipeluk. “Semakin mirip dengan ayahmu.”“Bagaimana kabar Anda, Duke? Bukankah musim panas ini Adler sedang ramai pelancong,” ujar Sander bersikap sopan.Sebagian besar wilayah Adler Dukedom terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan. Selain alamnya yang asri, suhu yang tetap sejuk ketika musim panas menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung. Demi perkembangan ekonomi Adler, Duke Simon memberikan izin para bangsawan kaya untuk membangun bisnis dan villa keluarga di daerahnya. Bisnis ini cukup m

    Last Updated : 2025-02-18
  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   14. Keputusan Mutlak Raja Edward

    …..Baru saja menyelesaikan dansa lagu kedua mereka, Duke Simon dan Zelda mendapatkan panggilan untuk segera menghadap Raja Edward di ruang istirahat pribadi Keluarga Kerajaan. Mengetahui dirinya diperbolehkan masuk ke sana, Zelda semakin positif jika rencana perjodohannya dengan Alden telah direstui raja. Ruang istirahat pribadi Keluarga Kerajaan bukanlah tempat sembarangan. Hubungan darah dan pernikahan adalah syarat utama untuk bisa menjejakkan kaki di tempat itu.“Selamat malam, Yang Mulia Raja.” Meskipun lebih tua, aturan mengharuskan Duke Simon merendahkan kepalanya di hadapan Keluarga Kerajaan. Sebuah tata krama yang diajarkan di semua sekolah Elinor untuk menghormati mereka yang berdarah biru. “Selamat malam, Yang Mulia Ratu. Semoga kemakmuran selalu menyertai hidup Anda.”Raja Edward mengangguk penuh wibawa, mempersilakan kakak ipar dan putrinya duduk. Pria itu menggerakkan tangan singkat, memberikan sinyal kepada pelayan istana untuk menyeduhkan teh. “Dengan siapa saja kau be

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   43. Pesta Resepsi

    …..“Lady Austin,” sapa seorang pria paruh baya dengan tongkat kayu yang menghampiri tempat Cleo bersama istrinya. “Kita bertemu lagi.”Cleo mengangguk sopan. “Baron Abellard.”“Di pertemuan pertama kita, saya sedang terburu-buru. Maaf jika sikap saya kepada Anda terkesan dingin,” ujarnya ingin dimaklumi.“Oh, tidak sama sekali. Waktu Anda terlalu berharga untuk disia-siakan.”Istri Baron Abellard, seorang wanita anggun dengan gaun lavender dan rambut yang digelung sederhana—tersenyum malu-malu sembari memandangi Cleo. Kulitnya yang berkeriput halus siang ini tampak tertutupi lapisan bedak tipis dan perona pipi, membuat tampilannya lebih segar.“Lady Austin, izinkan saya memperkenalkan istri saya, Ariana,” ujar Baron Abellard. “Pesta ini adalah acara sosial pertamanya setelah sekian lama beristirahat.”Ariana mengangguk sopan. Suaranya halus saat berbicara, “Saya sempat menarik diri dari banyak kegiatan sosial setelah kelahiran anak bungsu kami. Senang bisa berjumpa dengan Anda, Lady

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   42. Pernikahan Kerajaan

    …..Hari baru saja berganti. Istana Elinor dipenuhi suara langkah tergesa dan teriakan pelayan yang bersahutan dari satu lorong ke lorong lain. Kain-kain mewah dibentangkan, karpet merah dibersihkan hingga bersinar, bunga segar dikirim dalam jumlah tak terhitung ke aula yang menjadi tempat resepsi. Di dapur, aroma manis dan gurih bercampur menjadi satu—puluhan juru masak sibuk mempersiapkan jamuan kenegaraan yang harus sempurna hingga gigitan terakhir.Sementara itu, para pejabat tinggi dan tamu undangan dari berbagai kerajaan mulai berdatangan. Mereka membawa rombongan masing-masing, menyulut percakapan hangat bercampur bisik-bisik politik di sela senyuman diplomatik. Di istana Dahlia, keributan mencapai puncaknya di kamar pengantin wanita. Zelda Adler, sang calon putri mahkota, berjalan mondar-mandir dengan gaun pengantin dan tudung tille menutupi kepala.“Tolong periksa lagi!” serunya panik, membuat dua pelayannya saling menatap ngeri. “Aku tidak akan membiarkan satu pun lipatan be

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   41. Kembali ke Ibu Kota

    …..Di sisi barat Ibu Kota, jauh dari pusat perdagangan dan kawasan industri yang mulai padat, berdiri sebuah mansion bergaya klasik dalam kesunyian yang elegan. Dikelilingi pepohonan mapel dan taman kecil yang selalu terawat, bangunan bercat putih gading itu adalah kediaman resmi keluarga Dorian setiap kali mereka berkunjung ke Elinor. Lokasinya sengaja dipilih di daerah pinggiran—bukan karena kemewahan, melainkan demi udara bersih dan ketenangan yang sulit didapat di pusat kota.Rombongan kereta kuda berhenti di depan gerbang besi tempa yang dihiasi lambang keluarga. Cleo memandangi rumah besar itu dengan mata berbinar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali menginjakkan kakinya di Ibu Kota. Kini ia kembali sebagai bagian dari Keluarga Dorian—sebuah perubahan yang terasa seperti potongan mimpi yang entah dari kapan menjadi nyata.Sander berdiri di samping Cleo, tampak sedikit lelah setelah mengatur semua persiapan perjalanan dan kedatangan mereka. Ia telah memeriksa setiap sudut ruma

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   40. Kehangatan Keluarga Dorian

    …..Untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun membatasi diri karena kondisi kesehatan yang memburuk, Madam Victoria memutuskan untuk keluar dari kamar. Kejutan manis ini tentunya membahagiakan semua penghuni Dorian Manor. Tak seorang pun mengira, sesuatu yang gaib telah membisiki wanita itu. Sebuah bisikan gaib yang memberikan petunjuk bahwa mungkin waktunya di dunia sudah tidak lama lagi. Menyadari mungkin ini kesempatan terakhirnya menyenangkan hati semua orang, Madam Victoria ingin menghabiskan sisa waktunya bersama keluarga terkasih.“Pegang erat tanganku, jangan dilepaskan,” ujar Duke Adam yang tengah memapah istrinya menuruni anak tangga.Merasa tubuhnya sudah jauh lebih sehat dan kuat, Madam Victoria mengatakan jika ia sudah tidak membutuhkan kursi roda lagi. Madam juga berusaha keras meyakinkan para pelayan yang khawatir sepanjang waktu bahwa ia mampu berjalan-jalan tanpa perlu bantuan. Namun, Duke Adam menolak keras ide tersebut.“Sejak kapan Anda menjadi setua ini, Lord?

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   39. Singgasana yang Penuh Luka

    …..Semalaman Zelda panas dingin karena Abby. Bukannya tidak percaya James, wanita itu hanya khawatir kepala pelayannya akan melaporkan masalah asal-usul gadis lusuh yang dipungutnya dari jalan itu kepada Duke Simon. Meskipun James sudah bersumpah akan tutup mulut, pemilik Sky Hall tetaplah ayahnya.“Milady, kereta kerajaan menunggu di halaman depan,” lapor Lyn, pelayan pribadi Zelda. “Saya akan mengangkut barang-barang Anda keluar.”Tingga sisa sebulan saja. Zelda menunggu hari di mana ia akan melepas status lajangnya dan menikah dengan Pangeran Alden. Tradisi di hampir semua kerajaan di Benua Utama, calon pengantin wanita biasanya akan hidup seatap dengan keluarga calon suaminya—tentu saja di bawah pengawasan ketat. Tujuan dari tradisi ini adalah tak lain untuk mempermudah persiapan acara pernikahan mereka. Dan hari ini, tibahlah momen yang telah lama ditunggu-tunggu Zelda. Pangeran Alden dijadwalkan datang menjemputnya untuk membawanya ke istana.“Di mana Yang Mulia?” tanya Zelda p

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   38. Temuan Mengerikan dan Waktu Istirahat yang Hilang

    …..Sepulangnya dari agenda di istana, Zelda memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang baca selagi menunggu Duke Simon kembali dari urusan parlemen. Ketika tengah mencari-cari toples permen yang biasa disimpan dalam laci meja, perhatian wanita itu teralihkan pada kehadiran amplop cokelat asing yang tergeletak di atas meja belajar.“James, ini dokumen siapa?” tanya Zelda sembari menunjuk benda yang dimaksud. “Mungkinkah pekerjaan lain dari ayah untukku?”Si kepala pelayan Sky Hall menggeleng cepat. “Itu informasi yang Anda minta carikan beberapa minggu yang lalu, Milady.”“Yang aku minta? Ah… tentang gadis lusuh yang aku pungut dari jalanan kemarin ya?” ujar Zelda, perlahan mengingatnya. Setelah memasukkan Abby ke rumah, Zelda sengaja memerintahkan kepala pelayan untuk menyelidiki identitas tukang cuci barunya. Ia tidak ingin tempat tinggalnya dipenuhi orang-orang bermasalah, atau yang paling parah, kriminal dalam pelarian.“Benar, Milady.”“Kenapa lama sekali? Untuk mengumpulkan

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   37. Kepulangan Alden ke Elinor

    …..Udara di pelabuhan Dorian selalu dipenuhi aroma garam dan kayu basah. Riuh suara buruh angkut yang bekerja menggerakkan peti-peti besar bercampur dengan teriakan awak kapal yang sibuk mengatur layar dan tali tambat. Lautan membentang luas dengan kapal-kapal niaga berjajar di dermaga, lambang kekuatan perdagangan Dorian yang tak tertandingi di pesisir selatan.Di antara kesibukan itu, Sander Dorian berdiri tegap di ujung dermaga dengan tangan terlipat di depan dada. Seragamnya yang sederhana dan rapi menunjukkan kedisiplinannya sebagai Duke Muda sekaligus wakil Duke Adam dalam urusan perdagangan. Mata rubinya tajam mengawasi para pekerja yang mengangkut peti-peti berisi pedang dan perisai. Beberapa peti ditandai dengan lambang Kerajaan Elinor—seekor singa berjubah emas yang mengaum angkuh di atas perisai biru.Tak jauh dari Sander, Alden berdiri dengan sikap santai. Jubah kebesarannya berkibar tertiup angin laut, rambut pirangnya yang terawat berkilauan di bawah sinar matahari pagi

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   36. Panti Asuhan Miracle

    …..Hamparan rumput menguning terbentang luas di taman Panti Asuhan Miracle, berpayung awan-awan putih yang menggumpal ringan bagaikan permen kapas. Wangi manis dan pedas bunga krisan semerbak mengarungi udara, bersama dedaunan layu yang bergoyang lembut diterpa angin musim gugur. Suara tawa anak-anak mengalun riang, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan hati para tamu di pesta kebun tahunan Badan Amal Dorian.Cleo berdiri di tengah-tengah taman, mengenakan gaun berwarna hijau yang membingkai anggun siluetnya. Rambut cokelat tuanya tersisir rapi, dihiasi ornamen perak. Senyum wanita itu mengembang lebar ketika seorang anak perempuan bermata bulat besar menarik ujung gaunnya."Nyonya, Anda sangat cantik seperti peri hutan!" seru si gadis kecil penuh kekaguman.Cleo tertawa ringan, berjongkok untuk menyamai tingginya. "Oh, kalau begitu kau peri lucu dari negeri ajaib, ya?"Si gadis kecil mengangguk cepat dengan pipi memerah, membuat beberapa temannya ikut mendekat karena penasara

  • Queen of Heart - Istri Sang Duke   35. Ketakutan Cleo

    …..Cleo menyusuri koridor panjang manor, mengikuti seorang wanita tua cakap yang telah lama mengabdi pada Keluarga Dorian. Ruangan-ruangan di banguna utama terasa lebih sunyi dibandingkan bagian lain kediaman megah itu. Cahaya matahari pagi menyelinap melalui tirai renda yang setengah terbuka, menciptakan bayangan lembut di lantai marmernya."Hari ini, Anda akan menemani Madam Victoria berkegiatan," ujar pelayan itu dengan nada hormat. "Beliau sudah menunggu di kamar."Cleo mengangguk, lalu membetulkan lipatan gaunnya sebelum memasuki kamar besar tempat Duchess Dorian menghabiskan sebagian besar harinya.Ketika pintu terbuka, Cleo disambut oleh pemandangan kamar yang elegan bernuansa hangat. Dindingnya kosong tanpa hiasan, menjadi latar belakang kursi roda dengan bantalan lembut yang diletakkan di dekat jendela besar. Di salah satu sudut ruangan, terdapat meja kecil tempat peralatan menyilam tergeletak.Seorang wanita tua duduk tenang di pinggir ranjang. Rambut peraknya tertata rapi,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status