…..Baru saja menyelesaikan dansa lagu kedua mereka, Duke Simon dan Zelda mendapatkan panggilan untuk segera menghadap Raja Edward di ruang istirahat pribadi Keluarga Kerajaan. Mengetahui dirinya diperbolehkan masuk ke sana, Zelda semakin positif jika rencana perjodohannya dengan Alden telah direstui raja. Ruang istirahat pribadi Keluarga Kerajaan bukanlah tempat sembarangan. Hubungan darah dan pernikahan adalah syarat utama untuk bisa menjejakkan kaki di tempat itu.“Selamat malam, Yang Mulia Raja.” Meskipun lebih tua, aturan mengharuskan Duke Simon merendahkan kepalanya di hadapan Keluarga Kerajaan. Sebuah tata krama yang diajarkan di semua sekolah Elinor untuk menghormati mereka yang berdarah biru. “Selamat malam, Yang Mulia Ratu. Semoga kemakmuran selalu menyertai hidup Anda.”Raja Edward mengangguk penuh wibawa, mempersilakan kakak ipar dan putrinya duduk. Pria itu menggerakkan tangan singkat, memberikan sinyal kepada pelayan istana untuk menyeduhkan teh. “Dengan siapa saja kau be
…..Lelah berdansa empat lagu tanpa jeda berarti, Cleo memutuskan untuk berpamitan dengan teman dansa terakhirnya, seorang pria ramah, pegawai Badan Keuangan Elinor.Popularitas Cleo yang melejit karena Sander membuatnya diserbu banyak bangsawan. Sulit bagi Cleo untuk menghindar, mengingat istana memiliki aturan, wanita dilarang menolak ajakan berdansa. Jika satu pria ditolak, maka ia harus menolak semua pria—termasuk pasangannya sendiri sampai pesta dansa berakhir.“Lihatlah ratusan butir peluh di keningmu.” Sander mengeluarkan sapu tangan dari saku bagian dalam tuxedo, menawarkan benda itu kepada Cleo. “Kau baik-baik saja?”Pesta di tengah musim panas menjadi tantangan tersendiri bagi beberapa orang. Jika mempunyai stamina rendah, mereka mungkin akan jatuh pingsan setelah beberapa putaran mengelilingi lantai dansa. Belum lagi pengaruh alkohol dan obrolan kosong dari teman dansa menjengkelkan.“Anda membiarkan saya dibawa pergi,” seru Cleo sedikit kesal. “Padahal Anda baru berdansa sa
…..“Siapa di sana!”Pergerakan mencurigakan dibalik semak tertangkap penglihatan tajam Sander. Menyimpulkan adanya bahaya yang mengintai, pria itu buru-buru meminta Cleo agar berlindung di belakangnya.Penjagaan di kompleks istana tergolong ketat, tetapi bukan berarti sepenuhnya aman. Perang kecil masih berkecambuk di utara, dan musuh Elinor bertebaran di mana-mana. Percobaan pembunuhan terhadap Keluarga Kerajaan maupun bangsawan seakan menjadi hal yang lumrah. Sedetik saja hilang kewaspadaan, tidak ada yang tahu giliran siapa yang menjadi korban malam ini.Ketegangan Sander dan Cleo berangsur mereda ketika Alden keluar dari balik semak mawar. Sang pangeran menghampiri keduanya dengan tampang tak berdosa. “Astaga! Aku mengejutkan kalian ya.”“Yang Mulia, apa yang Anda lakukan di tempat gelap itu?” tanya Cleo keheranan.“Hanya berjalan-jalan, Lady Austin,” jawab Alden ringan. “Aku bosan di aula.”Kepala Sander langsung pening menyaksikan kelakuan nyeleneh pangeran. Sembari memijat-mija
…..Ratusan manusia memadati lapangan sekolah untuk mengucapkan ‘selamat’ kepada anak dan kerabat mereka yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan di Akademi Kerajaan. Mengenakan jubah toga kelulusan, Alden dan Sander terlihat menunggu seseorang di bawah patung Raja Pertama Elinor, tokoh yang berperan penting mendirikan Akademi Kerajaan bagi para bangsawan.“Yang Mulia! Lord Sander!”Cleo yang terlambat datang bergegas menghampiri keduanya. Mengingat hari ini adalah hari istimewa, wanita itu tak lupa membawakan mereka hadiah. Buket bunga mawar merah ia serahkan kepada Sander, lalu buket bunga tulip kuning untuk Alden.“Cleo, kau tersasar?” tanya Alden jenaka. “Kau sungguh alumni sekolah ini, kan?”Setelah pesta kerajaan, Cleo menjadi sering menghabiskan waktunya bersama Sander dan Alden, sekadar mengisi kesenggangan dengan minum teh atau berjalan-jalan di taman kota. Terkadang mereka juga mengajak Zelda, kendati wanita itu lebih sering menolak daripada ikut serta.“Tentu saja, Yang
.....Cleo menutup rapat mulutnya menggunakan sapu tangan ketika merasakan perutnya yang kembali bergejolak. Perjalanan dari Ibu Kota ke Dorian yang memakan waktu hampir seminggu itu begitu menyiksa mental dan fisiknya. Udara kereta yang sesak di tengah musim panas seakan memperparah ketidaknyamanannya.Wanita itu memejamkan matanya erat, berharap rasa mualnya segera mereda. Namun, setiap kali kereta mereka terguncang karena jalanan berbatu, perutnya kembali teraduk-aduk. Cleo menyesal telah meremehkan keadaan ini. Ia pikir, setelah bertahun-tahun terbiasa menaiki kereta di Ibu Kota, mabuk perjalanan panjangnya akan sembuh.“Maafkan saya, Lord,” ucap Cleo lemas, hampir tidak terdengar.Sander menatapnya dengan sorot penuh perhatian. “Tak perlu dipikirkan. Jika tidak kuat, kita bisa berhenti sejenak untuk beristirahat.”Di luar kereta, pemandangan berubah dari hamparan dataran berbukit menjadi hutan pinus yang lebat. Pohon-pohon tumbuh menjulang tinggi, ranting-rantingnya bergoyang lem
…..“Cleo, bukankah baru-baru ini kau menghadiri pesta dansa kerajaan?” tanya Madam penuh rasa ingin tahu. Ia menyesap teh hangatnya, memandangi putrinya yang duduk di seberang meja. “Aku penasaran, seperti apa meriahnya pesta di istana.”Tirai-tirai sutra berwarna putih gading melambai indah ditiup angin dari perbukitan. Meja teh di ruang tamu bangunan sayap manor tertata sempurna—piring porselen bercorak emas, teko perak berkilau, dan berbagai jenis kue kecil tersaji di atasnya.“Pestanya besar, Bu. Banyak sekali tamu yang diundang, jumlahnya mencapai ribuan,” jelas Cleo bersemangat. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, suaranya terdengar riang ketika mengenang suasana malam itu. “Selain bangsawan Elinor, kerajaan juga mengundang para diplomat penting dari luar negeri. Kebetulan Lord Sander memperkenalkan saya kepada beberapa dari mereka.”Madam Anne meletakkan cangkir tehnya di atas piring kecil dengan hati-hati, suaranya berdenting pelan. “Benarkah itu?” serunya takjub. Hid
…..Menjajal keramaian pelabuhan bersama Sander menjadi salah satu pengalaman paling berkesan Cleo Austin selama masa liburannya di Dorian. Pelabuhan itu hidup dengan hiruk-pikuk yang menyenangkan. Sepanjang jalan, deretan pertokoan menjual beraneka barang, mulai dari kain sutra, wewangian, perhiasan, rempah-rempah hingga olahan ikan yang dikemas rapi dalam kaleng-kaleng kecil. Semua orang sibuk berlalu-lalang, berbicara dalam berbagai bahasa yang asing di telinga Cleo. Keberagamannya membuat tempat ini terasa seperti titik pertemuan budaya dari seluruh penjuru benua.“Cleo, sebenarnya aku tidak ingin membuatmu terburu-buru, tetapi kapal kita sudah menunggu,” Sander menegur Cleo yang larut dalam dunianya sendiri, asyik mencoba aksesoris yang dijual di sebuah toko emas.Cleo menoleh, sedikit tergagap mengetahui Sander berdiri di belakangnya dengan tangan menyilang. Wajah wanita itu tampak kebingungan ketika memperlihatkan dua bros emas di tangannya. Bros berhiaskan batu rubi berukuran
…..Para tamu bergantian mengucapkan selamat atas pertunangan Alden dan Zelda. Digelar di istana, berbagai macam bunga hidup mendekorasi setiap sudut aula, meja-meja panjang dipenuhi makanan lezat, sementara alunan musik orkestra mengisi ruangan dengan lagu-lagu menyenangkan. Namun, di balik kemeriahan pesta tersebut, atmosfer politik terasa begitu pekat menyelimuti acara yang sejatinya hanyalah kamuflase persekutuan antara dua kubu.Mayoritas bangsawan yang hadir adalah anggota Fraksi Bangsawan Tinggi, kelompok elit yang dipimpin Duke Simon Adler. Malam itu, sang duke menjadi pusat perhatian, hampir mengendalikan keseluruhan percakapan. Ketidakhadiran petinggi dari fraksi lain seakan menunjukkan betapa berpengaruhnya suara Duke Simon Adler di istana.Menjauhi keramaian di sudut lain aula, Alden berdiri menemani Zelda, matanya sibuk menyapu seisi ruangan, mencari kehadiran seseorang. “Kau tidak mengundang Cleo?” tanyanya, memecah kesunyian yang telah lama membelenggu mereka. “Mengapa?
…..Barisan tamu kehornatan berderet rapi di sepanjang jalur tengah aula ketika rombongan Keluarga Kerajaan sedang bersiap-siap di posisi masing-masing. Di bagian paling depan, berdiri Cleo dan Sander. Ekspresi pasangan itu tampak tenang, kendati detak jatuh salah satunya sedikit berdebar menghadapi tatapan tajam para bangsawan yang menunggu di belakang mereka.“Duke Muda Sander,” sapa Raja Edward. Pria itu tampil penuh karisma dengan jubah beludru biru tua berhias lencana kerajaan di dada dan mahkota bertahtakan berlian dan safir. “Terima kasih telah datang ke pesta ini.”Sander membungkuk sopan dan diikuti oleh Cleo. “Kehormatan besar bagi saya untuk hadir di sini, Yang Mulia. Kami turut bersukacita atas pernikahan agung ini. Atas nama Keluarga Dorian, saya menyampaikan doa terbaik untuk Pangeran Alden dan Putri Zelda.”Tatapan Ratu Shopie beralih pada sosok Cleo. Menua dengan cara cantik, wajahnya yang dingin dan halus layaknya porselen tua yang mahal. Gaunnya menjutai elegan dalam
…..“Lady Austin,” sapa seorang pria paruh baya dengan tongkat kayu yang menghampiri tempat Cleo bersama istrinya. “Kita bertemu lagi.”Cleo mengangguk sopan. “Baron Abellard.”“Di pertemuan pertama kita, saya sedang terburu-buru. Maaf jika sikap saya kepada Anda terkesan dingin,” ujarnya ingin dimaklumi.“Oh, tidak sama sekali. Waktu Anda terlalu berharga untuk disia-siakan.”Istri Baron Abellard, seorang wanita anggun dengan gaun lavender dan rambut yang digelung sederhana—tersenyum malu-malu sembari memandangi Cleo. Kulitnya yang berkeriput halus siang ini tampak tertutupi lapisan bedak tipis dan perona pipi, membuat tampilannya lebih segar.“Lady Austin, izinkan saya memperkenalkan istri saya, Ariana,” ujar Baron Abellard. “Pesta ini adalah acara sosial pertamanya setelah sekian lama beristirahat.”Ariana mengangguk sopan. Suaranya halus saat berbicara, “Saya sempat menarik diri dari banyak kegiatan sosial setelah kelahiran anak bungsu kami. Senang bisa berjumpa dengan Anda, Lady
…..Hari baru saja berganti. Istana Elinor dipenuhi suara langkah tergesa dan teriakan pelayan yang bersahutan dari satu lorong ke lorong lain. Kain-kain mewah dibentangkan, karpet merah dibersihkan hingga bersinar, bunga segar dikirim dalam jumlah tak terhitung ke aula yang menjadi tempat resepsi. Di dapur, aroma manis dan gurih bercampur menjadi satu—puluhan juru masak sibuk mempersiapkan jamuan kenegaraan yang harus sempurna hingga gigitan terakhir.Sementara itu, para pejabat tinggi dan tamu undangan dari berbagai kerajaan mulai berdatangan. Mereka membawa rombongan masing-masing, menyulut percakapan hangat bercampur bisik-bisik politik di sela senyuman diplomatik. Di istana Dahlia, keributan mencapai puncaknya di kamar pengantin wanita. Zelda Adler, sang calon putri mahkota, berjalan mondar-mandir dengan gaun pengantin dan tudung tille menutupi kepala.“Tolong periksa lagi!” serunya panik, membuat dua pelayannya saling menatap ngeri. “Aku tidak akan membiarkan satu pun lipatan be
…..Di sisi barat Ibu Kota, jauh dari pusat perdagangan dan kawasan industri yang mulai padat, berdiri sebuah mansion bergaya klasik dalam kesunyian yang elegan. Dikelilingi pepohonan mapel dan taman kecil yang selalu terawat, bangunan bercat putih gading itu adalah kediaman resmi keluarga Dorian setiap kali mereka berkunjung ke Elinor. Lokasinya sengaja dipilih di daerah pinggiran—bukan karena kemewahan, melainkan demi udara bersih dan ketenangan yang sulit didapat di pusat kota.Rombongan kereta kuda berhenti di depan gerbang besi tempa yang dihiasi lambang keluarga. Cleo memandangi rumah besar itu dengan mata berbinar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali menginjakkan kakinya di Ibu Kota. Kini ia kembali sebagai bagian dari Keluarga Dorian—sebuah perubahan yang terasa seperti potongan mimpi yang entah dari kapan menjadi nyata.Sander berdiri di samping Cleo, tampak sedikit lelah setelah mengatur semua persiapan perjalanan dan kedatangan mereka. Ia telah memeriksa setiap sudut ruma
…..Untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun membatasi diri karena kondisi kesehatan yang memburuk, Madam Victoria memutuskan untuk keluar dari kamar. Kejutan manis ini tentunya membahagiakan semua penghuni Dorian Manor. Tak seorang pun mengira, sesuatu yang gaib telah membisiki wanita itu. Sebuah bisikan gaib yang memberikan petunjuk bahwa mungkin waktunya di dunia sudah tidak lama lagi. Menyadari mungkin ini kesempatan terakhirnya menyenangkan hati semua orang, Madam Victoria ingin menghabiskan sisa waktunya bersama keluarga terkasih.“Pegang erat tanganku, jangan dilepaskan,” ujar Duke Adam yang tengah memapah istrinya menuruni anak tangga.Merasa tubuhnya sudah jauh lebih sehat dan kuat, Madam Victoria mengatakan jika ia sudah tidak membutuhkan kursi roda lagi. Madam juga berusaha keras meyakinkan para pelayan yang khawatir sepanjang waktu bahwa ia mampu berjalan-jalan tanpa perlu bantuan. Namun, Duke Adam menolak keras ide tersebut.“Sejak kapan Anda menjadi setua ini, Lord?
…..Semalaman Zelda panas dingin karena Abby. Bukannya tidak percaya James, wanita itu hanya khawatir kepala pelayannya akan melaporkan masalah asal-usul gadis lusuh yang dipungutnya dari jalan itu kepada Duke Simon. Meskipun James sudah bersumpah akan tutup mulut, pemilik Sky Hall tetaplah ayahnya.“Milady, kereta kerajaan menunggu di halaman depan,” lapor Lyn, pelayan pribadi Zelda. “Saya akan mengangkut barang-barang Anda keluar.”Tingga sisa sebulan saja. Zelda menunggu hari di mana ia akan melepas status lajangnya dan menikah dengan Pangeran Alden. Tradisi di hampir semua kerajaan di Benua Utama, calon pengantin wanita biasanya akan hidup seatap dengan keluarga calon suaminya—tentu saja di bawah pengawasan ketat. Tujuan dari tradisi ini adalah tak lain untuk mempermudah persiapan acara pernikahan mereka. Dan hari ini, tibahlah momen yang telah lama ditunggu-tunggu Zelda. Pangeran Alden dijadwalkan datang menjemputnya untuk membawanya ke istana.“Di mana Yang Mulia?” tanya Zelda p
…..Sepulangnya dari agenda di istana, Zelda memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang baca selagi menunggu Duke Simon kembali dari urusan parlemen. Ketika tengah mencari-cari toples permen yang biasa disimpan dalam laci meja, perhatian wanita itu teralihkan pada kehadiran amplop cokelat asing yang tergeletak di atas meja belajar.“James, ini dokumen siapa?” tanya Zelda sembari menunjuk benda yang dimaksud. “Mungkinkah pekerjaan lain dari ayah untukku?”Si kepala pelayan Sky Hall menggeleng cepat. “Itu informasi yang Anda minta carikan beberapa minggu yang lalu, Milady.”“Yang aku minta? Ah… tentang gadis lusuh yang aku pungut dari jalanan kemarin ya?” ujar Zelda, perlahan mengingatnya. Setelah memasukkan Abby ke rumah, Zelda sengaja memerintahkan kepala pelayan untuk menyelidiki identitas tukang cuci barunya. Ia tidak ingin tempat tinggalnya dipenuhi orang-orang bermasalah, atau yang paling parah, kriminal dalam pelarian.“Benar, Milady.”“Kenapa lama sekali? Untuk mengumpulkan
…..Udara di pelabuhan Dorian selalu dipenuhi aroma garam dan kayu basah. Riuh suara buruh angkut yang bekerja menggerakkan peti-peti besar bercampur dengan teriakan awak kapal yang sibuk mengatur layar dan tali tambat. Lautan membentang luas dengan kapal-kapal niaga berjajar di dermaga, lambang kekuatan perdagangan Dorian yang tak tertandingi di pesisir selatan.Di antara kesibukan itu, Sander Dorian berdiri tegap di ujung dermaga dengan tangan terlipat di depan dada. Seragamnya yang sederhana dan rapi menunjukkan kedisiplinannya sebagai Duke Muda sekaligus wakil Duke Adam dalam urusan perdagangan. Mata rubinya tajam mengawasi para pekerja yang mengangkut peti-peti berisi pedang dan perisai. Beberapa peti ditandai dengan lambang Kerajaan Elinor—seekor singa berjubah emas yang mengaum angkuh di atas perisai biru.Tak jauh dari Sander, Alden berdiri dengan sikap santai. Jubah kebesarannya berkibar tertiup angin laut, rambut pirangnya yang terawat berkilauan di bawah sinar matahari pagi
…..Hamparan rumput menguning terbentang luas di taman Panti Asuhan Miracle, berpayung awan-awan putih yang menggumpal ringan bagaikan permen kapas. Wangi manis dan pedas bunga krisan semerbak mengarungi udara, bersama dedaunan layu yang bergoyang lembut diterpa angin musim gugur. Suara tawa anak-anak mengalun riang, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan hati para tamu di pesta kebun tahunan Badan Amal Dorian.Cleo berdiri di tengah-tengah taman, mengenakan gaun berwarna hijau yang membingkai anggun siluetnya. Rambut cokelat tuanya tersisir rapi, dihiasi ornamen perak. Senyum wanita itu mengembang lebar ketika seorang anak perempuan bermata bulat besar menarik ujung gaunnya."Nyonya, Anda sangat cantik seperti peri hutan!" seru si gadis kecil penuh kekaguman.Cleo tertawa ringan, berjongkok untuk menyamai tingginya. "Oh, kalau begitu kau peri lucu dari negeri ajaib, ya?"Si gadis kecil mengangguk cepat dengan pipi memerah, membuat beberapa temannya ikut mendekat karena penasara