…..Menjajal keramaian pelabuhan bersama Sander menjadi salah satu pengalaman paling berkesan Cleo Austin selama masa liburannya di Dorian. Pelabuhan itu hidup dengan hiruk-pikuk yang menyenangkan. Sepanjang jalan, deretan pertokoan menjual beraneka barang, mulai dari kain sutra, wewangian, perhiasan, rempah-rempah hingga olahan ikan yang dikemas rapi dalam kaleng-kaleng kecil. Semua orang sibuk berlalu-lalang, berbicara dalam berbagai bahasa yang asing di telinga Cleo. Keberagamannya membuat tempat ini terasa seperti titik pertemuan budaya dari seluruh penjuru benua.“Cleo, sebenarnya aku tidak ingin membuatmu terburu-buru, tetapi kapal kita sudah menunggu,” Sander menegur Cleo yang larut dalam dunianya sendiri, asyik mencoba aksesoris yang dijual di sebuah toko emas.Cleo menoleh, sedikit tergagap mengetahui Sander berdiri di belakangnya dengan tangan menyilang. Wajah wanita itu tampak kebingungan ketika memperlihatkan dua bros emas di tangannya. Bros berhiaskan batu rubi berukuran
…..Para tamu bergantian mengucapkan selamat atas pertunangan Alden dan Zelda. Digelar di istana, berbagai macam bunga hidup mendekorasi setiap sudut aula, meja-meja panjang dipenuhi makanan lezat, sementara alunan musik orkestra mengisi ruangan dengan lagu-lagu menyenangkan. Namun, di balik kemeriahan pesta tersebut, atmosfer politik terasa begitu pekat menyelimuti acara yang sejatinya hanyalah kamuflase persekutuan antara dua kubu.Mayoritas bangsawan yang hadir adalah anggota Fraksi Bangsawan Tinggi, kelompok elit yang dipimpin Duke Simon Adler. Malam itu, sang duke menjadi pusat perhatian, hampir mengendalikan keseluruhan percakapan. Ketidakhadiran petinggi dari fraksi lain seakan menunjukkan betapa berpengaruhnya suara Duke Simon Adler di istana.Menjauhi keramaian di sudut lain aula, Alden berdiri menemani Zelda, matanya sibuk menyapu seisi ruangan, mencari kehadiran seseorang. “Kau tidak mengundang Cleo?” tanyanya, memecah kesunyian yang telah lama membelenggu mereka. “Mengapa?
…..Dikarenakan kesibukan pekerjaan Sander, Cleo harus merelakan acara pertunangannya digelar secara sederhana. Bukan pesta mewah yang menelan biaya fantastis, Keluarga Dorian mengadakan pesta kebun di halaman manor dan sengaja hanya mengundang sanak saudara terdekat mereka—termasuk Keluarga Austin, para sahabat baik, beberapa teman kantor dan sejumlah orang penting di pemerintahan. Halaman Dorian manor yang luas dan monoton itu telah disulap sedemian rupa oleh tangan terampil para pelayan sehingga layak digunakan untuk merayakan hari bahagianya.“Kau cantik sekali,” puji Madam Anne yang pangling dengan penampilan putrinya.“Benarkah?” balas Cleo sumringah. Biarpun masih ada sisa rasa kecewa, wanita itu berusaha tampil sempurna. “Riasan tipis ini membuat saya khawatir, Bu.”Madam Anne menggeleng cepat seraya mencolek jahil dagu Cleo. Sikap perfeksionis putrinya justru yang lebih mengkhawatirkan. “Jangan cemaskan masalah itu. Riasan tipismu cocok untuk acara santai ini. Jika terlalu te
…..Rombongan kereta kuda kerajaan akhirnya tiba di kediaman Duke Adam Dorian setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Beberapa pengawal dan ksatria yang diutus mendampingi Alden bergegas menurunkan barang selagi sang pangeran bertukar sapa dengan anak pemilik manor.“Entah kenapa setiap kunjunganku kemari selalu memberikanku pengalaman baru.” Alden bertingkah riang dengan memeluk hangat sahabatnya. “Rute yang dilalui terasa berbeda dari ingatanku.”Sander memandang langit yang tampak mendung. Peningkatan curah hujan ekstrim di Benua Utama beberapa minggu belakangan ini menjadi pertanda paling jelas pergantian musim dari panas ke gugur.“Dukedom melakukan perbaikan jalan di jalur antar wilayah untuk mengurangi risiko kecelakaan kereta. Kami menebang pohon-pohon yang berpotensi tumbang, menutup jalan yang longsor dan membuka rute baru. Mungkin itu alasan mengapa Anda merasa asing di perjalanan.”“Dorian memang paling ahli jika urusannya menyelesaikan masalah rakyat.”Kedua pria muda
…..Madam Anne mencium lembut kedua pipi putrinya sebelum masuk ke dalam kereta, bergabung dengan suaminya yang sudah naik lebih dulu. Beberapa pelayan berdiri di teras, memastikan semua barang penting telah diangkut dengan benar. Kuda-kuda meringik pelan, merasakan tali kendali yang mulai ditarik kusir. Roda-roda kereta kompak berputar pelan menggilas jalan, membawa pasangan Austin pergi meninggalkan manor.“Kau sedih?” tanya Sander kepada Cleo, terdengar lembut di antara hembusan angin musim gugur.“Apakah saya terlihat sedih?” Cleo balik tertanya.Sander menggeleng, menelisik wajahnya. “Kau terlihat baik-baik saja.”Meskipun selama ini tinggal berjauhan, hubungan Cleo dan orangtuanya tidaklah seburuk bayangan orang-orang. Mereka rajin berkirim surat untuk menanyakan kabar atau berbagi cerita. Komunikasi yang lancar membuat anggota Keluarga Austin selalu merasa dekat satu sama lain. Oleh sebab itu, Cleo tak merasa sedih hanya karena sebuah perpisahan yang sifatnya sementara.“Lord,
…..Siang ini, Zelda dan kawan-kawannya berkunjung ke kediaman Keluarga Ronan. Selaku tuan acara, Madam Ronan sengaja mengkhususkan undangan minum teh ini untuk para bangsawan wanita yang bersahabat dengan menantunya, Lady Mysie. Bukan sekedar bersosialisasi, ia sengaja menggelar acara tersebut untuk mengenal lebih dekat orang-orang di lingkup pertemanan istri anaknya, agar bisa memastikan bahwa mereka tidak memberikan pengaruh buruk kepada menantunya.“Zelda, kau datang!” Mysie berlari memeluk tunangan Alden di ambang pintu depan rumah. Sulitnya mendapatkan izin keluar dari ibu mertuanya membuat Mysie kehilangan banyak kesempatan berbaur dengan teman sosialitanya. “Padahal kita sama-sama tinggal di Ibu Kota, tetapi sudah sebulan lebih aku tidak berjumpa denganmu.”Suara dehaman Madam Ronan menyadarkan Mysie. Penampilannya sama sekali tak mencerminkan keanggunan dan ketenangan seorang wanita. Mysie pun segera menyingkir, memperbaiki sikapnya sesuai etiket kebangsawan.“Selamat datang
.....Bunyi renyah terdengar setiap kali sepatu Cleo menginjak tumpukkan daun kering yang berserakan menutupi jalan setapak di sepanjang area taman. Musim gugur yang identik dengan kesejukkan seolah menyihir segala yang berwarna hijau menjadi kuning kecoklatan. Berbeda dengan kesan musim semi yang berseri-seri, musim gugur layaknya orang tua renta yang siap mati.“Ada apa, Yang Mulia? Kenapa Anda melihat saya seperti itu?”Rona merah perlahan menjalari tengkuk leher Alden ketika menyadari bahwa tatapannya pada Cleo terpaku terlalu lama. Pangeran berdeham pelan, berusaha menutupi kegugupan, sementara senyum manis Cleo semakin membuatnya gelisah. “Aku ketahuan.”Cleo tertawa kecil, menutupi bibirnya dengan tangan. Di tengah suasana hangat itu, angin tiba-tiba bertiup cukup kencang melewati mereka, menerbangkan dedaunan kering di sekitar. “Yang Mulia,” panggilnya pada Alden.“Ya, Milady?”“Apakah Anda mengundang kami ke acara pernikahan Anda nanti?”Rahang Alden mengatup rapat, terlihat
…..Sesuai janjinya kepada Cleo, Sander pulang ke rumah sebelum jam makan malam. Selepas bersih-bersih dan merapikan diri, ia pergi mengunjungi perpustakaan manor untuk membaca beberapa buku selagi menunggu kabar dari pelayan jika meja makan telah siap.“Lord Sander, maaf menganggu waktu bersantai Anda.”Duke muda melepaskan pandangannya dari lembar buku, menemukan sosok Phillip berdiri di seberang meja. “Oh, kau Phillip. Sudah waktunya makan malamnya ya?”Phillip menggeleng sopan. “Kedatangan saya kemari untuk melamporkan hal lain, Lord.”Sikap kepala pelayan manor yang tampak tegang dan lebih serius membuat Sander penasaran. Peristiwa mengerikan apa yang telah terjadi di rumahnya sepanjang hari ini? “Silakan.”“Elena, pelayan yang ditunjuk Anda untuk melayani Lady Austin, dia melaporkan bahwa Pangeran Alden telah bertindak di luar batas.” Phillip menyerahkan laporan tertulis yang diterimanya dari pelayan bersangkutan. “Mengesampingkan status Lady Austin yang merupakan tunangan Anda,
…..Kereta melaju perlahan di jalanan bersalju, mengayun lembut seiring derak roda yang memecah keheningan musim dingin. Kabut tipis menggantung rendah di atas tanah, menyelimuti pepohonan telanjang laksana siluet pahit di antara bangunan batu tua yang menjulang gagah di kejauhan.Memasuki area pusat Ibu Kota, pemandangan hiruk-pikuk kota kerajaan menyambut mereka. Di sepanjang jalan utama, warga yang berbalut mantel tebal tampak terburu-buru menembus kabut, para pedagang membongkar peti-peti barang di balik kios yang berlapis terpal, dan kereta-kereta lain berseliweran, menyisakan jejak roda di permukaan jalan yang beku. Asap hitam dari cerobong rumah-rumah bata mengepul tinggi, berpadu dengan aroma roti hangat dan kayu terbakar yang samar menyelinap masuk ke sela-sela jendela kereta.Dalam kabin yang hangat, Cleo dan Sander duduk berhadapan, dibalut selimut wol tebal pemberian pelayan sebelum keberangkatan. Di antara mereka, keheningan bukanlah kekosongan—melainkan ruang tenang yang
…..Angin musim dingin menyusup melalui celah tirai renda yang tipis, menari lembut di atas permukaan selimut beludru yang masih rapi di sisi ranjang sebelah kiri—sisi yang seharusnya hangat oleh kehadiran seorang suami. Zelda membuka mata dengan malas, seolah mimpinya semalam tak mampu memberinya harapan yang layak untuk pagi hari yang sama membosankannya dengan hari kemarin.Ia duduk di tepian ranjang. Jubah satin perak yang membalut tubuhnya bergeser perlahan, memperlihatkan lekuk bahu yang pucat seperti pahatan marmer dingin. Ia tampak seperti patung dewi dalam lukisan tua—memukau, tetapi tidak bergairah. Bukan karena kekurangan tugas, yang pasti karena letih. Letih menghadapi kenyataan yang tak juga berubah: ranjang yang terlalu luas, kamar yang terlalu sunyi, dan suami yang terlalu sopan.Alden, Pangeran Elinor yang tampan dan memesona—atau dulu setidaknya demikian pikirnya—kini lebih setia pada setumpuk dokumen negara daripada pada istrinya sendiri. Ia pulang saat malam nyaris
…..Perenungan jiwa di balkon istana telah berjalan setengah jam lamanya. Angin malam menyapu helaian rambut cokelat Cleo, membawa serta wangi mawar putih yang menggantung di sepanjang teralis besi. Lilin-lilin dari area pesta terlihat berpedar samar di balik tirai ketika seseorang membuka pintu yang menjadi pembatas balkon dengan lantai dua aula. Cleo menoleh dan menemukan sosok yang dikenal tengah memandangnya lekat-lekat.“Anda meninggalkan saya lagi,” ujar Cleo di antara desir angin malam. “Apakah diskusi bisnisnya berjalan lancar?”Sander ikut bergabung dalam perenungan jiwa itu. Ia bersama Cleo berdiri di tepian balkon, menikmati pemandangan halaman depan aula yang dipenuhi tamu-tamu kerajaan. Beberapa dari mereka sengaja keluar dari aula untuk menghilangkan rasa mual dan pusing di kepala, atau mungkin hanya ingin mencari udara segar saja.“Itu sindiran untukku?”“Saya pikir Anda sudah pulang.”“Dan melewatkan kesempatan menolongmu dari serangan orang-orang gila?” Sander berbalik
…..Memutuskan untuk meninggalkan aula lebih awal karena tak tahan sudah dipermalukan, Zelda melarikan diri ke lorong istana yang sepi dari manusia. Persetan dengan Duke Simon yang marah kepadanya, Zelda merasa tidak sudi nasibnya dikasihani para tamu. Tak sendiri, Alden yang khawatir segera menyusul ke tempatnya.“Saya tidak mengulanginya dua kali, Yang Mulia.” Berhadapan langsung dengan Alden yang masih jengkel dengan tingkah gilanya, suara wanita itu terdengar parau usai menangis cukup lama. “Selama Anda di Dorian… apakah kalian berbuat sesuatu?”Tersinggung oleh tuduhan istrinya, kepala tangan dan rahang Alden kompak mengeras. Sejumlah pelayan yang ditugaskan menunggu di sekitar lorong tampak gugup dan panik. “Omong kosong apalagi yang ingin kau debatkan?”“Saya ingin tahu, apa yang terjadi di antara Anda dan Cleo selama di Dorian. Apakah… Anda menyentuhnya? Apakah dia membalas perasaan Anda?”Alden yang kelewat tercengang sampai mengambil langkah mundur sebelum akhirnya tertawa t
…..Barisan tamu kehornatan berderet rapi di sepanjang jalur tengah aula ketika rombongan Keluarga Kerajaan sedang bersiap-siap di posisi masing-masing. Di bagian paling depan, berdiri Cleo dan Sander. Ekspresi pasangan itu tampak tenang, kendati detak jatuh salah satunya sedikit berdebar menghadapi tatapan tajam para bangsawan yang menunggu di belakang mereka.“Duke Muda Sander,” sapa Raja Edward. Pria itu tampil penuh karisma dengan jubah beludru biru tua berhias lencana kerajaan di dada dan mahkota bertahtakan berlian dan safir. “Terima kasih telah datang ke pesta ini.”Sander membungkuk sopan dan diikuti oleh Cleo. “Kehormatan besar bagi saya untuk hadir di sini, Yang Mulia. Kami turut bersukacita atas pernikahan agung ini. Atas nama Keluarga Dorian, saya menyampaikan doa terbaik untuk Pangeran Alden dan Putri Zelda.”Tatapan Ratu Shopie beralih pada sosok Cleo. Menua dengan cara cantik, wajahnya yang dingin dan halus layaknya porselen tua yang mahal. Gaunnya menjutai elegan dalam
…..“Lady Austin,” sapa seorang pria paruh baya dengan tongkat kayu yang menghampiri tempat Cleo bersama istrinya. “Kita bertemu lagi.”Cleo mengangguk sopan. “Baron Abellard.”“Di pertemuan pertama kita, saya sedang terburu-buru. Maaf jika sikap saya kepada Anda terkesan dingin,” ujarnya ingin dimaklumi.“Oh, tidak sama sekali. Waktu Anda terlalu berharga untuk disia-siakan.”Istri Baron Abellard, seorang wanita anggun dengan gaun lavender dan rambut yang digelung sederhana—tersenyum malu-malu sembari memandangi Cleo. Kulitnya yang berkeriput halus siang ini tampak tertutupi lapisan bedak tipis dan perona pipi, membuat tampilannya lebih segar.“Lady Austin, izinkan saya memperkenalkan istri saya, Ariana,” ujar Baron Abellard. “Pesta ini adalah acara sosial pertamanya setelah sekian lama beristirahat.”Ariana mengangguk sopan. Suaranya halus saat berbicara, “Saya sempat menarik diri dari banyak kegiatan sosial setelah kelahiran anak bungsu kami. Senang bisa berjumpa dengan Anda, Lady
…..Hari baru saja berganti. Istana Elinor dipenuhi suara langkah tergesa dan teriakan pelayan yang bersahutan dari satu lorong ke lorong lain. Kain-kain mewah dibentangkan, karpet merah dibersihkan hingga bersinar, bunga segar dikirim dalam jumlah tak terhitung ke aula yang menjadi tempat resepsi. Di dapur, aroma manis dan gurih bercampur menjadi satu—puluhan juru masak sibuk mempersiapkan jamuan kenegaraan yang harus sempurna hingga gigitan terakhir.Sementara itu, para pejabat tinggi dan tamu undangan dari berbagai kerajaan mulai berdatangan. Mereka membawa rombongan masing-masing, menyulut percakapan hangat bercampur bisik-bisik politik di sela senyuman diplomatik. Di istana Dahlia, keributan mencapai puncaknya di kamar pengantin wanita. Zelda Adler, sang calon putri mahkota, berjalan mondar-mandir dengan gaun pengantin dan tudung tille menutupi kepala.“Tolong periksa lagi!” serunya panik, membuat dua pelayannya saling menatap ngeri. “Aku tidak akan membiarkan satu pun lipatan be
…..Di sisi barat Ibu Kota, jauh dari pusat perdagangan dan kawasan industri yang mulai padat, berdiri sebuah mansion bergaya klasik dalam kesunyian yang elegan. Dikelilingi pepohonan mapel dan taman kecil yang selalu terawat, bangunan bercat putih gading itu adalah kediaman resmi keluarga Dorian setiap kali mereka berkunjung ke Elinor. Lokasinya sengaja dipilih di daerah pinggiran—bukan karena kemewahan, melainkan demi udara bersih dan ketenangan yang sulit didapat di pusat kota.Rombongan kereta kuda berhenti di depan gerbang besi tempa yang dihiasi lambang keluarga. Cleo memandangi rumah besar itu dengan mata berbinar. Sudah lama sekali sejak terakhir kali menginjakkan kakinya di Ibu Kota. Kini ia kembali sebagai bagian dari Keluarga Dorian—sebuah perubahan yang terasa seperti potongan mimpi yang entah dari kapan menjadi nyata.Sander berdiri di samping Cleo, tampak sedikit lelah setelah mengatur semua persiapan perjalanan dan kedatangan mereka. Ia telah memeriksa setiap sudut ruma
…..Untuk pertama kalinya, setelah bertahun-tahun membatasi diri karena kondisi kesehatan yang memburuk, Madam Victoria memutuskan untuk keluar dari kamar. Kejutan manis ini tentunya membahagiakan semua penghuni Dorian Manor. Tak seorang pun mengira, sesuatu yang gaib telah membisiki wanita itu. Sebuah bisikan gaib yang memberikan petunjuk bahwa mungkin waktunya di dunia sudah tidak lama lagi. Menyadari mungkin ini kesempatan terakhirnya menyenangkan hati semua orang, Madam Victoria ingin menghabiskan sisa waktunya bersama keluarga terkasih.“Pegang erat tanganku, jangan dilepaskan,” ujar Duke Adam yang tengah memapah istrinya menuruni anak tangga.Merasa tubuhnya sudah jauh lebih sehat dan kuat, Madam Victoria mengatakan jika ia sudah tidak membutuhkan kursi roda lagi. Madam juga berusaha keras meyakinkan para pelayan yang khawatir sepanjang waktu bahwa ia mampu berjalan-jalan tanpa perlu bantuan. Namun, Duke Adam menolak keras ide tersebut.“Sejak kapan Anda menjadi setua ini, Lord?