…..
Pulang ke penginapannya di Ibu Kota, pelayan bernama Dory menyambut Cleo dengan sepucuk surat di tangan. Ia mengatakan, petugas pos terlambat mengirimkan surat Cleo, beralasan jika kereta mereka mengalami kendala di perjalanan sehingga surat yang seharusnya sampai seminggu yang lalu baru bisa tiba siang ini.
“Terima kasih,” ucap Cleo saat menerima surat itu.
Duduk di depan meja rias, kepala Cleo diliputi banyak pertanyaan. Ia mengira, Sander hanya membual saja. Faktanya, surat dari rumah telah datang.
Usai membersihkan diri dan mengenakan gaun tidur, Cleo yang beres mengoleskan krim kecantikan di wajahnya, membawa surat itu ke atas ranjang. Sembari berbaring, ia membacanya di bawah temaram cahaya lilin.
“Duke Dorian melamarku untuk putranya?!” seru Cleo terkejut sampai terduduk kembali.
Mendadak, wajah tampan Sander bertebaran di benak Cleo. Pria muda yang sukses menarik perhatiannya di pertemuan pertama mereka ternyata calon tunangannya. Pantas saja, sepanjang bincang-bincang mereka bersama Alden dan yang lain, Cleo menyadari Sander yang terus mencuri pandang ke arahnya.
Sebagai bangsawan pinggiran, adalah hal lumrah bagi Cleo, kesulitan mendapatkan kesempatan untuk bersosialisasi dengan para bangsawan. Setelah lulus sekolah, Cleo yang menyadari betapa pentingnya koneksi dan relasi memutuskan tinggal sementara waktu di Ibu Kota. Selain memperluas lingkup pertemanannya, tinggal di Ibu Kota menjadi langkah besar Cleo untuk mencari calon suami yang berkualitas, baik dari segi pendidikan, status maupun kekayaan. Ibu Kota sendiri adalah ladang mencari jodoh terbaik karena di sinilah dunia sosialita bangsawan Elinor berkembang.
“Setahuku, reputasi Duke Muda Sander sangat baik. Dia jarang terlibat skandal. Jika ayah dan ibu memintaku untuk mempertimbangkan baik-baik lamaran ini, sepertinya mereka tidak ingin aku menolaknya.”
Cleo meletakkan surat itu ke atas nakas di samping ranjang. Pikiran wanita itu berputar cepat, memikirkan masa depannya. Lamaran ini, jika diterima, bukan hanya soal pernikahan, tetapi akan mempengaruhi posisi sosialnya di Dorian dan Elinor. Berdasarkan pengalamannya tinggal di Ibu Kota beberapa tahun ini, ia mengerti bahwa dunia sosialita merupakan medan pertempuran yang tak kasat mata. Para bangsawan saling bersaing membangun citra, dan yang paling kentara, mereka memperkuat kedudukan melalui pernikahan yang menguntungkan.
Setiap acara minum teh, pesta dansa, atau bahkan pertemuan kecil sekalipun, para madam dan lady selalu mencari cara menonjolkan kelebihan pasangan mereka. Ada yang membanggakan pangkat militer suaminya, ada pula yang memamerkan jumlah perkebunan keluarga milik calon mertua mereka. Beberapa bahkan dengan bangga menyebutkan hubungan jauhnya dengan raja, meski namanya tidak pernah tercantum di buku silsilah Keluarga Kerajaan.
Cleo duduk tegak, matanya tertuju pada bayangan yang terpantul di cermin. “Apakah aku siap meninggalkan dunia lajangku dan mengabdikan diri kepada suamiku?” pikirnya masih ragu. “Jika aku menerima lamaran ini,” lanjut Cleo, “maka aku bukan lagi Cleo dari Keluarga Austin, tetapi tunangan Duke Muda Sander Dorian, calon duchess Dorian. Itu berarti, aku akan dihormati, disorot, dan… mungkin ditakuti.”
Wajah Cleo menegang, membayangkan dirinya menghadiri pesta dansa, berjalan mengapit lengan Sander. Semua mata akan tertuju pada mereka, bertanya-tanya bagaimana seorang wanita dari keluarga bangsawan pinggiran sepertinya mampu menaklukan pria semenawan Sander Dorian.
Namun, Cleo pun sadar, semua kemewahan itu tidak mungkin datang tanpa tantangan. Kehidupan sosialita bukan hanya tentang ajang saling pamer pengaruh dan kekuasaan, tetapi juga tentang bertahan dari gosip dan perundungan. Jika Cleo menerima lamaran ini, ia harus mempersiapkan diri menghadapi kecemburuan serta sindiran pedas dibalut kata-kata pujian dari para bangsawan. Cleo sangat yakin, untuk ukuran pria sesempurna Sander, pasti memiliki banyak penggemar.
Cleo mencoba mengingat lagi nasihat ibunya sebelum ia berangkat ke Ibu Kota. ‘Dunia bangsawan hanyalah panggung, Nak. Kau harus tahu kapan berbicara, kapan diam, dan kapan tersenyum meskipun hatimu tak ingin.’
Wanita lulusan terbaik Akademi Kerajaan di tahun angkatannya itu menarik napas panjang. Ia bangkit dari ranjang, membuka jendela kamar, membiarkan angin malam masuk dan mendinginkan kepalanya. “Aku tidak mungkin mundur. Jika ingin menjadi nomor satu di dunia sosialita Elinor yang keras, aku harus berani mengambil risiko.”
Cleo duduk kembali di kursi meja riasnya, mengambil pena serta kertas dari laci. Dengan hati-hati dan penuh perhitungan, ia mulai menulis surat balasan untuk orang tuanya. Di akhir surat, hatinya berdebar hebat saat menuliskan kalimat ini:
“Jika Ayah dan Ibu merestui lamaran Duke Dorian, maka saya siap menyambut Duke Muda Sander sebagai calon pendamping saya.”
Cleo menyegel surat itu dan meletakkannya di atas meja. Ia akan mengantarkannya ke kantor pos besok pagi.
…..
Ketukan di pintu kamar membangunkan Cleo dari tidur nyenyaknya. Di luar, Dory memberitahukan jika sarapan telah siap. Sembari menguap lebar, Cleo membuka selimut lalu turun dari ranjang. Setelah mencuci muka dan berganti baju, wanita itu keluar dari kamar.
“Selamat pagi, Lady Austin,” sapa Dory ramah, mempersilakan Cleo untuk duduk. “Sebelum saya lupa, saya ingin memberikan surat ini kepada Anda.”
“Surat? Kali ini dari siapa?”
Dory mengeluarkan amplop dari kantong celemeknya. “Duke Muda Sander Dorian.”
Mata cokelat Cleo membola. Untung saja ia belum menyeruput tehnya sehingga peristiwa memalukan tidak terjadi padanya pagi ini. “D-duke Muda Sander kau bilang?”
“Benar Lady. Jika Anda masih ragu, saya yakin di bagian depan amplop tertulis nama pengirimnya.”
Terbawa suasana, Cleo sampai menganggurkan potongan roti panggang yang diolesi madu di atas meja makan. Pandangan wanita itu terpaku lama pada amplop merah muda di tangan, mengeja kata demi kata nama si pengirim.
Sander Arthur Dorian.
“Kenapa tiba-tiba Duke Muda Sander mengirimiku surat? Apakah dia ingin menegur ketidaksopananku karena menolak ajakan Pangeran Alden tempo hari?” batinnya khawatir.
Dengan jantung yang berdegup kencang, Cleo kembali teringat pada ketampanan dan kewibawaan sahabat Alden itu. Di dalam lubuk hatinya yang terdalam, sejujurnya ia tidak keberatan jika surat ini memang benar surat teguran. Karena dengan datangnya surat ini memberikannya sebuah alasan untuk bisa berkomunikasi dengan Sander.
Cleo menyentuhnya hati-hati, seolah amplop merah muda itu benda rapuh yang bisa pecah kapan saja. Ketika berhasil membuka segelnya, Cleo perlahan mengeluarkan lembaran kertas beraroma bunga lavender yang dinodai tulisan tangan rapi milik pria bernama Sander.
Mata cokelat Cleo menyusuri baris-baris awal surat tersebut penuh ketelitian.
Lady Cleo Austin yang terhormat,
Saya harap surat ini menemukan Anda dalam keadaan sehat dan bahagia. Saya akui, surat ini sedikit mendadak, tetapi saya tidak boleh menundanya lebih lama lagi. Dalam beberapa hari ke depan, istana akan menyelenggarakan pesta dansa untuk merayakan diangkatnya Pangeran Alden Lysander sebagai pangeran mahkota. Saya dengan penuh kerendahan hati, menginginkan Anda menjadi pasangan saya di acara tersebut.
Cleo berhenti membaca sejenak, memandangi tulisan itu dengan mata berkaca-kaca. Tangannya gemetaran. Ia membaca ulang kalimat terakhir untuk memastikan dirinya tak salah paham.
“Pasangan?” gumamnya masih belum percaya.
Saya memahami bahwa permintaan ini mungkin saja membebani hati Anda. Saya berharap, Anda mau mempertimbangkannya dengan hati yang lapang. Saya menantikan jawaban Anda, Lady Austin.
Hormat saya,
Sander Arthur Dorian.
Cleo mengatur napas, menangkan diri dari keterkejutan yang menghantam jiwanya. Sander ingin menjadikannya pasangan di pesta dansa kerajaan? Perkembangan hubungan ini terasa kelewat cepat, lebih lancar daripada yang pernah ia bayangkan.
Ingatannya berputar pada interaksi mereka di aula Akademi Kerjaan. Senyum hangat Sander, caranya mencuri pandang, nada suaranya yang tenang— ternyata semua itu bukan sekadar basa-basi biasa. Cleo mengerti, ternyata Sander benar-benar tertarik padanya. Pria itu berani mengambil langkah besar untuk memperjelas niatnya.
Cleo meletakkan suratnya di meja, menatap sarapan yang hampir tak tersentuh. Tidak ada waktu untuk melamun, batinnya. Ia pun menghabiskan makanannya, lalu pergi ke kamar untuk menulis surat lagi. Orang tuanya pasti senang menerima kabar baik ini.
…..
…..“Dengan siapa kau datang ke pesta besok, Sander?” tanya Carl di tengah waktu istirahatnya selepas berlatih pedang tiga jam. Pria itu tampak memeras sehelai handuk kecil yang basah kuyup oleh keringat. “Sepertinya aku datang sendiri.”“Keputusan ayahmu?”Carl mengangguk. “Demi keamanan calon istriku.”Lama terjun di bidang kemiliteran, Keluarga Leander memiliki pengaruh besar pada pertahanan Elinor. Mereka biasanya ditugaskan untuk membantu prajurit kerajaan menekan pemberontakan, menangani aksi terorisme, menjaga perbatasan serta menghalau serangan musuh. Pekerjaan kotor berisiko tinggi dengan bayaran tinggi adalah makanan sehari-hari para ksatria Leander yang gagah dan pemberani.Namun, belakangan ini permintaan jasa Elinor rupanya mulai berganti haluan. Jika sebelumnya, kerajaan memanfaatkan kekuatan Leander untuk mengamankan wilayahnya. Tujuan mereka sekarang berubah ke arah ekstrim, yakni rencana invasi wilayah lain. Tentu saja situasi ini memanaskan hubungan Elinor dengan ker
…..Selepas menyampaikan niat baik keluarganya, Marquess William diam-diam menghadiahkan Sander foto kelulusan Cleo Austin supaya pria itu tahu seperti apa paras putrinya. Ketika pertemuan di aula Akademi Kerajaan terjadi, bukan hal mengherankan jika Sander langsung menyadari bahwa salah satu wanita yang ia temui adalah calon tunangannya.“Dibandingkan foto, wujud nyatanya jauh lebih cantik,” puji Sander sambil memandangi foto Cleo yang tersimpan di jam saku.Suara ketukan dari arah pintu mengejutkan Sander. Pria itu buru-buru menyimpan jamnya ke laci meja belajar. Setelah merapikan diri, ia bergegas memeriksa tamu yang datang berkunjung. Saat pintu dibuka, terlihat seorang pelayan asrama telah menunggu.“Ada yang bisa saya bantu?”“Surat untuk Anda, Lord Sander.”“Terima kasih.”Meski tak kentara, air muka Sander berubah cerah begitu menemukan nama Cleo Brisena Austin. Tak berniat membuang waktunya lebih lama lagi, Sander membuka segel surat tersebut. Ia berharap Cleo membawakannya b
…..Menggantikan tugas ibunya yang telah meninggal dunia, menjadi rutinitas bulanan Zelda Adler, mengadakan acara minum teh meriah di Sky Hall. Tujuan acara tersebut tidak lain adalah untuk bersosialisasi dan menegaskan posisi tingginya di dunia sosialita. Ia mengundang beberapa wanita dari keluarga bereputasi baik, termasuk di antaranya Lady Cleo dari Keluarga Austin.“Oh Tuhan, ini cantik sekali,” seru Cleo setibanya di tempat acara.“Kemarin tukang kebun memberitahuku, taman belakang mansion sedang dipenuhi Bunga Candytuft liar,” jelas Zelda. “Rugi membiarkan mereka mati tak terurus, jadi aku manfaatkan sebagai dekorasi tambahan.”“Musim panas memang waktu bagi Bunga Candytuft bermekaran.” Cleo memetik setangkai bunga berwarna putih, mengendus harumnya.Zelda menyapukan pandangan ke sekitar, memantau para tamu menikmati sajian mewah sembari berbincang santai di tengah keindahan taman. “Aku lega semua orang menyukainya. Tidak sia-sia usahaku memindakan meja besar dan belasan kursi ke
…..Usai berpamitan dengan sang tuan acara, Cleo menaiki kereta kuda sewaan untuk pulang ke penginapan. Membiarkan kepalanya bersandar pada jendela, di sepajang jalan wanita itu termenung memikirkan nasibnya. Ia sangat menyukai pesta, tetapi pada kenyataannya, bersosialisasi menguras banyak energi. Selain pandai merayu, keramahan palsu adalah kemampuan yang harus dimiliki setiap wanita.Kusir memelankan laju kuda, menghentikan kendaraan mereka tepat di depan bangunan penginapan. Cleo bergegas turun, lalu mengucapkan salam perpisahan. Sesampainya di ruang tengah, ia melihat Dory telah menunggunya di sana.“Hadiah dari siapa, Dory?” tanya Cleo begitu menerima buket besar bunga mawar merah yang dirangkai cantik. “Bunganya masih segar, pasti baru diantar.”“Hadiah dari Duke Muda Dorian, Milady.”Pipi Cleo pelan-pelan merona. Hatinya ikut berbunga-bunga sehingga rasa resah dan lelah yang dibawanya pulang seketika sirna. “Beliau yang mengantarkannya sendiri?”Dory menggeleng cepat. “Kurir y
…..Dua pria bertampang sangar yang menjaga The Amour House mempersilakan pelanggan kesayangan bos mereka masuk. Mengetahui sumber uangnya telah datang, Madam Rosseti selaku pemilik rumah bordil itu tanpa ragu meninggalkan tamu yang sedang dilayani untuk memberikan sambutan meriah. Sesampainya di serambi, dahi wanita tua yang kesehariannya selalu tertutup bedak tebal justru berkerut sempurna ketika mendapati tampang lesu pangeran.“Astaga! Manusia mana yang tega membuat Anda bersedih hati seperti ini.”Alden melepaskan tawa hambar, berharap kelesuannya sedikit memudar. “Di mana yang lain?” tanya Alden sembari menyugar rambutnya menggunakan jemari tangan, matanya bergerak gelisah memeriksa sekeliling ruangan. “Mereka belum datang, Madam?”“Oh, teman-teman minum Anda?” tanya Madam Rosseti memastikan. Bukan Sander ataupun Carl, teman-teman yang dicari Alden adalah para bangsawan muda nakal kenalannya, yang biasa menghabiskan waktu senggang di tempat ini. “Sudah di sini sejak sore.”“Raji
…..Rutinitas Alden di istana selain membantu menyelesaikan tugas administrasi kerajaan adalah menemani sang ibu, Ratu Shopie di ruang bersantai. Wanita nomor satu di Elinor itu sangat hobi menyulam. Keahliannya telah diakui oleh para bangsawan wanita. Sapu tangan hasil sulamannya dikatakan menjadi hadiah langka yang ditunggu-tunggu. Saking indah dan berkelasnya sulaman Ratu Shopie, Raja Edward sendiri mengizinkan istrinya menghiasi jubah kebesaran raja-raja Elinor dengan sulamannya.“Semalam kau pulang jam berapa, Nak?” tanya Ratu Shopie. Mata birunya yang cemerlang mengikuti gerakan tangannya yang lihai memainkan jarum dan benang. “Aku mulai risau dengan lingkungan pertemananmu.”Alden memanggil pelayan, meminta dibawakan teh baru karena tehnya sudah dingin. “Yang Mulia, pernahkah saya mengecewakan Anda? Saya selalu menjaga diri saya dengan baik. Buktinya, sejauh ini saya belum pernah menghamili wanita yang saya kencani.”“Dasar anak nakal,” seru Ratu Shopie, pusing menghadapi tingk
…..Khawatir hasil tangannya mengecewakan Sander, Cleo sengaja mendatangkan penata rias handal bernama Oskar ke penginapan, kendati harus membayar lebih jika dibandingkan berkunjung langsung ke salon. Setelah berbagai persiapan dan proses merias diri yang panjang, tangan ajaib pria yang lebih senang dipanggil Madam itu sukses menyulap Cleo menjadi sosok Dewi Aphrodite yang menawan.“Dari butik manakah kau menyewa gaun ini, Sayang?” tanya Oskar yang penasaran dengan asal muasal gaun merah marun Cleo. “Pasti harganya selangit. Kau tahu, bulu kudukku merinding ketika menyentuhnya.”Cleo tertawa mendengar celotehan Oskar. Pria itu pintar sekali merangkai pujian aneh. “Madam, apa yang sebenarnya kau takutkan?”“Oh ayolah, Cleo. Aku takut tanganku merusaknya. Meski terbuat dari bahan berkualitas tinggi, barang apapun yang harganya mahal, di mataku mereka terlihat ringkih.”“Benarkah itu?”“Kasarnya, aku hanya sadar diri. Penghasilanku selama setengah tahun mungkin tak akan cukup untuk mengg
…..Kurang fokus ketika mengelap perabotan, seorang pelayan paruh baya tak sengaja memecahkan guci kesayangan mendiang Duchess Adler. Setelah menghitung kerugian dan memberikan hukuman yang pantas, Zelda bergegas kembali ke taman belakang, khawatir meninggalkan tamunya terlalu lama.Suasana taman yang awalnya ramai berubah lengang begitu Zelda tiba. Ia mencari-cari keberadaan Cleo, lalu menemukannya tengah menyendiri di sisi lain taman. Para bangsawan tampak menjauhi wanita itu dan situasi ganjil ini mendapatkan kejelasan tatkala Mysie datang dengan ekspresi tegang.“Apa yang terjadi? Kenapa semua orang bertingkah aneh?” tanya Zelda kebingungan.Mysie meraih lengan Zelda, mengajaknya pergi ke tempat sepi. “Zelda, dengarkan aku. Baru saja Pangeran Alden mengundang Cleo ke pesta kerajaan.”Kening Zelda berkerut, belum menemukan kesalahan pada berita tersebut. Pesta kerajaan diselenggarakan untuk merayakan pencapaian Alden. Sebagai tuan acara, pria itu berhak mengundang siapapun yang diin
…..Senin pagi, sama seperti hari-hari lainnya, Dorian Plaza tampak dipadati para pengunjung. Pusat perbelanjaan paling prestisius di Dorian ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya butik-butik eksklusif yang menjadi langganan para bangsawan dan keluarga terpandang. Di sepanjang lorong utama, etalase kaca besar memamerkan gaun-gaun mahal, perhiasan mewah, serta barang-barang impor dengan desain terbaik. Aroma parfum eksklusif bercampur dengan wangi kulit dari toko-toko aksesori mewah, menciptakan suasana yang benar-benar mencerminkan kehidupan kelas atas.Namun, Cleo dan Sander tidak datang ke sini untuk berbelanja. Mereka melewati butik-butik mewah tanpa melirik, langsung menuju lantai dua, di mana kantor Badan Amal Dorian berada.Di belakang pintu kayu dengan papan nama Badan Amal Dorian, suasana berubah drastis. Kantor ini tidak semewah butik di lantai bawah, mereka tertata rapi dan fungsional. Lemari kaca penuh dokumen berdiri di sepanjang dinding, beberapa meja kerja ditempati ole
…..Ruang tamu istana memiliki langit-langitnya yang tinggi, dihiasi cetakan plesteran rumit dengan motif bunga dan dedaunan berlapis emas. Dindingnya berwarna putih gading, karpet lantainya tebal dan lembut, menambah kehangatan ruangan yang megah itu.Di tengah ruangan, sebuah meja marmer panjang tertutup taplak beludru biru tua. Di atasnya, berbagai kotak perhiasan terbuka, memperlihatkan kilauan batu mulia yang didatangkan langsung dari butik perhiasan terbaik. Kalung berlian, cincin emas, serta gelang dan anting-anting dengan desain unik tersusun rapi, menunggu untuk dipilih.Zelda duduk anggun di atas sofa berlapis kain damask berwarna krem dengan pola bordiran tradisional. Di sampingnya, Ratu Shopie mengangkat sebuah kalung safir ke lehernya sembari menatap pantulan di cermin.“Yang mana menurutmu lebih cocok, Zelda?” suara lembut Ratu Shopie memecah keheningan.Zelda mengamati dua pilihan kalung di tangan calon mertuanya. Yang pertama adalah untaian berlian dengan kilauan murni
…..Alden berdiri di hadapan pintu masuk sayap manor, kedua tangannya bersedekap sementara tatapannya mengamati bangunan yang berdiri kokoh di depannya. Udara musim gugur yang dingin menusuk kulit, membuat napas pangeran berubah menjadi kabut tipis di udara. Langit di atasnya kelabu, dipenuhi awan mendung yang bergerak lamban, menunggu momen tepat untuk menurunkan hujan.Tidak ada gerbang yang menghalangi, tetapi pintu masuk dijaga ketat oleh pelayan-pelayan yang patuh pada satu perintah. Bukan perintah Cleo, tentu saja. Alden sudah mencoba berbagai cara—mengirimkan bunga yang mekar di penghujung musim, perhiasan bertatahkan permata indah, buku-buku langka yang pernah mereka bahas bersama. Dan malangnya, semua hadiah itu selalu dikembalikan dengan alasan yang sama."Maaf, Yang Mulia. Lady Cleo tidak dapat menerima ini."Bibir Alden melengkung samar, bukan ekspresi kekecewaan, melainkan ketertarikan. Jika ini hanya penolakan biasa dari Cleo, maka seharusnya akan muncul celah yang bisa
…..Cleo melangkah ragu ke kamar pribadi Sander, sesuatu yang tak pernah dibayangkan akan terjadi. Ruangan itu luas, dengan langit-langit tinggi dan jendela kerja besar yang menghadap taman. Namun, yang paling menarik perhatiannya bukanlah kemewahan tempat ini, melainkan atmosfernya—begitu maskulin dan fungsional.Mirip dengan ruang kerja Duke Adam, tatapannya segera tertuju pada rak-rak buku yang berdiri kokoh di salah satu sisi dinding. Dengan rasa ingin tahu yang besar, ia mendekat, berharap menemukan koleksi sastra klasik atau puisi yang bisa dikaji bersama teman-teman sosialitanya. Sayang sekali, harapan itu pupus begitu matanya menangkap deretan judul buku yang tersusun rapi di sana—strategi perang, ekonomi maritim, hukum dagang, dan jurnal pemerintahan.Dahi Cleo berkerut. Tentu, ia paham pentingnya buku-buku ini. Hanya saja, membayangkan dirinya membaca hal-hal berat ini membuatnya merasa lelah. Baginya, buku ideal adalah novel roman langka yang bisa diceritakan ulang ketika m
…..Kabut tipis menggantung di atas taman-taman dan halaman luas Dorian manor. Embun sisa dini hari membasahi rerumputan, memantulkan cahaya sang fajar yang mengintip dari balik pohon-pohon pinus. Jalan setapak yang terbuat dari batu alam masih sepi, sesekali dilalui para pelayan yang bergegas membawa sekeranjang linen atau kendi perak bersisi susu hangat pesanan juru masak manor.Disela-sela suara dentingan panci dan wajan, tercium semerbak roti panggang dan daging asap dari arah dapur manor. Setiap pagi, para pelayan berlalu-lalang di sepanjang koridor, membawa nampan sarapan untuk tuan dan nyonya mereka yang baru bangun. Semua orang menjalankan pekerjaannya dengan penuh perhatian dan dedikasi.“Huh…” Cleo menghela napas panjang saat menatap bayangannya di cermin besar.“Tidak biasanya Duke Dorian memanggil Anda sepagi ini,” ujar Elena heran sembari menarik pita di pinggang nonanya agar terikat rapi.Sekali lagi Cleo menatap bayangannya, jemarinya yang ramping mengetuk-ngetuk permuk
…..Berada di ujung selatan Benua Utama, Dorian Dukedom berdiri sebagai mercusuar pedagangan yang menghubungkan seluruh dunia. Pelabuhan-pelabuhannya yang luas dan sibuk menjadi titik temu kapal-kapal dari berbagai negara, membawa sutra dari timur, rempah dari kepulauan tropis, hingga logam berharga dari tanah-tanah jauh. Letaknya yang strategi menjadikan Dorian bukan hanya tempat perhentian bagi pedagang, tetapi juga pusat diplomasi ekonomi yang memengaruhi keseimbangan kekuatan dunia. Kejayaan yang telah berlangsung lama dari generasi ke generasi berhasil dipertahankan sampai detik ini berkat campur tangan emas Duke Adam Dorian—seorang pemimpin yang dihormatikan karena kecerdikannya dalam berdagang dan berpolitik.Sementara itu, berjalan ke bagian tengah Benua Utama, Kerajaan Elinor sedang terjebak di cengkeraman perang akibat ulahnya sendiri. Konflik berkepanjangan dengan Kerajaan Nesrin telah menguras sumber daya dan menekan perekonomian mereka. Pasukan kerajaan masih mampu bertah
…..Sesuai janjinya kepada Cleo, Sander pulang ke rumah sebelum jam makan malam. Selepas bersih-bersih dan merapikan diri, ia pergi mengunjungi perpustakaan manor untuk membaca beberapa buku selagi menunggu kabar dari pelayan jika meja makan telah siap.“Lord Sander, maaf menganggu waktu bersantai Anda.”Duke muda melepaskan pandangannya dari lembar buku, menemukan sosok Phillip berdiri di seberang meja. “Oh, kau Phillip. Sudah waktunya makan malamnya ya?”Phillip menggeleng sopan. “Kedatangan saya kemari untuk melamporkan hal lain, Lord.”Sikap kepala pelayan manor yang tampak tegang dan lebih serius membuat Sander penasaran. Peristiwa mengerikan apa yang telah terjadi di rumahnya sepanjang hari ini? “Silakan.”“Elena, pelayan yang ditunjuk Anda untuk melayani Lady Austin, dia melaporkan bahwa Pangeran Alden telah bertindak di luar batas.” Phillip menyerahkan laporan tertulis yang diterimanya dari pelayan bersangkutan. “Mengesampingkan status Lady Austin yang merupakan tunangan Anda,
.....Bunyi renyah terdengar setiap kali sepatu Cleo menginjak tumpukkan daun kering yang berserakan menutupi jalan setapak di sepanjang area taman. Musim gugur yang identik dengan kesejukkan seolah menyihir segala yang berwarna hijau menjadi kuning kecoklatan. Berbeda dengan kesan musim semi yang berseri-seri, musim gugur layaknya orang tua renta yang siap mati.“Ada apa, Yang Mulia? Kenapa Anda melihat saya seperti itu?”Rona merah perlahan menjalari tengkuk leher Alden ketika menyadari bahwa tatapannya pada Cleo terpaku terlalu lama. Pangeran berdeham pelan, berusaha menutupi kegugupan, sementara senyum manis Cleo semakin membuatnya gelisah. “Aku ketahuan.”Cleo tertawa kecil, menutupi bibirnya dengan tangan. Di tengah suasana hangat itu, angin tiba-tiba bertiup cukup kencang melewati mereka, menerbangkan dedaunan kering di sekitar. “Yang Mulia,” panggilnya pada Alden.“Ya, Milady?”“Apakah Anda mengundang kami ke acara pernikahan Anda nanti?”Rahang Alden mengatup rapat, terlihat
…..Siang ini, Zelda dan kawan-kawannya berkunjung ke kediaman Keluarga Ronan. Selaku tuan acara, Madam Ronan sengaja mengkhususkan undangan minum teh ini untuk para bangsawan wanita yang bersahabat dengan menantunya, Lady Mysie. Bukan sekedar bersosialisasi, ia sengaja menggelar acara tersebut untuk mengenal lebih dekat orang-orang di lingkup pertemanan istri anaknya, agar bisa memastikan bahwa mereka tidak memberikan pengaruh buruk kepada menantunya.“Zelda, kau datang!” Mysie berlari memeluk tunangan Alden di ambang pintu depan rumah. Sulitnya mendapatkan izin keluar dari ibu mertuanya membuat Mysie kehilangan banyak kesempatan berbaur dengan teman sosialitanya. “Padahal kita sama-sama tinggal di Ibu Kota, tetapi sudah sebulan lebih aku tidak berjumpa denganmu.”Suara dehaman Madam Ronan menyadarkan Mysie. Penampilannya sama sekali tak mencerminkan keanggunan dan ketenangan seorang wanita. Mysie pun segera menyingkir, memperbaiki sikapnya sesuai etiket kebangsawan.“Selamat datang